Ayat bacaan: Amsal 23:4
===================
"Jangan bersusah payah untuk menjadi kaya, tinggalkan niatmu ini. Kalau engkau mengamat-amatinya, lenyaplah ia, karena tiba-tiba ia bersayap, lalu terbang ke angkasa seperti rajawali."
Hidup sendiri jauh lebih mudah ketimbang setelah berkeluarga. Itu kesimpulan banyak teman yang sudah merasakan sulitnya mengatur keuangan setelah menikah. "Ketika masih lajang, yang dicukupkan cuma diri sendiri, sekarang ada keluarga yang harus saya tanggung.. saya tidak bisa lagi seenaknya beli ini itu dan memutuskan ini itu, karena dampaknya bisa mengenai keluarga saya.." begitu kata seorang teman pada suatu ketika. "Cash flow" dalam rumah tangga haruslah dijaga agar tetap sehat, jangan sampai kolom "kredit" jauh melebihi kolom "debet", dan akhirnya ada banyak lubang menganga yang siap membuat kita terjerat dalam masalah. Ada yang menjadi korban hutang, gali lubang tutup lubang, membuka hutang baru untuk menutupi hutang yang lain terus menerus. Ada yang tergoda untuk melakukan korupsi, mulai dari yang kelas teri hingga kelas kakap dengan mengemplang uang milyaran sekalipun. Ada yang memilih jalan okultisme. Ada yang jadi kecanduan judi. Ada yang akhirnya merampok, mencuri, bahkan membunuh demi harta. Ada yang jatuh dalam dosa perzinahan karena hal ini. Masalahnya seperti yang sudah pernah saya ulas sebelumnya. How much enough is enough? Manusia punya kecenderungan untuk sulit puas. Apakah anda pernah berpikir, jika saja anda bisa mendapatkan gaji dua kali lipat dibanding saat ini, tentulah hidup akan lebih nyaman? Misalnya anda mendapatkan 1 juta saat ini, anda akan berpikir bahwa 2 juta mungkin akan cukup.. begitu anda mendapatkan 2 juta, anda akan berpikir bahwa 4 juta akan membuat hidup jauh lebih mudah.. anda mendapatkan 4 juta, anda pun akan berkata 8 juta tentu akan membuat hidup lebih nyaman, dan seterusnya. Tidak akan ada angka final yang bisa membuat kita mencapai kepuasan jika kita terus memandang hidup dari sisi kebutuhan duniawi. Tidak heran jika dikatakan akar dari segala kejahatan adalah cinta akan uang. (1 Timotius 6:10). Bermula dari mengejar harta, orang bisa terjerumus ke dalam berbagai dosa yang semakin lama akan semakin parah.
Apakah kekristenan melarang untuk kaya? Tidak. Apakah kekristenan mengharamkan bekerja keras untuk mencari pendapatan? Sama sekali tidak. Yang dipermasalahkan bukanlah uangnya, tetapi motivasinya. Pengkotbah menulis panjang lebar mengenai kesia-siaan kekayaan jika motivasinya salah. "Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang, dan siapa mencintai kekayaan tidak akan puas dengan penghasilannya. Inipun sia-sia. Dengan bertambahnya harta, bertambah pula orang-orang yang menghabiskannya. Dan apakah keuntungan pemiliknya selain dari pada melihatnya? Enak tidurnya orang yang bekerja, baik ia makan sedikit maupun banyak; tetapi kekenyangan orang kaya sekali-kali tidak membiarkan dia tidur." (Pengkotbah 5:11). Kekayaan tidak membuat kita bisa tidur nyenyak. Kemiskinan juga tidak membuat kita tidur nyenyak, itu benar. Yang bisa membuat kita tidur nyenyak adalah mensyukuri apa yang kita peroleh sebagai hasil kerja keras kita. "There is a serious and severe evil which I have seen under the sun.." kata Pengkotbah, "riches were kept by their owner to his hurt". (ay 12). Mati-matian mengejar harta dengan motivasi yang salah adalah seperti orang yang berlelah-lelah menjaring angin, alias sia-sia. Semua itu bisa habis seketika, karena setiap saat ngengat dan karat bisa merusakkannya, pencuri pun bisa membongkar dan mencurinya.(Matius 6:19). Maka penulis Amsal mengingatkan demikian: "Jangan bersusah payah untuk menjadi kaya, tinggalkan niatmu ini. Kalau engkau mengamat-amatinya, lenyaplah ia, karena tiba-tiba ia bersayap, lalu terbang ke angkasa seperti rajawali." (Amsal 23:4) Mencari jalan pintas untuk menjadi kaya dalam sekejap mata tidak akan pernah membawa kebaikan. "Harta yang cepat diperoleh akan berkurang, tetapi siapa mengumpulkan sedikit demi sedikit, menjadi kaya." (Amsal 13:11).
Jadi bagaimana yang baik? Yang baik adalah menetapkan skala prioritas yang tepat. "Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu." (Matius 6:33). Yang baik adalah melakukan pekerjaan kita dengan serius dan sungguh-sungguh seperti melakukannya untuk Tuhan. (Kolose 3:23). Ingatlah bahwa Tuhan sanggup memberkati anda, mencukupi segala kebutuhan anda. Berkat datangnya dari Tuhan, dan bukan dari segala harta kekayaan yang kita kumpulkan. Karena itu tidak perlu cemas akan hari depan, jangan sampai motivasi bergeser menjadi hamba uang, namun lakukanlah pekerjaan dengan sebaik-baiknya disertai rasa syukur akan Tuhan. Jangan lupa memberkati orang lain melalui apa yang telah kita terima, dan jangan lupa memuji dan menyembahNya. Betapa indahnya jika apa yang kita miliki berasal dari berkat Tuhan yang turun atas kita, berapa pun itu, karena apa yang berasal dari Tuhan pasti memberkati hidup kita dan tidak membawa kita ke dalam kesia-siaan. Carilah dahulu kerajaanNya dan kebenarannya, maka ketika semua ditambahkan kepada kita, kita tidak menjadi sesat dan lupa diri sehingga jatuh dalam berbagai jerat dosa. Apapun pekerjaan anda saat ini, selama tidak menyimpang dari firman Tuhan, lakukanlah dengan sungguh-sungguh, walaupun mungkin apa yang anda peroleh belum cukup untuk memenuhi kebutuhan anda sekeluarga. Percayalah Tuhan mampu memberkati anda lewat pekerjaan anda, dan mencukupi kebutuhan anda sehingga anda tidak berkekurangan!
Tuhan mampu memberkati pekerjaan yang kecil sekalipun secara luar biasa
Saturday, February 28, 2009
Friday, February 27, 2009
Hilang Fokus Dalam Beribadah
Ayat bacaan: Matius 7:3
===================
"Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?"
Kemarin ketika sedang kebaktian di Gereja, seorang anak muda yang kebetulan duduk di sebelah saya tertidur lelap ketika kotbah baru saja dimulai. Mungkin dia terlalu capai malam sebelumnya, mungkin dia merasa bosan, mungkin dia sudah mengetahui isi kotbah, saya tidak tahu pasti. Namun dia begitu dalam tertidur. Saking lelapnya, kepalanya beberapa kali hampir menyentuh pundak saya. Dalam hati, saya berpikir, waduh.. sayang banget kotbah yang begitu penting seperti ini dilewatkan karena tertidur.. lalu saya pun sempat merasa geli karena membayangkan kisah Eutikhus dalam Kisah Para Rasul 20:9. Disana diceritakan akibat lamanya Paulus kotbah di lantai tiga sebuah gedung, ada seorang muda bernama Eutikhus yang jadi mengantuk, kemudian tertidur lelap. Sayang sepertinya dia duduk di tepi jendela, dan akibatnya dia pun terjatuh dari lantai tiga ke bawah. Saya tertawa dalam hati, untung saya yang disebelahnya, bukan jendela, kalau tidak mungkin dia sudah senasib seperti Eutikhus. Di saat itulah saya mendapat sebuah teguran dalam hati. "kenapa kamu menertawakan dia? Bukankah karena terlalu sibuk memperhatikannya kamu sendiri juga hilang fokus pada kotbah?" Saya terkesiap. Dan itu benar. Tanpa sadar dan tanpa maksud, saya sudah menghakimi saudara yang duduk di samping saya. Oh no... forgive me Lord for I have sinned..
Seringkali tanpa sadar kita terjatuh dalam dosa. Karena kita tidak sadar, kita pun menganggap diri kita lebih baik dari yang lain. Padahal belum tentu kita lebih baik, bahkan mungkin lebih buruk. Dalam rangkaian kotbah Yesus di atas bukit di hadapan orang banyak, salah satu yang diingatkan Yesus adalah mengenai hal menghakimi. "Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu." (Matius 7:3-4). Dalam bahasa Indonesia pun kita punya pepatah yang isinya sama: "semut di seberang lautan terlihat, gajah di pelupuk mata tidak terlihat." Ketika kita mulai terpikir untuk mengomentari orang lain, ingatlah sebuah pengajaran tegas dari Yesus yang berkata: "Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu." (ay 1-2). Jangan sibuk memperhatikan selumbar di mata saudara kita, padahal balok di dalam mata kita pun tidak bisa kita lihat. Ingatlah bahwa urusan penghakiman adalah hak Tuhan, bukan kita, seperti yang diingatkan dalam Roma 12:19. Kita pun diingatkan untuk mengisi pikiran kita dengan hal-hal yang benar, hal-hal yang bermakna, yang terhormat, adil, murni, manis dan baik (Filipi 4:8). Jangan sampai kita menjadi orang yang cepat melihat sisi negatif namun sulit menangkap sisi positif dari setiap hal yang kita lihat.
Di sisi lain, hendaklah detik demi detik dalam beribadah kita pergunakan sepenuhnya untuk mengalami hubungan yang intim dengan Tuhan. Berkumpul bersama saudara-saudara seiman dan saling mendoakan satu sama lain, merasakan kehadiran Yesus ditengah-tengah kita yang tengah berkumpul bersama-sama menyembah dan memuji Tuhan. Menerima firman Tuhan dengan hati yang lembut, dan membiarkan kuasa Roh Kudus menerangi hati kita agar bisa menangkap makna dibalik firman Tuhan yang disampaikan hambaNya di mimbar. Miliki fokus yang benar penuh dengan kerinduan untuk mencari dan bertemu Tuhan ketika kita beribadah. Fokus yang benar disertai motivasi yang benar akan membuat kita mampu menerima firman Tuhan dengan segala kelembutan hati, sehingga firman Tuhan itu akan menjadi seperti benih yang jatuh di tanah yang baik, sehingga bisa tumbuh subur dan berbuah beratus kali lipat dalam hidup kita. Kita akan mengalami sukacita dalam kemuliaan Tuhan seutuhnya, memuji dan menyembah Tuhan dengan seluruh yang ada dalam diri kita. Ada yang tertidur, ada yang sibuk sms-an di tengah ibadah, ada yang ngobrol, dan gangguan-gangguan lain hendaknya jangan sampai membuat kita kehilangan fokus dan akibatnya kehilangan begitu banyak hal penting yang hendak disampaikan Tuhan kepada kita. Dan tentu saja, jagalah diri kita agar jangan sampai menjadi batu sandungan bagi saudara-saudara kita yang lain dengan melakukan hal-hal yang bisa merusak konsentrasi saudara-saudara kita yang tengah beribadah. Nikmatilah persekutuan dengan Tuhan sepenuhnya.
Jagalah jangan sampai balok semakin membesar di dalam mata karena terlalu fokus melihat selumbar
===================
"Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?"
Kemarin ketika sedang kebaktian di Gereja, seorang anak muda yang kebetulan duduk di sebelah saya tertidur lelap ketika kotbah baru saja dimulai. Mungkin dia terlalu capai malam sebelumnya, mungkin dia merasa bosan, mungkin dia sudah mengetahui isi kotbah, saya tidak tahu pasti. Namun dia begitu dalam tertidur. Saking lelapnya, kepalanya beberapa kali hampir menyentuh pundak saya. Dalam hati, saya berpikir, waduh.. sayang banget kotbah yang begitu penting seperti ini dilewatkan karena tertidur.. lalu saya pun sempat merasa geli karena membayangkan kisah Eutikhus dalam Kisah Para Rasul 20:9. Disana diceritakan akibat lamanya Paulus kotbah di lantai tiga sebuah gedung, ada seorang muda bernama Eutikhus yang jadi mengantuk, kemudian tertidur lelap. Sayang sepertinya dia duduk di tepi jendela, dan akibatnya dia pun terjatuh dari lantai tiga ke bawah. Saya tertawa dalam hati, untung saya yang disebelahnya, bukan jendela, kalau tidak mungkin dia sudah senasib seperti Eutikhus. Di saat itulah saya mendapat sebuah teguran dalam hati. "kenapa kamu menertawakan dia? Bukankah karena terlalu sibuk memperhatikannya kamu sendiri juga hilang fokus pada kotbah?" Saya terkesiap. Dan itu benar. Tanpa sadar dan tanpa maksud, saya sudah menghakimi saudara yang duduk di samping saya. Oh no... forgive me Lord for I have sinned..
Seringkali tanpa sadar kita terjatuh dalam dosa. Karena kita tidak sadar, kita pun menganggap diri kita lebih baik dari yang lain. Padahal belum tentu kita lebih baik, bahkan mungkin lebih buruk. Dalam rangkaian kotbah Yesus di atas bukit di hadapan orang banyak, salah satu yang diingatkan Yesus adalah mengenai hal menghakimi. "Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu." (Matius 7:3-4). Dalam bahasa Indonesia pun kita punya pepatah yang isinya sama: "semut di seberang lautan terlihat, gajah di pelupuk mata tidak terlihat." Ketika kita mulai terpikir untuk mengomentari orang lain, ingatlah sebuah pengajaran tegas dari Yesus yang berkata: "Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu." (ay 1-2). Jangan sibuk memperhatikan selumbar di mata saudara kita, padahal balok di dalam mata kita pun tidak bisa kita lihat. Ingatlah bahwa urusan penghakiman adalah hak Tuhan, bukan kita, seperti yang diingatkan dalam Roma 12:19. Kita pun diingatkan untuk mengisi pikiran kita dengan hal-hal yang benar, hal-hal yang bermakna, yang terhormat, adil, murni, manis dan baik (Filipi 4:8). Jangan sampai kita menjadi orang yang cepat melihat sisi negatif namun sulit menangkap sisi positif dari setiap hal yang kita lihat.
Di sisi lain, hendaklah detik demi detik dalam beribadah kita pergunakan sepenuhnya untuk mengalami hubungan yang intim dengan Tuhan. Berkumpul bersama saudara-saudara seiman dan saling mendoakan satu sama lain, merasakan kehadiran Yesus ditengah-tengah kita yang tengah berkumpul bersama-sama menyembah dan memuji Tuhan. Menerima firman Tuhan dengan hati yang lembut, dan membiarkan kuasa Roh Kudus menerangi hati kita agar bisa menangkap makna dibalik firman Tuhan yang disampaikan hambaNya di mimbar. Miliki fokus yang benar penuh dengan kerinduan untuk mencari dan bertemu Tuhan ketika kita beribadah. Fokus yang benar disertai motivasi yang benar akan membuat kita mampu menerima firman Tuhan dengan segala kelembutan hati, sehingga firman Tuhan itu akan menjadi seperti benih yang jatuh di tanah yang baik, sehingga bisa tumbuh subur dan berbuah beratus kali lipat dalam hidup kita. Kita akan mengalami sukacita dalam kemuliaan Tuhan seutuhnya, memuji dan menyembah Tuhan dengan seluruh yang ada dalam diri kita. Ada yang tertidur, ada yang sibuk sms-an di tengah ibadah, ada yang ngobrol, dan gangguan-gangguan lain hendaknya jangan sampai membuat kita kehilangan fokus dan akibatnya kehilangan begitu banyak hal penting yang hendak disampaikan Tuhan kepada kita. Dan tentu saja, jagalah diri kita agar jangan sampai menjadi batu sandungan bagi saudara-saudara kita yang lain dengan melakukan hal-hal yang bisa merusak konsentrasi saudara-saudara kita yang tengah beribadah. Nikmatilah persekutuan dengan Tuhan sepenuhnya.
Jagalah jangan sampai balok semakin membesar di dalam mata karena terlalu fokus melihat selumbar
Thursday, February 26, 2009
Kasih Karunia
Ayat bacaan: Roma 11:6
===================
"Tetapi jika hal itu terjadi karena kasih karunia, maka bukan lagi karena perbuatan, sebab jika tidak demikian, maka kasih karunia itu bukan lagi kasih karunia."
