Saturday, January 17, 2009

Perselisihan Itu Biasa (2) : Lambat Berkata-kata

Ayat bacaan: Yakobus 1:19
====================
"Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah"

cepat mendengar, lambat berkata-kata, lambat marahAda berapa kata yang sanggup diucapkan manusia secara rata-rata per menitnya? Sebuah penelitian mengatakan bahwa orang rata-rata mampu berbicara sebanyak 150 an kata per menit. Itu rata-rata, karena saya mengenal beberapa teman yang bisa berbicara dengan super cepat. Presenter radio atau televisi pun banyak yang mampu berbicara cepat dengan lafal yang masih jelas ditangkap telinga. Jika talenta ini dipakai untuk hal yang bermanfaat tentu baik, namun bayangkan jika kita terbiasa cepat berkata-kata ketika kita tidak setuju dengan sesuatu, tanpa terlebih dahulu mendengar atau membaca dengan teliti. Apalagi jika yang keluar adalah tuduhan, cacian, hujatan bahkan kutuk. Hal itu akan berbahaya. Mengapa? Karena ada kuasa di balik perkataan yang keluar dari bibir dan lidah kita.

Ketika kemarin kita sudah melihat pentingnya cepat untuk mendengar, sekarang kita lihat korelasinya dengan mengeluarkan perkataan. Cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata. Berhati-hatilah dengan perkataan yang kita ucapkan. Selain alasan mendasar di atas, terlalu banyak omong juga akan membuka kelemahan kita atau malah menunjukkan kebodohan kita dan mempermalukan diri sendiri. Tadi secara tidak sengaja saya mendengar percakapan dua orang yang kebetulan berdiri di sebelah saya. Yang satu berkata: "dari cara ngomongnya saja sudah ketahuan dia itu orang pintar.." Temannya bertanya, kenapa.. dan ia melanjutkan "karena tutur katanya teratur, tidak buru-buru dan berisi." Seorang dosen saya pun dulu pernah mengatakan sesuatu yang masih saya ingat sampai sekarang. Kira-kira begini katanya: "kita bisa mengukur seseorang dari apa yang mereka ucapkan.." Artinya, mau atau tidak, akan ada orang-orang yang mempelajari siapa diri kita, atau titik lemah kita ketika kita tidak menjaga perkataan kita. Terdidik atau tidak, itu bisa terlihat dari cara dan kesopanan berbicara. Tingkat intelektual pun ternyata sedikit banyak bisa tergambar dari apa yang kita ucapkan. Seringkali orang yang terburu nafsu dan dikuasai emosi semata akan mempermalukan diri mereka sendiri dengan mengumbar kata-kata menyerang yang provokatif tanpa mempelajari sesuatu terlebih dahulu dengan cukup. Protes tak berdasar, menyerang orang lain hanya dengan pendapat pribadinya, selain tidak baik tapi juga bisa membuat orang anti-pati terhadap mereka. Maka tepatlah apa yang tertulis pada Amsal. "Orang bebal tidak suka kepada pengertian, hanya suka membeberkan isi hatinya." (Amsal 18:2), atau ini: "Jikalau seseorang memberi jawab sebelum mendengar, itulah kebodohan dan kecelaannya." (ay 13).

Yesus sendiri mengajarkan sesuatu yang sangat menarik mengenai perkataan. Yesus berkata: "Karena yang diucapkan mulut meluap dari hati." (Matius 12:34b). Lalu dilanjutkan dengan: "Orang yang baik mengeluarkan hal-hal yang baik dari perbendaharaannya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan hal-hal yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat." (ay 35). "Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggungjawabkannya pada hari penghakiman."(ay 36) dan: "Karena menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan, dan menurut ucapanmu pula engkau akan dihukum." (ay 37).

Perselisihan yang besar bisa dihindarkan dengan "tips" Yakobus. Cepat mendengar, tapi lambat berkata-kata. Jangan terburu-buru mengeluarkan kata-kata sebelum segala sesuatunya jelas betul. Tapi dengarkanlah terlebih dahulu agar kita dapat mengerti. Orang yang sebelum mendengar sudah langsung berbicara sesungguhnya tengah mempermalukan diri mereka sendiri. Bukan orang yang dimarahi yang malu, tapi yang belum apa-apa sudah marah-marah, itulah yang malu. Amsal menuliskan, bahkan orang bodoh sekalipun bisa disangka bijak jika ia berdiam diri. "Orang yang berpengetahuan menahan perkataannya, orang yang berpengertian berkepala dingin. Juga orang bodoh akan disangka bijak kalau ia berdiam diri dan disangka berpengertian kalau ia mengatupkan bibirnya." (Amsal 17:27-28). Yakobus mengatakan, lidah, meskipun kecil, namun dapat memegahkan perkara-perkara besar. Seperti halnya api, meski kecil, tapi dapat membakar hutan yang lebat. (Yakobus 3:5). "Lidahpun adalah api; ia merupakan suatu dunia kejahatan dan mengambil tempat di antara anggota-anggota tubuh kita sebagai sesuatu yang dapat menodai seluruh tubuh dan menyalakan roda kehidupan kita, sedang ia sendiri dinyalakan oleh api neraka." (ay 6). Semua ini menunjukkan begitu pentingnya untuk menjaga perkataan kita. Selain dapat mempermalukan diri kita sendiri, juga dapat membakar habis sebuah hubungan dan menghanguskan seluruh hidup kita. Ketika anda tidak sependapat dengan orang lain, ketika apa yang terjadi tidak sesuai dengan pendapat anda, ambillah sikap tenang. Cepatlah mendengar, lambatlah berkata-kata. Hal itu akan menjauhkan kita dari berbagai sikap tercela dan menunjukkan kebijakan diri kita.

Terlalu cepat berbicara sebelum mendengar baik-baik akan mempermalukan diri kita sendiri

No comments:

Menjadi Anggur Yang Baik (1)

 Ayat bacaan: Yohanes 2:9 ===================== "Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu--dan ia tidak t...