=========================
"dahulu memang dia tidak berguna bagimu, tetapi sekarang sangat berguna baik bagimu maupun bagiku."

Hari ini saya diingatkan pada surat Paulus untuk Filemon. Filemon mempunyai seorang hamba bernama Onesimus. Onesimus pernah merugikan Filemon, kemungkinan mencuri sesuatu dan kemudian kabur (Filemon 1:18). Sesuai hukum Romawi saat itu, hukuman untuk jenis kejahatan ini adalah hukuman mati. Filemon kemudian bertemu dengan Paulus, dan kemudian setelah dilayani Paulus, Onenimus pun bertobat dan menerima Kristus. Hidupnya pun mengalami perubahan. Onenimus disuruh pulang kembali pada Filemon. Kemudian sepucuk surat dilayangkan Paulus kepada Filemon untuk memintanya menerima kehadiran Onenimus kembali, karena Onenimus yang sekarang bukanlah Onenimus yang dulu lagi, seperti yang kita lihat dari ayat bacaan hari ini. Paulus meminta agar Filemon mau memaafkan Onenimus dan menerimanya kembali, bukan lagi sebagai seorang hamba, tapi sebagai saudara yang kekasih di dalam Tuhan. (ay 16). Cara pendekatan Paulus yang elegan dan bijaksana untuk mendamaikan keduanya sungguh digambarkan secara menarik dalam surat Filemon. Dia tidak menempatkan diri sebagai seorang pemimpin rohani atau yang lebih tinggi dari Filemon, tapi menganggap bahwa Filemon sebagai saudara dan teman sekerja. Tidak ada paksaan atau perintah dari Paulus, malah secara luar biasa Paulus pun menyatakan siap menanggung segala kerugian yang pernah dibuat Onenimus. Intinya Paulus meminta agar Filemon tidak lagi mengungkit kesalahan di masa lalu dan mau menerima Onenimus kembali sebagai saudara seiman, karena Onenimus sudah berubah.
Sebagai murid Yesus yang taat, Paulus mengajarkan prinsip pengampunan seperti apa yang diajarkan Yesus. Pengampunan dari Kristus adalah pengampunan yang tuntas. Dia tidak pernah mengungkit lagi dosa yang telah kita akui di masa lalu. Oleh sebab itulah kita pun harus berbuat hal yang sama kepada saudara-saudara kita. "Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu."(Matius 6:14-15). Kita harus siap untuk mengampuni tanpa batas seperti yang firmanNya dalam perikop "Perumpamaan Tentang Pengampunan" (Matius 18:21-35). Dalam doa yang diajarkan Yesus Kristus pun kita membaca: "dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami" (Matius 6:12). Disini kita melihat bahwa ada hubungan antara mengampuni dan diampuni.
Seorang teolog bernama Henry Ward Beecher pernah menulis: "Forgiveness ought to be like a canceled note torn in two, and burned up, so that it never can be shown against one." Ya, bagaikan nota yang sudah dibatalkan, disobek dan dibakar, sehingga tidak lagi bisa dipakai untuk mendakwa apa-apa, itulah bentuk pengampunan tuntas yang sesungguhnya. Janganlah mengungkit-ungkit masa lalu terutama ketika bertengkar, dan belajarlah memaafkan secara tuntas seperti halnya Kristus mengampuni kita juga secara tuntas.
Terus mengungkit masa lalu mengakibatkan frustasi dan mempersulit pembaruan di masa depan
No comments:
Post a Comment