Nilai tukar, balas jasa, upah, gaji, imbalan, itu semua merupakan hal yang tidak lagi asing bagi kita. Ketika kita bekerja tentu kita mengharapkan sebuah imbalan. Sebuah konsep "take and give" dalam arti seluas-luasnya merupakan sebuah proses mata rantai yang lumrah dalam hidup, baik dalam lingkungan keluarga, pertemanan, dunia usaha dan sebagainya. Kecenderungan manusia adalah melakukan sesuatu untuk mendapatkan imbalan, mendapatkan sebentuk balas jasa. Sejak jaman sebelum uang dipakai sebagai sebuah alat tukar, orang sudah menerapkan hal ini melalui barter atau pertukaran. Seekor kambing ditukar dengan alat pertanian misalnya. Hal tersebut hingga saat ini pun masih berlangsung. Ada orang yang masih menggadaikan benda kesayangannya sebagai alat tukar untuk mendapatkan sesuatu.
Ketika kita melakukan sebuah pekerjaan dan menerima upah atasnya, itu merupakan sebuah hak yang kita peroleh berdasarkan kerja keras kita. "Kalau ada orang yang bekerja, upahnya tidak diperhitungkan sebagai hadiah, tetapi sebagai haknya." (Roma 4:4). Ketika anda merasa berhutang budi pada seseorang dan memberi hadiah pada suatu ketika, itu adalah sebuah imbalan balas jasa yang timbul dari rasa berhutang budi. Itu semua bukanlah sesuatu yang dinamakan dengan kasih karunia. Kasih karunia adalah sesuatu yang diberikan dengan cuma-cuma. Tuhan menawarkan keselamatan untuk memperoleh hidup yang kekal melalui sebuah pemberian kasih karunia kepada manusia yang sebenarnya tidak layak mendapatkan itu. Apakah Tuhan memberikan kasih karunia karena Dia berhutang sesuatu kepada kita manusia? Tidak. Tuhan tidak pernah dan tidak akan perlu berhutang pada siapapun. Tuhan tidak berhutang sebuah hidup yang kekal kepada kita. Tapi tetap Dia menawarkan keselamatan untuk hidup yang kekal kepada kita. Dia menawarkannya sebagai hadiah. Itulah bentuk kasih karunia. Belas kasih Tuhan memberikan pengampunan kepada kita orang yang tidak layak, kasih karunia yang turun kepada kita memberikan keselamatan dan menjadikan kita dibenarkan. Kita menjadi orang yang dibenarkan, dan berhak mendapat hidup yang kekal, itu semua adalah hasil kasih karunia Tuhan.
Mari kita lihat sebuah ilustrasi mengenai bentuk kasih karunia. Dalam kisah anak bungsu dan anak sulung pada Injil Lukas 15:11-32, kita ketahui bahwa anak bungsu telah berlaku sebagai anak durhaka. Ia meminta warisan ketika ayahnya masih hidup, dan pergi memakainya untuk berfoya-foya. Ketika semuanya habis dan dia hidup menderita, bahkan sampai makan ampas makanan babi, ia pun sadar akan kesalahannya. Dia pun memutuskan untuk kembali kepada ayahnya untuk memohon belas kasih supaya mendapat pengampunan. Si bungsu berkata: "Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa." (Lukas 15:18-19). Apakah ayahnya mengampuni? Kita tahu ceritanya. Dari jauh begitu ayahnya melihat kedatangannya, ayahnya berlari dan segera memeluk dan mencium si bungsu. Itu sebuah proses belas kasih. Mari kita baca ayatnya: "Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia." (ay 20). Lihat ketika si anak bungsu tahu dosa-dosanya, ia sadar betul bahwa ia sesungguhnya tidak lagi layak untuk dianggap sebagai anak. (ay 21). Tapi apa jawab ayahnya? "Tetapi ayah itu berkata kepada hamba-hambanya: Lekaslah bawa ke mari jubah yang terbaik, pakaikanlah itu kepadanya dan kenakanlah cincin pada jarinya dan sepatu pada kakinya. Dan ambillah anak lembu tambun itu, sembelihlah dia dan marilah kita makan dan bersukacita." (ay 22-23). Jubah yang terbaik, cincin dan sepatu, diikuti dengan memotong lembu tambun untuk pesta sukacita, yang diberikan kepada anak durhaka yang sebenarnya sama sekali tidak layak untuk menerimanya, secara cuma-cuma, itulah kasih karunia.
Dengan kasih karunia, Tuhan menyelamatkan kita dan memberikan hidup yang kekal secara cuma-cuma. Itu bukanlah atas hasil usaha, tapi merupakan pemberian Tuhan. Kasih karunia bukanlah seperti sebuah tiket keselamatan yang bisa dibeli, tapi murni merupakan hadiah dari Allah yang begitu mengasihi kita. "Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri." (Efesus 2:8-9). Sebuah kasih karunia dianugrahkan kepada kita hanya lewat Yesus. Kita memperoleh kasih karunia tersebut dan oleh karenanya dibenarkan dengan cuma-cuma, semua karena penebusan dalam Kristus. "dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus." (Roma 3:24). Tanpa Yesus, dan hanya mengandalkan hukum-hukum agama dan tata cara peribadatan, maka itu artinya kita hidup di luar kasih karunia. "Kamu lepas dari Kristus, jikalau kamu mengharapkan kebenaran oleh hukum Taurat; kamu hidup di luar kasih karunia." (Galatia 5:4).
Sebuah kasih karunia adalah hadiah cuma-cuma dari Tuhan yang dianugrahkan pada kita lewat Yesus Kristus. Dan luar biasanya, Tuhan mengatakan bahwa dimana dosa dan pelanggaran bertambah banyak, disitulah kasih karunia Tuhan menjadi berlimpah-limpah. (Roma 5:20). Meski demikian, kasih karunia bukan berarti bahwa kita boleh terus berbuat dosa. (Roma 6:1). Seperti layaknya sebuah hadiah yang sangat berharga, tentu kita akan selalu menghargai hadiah itu, menjaganya dengan sepenuh hati sebagai sesuatu yang sangat istimewa. Tuhan telah menganugrahkan sebuah hadiah yang sangat istimewa, kita menjadi orang yang dibenarkan oleh kasih karuniaNya dan berhak memperoleh sebuah kehidupan kekal sesuai dengan pengharapan kita. (Titus 3:7). Tidak ada orang yang mau berakhir dalam siksa kekal, dan jalan untuk selamat sudah dihadiahkan Tuhan secara cuma-cuma dalam Kristus. Ketika kita menolak tawaran kasih karunia Tuhan tersebut, itu sama artinya dengan kita memilih untuk menghadapi penghukuman yang kekal. Semua pilihan ada di tangan kita. Yang pasti Tuhan begitu mengasihi kita dan rindu untuk terus melimpahkan kasih karuniaNya.
Hanya dengan kasih karunia dalam Yesus kita memperoleh keselamatan untuk berhak menerima kehidupan yang kekal
===================
"Tetapi jika hal itu terjadi karena kasih karunia, maka bukan lagi karena perbuatan, sebab jika tidak demikian, maka kasih karunia itu bukan lagi kasih karunia."
Nilai tukar, balas jasa, upah, gaji, imbalan, itu semua merupakan hal yang tidak lagi asing bagi kita. Ketika kita bekerja tentu kita mengharapkan sebuah imbalan. Sebuah konsep "take and give" dalam arti seluas-luasnya merupakan sebuah proses mata rantai yang lumrah dalam hidup, baik dalam lingkungan keluarga, pertemanan, dunia usaha dan sebagainya. Kecenderungan manusia adalah melakukan sesuatu untuk mendapatkan imbalan, mendapatkan sebentuk balas jasa. Sejak jaman sebelum uang dipakai sebagai sebuah alat tukar, orang sudah menerapkan hal ini melalui barter atau pertukaran. Seekor kambing ditukar dengan alat pertanian misalnya. Hal tersebut hingga saat ini pun masih berlangsung. Ada orang yang masih menggadaikan benda kesayangannya sebagai alat tukar untuk mendapatkan sesuatu.
Ketika kita melakukan sebuah pekerjaan dan menerima upah atasnya, itu merupakan sebuah hak yang kita peroleh berdasarkan kerja keras kita. "Kalau ada orang yang bekerja, upahnya tidak diperhitungkan sebagai hadiah, tetapi sebagai haknya." (Roma 4:4). Ketika anda merasa berhutang budi pada seseorang dan memberi hadiah pada suatu ketika, itu adalah sebuah imbalan balas jasa yang timbul dari rasa berhutang budi. Itu semua bukanlah sesuatu yang dinamakan dengan kasih karunia. Kasih karunia adalah sesuatu yang diberikan dengan cuma-cuma. Tuhan menawarkan keselamatan untuk memperoleh hidup yang kekal melalui sebuah pemberian kasih karunia kepada manusia yang sebenarnya tidak layak mendapatkan itu. Apakah Tuhan memberikan kasih karunia karena Dia berhutang sesuatu kepada kita manusia? Tidak. Tuhan tidak pernah dan tidak akan perlu berhutang pada siapapun. Tuhan tidak berhutang sebuah hidup yang kekal kepada kita. Tapi tetap Dia menawarkan keselamatan untuk hidup yang kekal kepada kita. Dia menawarkannya sebagai hadiah. Itulah bentuk kasih karunia. Belas kasih Tuhan memberikan pengampunan kepada kita orang yang tidak layak, kasih karunia yang turun kepada kita memberikan keselamatan dan menjadikan kita dibenarkan. Kita menjadi orang yang dibenarkan, dan berhak mendapat hidup yang kekal, itu semua adalah hasil kasih karunia Tuhan.
Mari kita lihat sebuah ilustrasi mengenai bentuk kasih karunia. Dalam kisah anak bungsu dan anak sulung pada Injil Lukas 15:11-32, kita ketahui bahwa anak bungsu telah berlaku sebagai anak durhaka. Ia meminta warisan ketika ayahnya masih hidup, dan pergi memakainya untuk berfoya-foya. Ketika semuanya habis dan dia hidup menderita, bahkan sampai makan ampas makanan babi, ia pun sadar akan kesalahannya. Dia pun memutuskan untuk kembali kepada ayahnya untuk memohon belas kasih supaya mendapat pengampunan. Si bungsu berkata: "Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa." (Lukas 15:18-19). Apakah ayahnya mengampuni? Kita tahu ceritanya. Dari jauh begitu ayahnya melihat kedatangannya, ayahnya berlari dan segera memeluk dan mencium si bungsu. Itu sebuah proses belas kasih. Mari kita baca ayatnya: "Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia." (ay 20). Lihat ketika si anak bungsu tahu dosa-dosanya, ia sadar betul bahwa ia sesungguhnya tidak lagi layak untuk dianggap sebagai anak. (ay 21). Tapi apa jawab ayahnya? "Tetapi ayah itu berkata kepada hamba-hambanya: Lekaslah bawa ke mari jubah yang terbaik, pakaikanlah itu kepadanya dan kenakanlah cincin pada jarinya dan sepatu pada kakinya. Dan ambillah anak lembu tambun itu, sembelihlah dia dan marilah kita makan dan bersukacita." (ay 22-23). Jubah yang terbaik, cincin dan sepatu, diikuti dengan memotong lembu tambun untuk pesta sukacita, yang diberikan kepada anak durhaka yang sebenarnya sama sekali tidak layak untuk menerimanya, secara cuma-cuma, itulah kasih karunia.
Dengan kasih karunia, Tuhan menyelamatkan kita dan memberikan hidup yang kekal secara cuma-cuma. Itu bukanlah atas hasil usaha, tapi merupakan pemberian Tuhan. Kasih karunia bukanlah seperti sebuah tiket keselamatan yang bisa dibeli, tapi murni merupakan hadiah dari Allah yang begitu mengasihi kita. "Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri." (Efesus 2:8-9). Sebuah kasih karunia dianugrahkan kepada kita hanya lewat Yesus. Kita memperoleh kasih karunia tersebut dan oleh karenanya dibenarkan dengan cuma-cuma, semua karena penebusan dalam Kristus. "dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus." (Roma 3:24). Tanpa Yesus, dan hanya mengandalkan hukum-hukum agama dan tata cara peribadatan, maka itu artinya kita hidup di luar kasih karunia. "Kamu lepas dari Kristus, jikalau kamu mengharapkan kebenaran oleh hukum Taurat; kamu hidup di luar kasih karunia." (Galatia 5:4).
Sebuah kasih karunia adalah hadiah cuma-cuma dari Tuhan yang dianugrahkan pada kita lewat Yesus Kristus. Dan luar biasanya, Tuhan mengatakan bahwa dimana dosa dan pelanggaran bertambah banyak, disitulah kasih karunia Tuhan menjadi berlimpah-limpah. (Roma 5:20). Meski demikian, kasih karunia bukan berarti bahwa kita boleh terus berbuat dosa. (Roma 6:1). Seperti layaknya sebuah hadiah yang sangat berharga, tentu kita akan selalu menghargai hadiah itu, menjaganya dengan sepenuh hati sebagai sesuatu yang sangat istimewa. Tuhan telah menganugrahkan sebuah hadiah yang sangat istimewa, kita menjadi orang yang dibenarkan oleh kasih karuniaNya dan berhak memperoleh sebuah kehidupan kekal sesuai dengan pengharapan kita. (Titus 3:7). Tidak ada orang yang mau berakhir dalam siksa kekal, dan jalan untuk selamat sudah dihadiahkan Tuhan secara cuma-cuma dalam Kristus. Ketika kita menolak tawaran kasih karunia Tuhan tersebut, itu sama artinya dengan kita memilih untuk menghadapi penghukuman yang kekal. Semua pilihan ada di tangan kita. Yang pasti Tuhan begitu mengasihi kita dan rindu untuk terus melimpahkan kasih karuniaNya.
Hanya dengan kasih karunia dalam Yesus kita memperoleh keselamatan untuk berhak menerima kehidupan yang kekal
Wednesday, February 25, 2009
Makna Sebuah Belas Kasih
Ayat bacaan: Lukas 1:78-79
==========================
"oleh rahmat dan belas kasihan dari Allah kita, dengan mana Ia akan melawat kita, Surya pagi dari tempat yang tinggi untuk menyinari mereka yang diam dalam kegelapan dan dalam naungan maut untuk mengarahkan kaki kita kepada jalan damai sejahtera."
Ada sebuah penggalan kisah menarik dari sejarah kehidupan Napoleon. Pada suatu ada seorang ibu yang mendatangi Napoleon dan meminta pengampunan bagi putranya. Saat itu putranya akan dihukum mati.Napoleon pun mengingatkan bahwa kejahatan anaknya sudah keterlaluan, dan keadilan yang paling tepat bagi tindakan kriminal yang dilakukan anaknya adalah hukuman mati. Begini jawaban si ibu,"sir, not justice, but mercy.." "Tetapi yang aku mohon bukanlah keadilan, namun belas kasihan". Demikian katanya. Napoleon kemudian menjawab: "tapi anakmu tidak layak menerima belas kasihan!" Dan si ibu kembali berkata sambil menangis: "tuan, bukanlah belas kasihan namanya jika ia layak menerimanya.." Napoleon tertegun sejenak, kemudian berkata: "benar juga..ibu benar.. aku mau memberikan belas kasihan." Dan anaknya pun dibebaskan.
Kisah diatas menggambarkan sebuah konsep mengenai belas kasihan yang berasal dari Bapa kepada kita. Sepanjang Alkitab kita menemukan begitu banyak belas kasihan yang diberikan Tuhan kepada manusia. Misalnya kisah ibu Yunani bangsa Siro-Fenisia yang memohon belas kasih Yesus atas anak perempuannya yang kerasukan roh jahat (Markus 7:24-30). Lalu seorang ayah bernama Yarius yang memohon belas kasih Yesus turun atas anak perempuannya yang sedang sekarat. Yang terjadi adalah Yesus membangkitkan anaknya yang sebenarnya sudah keburu meninggal. (Markus 5:21-43). Dalam kisah itu terselip pula seorang wanita yang sudah 12 tahun lamanya mengalami pendarahan, yang mengharap belas kasih Yesus dengan menyentuh jubahNya. Orang buta, orang lumpuh, orang kusta, dan lain-lain, telah menjadi kesaksian akan luar biasa besarnya belas kasih Tuhan. Dalam perjanjian lama pun demikian. Ada begitu banyak kisah dimana Tuhan melimpahkan belas kasihNya yang luar biasa besar.
Kembali pada kisah sang ibu dengan Napoleon di atas, dari kisah itu kita bisa mendapat gambaran mengenai bagaimana sebenarnya bentuk belas kasih itu. Belas kasih dianugrahkan pada manusia yang sebenarnya tidak layak menerimanya. Itulah inti dasar dari sebuah belas kasih. Kita manusia yang setiap hari berlumur dosa, dan ganjaran yang sesuai adalah kebinasaan. Tapi lihatlah betapa Tuhan mengasihi kita. Dia penuh belas kasih, sangat mengasihi kita, hingga mau menganugerahkan Kristus untuk menyelamatkan kita dari kebinasaan. (Yohanes 3:16). Daniel dari jauh hari sudah paham dengan hal ini. "Pada Tuhan, Allah kami, ada kesayangan dan keampunan, walaupun kami telah memberontak terhadap Dia dan tidak mendengarkan suara TUHAN, Allah kami, yang menyuruh kami hidup menurut hukum yang telah diberikan-Nya kepada kami dengan perantaraan para nabi, hamba-hamba-Nya."(Daniel 9:9-10). Kita datang menghadap Tuhan bukan dengan tangan kosong, melainkan dengan tangan yang sangat kotor, bahkan berdarah. Kita datang dengan kesadaran penuh bahwa sebenarnya kita layak menerima penghakiman, jika kita bicara soal keadilan semata, tanpa berhak untuk protes. Namun itulah besarnya kasih Tuhan pada kita. Dia tidak ingin satupun dari kita binasa. Itulah kehendak Tuhan atas kita semua, seperti yang ditulis Petrus. "...karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat." (2 Petrus 3:9). Sungguh besar dan tak terbatas kasihNya pada kita. Setelah Daud ditegur nabi Natan karena berzinah dengan Batsyeba, Daud pun berkata: "Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar!" (Mazmur 51:3). Allah siap mengampuni saya dan anda, tidak peduli sebesar apa kesalahan kita di masa lalu. Ketika kita datang padaNya dengan hati yang hancur, tangan yang kotor dan berdarah, belas kasihNya pun akan turun atas kita. Kehendak Tuhan adalah kita semua diselamatkan dan dimenangkan. Belas kasihanNya membebaskan kita. Adalah Tuhan sendiri yang menghapus dosa kita, dan Dia tidak lagi mengingat-ingat dosa kita. (Yesaya 43:25) Ketika manusia penuh dosa dan seharusnya layak binasa, kasih Allah yang besar siap memberi pengampunan dan menyelamatkan manusia sepenuhnya. Itulah belas kasih Tuhan.
Belas kasih artinya memberikan pengampunan dan kebebasan kepada yang sebenarnya tidak layak menerimanya
==========================
"oleh rahmat dan belas kasihan dari Allah kita, dengan mana Ia akan melawat kita, Surya pagi dari tempat yang tinggi untuk menyinari mereka yang diam dalam kegelapan dan dalam naungan maut untuk mengarahkan kaki kita kepada jalan damai sejahtera."
Ada sebuah penggalan kisah menarik dari sejarah kehidupan Napoleon. Pada suatu ada seorang ibu yang mendatangi Napoleon dan meminta pengampunan bagi putranya. Saat itu putranya akan dihukum mati.Napoleon pun mengingatkan bahwa kejahatan anaknya sudah keterlaluan, dan keadilan yang paling tepat bagi tindakan kriminal yang dilakukan anaknya adalah hukuman mati. Begini jawaban si ibu,"sir, not justice, but mercy.." "Tetapi yang aku mohon bukanlah keadilan, namun belas kasihan". Demikian katanya. Napoleon kemudian menjawab: "tapi anakmu tidak layak menerima belas kasihan!" Dan si ibu kembali berkata sambil menangis: "tuan, bukanlah belas kasihan namanya jika ia layak menerimanya.." Napoleon tertegun sejenak, kemudian berkata: "benar juga..ibu benar.. aku mau memberikan belas kasihan." Dan anaknya pun dibebaskan.
Kisah diatas menggambarkan sebuah konsep mengenai belas kasihan yang berasal dari Bapa kepada kita. Sepanjang Alkitab kita menemukan begitu banyak belas kasihan yang diberikan Tuhan kepada manusia. Misalnya kisah ibu Yunani bangsa Siro-Fenisia yang memohon belas kasih Yesus atas anak perempuannya yang kerasukan roh jahat (Markus 7:24-30). Lalu seorang ayah bernama Yarius yang memohon belas kasih Yesus turun atas anak perempuannya yang sedang sekarat. Yang terjadi adalah Yesus membangkitkan anaknya yang sebenarnya sudah keburu meninggal. (Markus 5:21-43). Dalam kisah itu terselip pula seorang wanita yang sudah 12 tahun lamanya mengalami pendarahan, yang mengharap belas kasih Yesus dengan menyentuh jubahNya. Orang buta, orang lumpuh, orang kusta, dan lain-lain, telah menjadi kesaksian akan luar biasa besarnya belas kasih Tuhan. Dalam perjanjian lama pun demikian. Ada begitu banyak kisah dimana Tuhan melimpahkan belas kasihNya yang luar biasa besar.
Kembali pada kisah sang ibu dengan Napoleon di atas, dari kisah itu kita bisa mendapat gambaran mengenai bagaimana sebenarnya bentuk belas kasih itu. Belas kasih dianugrahkan pada manusia yang sebenarnya tidak layak menerimanya. Itulah inti dasar dari sebuah belas kasih. Kita manusia yang setiap hari berlumur dosa, dan ganjaran yang sesuai adalah kebinasaan. Tapi lihatlah betapa Tuhan mengasihi kita. Dia penuh belas kasih, sangat mengasihi kita, hingga mau menganugerahkan Kristus untuk menyelamatkan kita dari kebinasaan. (Yohanes 3:16). Daniel dari jauh hari sudah paham dengan hal ini. "Pada Tuhan, Allah kami, ada kesayangan dan keampunan, walaupun kami telah memberontak terhadap Dia dan tidak mendengarkan suara TUHAN, Allah kami, yang menyuruh kami hidup menurut hukum yang telah diberikan-Nya kepada kami dengan perantaraan para nabi, hamba-hamba-Nya."(Daniel 9:9-10). Kita datang menghadap Tuhan bukan dengan tangan kosong, melainkan dengan tangan yang sangat kotor, bahkan berdarah. Kita datang dengan kesadaran penuh bahwa sebenarnya kita layak menerima penghakiman, jika kita bicara soal keadilan semata, tanpa berhak untuk protes. Namun itulah besarnya kasih Tuhan pada kita. Dia tidak ingin satupun dari kita binasa. Itulah kehendak Tuhan atas kita semua, seperti yang ditulis Petrus. "...karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat." (2 Petrus 3:9). Sungguh besar dan tak terbatas kasihNya pada kita. Setelah Daud ditegur nabi Natan karena berzinah dengan Batsyeba, Daud pun berkata: "Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar!" (Mazmur 51:3). Allah siap mengampuni saya dan anda, tidak peduli sebesar apa kesalahan kita di masa lalu. Ketika kita datang padaNya dengan hati yang hancur, tangan yang kotor dan berdarah, belas kasihNya pun akan turun atas kita. Kehendak Tuhan adalah kita semua diselamatkan dan dimenangkan. Belas kasihanNya membebaskan kita. Adalah Tuhan sendiri yang menghapus dosa kita, dan Dia tidak lagi mengingat-ingat dosa kita. (Yesaya 43:25) Ketika manusia penuh dosa dan seharusnya layak binasa, kasih Allah yang besar siap memberi pengampunan dan menyelamatkan manusia sepenuhnya. Itulah belas kasih Tuhan.
Belas kasih artinya memberikan pengampunan dan kebebasan kepada yang sebenarnya tidak layak menerimanya
Tuesday, February 24, 2009
Dari Sisi Positif
Ayat bacaan: Filipi 4:8
================
"Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu."
Bulan lalu saya meliput di sebuah acara yang diadakan oleh anak-anak SMA. Sebagai wartawan jazz, saya diundang untuk meliput karena ada satu band jazz yang akan tampil mengisi acara tersebut. Saya membawa seorang teman yang bertindak sebagai fotografer. Kami memperkirakan acaranya bakal ramai. Tapi ketika kami sampai disana, yang menonton ternyata hanyalah 20 an anak, itupun yang serius menyimak cuma sedikit. Sound systemnya parah. Bayangkan band harus dua kali terhenti ditengah permainan karena ada masalah pada sound system. Teman saya pun berkata, "garing ah... apa yang mau diulas kalau seperti ini?" Memang acaranya tanpa greget, tapi bagi saya segala sesuatu itu punya dua sisi, seperti halnya mata uang. Artinya, dari acara yang tanpa greget itupun pasti ada sisi baik yang bisa diambil sebagai sebuah ulasan yang baik. Dan malamnya pun saya menulis. Saya mengambil sisi positif. Apa misalnya? Band itu masih tetap bersemangat main dan tidak menggerutu walaupun sound systemnya jelek. Benar cuma ada 20an anak, tapi mereka yang menonton dengan sungguh-sungguh terlihat begitu menikmati pertunjukan. Anak SMA bisa mengerti komposisi jazz yang lumayan rumit dan menikmatinya, itu pun bagi saya merupakan perkembangan yang menggembirakan. Bukankah semua itu hal positif? Dari sana saya mengembangkan artikel ulasan saya. Dan ketika selesai, teman saya pun berkata "pinter banget nulisnya.. great, great,great!" Band jazz dan kordinatornya pun senang. All ended well. Saya yakin tidak ada penyelenggara yang mau acaranya sepi penonton. Bayangkan jika sudah sepi, mereka malah dihakimi oleh pers dan dibaca oleh begitu banyak orang. Kasihan kan? Padahal mereka sudah mati-matian berusaha. Puji Tuhan, saya sudah sekian lama berlatih untuk mendasari hidup dengan sikap positif, seperti yang ditulis dalam ayat bacaan hari ini, dan itu membuat saya mampu mengambil sisi positif dari sebuah situasi. Betapa bergunanya sikap demikian dalam salah satu pekerjaan saya sebagai wartawan.
Profesi sebagai wartawan memang bisa mempengaruhi pembaca. Wartawan yang provokatif akan selalu menyitir bagian-bagian yang negatif tanpa pikir panjang akan akibatnya bagi pembaca. Kalau perlu hakimi satu pihak sejelek-jeleknya untuk mengangkat pihak lain. Wartawan gosip akan selalu membesar-besarkan cerita, malah memutarbalikkan perkataan narasumber demi kepentingan pribadi atau medianya. Judul yang dipilih seringkali jauh dari isi, hanya mencari judul bombastis agar menarik perhatian orang saja. Kembali ke liputan saya diatas, apakah saya membohong agar tulisan saya bisa bernada positif? Tidak, sama sekali tidak. Saya menuliskan hal benar dari apa yang saya amati disana, yang saya lihat dengan kacamata positif.
Mendasarkan sesuatu dari sudut pandang positif itu sungguh baik. Kita akan terhindar dari kebiasaan berburuk sangka, berpikir negatif terhadap segala sesuatu, menyinggung perasaan orang bahkan merugikan diri sendiri. Betapa stresnya jika hidup kita hanya diisi dengan berbagai hal negatif yang dengan cepat dapat membuat kita penuh sumpah serapah, keluh kesah bahkan emosi. Maka Paulus pun mengingatkan pada jemaat Filipi akan hal ini. "Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu." (Filipi 4:8). Semua itu akan membuat kita hidup penuh sukacita dan tidak akan tertutupi lagi oleh awan negatif yang setiap saat bisa membuka berbagai pintu dosa untuk masuk ke dalam diri kita.
Saya terlahir sebagai orang yang pesimis, yang selalu berpikiran negatif, dan begitu sulitnya melihat sisi baik dari suatu hal. Perlahan namun pasti, setelah bertobat, "menjadi ciptaan baru" seperti yang tertulis pada 2 Korintus 5:17 terjadi dalam hidup saya. Transformasi terjadi. Melalui proses Tuhan ubahkan sifat dasar saya itu. Dan hasilnya, hidup saya jauh lebih damai, dan penuh sukacita. Meski demikian, saya masih terus belajar, karena saya sadar sebagai manusia yang lemah, jika tidak hati-hati saya bisa jatuh kembali pada diri lama saya.
Dalam kisah 12 orang yang diutus Musa untuk mengintai tanah terjanji, tanah Kanaan di kitab Bilangan, kita bisa melihat perbedaan sudut pandang seperti dua sisi mata uang. 10 orang berkata bahwa ada beda kelas antara orang yang tinggal di sana dibandingkan dengan bangsa yang dipimpin Musa. Bagaikan belalang kecilnya dibanding mereka. (Bilangan 13:33). Demikian pendapat 10 orang. Tapi dua orang lainnya, Kaleb dan Yosua melihat dari sisi positif dengan dasar iman yang sepenuhnya percaya pada Tuhan. Demikian kata Kaleb: "Tidak! Kita akan maju dan menduduki negeri itu, sebab kita pasti akan mengalahkannya!" (ay 30). Mengapa Kaleb bisa begitu yakin? Karena Kaleb tahu pasti bahwa tanah itu adalah tanah yang dijanjikan Tuhan. Maka jika Tuhan sendiri yang menjanjikan, dan Tuhan pun menyertai mereka, mengapa harus takut?
Demikianlah hidup. Seringkali kita dihadapkan pada berbagai hal, dimana hal tersebut bisa kita pandang dari dua sudut yang berbeda. Pilihan terhadap sisi negatif akan membuat kita lemah, hidup penuh amarah, kekecewaan, kegelisahan, ketakutan yang sama sekali jauh dari sehat. Disisi lain, ada sudut positif yang akan membawa damai sejahtera dan sukacita sepenuhnya bagi hidup kita. Tuhan ada bersama kita dalam segala keadaan, sepanjang kita selalu setia dan berharap padaNya. (Mazmur 31:24-25). Hidup akan jauh lebih indah, lebih damai dan lebih bermakna jika kita mengisi pikiran kita senantiasa dengan hal-hal yang positif.
Mendasarkan pikiran kepada kebajikan akan membuat hidup lebih indah
================
"Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu."
Bulan lalu saya meliput di sebuah acara yang diadakan oleh anak-anak SMA. Sebagai wartawan jazz, saya diundang untuk meliput karena ada satu band jazz yang akan tampil mengisi acara tersebut. Saya membawa seorang teman yang bertindak sebagai fotografer. Kami memperkirakan acaranya bakal ramai. Tapi ketika kami sampai disana, yang menonton ternyata hanyalah 20 an anak, itupun yang serius menyimak cuma sedikit. Sound systemnya parah. Bayangkan band harus dua kali terhenti ditengah permainan karena ada masalah pada sound system. Teman saya pun berkata, "garing ah... apa yang mau diulas kalau seperti ini?" Memang acaranya tanpa greget, tapi bagi saya segala sesuatu itu punya dua sisi, seperti halnya mata uang. Artinya, dari acara yang tanpa greget itupun pasti ada sisi baik yang bisa diambil sebagai sebuah ulasan yang baik. Dan malamnya pun saya menulis. Saya mengambil sisi positif. Apa misalnya? Band itu masih tetap bersemangat main dan tidak menggerutu walaupun sound systemnya jelek. Benar cuma ada 20an anak, tapi mereka yang menonton dengan sungguh-sungguh terlihat begitu menikmati pertunjukan. Anak SMA bisa mengerti komposisi jazz yang lumayan rumit dan menikmatinya, itu pun bagi saya merupakan perkembangan yang menggembirakan. Bukankah semua itu hal positif? Dari sana saya mengembangkan artikel ulasan saya. Dan ketika selesai, teman saya pun berkata "pinter banget nulisnya.. great, great,great!" Band jazz dan kordinatornya pun senang. All ended well. Saya yakin tidak ada penyelenggara yang mau acaranya sepi penonton. Bayangkan jika sudah sepi, mereka malah dihakimi oleh pers dan dibaca oleh begitu banyak orang. Kasihan kan? Padahal mereka sudah mati-matian berusaha. Puji Tuhan, saya sudah sekian lama berlatih untuk mendasari hidup dengan sikap positif, seperti yang ditulis dalam ayat bacaan hari ini, dan itu membuat saya mampu mengambil sisi positif dari sebuah situasi. Betapa bergunanya sikap demikian dalam salah satu pekerjaan saya sebagai wartawan.
Profesi sebagai wartawan memang bisa mempengaruhi pembaca. Wartawan yang provokatif akan selalu menyitir bagian-bagian yang negatif tanpa pikir panjang akan akibatnya bagi pembaca. Kalau perlu hakimi satu pihak sejelek-jeleknya untuk mengangkat pihak lain. Wartawan gosip akan selalu membesar-besarkan cerita, malah memutarbalikkan perkataan narasumber demi kepentingan pribadi atau medianya. Judul yang dipilih seringkali jauh dari isi, hanya mencari judul bombastis agar menarik perhatian orang saja. Kembali ke liputan saya diatas, apakah saya membohong agar tulisan saya bisa bernada positif? Tidak, sama sekali tidak. Saya menuliskan hal benar dari apa yang saya amati disana, yang saya lihat dengan kacamata positif.
Mendasarkan sesuatu dari sudut pandang positif itu sungguh baik. Kita akan terhindar dari kebiasaan berburuk sangka, berpikir negatif terhadap segala sesuatu, menyinggung perasaan orang bahkan merugikan diri sendiri. Betapa stresnya jika hidup kita hanya diisi dengan berbagai hal negatif yang dengan cepat dapat membuat kita penuh sumpah serapah, keluh kesah bahkan emosi. Maka Paulus pun mengingatkan pada jemaat Filipi akan hal ini. "Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu." (Filipi 4:8). Semua itu akan membuat kita hidup penuh sukacita dan tidak akan tertutupi lagi oleh awan negatif yang setiap saat bisa membuka berbagai pintu dosa untuk masuk ke dalam diri kita.
Saya terlahir sebagai orang yang pesimis, yang selalu berpikiran negatif, dan begitu sulitnya melihat sisi baik dari suatu hal. Perlahan namun pasti, setelah bertobat, "menjadi ciptaan baru" seperti yang tertulis pada 2 Korintus 5:17 terjadi dalam hidup saya. Transformasi terjadi. Melalui proses Tuhan ubahkan sifat dasar saya itu. Dan hasilnya, hidup saya jauh lebih damai, dan penuh sukacita. Meski demikian, saya masih terus belajar, karena saya sadar sebagai manusia yang lemah, jika tidak hati-hati saya bisa jatuh kembali pada diri lama saya.
Dalam kisah 12 orang yang diutus Musa untuk mengintai tanah terjanji, tanah Kanaan di kitab Bilangan, kita bisa melihat perbedaan sudut pandang seperti dua sisi mata uang. 10 orang berkata bahwa ada beda kelas antara orang yang tinggal di sana dibandingkan dengan bangsa yang dipimpin Musa. Bagaikan belalang kecilnya dibanding mereka. (Bilangan 13:33). Demikian pendapat 10 orang. Tapi dua orang lainnya, Kaleb dan Yosua melihat dari sisi positif dengan dasar iman yang sepenuhnya percaya pada Tuhan. Demikian kata Kaleb: "Tidak! Kita akan maju dan menduduki negeri itu, sebab kita pasti akan mengalahkannya!" (ay 30). Mengapa Kaleb bisa begitu yakin? Karena Kaleb tahu pasti bahwa tanah itu adalah tanah yang dijanjikan Tuhan. Maka jika Tuhan sendiri yang menjanjikan, dan Tuhan pun menyertai mereka, mengapa harus takut?
Demikianlah hidup. Seringkali kita dihadapkan pada berbagai hal, dimana hal tersebut bisa kita pandang dari dua sudut yang berbeda. Pilihan terhadap sisi negatif akan membuat kita lemah, hidup penuh amarah, kekecewaan, kegelisahan, ketakutan yang sama sekali jauh dari sehat. Disisi lain, ada sudut positif yang akan membawa damai sejahtera dan sukacita sepenuhnya bagi hidup kita. Tuhan ada bersama kita dalam segala keadaan, sepanjang kita selalu setia dan berharap padaNya. (Mazmur 31:24-25). Hidup akan jauh lebih indah, lebih damai dan lebih bermakna jika kita mengisi pikiran kita senantiasa dengan hal-hal yang positif.
Mendasarkan pikiran kepada kebajikan akan membuat hidup lebih indah
Monday, February 23, 2009
Sempurna Dalam Kelemahan
Ayat bacaan: Keluaran 4:10
=====================
"Lalu kata Musa kepada TUHAN: "Ah, Tuhan, aku ini tidak pandai bicara, dahulupun tidak dan sejak Engkau berfirman kepada hamba-Mupun tidak, sebab aku berat mulut dan berat lidah."
Tidak terasa RHO sudah melewati setahun. Selama setahun saya menulis renungan tiap malam, membaca Alkitab, merenungkan firman Tuhan tanpa lewat satu kali pun, dan yang paling utama, selama setahun penuh pula Tuhan berbicara sehingga saya bisa menuliskan renungan demi renungan setiap harinya. Jika saya mengingat kembali pada awal dimana saya memutuskan untuk menulis, ada keraguan yang sempat terbersit di hati saya, apakah saya sanggup? Ini mengingat saya bukanlah lulusan teologia, masuk saja tidak pernah. Saya terhitung baru menerima Kristus sebagai Juru Selamat, baru memasuki tahun ke 8. Hidup saya di masa lalu bergelimang dosa dalam berbagai bentuk. Sebelum saya mulai menulis, saya sangat jarang membaca Alkitab, paling di Gereja saja, itu juga tidak setiap minggu saya jalani. Saya jarang berdoa, sangat tidak teratur. Ketika saya mencoba, terkadang saya tertidur di saat berdoa, dan amin-nya baru besok pagi. Tidak heran jika saya bingung dan ragu ketika saya diminta Tuhan untuk melayani lewat internet. Saya berkata, "Tuhan, serius dong... apa mungkin saya bisa? Apa nggak mending pedeta saja atau siswa sekolah teologia?" Dan kata-kata yang terdengar dalam hati saya waktu itu sangat jelas. "Aku tidak bertanya bisa atau tidak, tapi mau atau tidak. Karena bukan kamu yang bekerja, tapi Aku." Dan saya memutuskan untuk taat. Saya merasa begitu banyak hidup saya yang tersia-siakan karena dulu saya hanya bergantung pada kekuatan saya sendiri. It's time for a turning point. This time I'll listen to Him and let Him decide whatever best for me. Itu yang menjadi tekad saya. Saya mau belajar percaya, mau belajar patuh dan mau menyerahkan perjalanan hidup saya ke depan bersama Dia. Dan hari ini saya cuma mau berucap syukur. Tuhan, Engkau luar biasa. Sudah lebih setahun, dan ternyata janjiNya terbukti. Tidak saja Dia berbicara setiap hari untuk bahan yang harus dituliskan, namun penyertaanNya dalam perjalanan hidup saya penuh dengan mukjizat atau keajaiban-keajaiban. I feel so close to Him, closer than I've ever felt, and that has been going for more than a year! Begitu kuatnya keberadaan Tuhan dalam hidup saya, sehingga saya bisa meninggalkan segala kekhawatiran mengenai masa depan, saya tidak perlu takut atau ragu, karena saya tahu ada Tuhan yang bertahta di atas segala pekerjaan yang saya lakukan, dan hidup yang saya jalani bersama keluarga saya. Berbagai keajaiban yang lewat nalar manusia rasanya tidak mungkin, terjadi berkali-kali. Mukjizat kesembuhan, berkat dalam pekerjaan, teguran-teguran, hikmat dan banyak lagi bentuk kemuliaanNya hadir dalam hidup saya. Jika sekarang saya boleh merasakan sukacita dan damai sejahtera, itu karena tidak ada lagi rasa khawatir untuk hari depan, sebab Tuhan dalam hidup saya. Haleluya!
Musa ternyata pernah mengalami keraguan yang sama ketika ia diutus Tuhan. Musa saat itu sudah tidak muda lagi. Maka ketika Tuhan tiba-tiba memanggilnya dikala Musa sedang menggembalakan domba-domba mertuanya, Yitro, Musa pun bingung. Banyak pertanyaan hadir di benaknya. "Siapakah aku ini, maka aku yang akan menghadap Firaun dan membawa orang Israel keluar dari Mesir?" (Keluaran 3:11). Jawab Tuhan: "Bukankah Aku akan menyertai engkau?" (ay 12). Musa kembali bertanya, dan kemudian Tuhan menjawab: "AKU ADALAH AKU." Lagi firman-Nya: "Beginilah kaukatakan kepada orang Israel itu: AKULAH AKU telah mengutus aku kepadamu." (ay 14). Dalam bahasa Inggrisnya lebih tegas: "I AM WHO I AM and WHAT I AM, and I WILL BE WHAT I WILL BE." Serangkaian pertanyaan masih dikemukakan Musa yang saya yakin saat itu sedang kebingungan. Dia kemudian menyadari keterbatasan kemampuannya. "Lalu kata Musa kepada TUHAN: "Ah, Tuhan, aku ini tidak pandai bicara, dahulupun tidak dan sejak Engkau berfirman kepada hamba-Mupun tidak, sebab aku berat mulut dan berat lidah." (4:11). Jika mengacu dari versi bahasa Inggris, kelihatannya Musa memiliki masalah dalam berbicara. "..for I am slow of speech and have a heavy and awkward tongue." Tapi lihatlah jawaban Tuhan: "Siapakah yang membuat lidah manusia, siapakah yang membuat orang bisu atau tuli, membuat orang melihat atau buta; bukankah Aku, yakni TUHAN? Oleh sebab itu, pergilah, Aku akan menyertai lidahmu dan mengajar engkau, apa yang harus kaukatakan." (ay 11-12). Ya, bukan kemampuan Musa yang menentukan, namun kuasa Tuhanlah yang memampukan.
Sepanjang berbagai kisah dalam Alkitab, Tuhan berulang kali membuktikan bahwa Dia sanggup memakai siapapun. Mulai dari gembala hingga pembantai orang Kristen, mulai dari anak-anak, wanita hingga orang tua, orang berdosa, pemungut cukai, nelayan, pelacur, semua bisa diubahkan Tuhan menjadi saluran berkatNya. Paulus yang punya latar belakang pembantai orang Kristen, bisa diubahkan begitu luar biasa dalam sesaat. Tuhan berkata padanya: "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." (2 Korintus 2:9) Dia kemudian sampai pada satu kesimpulan, bahwa dalam kelemahannya-lah dia menjadi kuat. (2 Korintus 12:10).
Kelemahan kita, ketidakmampuan kita, keterbatasan kita, kekurangan kita, bahkan ketidaklengkapan kita sekalipun bisa dipergunakan Tuhan untuk menyatakan kuasaNya. Tuhan mampu memenuhi kita dengan kekuatan sehingga Dia bisa mempergunakan segala keterbasan kita untuk hal yang baik. Dalam segala keterbatasan kita, datanglah pada Tuhan dan berpeganglah padaNya. Kita akan terus bertumbuh dalam kekuatan, semangat, dan sukacita jika kita terus membangun hubungan dengan Bapa di Surga. Semua tergantung seberapa besar kita mau taat, seberapa besar kita mau mematuhi dan menuruti kehendakNya bagi hidup kita.
Tidak harus super sarjana untuk berhasil dalam hidup, tidak harus jadi super pendeta untuk mampu melayani. Kita semua bisa dipakai Tuhan untuk menyatakan kemuliaanNya. We all can be used for His glory. Berbagai latar belakang kita, selemah apapun, bisa diubah menjadi sumber berkat luar biasa. Dibalik segala kelemahan kita, kuasa Tuhan justru menjadi sempurna.
Kuasa Tuhan justru sempurna dalam kelemahan kita
=====================
"Lalu kata Musa kepada TUHAN: "Ah, Tuhan, aku ini tidak pandai bicara, dahulupun tidak dan sejak Engkau berfirman kepada hamba-Mupun tidak, sebab aku berat mulut dan berat lidah."
Tidak terasa RHO sudah melewati setahun. Selama setahun saya menulis renungan tiap malam, membaca Alkitab, merenungkan firman Tuhan tanpa lewat satu kali pun, dan yang paling utama, selama setahun penuh pula Tuhan berbicara sehingga saya bisa menuliskan renungan demi renungan setiap harinya. Jika saya mengingat kembali pada awal dimana saya memutuskan untuk menulis, ada keraguan yang sempat terbersit di hati saya, apakah saya sanggup? Ini mengingat saya bukanlah lulusan teologia, masuk saja tidak pernah. Saya terhitung baru menerima Kristus sebagai Juru Selamat, baru memasuki tahun ke 8. Hidup saya di masa lalu bergelimang dosa dalam berbagai bentuk. Sebelum saya mulai menulis, saya sangat jarang membaca Alkitab, paling di Gereja saja, itu juga tidak setiap minggu saya jalani. Saya jarang berdoa, sangat tidak teratur. Ketika saya mencoba, terkadang saya tertidur di saat berdoa, dan amin-nya baru besok pagi. Tidak heran jika saya bingung dan ragu ketika saya diminta Tuhan untuk melayani lewat internet. Saya berkata, "Tuhan, serius dong... apa mungkin saya bisa? Apa nggak mending pedeta saja atau siswa sekolah teologia?" Dan kata-kata yang terdengar dalam hati saya waktu itu sangat jelas. "Aku tidak bertanya bisa atau tidak, tapi mau atau tidak. Karena bukan kamu yang bekerja, tapi Aku." Dan saya memutuskan untuk taat. Saya merasa begitu banyak hidup saya yang tersia-siakan karena dulu saya hanya bergantung pada kekuatan saya sendiri. It's time for a turning point. This time I'll listen to Him and let Him decide whatever best for me. Itu yang menjadi tekad saya. Saya mau belajar percaya, mau belajar patuh dan mau menyerahkan perjalanan hidup saya ke depan bersama Dia. Dan hari ini saya cuma mau berucap syukur. Tuhan, Engkau luar biasa. Sudah lebih setahun, dan ternyata janjiNya terbukti. Tidak saja Dia berbicara setiap hari untuk bahan yang harus dituliskan, namun penyertaanNya dalam perjalanan hidup saya penuh dengan mukjizat atau keajaiban-keajaiban. I feel so close to Him, closer than I've ever felt, and that has been going for more than a year! Begitu kuatnya keberadaan Tuhan dalam hidup saya, sehingga saya bisa meninggalkan segala kekhawatiran mengenai masa depan, saya tidak perlu takut atau ragu, karena saya tahu ada Tuhan yang bertahta di atas segala pekerjaan yang saya lakukan, dan hidup yang saya jalani bersama keluarga saya. Berbagai keajaiban yang lewat nalar manusia rasanya tidak mungkin, terjadi berkali-kali. Mukjizat kesembuhan, berkat dalam pekerjaan, teguran-teguran, hikmat dan banyak lagi bentuk kemuliaanNya hadir dalam hidup saya. Jika sekarang saya boleh merasakan sukacita dan damai sejahtera, itu karena tidak ada lagi rasa khawatir untuk hari depan, sebab Tuhan dalam hidup saya. Haleluya!
Musa ternyata pernah mengalami keraguan yang sama ketika ia diutus Tuhan. Musa saat itu sudah tidak muda lagi. Maka ketika Tuhan tiba-tiba memanggilnya dikala Musa sedang menggembalakan domba-domba mertuanya, Yitro, Musa pun bingung. Banyak pertanyaan hadir di benaknya. "Siapakah aku ini, maka aku yang akan menghadap Firaun dan membawa orang Israel keluar dari Mesir?" (Keluaran 3:11). Jawab Tuhan: "Bukankah Aku akan menyertai engkau?" (ay 12). Musa kembali bertanya, dan kemudian Tuhan menjawab: "AKU ADALAH AKU." Lagi firman-Nya: "Beginilah kaukatakan kepada orang Israel itu: AKULAH AKU telah mengutus aku kepadamu." (ay 14). Dalam bahasa Inggrisnya lebih tegas: "I AM WHO I AM and WHAT I AM, and I WILL BE WHAT I WILL BE." Serangkaian pertanyaan masih dikemukakan Musa yang saya yakin saat itu sedang kebingungan. Dia kemudian menyadari keterbatasan kemampuannya. "Lalu kata Musa kepada TUHAN: "Ah, Tuhan, aku ini tidak pandai bicara, dahulupun tidak dan sejak Engkau berfirman kepada hamba-Mupun tidak, sebab aku berat mulut dan berat lidah." (4:11). Jika mengacu dari versi bahasa Inggris, kelihatannya Musa memiliki masalah dalam berbicara. "..for I am slow of speech and have a heavy and awkward tongue." Tapi lihatlah jawaban Tuhan: "Siapakah yang membuat lidah manusia, siapakah yang membuat orang bisu atau tuli, membuat orang melihat atau buta; bukankah Aku, yakni TUHAN? Oleh sebab itu, pergilah, Aku akan menyertai lidahmu dan mengajar engkau, apa yang harus kaukatakan." (ay 11-12). Ya, bukan kemampuan Musa yang menentukan, namun kuasa Tuhanlah yang memampukan.
Sepanjang berbagai kisah dalam Alkitab, Tuhan berulang kali membuktikan bahwa Dia sanggup memakai siapapun. Mulai dari gembala hingga pembantai orang Kristen, mulai dari anak-anak, wanita hingga orang tua, orang berdosa, pemungut cukai, nelayan, pelacur, semua bisa diubahkan Tuhan menjadi saluran berkatNya. Paulus yang punya latar belakang pembantai orang Kristen, bisa diubahkan begitu luar biasa dalam sesaat. Tuhan berkata padanya: "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." (2 Korintus 2:9) Dia kemudian sampai pada satu kesimpulan, bahwa dalam kelemahannya-lah dia menjadi kuat. (2 Korintus 12:10).
Kelemahan kita, ketidakmampuan kita, keterbatasan kita, kekurangan kita, bahkan ketidaklengkapan kita sekalipun bisa dipergunakan Tuhan untuk menyatakan kuasaNya. Tuhan mampu memenuhi kita dengan kekuatan sehingga Dia bisa mempergunakan segala keterbasan kita untuk hal yang baik. Dalam segala keterbatasan kita, datanglah pada Tuhan dan berpeganglah padaNya. Kita akan terus bertumbuh dalam kekuatan, semangat, dan sukacita jika kita terus membangun hubungan dengan Bapa di Surga. Semua tergantung seberapa besar kita mau taat, seberapa besar kita mau mematuhi dan menuruti kehendakNya bagi hidup kita.
Tidak harus super sarjana untuk berhasil dalam hidup, tidak harus jadi super pendeta untuk mampu melayani. Kita semua bisa dipakai Tuhan untuk menyatakan kemuliaanNya. We all can be used for His glory. Berbagai latar belakang kita, selemah apapun, bisa diubah menjadi sumber berkat luar biasa. Dibalik segala kelemahan kita, kuasa Tuhan justru menjadi sempurna.
Kuasa Tuhan justru sempurna dalam kelemahan kita
Sunday, February 22, 2009
How Much Enough Is Enough?
Ayat bacaan: 1 Timotius 6:6
=====================
"Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar."
How much enough is enough? Ini pertanyaan yang sederhana namun biasanya cukup sulit untuk dijawab secara jujur. Batasan orang mengenai rasa cukup bisa beragam. Manusia cenderung sulit untuk merasa puas. Berbagai kebutuhan terus bertambah setiap saat. Dulu saya bisa hidup tanpa telepon, sekarang jika telepon selular saya ketinggalan di rumah saya sudah pusing. Dulu tanpa komputer hidup oke-oke saja, sekarang jika internet mati saya kerepotan. Perkembangan jaman membuat kebutuhan manusia pun berubah bertambah banyak di segala sisi kehidupan. Melihat tetangga punya mobil, kita pun ingin punya mobil. Sudah punya mobil? Tetap saja mobil tetangga lebih bagus. Sebagian pria menganggap wanita punya kebutuhan jauh lebih banyak dibanding pria. Banyak suami mengeluh istrinya terus saja belanja. Sepatu baru, tas baru, padahal yang lama belum juga puas dipakai. Tapi jaman sekarang ini pria pun banyak yang jadi pesolek, malah tidak jarang kebutuhan aksesoris sebagian pria justru melebihi kebutuhan wanita. Maka kita kembali pada pertanyaan, kapan kita bisa merasa cukup? Apa jika kita sudah punya mobil lebih dari satu, punya handphone lebih dari satu (satu GSM dan satu CDMA atau malah lebih), bisa makan di restoran, bisa jalan-jalan ke luar negeri, bisa berbelanja tanpa pusing, bisa punya tabungan melewati 8 digit, dan seterusnya, kita akan merasa cukup? Kecenderungan manusia mengarah pada jawaban: belum cukup. Bahkan ketika kita sudah memiliki segalanya, seringkali rasa belum cukup itu malah bertambah. "Semakin banyak yang saya punya, semakin banyak pula yang tidak saya punya.." kata seorang teman pada suatu kali.
Jika mengacu pada Alkitab, how much enough is enough akan mengarah pada satu jawaban sederhana. "Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah." (1 Timotius 6:8). Itu kebutuhan paling mendasar manusia yang seharusnya mendatangkan kata cukup jika sudah dimiliki. Mengapa demikian? Karena dari segala kebutuhan hidup, dua itu-lah yang paling vital. Jika kita lupa akan hal ini kita tidak akan pernah bisa bersyukur. Rasa tidak puas dan masih kurang akan terus menguasai diri kita. Ayat selanjutnya berkata: "Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan." (ay 9). Inilah yang terjadi jika kita membiarkan diri kita untuk selalu mengejar kebutuhan-kebutuhan di luar kebutuhan utama. Karena memburu uang, kita bisa menyimpang dari iman, terjatuh dalam lubang-lubang dosa dan menjadi seorang hamba uang. Karenanya tidak berlebihan jika dikatakan "cinta akan uang adalah akar segala kejahatan." (ay 10).
Tidak mudah memang memiliki rasa cukup dan bisa bersyukur atas apa yang kita miliki hari ini. Rasa selalu kekurangan akan membuat kita mengejar uang tanpa henti dan lupa beribadah. Lupa bersyukur, lupa menyembah, memuji dan memuliakan Tuhan. Kalau tidak lupa, ya tidak sempat. Jika kita mampu mensyukuri apa yang kita miliki hari ini, kitapun akan mampu beribadah dengan khusuk tanpa terganggu berbagai keinginan. Setidaknya kita masih bisa makan dan punya pakaian bukan? Maka benarlah ucapan Paulus yang berkata: "Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar." (ay 6). Ingatlah bahwa kita tidak membawa apapun ke dalam dunia, dan nanti kita tidak akan dapat membawa apa-apa ke luar. (ay 7). Dalam Ibrani kembali diingatkan hal yang sama : "Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau." (Ibrani 13:5). Belajarlah untuk mampu mencukupkan diri dengan segala apa yang ada pada kita saat ini, dan bersyukurlah senantiasa. Buat apa merasa gelisah dan tak pernah cukup jika Tuhan sudah berjanji untuk tidak sekalipun meninggalkan dan membiarkan kita?
Yang terpenting adalah penyertaan Tuhan dalam hidup kita. Paulus menyadari itu sepenuhnya. Dalam suratnya kepada jemaat Filipi pasal 4, Paulus berkata bahwa ia tahu pasti apa itu kekurangan dan apa itu kelimpahan. Tidak ada rahasia dalam hal kenyang dan lapar, maupun kelimpahan dan kekurangan. Ia tahu itu semua, dan ia telah belajar mencukupkan dirinya dalam segala keadaan. (Filipi 4:11-12). Paulus tahu, yang terpenting adalah penyertaan Tuhan, karena bersama Tuhan ia akan mampu menanggung apapun. "Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku." (ay 13). Kebutuhan boleh saja banyak, boleh saja bertambah dari waktu ke waktu, namun janganlah hal tersebut dijadikan tolak ukur kita untuk merasa cukup. Belajarlah mencukupkan diri dengan hal yang paling dasar, dan bersyukurlah senantiasa.
Jangan dasarkan hidup pada yang tidak kita miliki, tapi bersyukurlah senantiasa dengan apa yang kita miliki
=====================
"Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar."
How much enough is enough? Ini pertanyaan yang sederhana namun biasanya cukup sulit untuk dijawab secara jujur. Batasan orang mengenai rasa cukup bisa beragam. Manusia cenderung sulit untuk merasa puas. Berbagai kebutuhan terus bertambah setiap saat. Dulu saya bisa hidup tanpa telepon, sekarang jika telepon selular saya ketinggalan di rumah saya sudah pusing. Dulu tanpa komputer hidup oke-oke saja, sekarang jika internet mati saya kerepotan. Perkembangan jaman membuat kebutuhan manusia pun berubah bertambah banyak di segala sisi kehidupan. Melihat tetangga punya mobil, kita pun ingin punya mobil. Sudah punya mobil? Tetap saja mobil tetangga lebih bagus. Sebagian pria menganggap wanita punya kebutuhan jauh lebih banyak dibanding pria. Banyak suami mengeluh istrinya terus saja belanja. Sepatu baru, tas baru, padahal yang lama belum juga puas dipakai. Tapi jaman sekarang ini pria pun banyak yang jadi pesolek, malah tidak jarang kebutuhan aksesoris sebagian pria justru melebihi kebutuhan wanita. Maka kita kembali pada pertanyaan, kapan kita bisa merasa cukup? Apa jika kita sudah punya mobil lebih dari satu, punya handphone lebih dari satu (satu GSM dan satu CDMA atau malah lebih), bisa makan di restoran, bisa jalan-jalan ke luar negeri, bisa berbelanja tanpa pusing, bisa punya tabungan melewati 8 digit, dan seterusnya, kita akan merasa cukup? Kecenderungan manusia mengarah pada jawaban: belum cukup. Bahkan ketika kita sudah memiliki segalanya, seringkali rasa belum cukup itu malah bertambah. "Semakin banyak yang saya punya, semakin banyak pula yang tidak saya punya.." kata seorang teman pada suatu kali.
Jika mengacu pada Alkitab, how much enough is enough akan mengarah pada satu jawaban sederhana. "Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah." (1 Timotius 6:8). Itu kebutuhan paling mendasar manusia yang seharusnya mendatangkan kata cukup jika sudah dimiliki. Mengapa demikian? Karena dari segala kebutuhan hidup, dua itu-lah yang paling vital. Jika kita lupa akan hal ini kita tidak akan pernah bisa bersyukur. Rasa tidak puas dan masih kurang akan terus menguasai diri kita. Ayat selanjutnya berkata: "Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan." (ay 9). Inilah yang terjadi jika kita membiarkan diri kita untuk selalu mengejar kebutuhan-kebutuhan di luar kebutuhan utama. Karena memburu uang, kita bisa menyimpang dari iman, terjatuh dalam lubang-lubang dosa dan menjadi seorang hamba uang. Karenanya tidak berlebihan jika dikatakan "cinta akan uang adalah akar segala kejahatan." (ay 10).
Tidak mudah memang memiliki rasa cukup dan bisa bersyukur atas apa yang kita miliki hari ini. Rasa selalu kekurangan akan membuat kita mengejar uang tanpa henti dan lupa beribadah. Lupa bersyukur, lupa menyembah, memuji dan memuliakan Tuhan. Kalau tidak lupa, ya tidak sempat. Jika kita mampu mensyukuri apa yang kita miliki hari ini, kitapun akan mampu beribadah dengan khusuk tanpa terganggu berbagai keinginan. Setidaknya kita masih bisa makan dan punya pakaian bukan? Maka benarlah ucapan Paulus yang berkata: "Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar." (ay 6). Ingatlah bahwa kita tidak membawa apapun ke dalam dunia, dan nanti kita tidak akan dapat membawa apa-apa ke luar. (ay 7). Dalam Ibrani kembali diingatkan hal yang sama : "Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau." (Ibrani 13:5). Belajarlah untuk mampu mencukupkan diri dengan segala apa yang ada pada kita saat ini, dan bersyukurlah senantiasa. Buat apa merasa gelisah dan tak pernah cukup jika Tuhan sudah berjanji untuk tidak sekalipun meninggalkan dan membiarkan kita?
Yang terpenting adalah penyertaan Tuhan dalam hidup kita. Paulus menyadari itu sepenuhnya. Dalam suratnya kepada jemaat Filipi pasal 4, Paulus berkata bahwa ia tahu pasti apa itu kekurangan dan apa itu kelimpahan. Tidak ada rahasia dalam hal kenyang dan lapar, maupun kelimpahan dan kekurangan. Ia tahu itu semua, dan ia telah belajar mencukupkan dirinya dalam segala keadaan. (Filipi 4:11-12). Paulus tahu, yang terpenting adalah penyertaan Tuhan, karena bersama Tuhan ia akan mampu menanggung apapun. "Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku." (ay 13). Kebutuhan boleh saja banyak, boleh saja bertambah dari waktu ke waktu, namun janganlah hal tersebut dijadikan tolak ukur kita untuk merasa cukup. Belajarlah mencukupkan diri dengan hal yang paling dasar, dan bersyukurlah senantiasa.
Jangan dasarkan hidup pada yang tidak kita miliki, tapi bersyukurlah senantiasa dengan apa yang kita miliki
Saturday, February 21, 2009
Days Are Numbered
Ayat bacaan: Mazmur 90:12
=====================
"Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana."
Semakin tua, semakin singkat pula rasanya waktu berjalan. Ini yang saya rasakan. Saya mengingat waktu saya kecil dimana saya kerap kali merasakan waktu berjalan begitu lambat. Begitu lambat sehingga rasanya saya cepat sekali bosan terhadap sesuatu. Tapi sekarang saya merasa waktu berjalan begitu cepat. Rasanya baru bangun, tiba-tiba tanpa terasa waktu untuk tidur sudah tiba. Rasanya baru saja hari senin, tahu-tahu sudah senin lagi. Bulan berlalu dengan cepat, tahun berlalu juga dengan cepat. Tidak terasa kita sudah hampir memasuki bulan ketiga di tahun ini, sementara rasanya baru saja kita merayakan tahun baru. Rasanya waktu seperti komet saja cepatnya. Malam ini saya merenung, sudah seberapa jauh saya memanfaatkan waktu-waktu, hari-hari yang diijinkan Tuhan untuk ada dalam hidup saya. Sudahkah saya memaksimalkan penggunaan waktu dengan seefektif mungkin? Sudahkah saya memakai segala talenta dan berkat dari Tuhan dalam waktu yang disediakan bagi saya untuk kemuliaanNya secara cukup? Begitu banyak pertanyaan, karena saya tahu saya tidak akan selamanya memiliki hari demi hari di dunia ini. Satu saat nanti itu akan berakhir. Dan saya tidak ingin mengakhirinya dengan sia-sia tanpa hasil. Saya ingin berbuah, meninggalkan jejak-jejak yang semoga bisa bermanfaat bagi sesama, dimana nama Tuhan bisa dipermuliakan lewat berbagai penggunaan waktu secara efektif dalam hidup saya. That's what I want.
Dalam Mazmur 90 kita melihat doa Musa. Musa yang dipakai Tuhan ketika usianya sudah lanjut, bukan sejak muda. Musa menyadari betapa waktu manusia ini sungguh singkat. "Masa hidup kami tujuh puluh tahun, dan jika kami kuat, delapan puluh tahun.." (Mazmur 90:10). Begitu singkat sehingga jika tidak hati-hati, tanpa sadar kita akan menghabiskan masa hidup kita untuk segala sesuatu yang sia-sia. Begitu mudahnya kita disibukkan oleh segala sesuatu yang sesungguhnya tidak berguna. Lingkungan yang sulit, kesulitan hidup, mulai ketakutan ketika kerut-kerut wajah mulai muncul, uban yang mulai terlihat, kecemburuan terhadap orang yang lebih berada dari kita, dan sebagainya, bisa menimbulkan masalah, dan tanpa sadar kita akan mengisi hidup kita dengan berbagai keluhan. Hidup yang dikuasai emosi, penuh amarah, penuh kekesalan, penuh protes dan selalu merasa kurang. Akhirnya kita hidup dengan fokus yang salah, fokus pada segala permasalahan dan kekurangan daripada mensyukuri apa yang telah Tuhan lengkapi bagi kita, yang seharusnya sudah bisa kita manfaatkan untuk menjadi berkat buat orang lain. Di sisi lain, ada pula orang yang memanfaatkan waktunya hanya untuk bermalas-malasan. Tuhan tidak suka dengan hal ini. "Hai pemalas, berapa lama lagi engkau berbaring? Bilakah engkau akan bangun dari tidurmu? Tidur sebentar lagi, mengantuk sebentar lagi, melipat tangan sebentar lagi untuk tinggal berbaring maka datanglah kemiskinan kepadamu seperti seorang penyerbu, dan kekurangan seperti orang yang bersenjata." (Amsal 6:9-11). Kemalasan bisa mendatangkan kemiskinan, dan itu baru salah satu akibat langsung dari pemborosan waktu yang langsung terasa dalam masa kehidupan di dunia ini. Untuk saat dimana kita menghadap Tuhan pun kita harus bertanggung jawab penuh atas segala yang Dia karuniakan dan untuk apa kita memanfaatkannya dalam hidup kita. "Demikianlah setiap orang di antara kita akan memberi pertanggungan jawab tentang dirinya sendiri kepada Allah." (Roma 14:12). Tuhan tidak mau waktu yang tersedia bagi kita hanya terbuang sia-sia.
Victor Hugo, pengarang legendaris yang pernah menulis beberapa karya fenomenal seperti Les Miserables dan The Hunchback of Notre Dame suatu kali pernah berkata: "Short as life is, we make it still shorter by the careless waste of time." Hidup sudah singkat, janganlah kita malah memperpendek hidup dengan membuang waktu secara percuma. Ada begitu banyak talenta yang sudah Tuhan percayakan pada hidup anda, ada begitu banyak yang bisa anda lakukan, ada begitu banyak orang yang bisa anda berkati, dimana semua itu bisa sangat bermakna baik bagi hidup anda, hidup orang lain dan dimata Tuhan. Betapa sayangnya jika waktu-waktu yang ada dalam hidup kita hanya dipakai untuk bermalas-malasan atau hanya dipenuhi keluh kesah. Musa tidak berdoa agar dia diberi kekayaan, diberi umur yang panjang, namun yang ia minta adalah hikmat untuk menghitung hari-hari dalam hidup dengan cermat hingga bisa semakin bijaksana. Untuk dapat memperoleh hikmat, kita harus bermula dari takut akan Tuhan dan selalu berpegang teguh pada firmanNya. "Permulaan hikmat adalah takut akan Tuhan, dan mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian." (Amsal 9:10). Daripada memperpendek hidup yang sudah singkat ini dengan segala keluh kesah dan kemalasan, lebih baik kita mengisi diri kita dengan firman Tuhan terus menerus dan melakukan segala sesuatu sesuai firmanNya. Terus bertumbuh dalam hikmat setiap hari. Fokus pada apa yang penting buat kehidupan kekal. Manfaatkan hari-hari yang ada dengan segala sesuatu yang bermanfaat baik bagi diri anda sendiri, bagi orang lain, dan lakukan semuanya dimana nama Tuhan bisa dipermuliakan. Seperti apa yang dinyanyikan sebuah grup band lawas Alan Parsons Project berjudul Days Are Numbered, demikian cuplikan liriknya: "Days are numbered, Watch the stars, We can only see so far..Someday, you'll know where you are.." , kita harus terus menyadari waktu kita terbatas dan jangan sampai menyesal di kemudian hari. Apa yang kita tanam hari ini akan menentukan masa depan kita. Jika pertanyaan yang sama hadir buat anda, sudahkah anda menghitung hari-hari anda dan mempergunakannya secara maksimal, bagaimana jawaban anda? Jika anda merasa masih kurang memanfaatkannya, mulailah dari sekarang. God, teach us to number our days, may we all gain a heart of wisdom, because we know now that our days are numbered.
Days are numbered, use it effectively for the glory of God
=====================
"Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana."
Semakin tua, semakin singkat pula rasanya waktu berjalan. Ini yang saya rasakan. Saya mengingat waktu saya kecil dimana saya kerap kali merasakan waktu berjalan begitu lambat. Begitu lambat sehingga rasanya saya cepat sekali bosan terhadap sesuatu. Tapi sekarang saya merasa waktu berjalan begitu cepat. Rasanya baru bangun, tiba-tiba tanpa terasa waktu untuk tidur sudah tiba. Rasanya baru saja hari senin, tahu-tahu sudah senin lagi. Bulan berlalu dengan cepat, tahun berlalu juga dengan cepat. Tidak terasa kita sudah hampir memasuki bulan ketiga di tahun ini, sementara rasanya baru saja kita merayakan tahun baru. Rasanya waktu seperti komet saja cepatnya. Malam ini saya merenung, sudah seberapa jauh saya memanfaatkan waktu-waktu, hari-hari yang diijinkan Tuhan untuk ada dalam hidup saya. Sudahkah saya memaksimalkan penggunaan waktu dengan seefektif mungkin? Sudahkah saya memakai segala talenta dan berkat dari Tuhan dalam waktu yang disediakan bagi saya untuk kemuliaanNya secara cukup? Begitu banyak pertanyaan, karena saya tahu saya tidak akan selamanya memiliki hari demi hari di dunia ini. Satu saat nanti itu akan berakhir. Dan saya tidak ingin mengakhirinya dengan sia-sia tanpa hasil. Saya ingin berbuah, meninggalkan jejak-jejak yang semoga bisa bermanfaat bagi sesama, dimana nama Tuhan bisa dipermuliakan lewat berbagai penggunaan waktu secara efektif dalam hidup saya. That's what I want.
Dalam Mazmur 90 kita melihat doa Musa. Musa yang dipakai Tuhan ketika usianya sudah lanjut, bukan sejak muda. Musa menyadari betapa waktu manusia ini sungguh singkat. "Masa hidup kami tujuh puluh tahun, dan jika kami kuat, delapan puluh tahun.." (Mazmur 90:10). Begitu singkat sehingga jika tidak hati-hati, tanpa sadar kita akan menghabiskan masa hidup kita untuk segala sesuatu yang sia-sia. Begitu mudahnya kita disibukkan oleh segala sesuatu yang sesungguhnya tidak berguna. Lingkungan yang sulit, kesulitan hidup, mulai ketakutan ketika kerut-kerut wajah mulai muncul, uban yang mulai terlihat, kecemburuan terhadap orang yang lebih berada dari kita, dan sebagainya, bisa menimbulkan masalah, dan tanpa sadar kita akan mengisi hidup kita dengan berbagai keluhan. Hidup yang dikuasai emosi, penuh amarah, penuh kekesalan, penuh protes dan selalu merasa kurang. Akhirnya kita hidup dengan fokus yang salah, fokus pada segala permasalahan dan kekurangan daripada mensyukuri apa yang telah Tuhan lengkapi bagi kita, yang seharusnya sudah bisa kita manfaatkan untuk menjadi berkat buat orang lain. Di sisi lain, ada pula orang yang memanfaatkan waktunya hanya untuk bermalas-malasan. Tuhan tidak suka dengan hal ini. "Hai pemalas, berapa lama lagi engkau berbaring? Bilakah engkau akan bangun dari tidurmu? Tidur sebentar lagi, mengantuk sebentar lagi, melipat tangan sebentar lagi untuk tinggal berbaring maka datanglah kemiskinan kepadamu seperti seorang penyerbu, dan kekurangan seperti orang yang bersenjata." (Amsal 6:9-11). Kemalasan bisa mendatangkan kemiskinan, dan itu baru salah satu akibat langsung dari pemborosan waktu yang langsung terasa dalam masa kehidupan di dunia ini. Untuk saat dimana kita menghadap Tuhan pun kita harus bertanggung jawab penuh atas segala yang Dia karuniakan dan untuk apa kita memanfaatkannya dalam hidup kita. "Demikianlah setiap orang di antara kita akan memberi pertanggungan jawab tentang dirinya sendiri kepada Allah." (Roma 14:12). Tuhan tidak mau waktu yang tersedia bagi kita hanya terbuang sia-sia.
Victor Hugo, pengarang legendaris yang pernah menulis beberapa karya fenomenal seperti Les Miserables dan The Hunchback of Notre Dame suatu kali pernah berkata: "Short as life is, we make it still shorter by the careless waste of time." Hidup sudah singkat, janganlah kita malah memperpendek hidup dengan membuang waktu secara percuma. Ada begitu banyak talenta yang sudah Tuhan percayakan pada hidup anda, ada begitu banyak yang bisa anda lakukan, ada begitu banyak orang yang bisa anda berkati, dimana semua itu bisa sangat bermakna baik bagi hidup anda, hidup orang lain dan dimata Tuhan. Betapa sayangnya jika waktu-waktu yang ada dalam hidup kita hanya dipakai untuk bermalas-malasan atau hanya dipenuhi keluh kesah. Musa tidak berdoa agar dia diberi kekayaan, diberi umur yang panjang, namun yang ia minta adalah hikmat untuk menghitung hari-hari dalam hidup dengan cermat hingga bisa semakin bijaksana. Untuk dapat memperoleh hikmat, kita harus bermula dari takut akan Tuhan dan selalu berpegang teguh pada firmanNya. "Permulaan hikmat adalah takut akan Tuhan, dan mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian." (Amsal 9:10). Daripada memperpendek hidup yang sudah singkat ini dengan segala keluh kesah dan kemalasan, lebih baik kita mengisi diri kita dengan firman Tuhan terus menerus dan melakukan segala sesuatu sesuai firmanNya. Terus bertumbuh dalam hikmat setiap hari. Fokus pada apa yang penting buat kehidupan kekal. Manfaatkan hari-hari yang ada dengan segala sesuatu yang bermanfaat baik bagi diri anda sendiri, bagi orang lain, dan lakukan semuanya dimana nama Tuhan bisa dipermuliakan. Seperti apa yang dinyanyikan sebuah grup band lawas Alan Parsons Project berjudul Days Are Numbered, demikian cuplikan liriknya: "Days are numbered, Watch the stars, We can only see so far..Someday, you'll know where you are.." , kita harus terus menyadari waktu kita terbatas dan jangan sampai menyesal di kemudian hari. Apa yang kita tanam hari ini akan menentukan masa depan kita. Jika pertanyaan yang sama hadir buat anda, sudahkah anda menghitung hari-hari anda dan mempergunakannya secara maksimal, bagaimana jawaban anda? Jika anda merasa masih kurang memanfaatkannya, mulailah dari sekarang. God, teach us to number our days, may we all gain a heart of wisdom, because we know now that our days are numbered.
Days are numbered, use it effectively for the glory of God
Friday, February 20, 2009
Kebersamaan Dalam Kasih Yang Menguatkan
Ayat bacaan: Ibrani 10:24-25
======================
"Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik. Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat."
Seberapa kuat kita mampu menjalani hidup sendirian? Mungkin untuk sementara bisa, tapi untuk jangka waktu lama tentunya akan sangat sulit jika kita harus bertahan sendirian. Tuhan pun sejak awal menyadari itu. "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja.." (Kejadian 2:18). Itu artinya manusia memang diciptakan sebagai mahluk sosial yang saling butuh dengan sesamanya. Kita adalah bagian integral dari masyarakat majemuk. Pada satu titik, kita akan tahu bahwa kita butuh orang lain untuk bisa bertahan hidup. Lingkungan yang sulit, dunia yang kejam dan sebagainya setiap saat akan membuat kita semakin lama semakin lemah. Disaat seperti itu kita butuh teman-teman yang sanggup menguatkan, sanggup mengingatkan dan meneguhkan.
Ada kalanya kita menguatkan, ada kalanya kita butuh dikuatkan. Jujur saja, nobody's perfect. Tidak ada manusia yang 100% sempurna, 100% kuat dan sanggup mengatasi segalanya sendirian. Bayangkan jika kita tidak memiliki teman-teman bisa saling dukung dan saling menasehati, memberi masukan, mengingatkan, menegur jika perlu, tentu kita akan jauh lebih kuat menghadapi timbunan masalah yang hadir dalam hidup kita. Sebuah pertemuan-pertemuan ibadah dimana kita sama-sama bersatu menyembah Tuhan sungguh baik dijadikan awal untuk saling mengenal satu sama lain. Sayang sekali ada banyak orang yang menganggap beribadah itu hanyalah kewajiban atau rutinitas semata, sehingga mereka hanya datang, duduk, diam, dengar dan lalu pulang. Mereka yang seperti ini akan melewatkan sebuah kesempatan untuk membina hubungan dengan saudara-saudara seiman. Inilah yang diingatkan oleh Paulus. "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik. Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat." (Ibrani 10:24-25). Paulus sungguh menyadari bahwa kita akan lemah dan jatuh jika kita tidak saling memperhatikan dan saling mendorong. Pertemuan-pertemuan ibadah janganlah hanya berpusat pada diri sendiri tanpa peduli orang-orang yang mungkin duduk di sekitar anda. Semakin dekat hari kedatangan Tuhan, maka seharusnya semakin giat pula kita untuk saling menasihati dan mengingatkan.
Dalam banyak kesempatan, Alkitab mengisyaratkan agar kita bekerjasama satu sama lain. Lihat contoh ketika ada orang lumpuh yang ingin menjumpai Yesus di Kapernaum dalam Lukas 2:1-12. Begitu banyak orang mengerumuni Yesus, sehingga tidak mungkin si lumpuh bisa menerobos kerumunan. Tapi akhirnya dia mampu bertemu Yesus dan disembuhkan. Bagaimana caranya? Empat orang temannya menggotongnya ke atas atap dan menurunkan dirinya yang terbaring di atas tilam dari atas atap. Seandainya si lumpuh tidak punya teman, dia akan gagal untuk berjumpa dengan Yesus dan mendapat mukjizat kesembuhan. Itu baru satu contoh, dan ada banyak lagi kisah-kisah dimana kita melihat pentingnya sebuah kebersamaan yang positif diantara kita. Ketika Yesus mengutus murid-muridNya untuk mewartakan kabar gembira pun kita melihat mereka diutus bukan untuk berjalan sendirian, tapi berdua-dua alias berpasang-pasangan. (Markus 6:7). Iman kita akan gampang merosot jika kita menghadapi masalah demi masalah sendirian. Tapi dengan adanya teman-teman yang saling berbagi, kita mampu tetap kuat. Betapa pentingnya sebuah kebersamaan yang saling bantu, saling sokong dan saling dorong, apalagi menjelang kedatangan Yesus buat kedua kalinya.
"Sebab sama seperti pada satu tubuh kita mempunyai banyak anggota, tetapi tidak semua anggota itu mempunyai tugas yang sama, demikian juga kita, walaupun banyak, adalah satu tubuh di dalam Kristus; tetapi kita masing-masing adalah anggota yang seorang terhadap yang lain. Demikianlah kita mempunyai karunia yang berlain-lainan menurut kasih karunia yang dianugerahkan kepada kita.." (Roma 12:4-6). Ini sebuah pesan penting agar kita tetap sadar bahwa kita adalah bagian dari tubuh Kristus yang merupakan bagian integral yang tidak terpisahkan dari saudara-saudara seiman lainnya. Selain itu Tuhan juga mengingatkan bahwa kita harus saling mengasihi, karena Tuhan sendiri begitu mengasihi kita. (1 Yohanes 4:11). Beban yang ditanggung manusia sesungguhnya tidak ringan dan mampu membuat iman kita memudar. Orang bisa hilang pengharapan jika didera masalah terus menerus. Kita diwajibkan untuk saling tolong menolong, dan dengan demikian artinya kita memenuhi perintah Yesus. "Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus." (Galatia 6:2). Jalin hubungan dengan tubuh Kristus lainnya dalam persekutuan-persekutuan, baik di Gereja, di kantor, di sekolah, di lingkungan dan sebagainya. Jangan melewatkan waktu-waktu beribadah di Gereja dimana kita bisa berinteraksi dan bersatu dalam kesatuan untuk menyembah Tuhan dan menguatkan satu sama lain.
Ke Gereja seminggu sekali saja tidaklah cukup, apalagi jika anda masih belum memiliki satu Gereja pun untuk bertumbuh. Jika saat ini anda masih mengabaikan salah satu pesan penting Tuhan untuk memiliki iman yang terus bertumbuh, pilihlah Gereja dimana anda bisa bertumbuh dan berbuahlah disana. Ambil waktu untuk saling mengenal satu sama lain. Jadilah bagian dari sebuah tubuh Kristus, bersekutulah dalam doa, pujian dan penyembahan, dan hendaklah saling bantu, saling mengingatkan dan saling menasihati. Kita tidak akan kuat berjalan sendirian. Teman kita pun demikian. Mari kita bersatu dalam kasih, saling menguatkan dalam persekutuan-persekutuan kita dimana Kristus bertahta di dalamnya.
Tidak cukup beribadah seminggu sekali, karena masalah datang berkali-kali setiap hari
======================
"Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik. Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat."
Seberapa kuat kita mampu menjalani hidup sendirian? Mungkin untuk sementara bisa, tapi untuk jangka waktu lama tentunya akan sangat sulit jika kita harus bertahan sendirian. Tuhan pun sejak awal menyadari itu. "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja.." (Kejadian 2:18). Itu artinya manusia memang diciptakan sebagai mahluk sosial yang saling butuh dengan sesamanya. Kita adalah bagian integral dari masyarakat majemuk. Pada satu titik, kita akan tahu bahwa kita butuh orang lain untuk bisa bertahan hidup. Lingkungan yang sulit, dunia yang kejam dan sebagainya setiap saat akan membuat kita semakin lama semakin lemah. Disaat seperti itu kita butuh teman-teman yang sanggup menguatkan, sanggup mengingatkan dan meneguhkan.
Ada kalanya kita menguatkan, ada kalanya kita butuh dikuatkan. Jujur saja, nobody's perfect. Tidak ada manusia yang 100% sempurna, 100% kuat dan sanggup mengatasi segalanya sendirian. Bayangkan jika kita tidak memiliki teman-teman bisa saling dukung dan saling menasehati, memberi masukan, mengingatkan, menegur jika perlu, tentu kita akan jauh lebih kuat menghadapi timbunan masalah yang hadir dalam hidup kita. Sebuah pertemuan-pertemuan ibadah dimana kita sama-sama bersatu menyembah Tuhan sungguh baik dijadikan awal untuk saling mengenal satu sama lain. Sayang sekali ada banyak orang yang menganggap beribadah itu hanyalah kewajiban atau rutinitas semata, sehingga mereka hanya datang, duduk, diam, dengar dan lalu pulang. Mereka yang seperti ini akan melewatkan sebuah kesempatan untuk membina hubungan dengan saudara-saudara seiman. Inilah yang diingatkan oleh Paulus. "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik. Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat." (Ibrani 10:24-25). Paulus sungguh menyadari bahwa kita akan lemah dan jatuh jika kita tidak saling memperhatikan dan saling mendorong. Pertemuan-pertemuan ibadah janganlah hanya berpusat pada diri sendiri tanpa peduli orang-orang yang mungkin duduk di sekitar anda. Semakin dekat hari kedatangan Tuhan, maka seharusnya semakin giat pula kita untuk saling menasihati dan mengingatkan.
Dalam banyak kesempatan, Alkitab mengisyaratkan agar kita bekerjasama satu sama lain. Lihat contoh ketika ada orang lumpuh yang ingin menjumpai Yesus di Kapernaum dalam Lukas 2:1-12. Begitu banyak orang mengerumuni Yesus, sehingga tidak mungkin si lumpuh bisa menerobos kerumunan. Tapi akhirnya dia mampu bertemu Yesus dan disembuhkan. Bagaimana caranya? Empat orang temannya menggotongnya ke atas atap dan menurunkan dirinya yang terbaring di atas tilam dari atas atap. Seandainya si lumpuh tidak punya teman, dia akan gagal untuk berjumpa dengan Yesus dan mendapat mukjizat kesembuhan. Itu baru satu contoh, dan ada banyak lagi kisah-kisah dimana kita melihat pentingnya sebuah kebersamaan yang positif diantara kita. Ketika Yesus mengutus murid-muridNya untuk mewartakan kabar gembira pun kita melihat mereka diutus bukan untuk berjalan sendirian, tapi berdua-dua alias berpasang-pasangan. (Markus 6:7). Iman kita akan gampang merosot jika kita menghadapi masalah demi masalah sendirian. Tapi dengan adanya teman-teman yang saling berbagi, kita mampu tetap kuat. Betapa pentingnya sebuah kebersamaan yang saling bantu, saling sokong dan saling dorong, apalagi menjelang kedatangan Yesus buat kedua kalinya.
"Sebab sama seperti pada satu tubuh kita mempunyai banyak anggota, tetapi tidak semua anggota itu mempunyai tugas yang sama, demikian juga kita, walaupun banyak, adalah satu tubuh di dalam Kristus; tetapi kita masing-masing adalah anggota yang seorang terhadap yang lain. Demikianlah kita mempunyai karunia yang berlain-lainan menurut kasih karunia yang dianugerahkan kepada kita.." (Roma 12:4-6). Ini sebuah pesan penting agar kita tetap sadar bahwa kita adalah bagian dari tubuh Kristus yang merupakan bagian integral yang tidak terpisahkan dari saudara-saudara seiman lainnya. Selain itu Tuhan juga mengingatkan bahwa kita harus saling mengasihi, karena Tuhan sendiri begitu mengasihi kita. (1 Yohanes 4:11). Beban yang ditanggung manusia sesungguhnya tidak ringan dan mampu membuat iman kita memudar. Orang bisa hilang pengharapan jika didera masalah terus menerus. Kita diwajibkan untuk saling tolong menolong, dan dengan demikian artinya kita memenuhi perintah Yesus. "Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus." (Galatia 6:2). Jalin hubungan dengan tubuh Kristus lainnya dalam persekutuan-persekutuan, baik di Gereja, di kantor, di sekolah, di lingkungan dan sebagainya. Jangan melewatkan waktu-waktu beribadah di Gereja dimana kita bisa berinteraksi dan bersatu dalam kesatuan untuk menyembah Tuhan dan menguatkan satu sama lain.
Ke Gereja seminggu sekali saja tidaklah cukup, apalagi jika anda masih belum memiliki satu Gereja pun untuk bertumbuh. Jika saat ini anda masih mengabaikan salah satu pesan penting Tuhan untuk memiliki iman yang terus bertumbuh, pilihlah Gereja dimana anda bisa bertumbuh dan berbuahlah disana. Ambil waktu untuk saling mengenal satu sama lain. Jadilah bagian dari sebuah tubuh Kristus, bersekutulah dalam doa, pujian dan penyembahan, dan hendaklah saling bantu, saling mengingatkan dan saling menasihati. Kita tidak akan kuat berjalan sendirian. Teman kita pun demikian. Mari kita bersatu dalam kasih, saling menguatkan dalam persekutuan-persekutuan kita dimana Kristus bertahta di dalamnya.
Tidak cukup beribadah seminggu sekali, karena masalah datang berkali-kali setiap hari
Thursday, February 19, 2009
Anggur Yang Asam
Ayat bacaan: Yesaya 5:4
=======================
"Apatah lagi yang harus diperbuat untuk kebun anggur-Ku itu, yang belum Kuperbuat kepadanya? Aku menanti supaya dihasilkannya buah anggur yang baik, mengapa yang dihasilkannya hanya buah anggur yang asam?"
Kesalkah anda ketika mendapati bahwa buah yang anda beli ternyata asam? Misalkan saja anda membeli sekilo jeruk. Dari penampilan luar jeruk itu mungkin punya kulit yang mulus tanpa cacat. Namun ketika anda memakannya, ternyata jeruk itu masamnya minta ampun sehingga tidak bisa dimakan. Kalau cuma satu dua buah mungkin tidak apa-apa, tapi bagaimana jika sebagian besar, atau bahkan seluruhnya tidak bisa dinikmati? Yang lebih parah, bagaimana jika bukan hanya masam, tapi juga busuk? Mungkin anda akan mengomel atau mengembalikan kepada si penjual sambil marah-marah. Ada banyak orang yang tertipu fisik luar buah yang terlihat mulus tak bercacat, namun ternyata tidak bisa dinikmati sama sekali.
Ayat bacaan hari ini berbicara tentang anggur yang asam. Dalam banyak ayat-ayat di Alkitab, pokok anggur seringkali berbicara mengenai sesuatu yang baik. Tetapi ayat bacaan hari ini menggambarkan sebaliknya. Mari kita lihat perikop pertama dalam Yesaya 5. Disana dikisahkan tentang sebuah kebun anggur yang ternyata menghasilkan anggur-anggur yang asam. Sang pemilik kebun dengan rajin mengurus kebun. "Ia mencangkulnya dan membuang batu-batunya, dan menanaminya dengan pokok anggur pilihan; ia mendirikan sebuah menara jaga ditengah - tengahnya dan menggali lobang tempat memeras anggur; lalu dinantinya supaya kebun itu menghasilkan buah anggur yang baik.."(ay 2). Namun apa hasil yang didapat? "...tetapi yang dihasilkannya ialah buah anggur yang asam." Bagian ini bercerita mengenai Tuhan si pemilik kebun, dan anak-anakNya yang digambarkan sebagai pohon-pohon anggur. Secara lebih spesifik, ayat-ayat ini berbicara tentang pertobatan yang menghasilkan buah. Ketika kita bertobat menerima Yesus, seharusnya kita menjadi sebuah ciptaan baru yang terus tumbuh dan berbuah. Namun dalam perjalanannya, ada banyak dari kita yang ternyata kembali pada kebiasaan lama yang buruk. Ada yang dari luar tampak baik, namun ternyata hatinya jahat. Setelah bertobat dan menerima Kristus bukannya berbuat kasih, namun malah bikin onar, menipu, jahat dan menjadi batu sandungan dimana-mana. Inilah buah-buah anggur asam itu. Lihatlah betapa ironisnya, ketika "Sang Pemilik Kebun" begitu setia dan rajin memelihara "kebun"Nya dengan penuh kasih dan perhatian, tapi ternyata bukan buah yang baik yang dihasilkan pohon-pohon tersebut, melainkan buah yang asam. Maka bisa dimaklumi jika "Pemilik kebun" pun mengeluh. "Apatah lagi yang harus diperbuat untuk kebun anggur-Ku itu, yang belum Kuperbuat kepadanya? Aku menanti supaya dihasilkannya buah anggur yang baik, mengapa yang dihasilkannya hanya buah anggur yang asam?" (ay 4). Apa yang kemudian terjadi bagi pohon-pohon dengan buah-buah asam ini? Kita baca ayat selanjutnya: "Maka sekarang, Aku mau memberitahukan kepadamu apa yang hendak Kulakukan kepada kebun anggur-Ku itu: Aku akan menebang pagar durinya, sehingga kebun itu dimakan habis, dan melanda temboknya, sehingga kebun itu diinjak-injak; Aku akan membuatnya ditumbuhi semak-semak, tidak dirantingi dan tidak disiangi, sehingga tumbuh puteri malu dan rumput; Aku akan memerintahkan awan-awan, supaya jangan diturunkannya hujan ke atasnya." (ay 5-6). Konsekuensi yang dihadapi oleh pohon-pohon berbuah anggur yang asam sungguh tidak main-main. Dalam injil Matius, pokok-pokok yang tidak menghasilkan buah yang baik dikatakan akan "ditebang adan dibuang ke dalam api." (Matius 3:10). Dalam Wahyu kita juga mendapati konsekuensi yang harus dihadapi oleh "buah-buah anggur asam" ini. "...Ayunkanlah sabitmu yang tajam itu dan potonglah buah-buah pohon anggur di bumi, karena buahnya sudah masak." Lalu malaikat itu mengayunkan sabitnya ke atas bumi, dan memotong buah pohon anggur di bumi dan melemparkannya ke dalam kilangan besar, yaitu murka Allah." (Wahyu 14:18b-19).
Konsekuensi menjadi pohon anggur dengan buah yang asam sungguhlah serius, kalau tidak bisa dibilang mengerikan. Maka ketika kita sudah bertobat, langkah selanjutnya adalah memastikan bahwa kita mampu menghasilkan buah yang sesuai dengan pertobatan. (Matius 3:8). Tuhan mengharapkan hidup anda untuk menghasilkan buah-buah yang manis, yang enak dinikmati. Artinya, kita harus mampu menjadi berkat bagi orang lain. Sebuah buah yang manis dan enak tentu dirindukan oleh semua orang. Kita harus hidup berbuah, jangan sampai berakhir sebagai pohon yang tidak menghasilkan buah sama sekali. Dan yang lebih penting lagi, kita perlu menghasilkan buah yang baik, manis, segar dan bermanfaat bagi orang lain. Sebuah keberhasilan menjadi anak-anak Allah yang mendapat hak waris di Kerajaan Surga bukanlah dilihat dari penampilan luar semata, namun yang ditentukan dari seberapa baik buah-buah baik yang anda hasilkan.
Jangan menghasilkan anggur asam, jadilah pohon anggur yang menghasilkan buah subur, manis dan bermanfaat bagi orang lain
=======================
"Apatah lagi yang harus diperbuat untuk kebun anggur-Ku itu, yang belum Kuperbuat kepadanya? Aku menanti supaya dihasilkannya buah anggur yang baik, mengapa yang dihasilkannya hanya buah anggur yang asam?"
Kesalkah anda ketika mendapati bahwa buah yang anda beli ternyata asam? Misalkan saja anda membeli sekilo jeruk. Dari penampilan luar jeruk itu mungkin punya kulit yang mulus tanpa cacat. Namun ketika anda memakannya, ternyata jeruk itu masamnya minta ampun sehingga tidak bisa dimakan. Kalau cuma satu dua buah mungkin tidak apa-apa, tapi bagaimana jika sebagian besar, atau bahkan seluruhnya tidak bisa dinikmati? Yang lebih parah, bagaimana jika bukan hanya masam, tapi juga busuk? Mungkin anda akan mengomel atau mengembalikan kepada si penjual sambil marah-marah. Ada banyak orang yang tertipu fisik luar buah yang terlihat mulus tak bercacat, namun ternyata tidak bisa dinikmati sama sekali.
Ayat bacaan hari ini berbicara tentang anggur yang asam. Dalam banyak ayat-ayat di Alkitab, pokok anggur seringkali berbicara mengenai sesuatu yang baik. Tetapi ayat bacaan hari ini menggambarkan sebaliknya. Mari kita lihat perikop pertama dalam Yesaya 5. Disana dikisahkan tentang sebuah kebun anggur yang ternyata menghasilkan anggur-anggur yang asam. Sang pemilik kebun dengan rajin mengurus kebun. "Ia mencangkulnya dan membuang batu-batunya, dan menanaminya dengan pokok anggur pilihan; ia mendirikan sebuah menara jaga ditengah - tengahnya dan menggali lobang tempat memeras anggur; lalu dinantinya supaya kebun itu menghasilkan buah anggur yang baik.."(ay 2). Namun apa hasil yang didapat? "...tetapi yang dihasilkannya ialah buah anggur yang asam." Bagian ini bercerita mengenai Tuhan si pemilik kebun, dan anak-anakNya yang digambarkan sebagai pohon-pohon anggur. Secara lebih spesifik, ayat-ayat ini berbicara tentang pertobatan yang menghasilkan buah. Ketika kita bertobat menerima Yesus, seharusnya kita menjadi sebuah ciptaan baru yang terus tumbuh dan berbuah. Namun dalam perjalanannya, ada banyak dari kita yang ternyata kembali pada kebiasaan lama yang buruk. Ada yang dari luar tampak baik, namun ternyata hatinya jahat. Setelah bertobat dan menerima Kristus bukannya berbuat kasih, namun malah bikin onar, menipu, jahat dan menjadi batu sandungan dimana-mana. Inilah buah-buah anggur asam itu. Lihatlah betapa ironisnya, ketika "Sang Pemilik Kebun" begitu setia dan rajin memelihara "kebun"Nya dengan penuh kasih dan perhatian, tapi ternyata bukan buah yang baik yang dihasilkan pohon-pohon tersebut, melainkan buah yang asam. Maka bisa dimaklumi jika "Pemilik kebun" pun mengeluh. "Apatah lagi yang harus diperbuat untuk kebun anggur-Ku itu, yang belum Kuperbuat kepadanya? Aku menanti supaya dihasilkannya buah anggur yang baik, mengapa yang dihasilkannya hanya buah anggur yang asam?" (ay 4). Apa yang kemudian terjadi bagi pohon-pohon dengan buah-buah asam ini? Kita baca ayat selanjutnya: "Maka sekarang, Aku mau memberitahukan kepadamu apa yang hendak Kulakukan kepada kebun anggur-Ku itu: Aku akan menebang pagar durinya, sehingga kebun itu dimakan habis, dan melanda temboknya, sehingga kebun itu diinjak-injak; Aku akan membuatnya ditumbuhi semak-semak, tidak dirantingi dan tidak disiangi, sehingga tumbuh puteri malu dan rumput; Aku akan memerintahkan awan-awan, supaya jangan diturunkannya hujan ke atasnya." (ay 5-6). Konsekuensi yang dihadapi oleh pohon-pohon berbuah anggur yang asam sungguh tidak main-main. Dalam injil Matius, pokok-pokok yang tidak menghasilkan buah yang baik dikatakan akan "ditebang adan dibuang ke dalam api." (Matius 3:10). Dalam Wahyu kita juga mendapati konsekuensi yang harus dihadapi oleh "buah-buah anggur asam" ini. "...Ayunkanlah sabitmu yang tajam itu dan potonglah buah-buah pohon anggur di bumi, karena buahnya sudah masak." Lalu malaikat itu mengayunkan sabitnya ke atas bumi, dan memotong buah pohon anggur di bumi dan melemparkannya ke dalam kilangan besar, yaitu murka Allah." (Wahyu 14:18b-19).
Konsekuensi menjadi pohon anggur dengan buah yang asam sungguhlah serius, kalau tidak bisa dibilang mengerikan. Maka ketika kita sudah bertobat, langkah selanjutnya adalah memastikan bahwa kita mampu menghasilkan buah yang sesuai dengan pertobatan. (Matius 3:8). Tuhan mengharapkan hidup anda untuk menghasilkan buah-buah yang manis, yang enak dinikmati. Artinya, kita harus mampu menjadi berkat bagi orang lain. Sebuah buah yang manis dan enak tentu dirindukan oleh semua orang. Kita harus hidup berbuah, jangan sampai berakhir sebagai pohon yang tidak menghasilkan buah sama sekali. Dan yang lebih penting lagi, kita perlu menghasilkan buah yang baik, manis, segar dan bermanfaat bagi orang lain. Sebuah keberhasilan menjadi anak-anak Allah yang mendapat hak waris di Kerajaan Surga bukanlah dilihat dari penampilan luar semata, namun yang ditentukan dari seberapa baik buah-buah baik yang anda hasilkan.
Jangan menghasilkan anggur asam, jadilah pohon anggur yang menghasilkan buah subur, manis dan bermanfaat bagi orang lain
Wednesday, February 18, 2009
Pengembara
Ayat bacaan: Yoel 2:13
==================
"Koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu, berbaliklah kepada TUHAN, Allahmu, sebab Ia pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia, dan Ia menyesal karena hukuman-Nya."
Ketika seorang pengembara pada suatu ketika menyadari bahwa ia salah jalan, apa yang sebaiknya ia lakukan? Haruskah ia melanjutkan perjalanannya meski ia tahu bahwa jalan yang ia tempuh akan semakin menyesatkannya dan membuatnya tidak akan sampai pada tujuan? Seorang pengembara yang baik akan cepat menyadari jika jalan yang ia tempuh adalah salah dan akan segera berbalik sebelum dirinya semakin jauh tersesat. Life is also a journey. Kita pun adalah pengembara - pengembara dalam menempuh perjalanan kehidupan. Begitu banyak percabangan jalan yang kita temui sepanjang perjalanan, begitu banyak godaan, dan jika salah jalan, kita pun bisa tersesat, dan dengan demikian gagal mencapai tujuan kita. Sebagai manusia yang lemah, adalah wajar jika pada suatu waktu kita akan salah melangkah. Namun yang penting adalah bertindak seperti sang pengembara yang baik. Ketika kita mengambil belokan yang salah dan menyimpang, cepatlah sadar dan bergegaslah untuk kembali menemukan jalan pulang kepada Bapa.
Jika kita membaca kitab Yoel, kita akan menemukan bagaimana mengerikannya hukuman Tuhan yang jatuh atas bangsa Yehuda. Disana kita melihat serbuan belalang yang menakutkan (Yoel 1:4), dimana serbuan belalang itu menimbulkan kerusakan sangat parah pada pertanian dan perekonomian mereka. (ay 7-12). Tidak ada lagi gandum, anggur dan minyak pun tidak ada lagi, sehingga mereka tidak lagi bisa mempersembahkan korban curahan. (ay 9-13). Apa yang dilakukan Yoel? Yoel menyampaikan seruan Allah pada mereka yang telah meninggalkanNya dan berdoa bagi semuanya. (ay 19). Yoel meminta bangsa Yehuda untuk meratap (ay 8,13), berkabung (ay 13), puasa (ay 14), dan berbalik kembali pada Tuhan dengan hati yang koyak, seperti yang tertulis pada ayat bacaan hari ini. Sebuah pertobatan dengan hati terkoyak kemudian mengembalikan belas kasih Tuhan pada umatNya. Yoel 2:18-27 berbicara mengenai janji Tuhan yang luar biasa pada bangsa yang bertobat. Pemulihan luar biasa atas pertanian yang penuh kelimpahan, curah hujan yang cukup, kehormatan, semua akan mereka peroleh begitu mereka bertobat dengan sungguh-sungguh. Tuhan kita adalah Tuhan yang penuh kasih, adil, setia dan selalu siap untuk mengampuni siapapun yang datang kepadanya dengan hati hancur untuk bertobat, meninggalkan kesesatan mereka dan kembali pada jalan yang benar, kembali kepada Tuhan.
Ketika kita mendapati diri kita ada ditengah situasi sulit, dimana kita terkepung dalam masalah ekonomi, kesulitan hidup, kecelakaan bahkan bencana. Dari kitab Yoel, kita bisa belajar sesuatu. Periksalah cara hidup, tingkah laku dan perbuatan. Apakah kita sudah berjalan bersama Tuhan, mentaati dan memprioritaskanNya dalam perjalanan hidup kita? Sudahkah kita mendengarkan Tuhan dengan serius karena kita sungguh mengasihiNya? Terkadang himpitan masalah hidup yang menimpa kita itu bukannya membuat kita sadar, tapi malah menyalahkan bahkan mengutuk Tuhan. Rentang jarak pemisah untuk datangnya pertolongan Tuhan, terkadang timbul sebagai akibat dari jarak antara perbuatan kita yang penuh dosa dengan perbuatan Tuhan yang penuh berkat. Tidak pernah ada kata terlambat untuk bertobat. Bahkan dalam keadaan sangat hancur seperti bangsa Yehuda diatas sekalipun, belumlah terlambat untuk bertobat karena Tuhan akan segera mengampuni dan melimpahkan berkatNya segera begitu kita kembali padaNya. Bertobatlah dengan hati terkoyak, hati yang hancur, yang berarti dengan segala kesungguhan meninggalkan segala perbuatan yang tidak berkenan di hadapan Allah, meskipun secara duniawi mungkin dosa-dosa itu terasa nikmat dan menyakitkan untuk ditinggalkan. Pertobatan sesungguhnya adalah urusan antara manusia dengan Penciptanya, bukan sebagai suatu perbuatan untuk diperlihatkan kepada orang lain. Karenanya pertobatan tuntas dengan hati yang terkoyak akan menghasilkan pengampunan Tuhan secara tuntas pula. "Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah." (Mazmur 51:19).
Jadilah pengembara yang baik yang segera berbalik ketika salah jalan
==================
"Koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu, berbaliklah kepada TUHAN, Allahmu, sebab Ia pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia, dan Ia menyesal karena hukuman-Nya."
Ketika seorang pengembara pada suatu ketika menyadari bahwa ia salah jalan, apa yang sebaiknya ia lakukan? Haruskah ia melanjutkan perjalanannya meski ia tahu bahwa jalan yang ia tempuh akan semakin menyesatkannya dan membuatnya tidak akan sampai pada tujuan? Seorang pengembara yang baik akan cepat menyadari jika jalan yang ia tempuh adalah salah dan akan segera berbalik sebelum dirinya semakin jauh tersesat. Life is also a journey. Kita pun adalah pengembara - pengembara dalam menempuh perjalanan kehidupan. Begitu banyak percabangan jalan yang kita temui sepanjang perjalanan, begitu banyak godaan, dan jika salah jalan, kita pun bisa tersesat, dan dengan demikian gagal mencapai tujuan kita. Sebagai manusia yang lemah, adalah wajar jika pada suatu waktu kita akan salah melangkah. Namun yang penting adalah bertindak seperti sang pengembara yang baik. Ketika kita mengambil belokan yang salah dan menyimpang, cepatlah sadar dan bergegaslah untuk kembali menemukan jalan pulang kepada Bapa.
Jika kita membaca kitab Yoel, kita akan menemukan bagaimana mengerikannya hukuman Tuhan yang jatuh atas bangsa Yehuda. Disana kita melihat serbuan belalang yang menakutkan (Yoel 1:4), dimana serbuan belalang itu menimbulkan kerusakan sangat parah pada pertanian dan perekonomian mereka. (ay 7-12). Tidak ada lagi gandum, anggur dan minyak pun tidak ada lagi, sehingga mereka tidak lagi bisa mempersembahkan korban curahan. (ay 9-13). Apa yang dilakukan Yoel? Yoel menyampaikan seruan Allah pada mereka yang telah meninggalkanNya dan berdoa bagi semuanya. (ay 19). Yoel meminta bangsa Yehuda untuk meratap (ay 8,13), berkabung (ay 13), puasa (ay 14), dan berbalik kembali pada Tuhan dengan hati yang koyak, seperti yang tertulis pada ayat bacaan hari ini. Sebuah pertobatan dengan hati terkoyak kemudian mengembalikan belas kasih Tuhan pada umatNya. Yoel 2:18-27 berbicara mengenai janji Tuhan yang luar biasa pada bangsa yang bertobat. Pemulihan luar biasa atas pertanian yang penuh kelimpahan, curah hujan yang cukup, kehormatan, semua akan mereka peroleh begitu mereka bertobat dengan sungguh-sungguh. Tuhan kita adalah Tuhan yang penuh kasih, adil, setia dan selalu siap untuk mengampuni siapapun yang datang kepadanya dengan hati hancur untuk bertobat, meninggalkan kesesatan mereka dan kembali pada jalan yang benar, kembali kepada Tuhan.
Ketika kita mendapati diri kita ada ditengah situasi sulit, dimana kita terkepung dalam masalah ekonomi, kesulitan hidup, kecelakaan bahkan bencana. Dari kitab Yoel, kita bisa belajar sesuatu. Periksalah cara hidup, tingkah laku dan perbuatan. Apakah kita sudah berjalan bersama Tuhan, mentaati dan memprioritaskanNya dalam perjalanan hidup kita? Sudahkah kita mendengarkan Tuhan dengan serius karena kita sungguh mengasihiNya? Terkadang himpitan masalah hidup yang menimpa kita itu bukannya membuat kita sadar, tapi malah menyalahkan bahkan mengutuk Tuhan. Rentang jarak pemisah untuk datangnya pertolongan Tuhan, terkadang timbul sebagai akibat dari jarak antara perbuatan kita yang penuh dosa dengan perbuatan Tuhan yang penuh berkat. Tidak pernah ada kata terlambat untuk bertobat. Bahkan dalam keadaan sangat hancur seperti bangsa Yehuda diatas sekalipun, belumlah terlambat untuk bertobat karena Tuhan akan segera mengampuni dan melimpahkan berkatNya segera begitu kita kembali padaNya. Bertobatlah dengan hati terkoyak, hati yang hancur, yang berarti dengan segala kesungguhan meninggalkan segala perbuatan yang tidak berkenan di hadapan Allah, meskipun secara duniawi mungkin dosa-dosa itu terasa nikmat dan menyakitkan untuk ditinggalkan. Pertobatan sesungguhnya adalah urusan antara manusia dengan Penciptanya, bukan sebagai suatu perbuatan untuk diperlihatkan kepada orang lain. Karenanya pertobatan tuntas dengan hati yang terkoyak akan menghasilkan pengampunan Tuhan secara tuntas pula. "Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah." (Mazmur 51:19).
Jadilah pengembara yang baik yang segera berbalik ketika salah jalan
Tuesday, February 17, 2009
It's Your Call
Ayat bacaan: 1 Kor 1:27
===================
"Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat"
Batman adalah salah satu tokoh favorit saya sejak kecil. Bagi saya, meskipun Batman tetaplah sebuah fiksi, tokoh superhero rekaan, namun banyak sisi-sisi humanisnya. Tidak seperti Superman yang datang dari planet Krypton dan punya kekuatan super, bisa terbang, kebal peluru dan sebagainya, Batman hanyalah manusia biasa seperti kita yang dilengkapi dengan kemampuan bela diri dan teknologi. Batman tidak bisa terbang, tidak kebal peluru, tidak immortal,bahkan sempat mengalami masa-masa pahit dalam hidupnya pula. Kedua orang tuanya tewas di bunuh penjahat di depan matanya ketika ia masih kecil, akibatnya kehidupannya berubah drastis. Itu sedikit cuplikan kisah Batman yang kemudian menjadi superhero pahlawan penumpas kejahatan di seantero kota rekaan Gotham city. Sebuah lampu sinyal akan menyala ke langit jika Batman dibutuhkan. Lampu sorot yang membentuk logonya akan terlihat di langit, dan itu artinya ada tindak kejahatan serius yang membutuhkan kehadirannya.
Sadarkah kita bahwa setiap saat kita berhadapan dengan dunia yang penuh kejahatan dan kegelapan seperti Gotham? Ada begitu banyak hal di sekitar kita yang sangat membutuhkan kehadiran kita para anak-anak Tuhan untuk membawa terang, menyinari kegelapan dan menyelamatkan jiwa. Mungkin kita akan berkata, "itu bukan tugas kita..." "saya bukan Batman", bukan pula jagoan, bukan superhero, bukan pendeta, bukan anak teologia, bukan hamba Tuhan dan sebagainya. Kita seringkali beranggapan bahwa kita tidak ada apa-apanya dan sama sekali tidak pada tempatnya untuk dipakai Tuhan untuk pekerjaan-pekerjaanNya di dunia ini. Tapi lihatlah ayat hari ini berbicara sebaliknya. "Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat" (1 Timotius 1:27). Demikian pula ayat selanjutnya: "dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti, supaya jangan ada seorang manusiapun yang memegahkan diri di hadapan Allah." (ay 28-29). Orang-orang yang "bodoh" bagi dunia, orang-orang yang bagi dunia "tidak ada apa-apanya", orang orang biasa seperti saya dan anda, itulah yang dipakai Tuhan untuk bekerja di ladangNya. Tidak perduli siapa saja, usia berapa, latar belakang apapun, bisa dipakai Tuhan, karena bukan kita yang hebat, melainkan Tuhan lah yang hebat dan bekerja melalui kita.
Sepanjang kisah tokoh-tokoh Alkitab, kita melihat bahwa orang-orang yang dipakai Tuhan secara luar biasa bukanlah orang-orang yang punya latar belakang hebat. Tuhan tidak memakai ahli perang untuk melawan Goliat, tapi dia memilih seorang anak yang masih kemerahan, yaitu Daud. (1 Samuel 17:42) Gideon hanya disuruh mengumpulkan tidak lebih dari 300 prajurit saja untuk menghadapi tentara Midian dan Amalek yang seperti pasir di tepi laut banyaknya. Yefta adalah seorang anak pelacur (Hakim Hakim 1:11). Yefta adalah produk broken home, diusir dari rumah, dan di masyarakat dia hanyalah orang terbuang. Tapi Tuhan sanggup mengangkatnya menjadi pahlawan gagah perkasa. Paulus seorang pembantai orang kristen, tapi dia diubahkan luar biasa untuk menjadi pewarta firman. Dan ada banyak lagi contoh dari para tokoh Alkitab yang justru berasal dari orang biasa saja, orang tertindas, terbuang, namun kemudian dipakai Tuhan secara luar biasa.
Tuhan tidak butuh superhero. Dia butuh orang-orang yang dianggap "bodoh" oleh dunia, orang-orang yang secara logika tidak mampu, orang-orang seperti anda dan saya, untuk bekerja demi kemuliaanNya. Mengapa demikian? Karena bukan kita yang luar biasa, namun Tuhan kita-lah yang luar biasa! Tuhan tidak pernah memandang latar belakang atau masa lalu kita. Jika tokoh-tokoh yang saya sebutkan di atas saja mampu Tuhan angkat menjadi begitu luar biasa, maka Dia pun sanggup melakukan hal yang sama untuk kita. Sekalipun kita dilahirkan di keluarga berantakan, sekalipun kita mempunyai masa lalu sangat kelam, Tuhan setiap saat mau menerima hidup kita. Pertanyaannya bukan sanggupkah kita, mampukah kita, tapi yang menjadi pertanyaan adalah, mau atau tidak. Maukah kita melayani Tuhan, menjadi terang, menjadi perantaraNya untuk menyampaikan berkat bagi orang-orang di sekitar kita? Soal sanggup atau tidak, itu tidak masalah, karena yang diminta Tuhan hanyalah kesediaan kita. Seperti Batman, lampu sorot untuk memanggil anda sekarang pun sedang dinyalakan, Dunia butuh kehadiran anda. Ada banyak orang yang butuh bantuan dalam berbagai bentuk, butuh dikasihi, diperhatikan dan sebagainya. Bukan soal bisa atau tidak, tapi mau atau tidak. It's your call.
===================
"Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat"
Batman adalah salah satu tokoh favorit saya sejak kecil. Bagi saya, meskipun Batman tetaplah sebuah fiksi, tokoh superhero rekaan, namun banyak sisi-sisi humanisnya. Tidak seperti Superman yang datang dari planet Krypton dan punya kekuatan super, bisa terbang, kebal peluru dan sebagainya, Batman hanyalah manusia biasa seperti kita yang dilengkapi dengan kemampuan bela diri dan teknologi. Batman tidak bisa terbang, tidak kebal peluru, tidak immortal,bahkan sempat mengalami masa-masa pahit dalam hidupnya pula. Kedua orang tuanya tewas di bunuh penjahat di depan matanya ketika ia masih kecil, akibatnya kehidupannya berubah drastis. Itu sedikit cuplikan kisah Batman yang kemudian menjadi superhero pahlawan penumpas kejahatan di seantero kota rekaan Gotham city. Sebuah lampu sinyal akan menyala ke langit jika Batman dibutuhkan. Lampu sorot yang membentuk logonya akan terlihat di langit, dan itu artinya ada tindak kejahatan serius yang membutuhkan kehadirannya.
Sadarkah kita bahwa setiap saat kita berhadapan dengan dunia yang penuh kejahatan dan kegelapan seperti Gotham? Ada begitu banyak hal di sekitar kita yang sangat membutuhkan kehadiran kita para anak-anak Tuhan untuk membawa terang, menyinari kegelapan dan menyelamatkan jiwa. Mungkin kita akan berkata, "itu bukan tugas kita..." "saya bukan Batman", bukan pula jagoan, bukan superhero, bukan pendeta, bukan anak teologia, bukan hamba Tuhan dan sebagainya. Kita seringkali beranggapan bahwa kita tidak ada apa-apanya dan sama sekali tidak pada tempatnya untuk dipakai Tuhan untuk pekerjaan-pekerjaanNya di dunia ini. Tapi lihatlah ayat hari ini berbicara sebaliknya. "Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat" (1 Timotius 1:27). Demikian pula ayat selanjutnya: "dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti, supaya jangan ada seorang manusiapun yang memegahkan diri di hadapan Allah." (ay 28-29). Orang-orang yang "bodoh" bagi dunia, orang-orang yang bagi dunia "tidak ada apa-apanya", orang orang biasa seperti saya dan anda, itulah yang dipakai Tuhan untuk bekerja di ladangNya. Tidak perduli siapa saja, usia berapa, latar belakang apapun, bisa dipakai Tuhan, karena bukan kita yang hebat, melainkan Tuhan lah yang hebat dan bekerja melalui kita.
Sepanjang kisah tokoh-tokoh Alkitab, kita melihat bahwa orang-orang yang dipakai Tuhan secara luar biasa bukanlah orang-orang yang punya latar belakang hebat. Tuhan tidak memakai ahli perang untuk melawan Goliat, tapi dia memilih seorang anak yang masih kemerahan, yaitu Daud. (1 Samuel 17:42) Gideon hanya disuruh mengumpulkan tidak lebih dari 300 prajurit saja untuk menghadapi tentara Midian dan Amalek yang seperti pasir di tepi laut banyaknya. Yefta adalah seorang anak pelacur (Hakim Hakim 1:11). Yefta adalah produk broken home, diusir dari rumah, dan di masyarakat dia hanyalah orang terbuang. Tapi Tuhan sanggup mengangkatnya menjadi pahlawan gagah perkasa. Paulus seorang pembantai orang kristen, tapi dia diubahkan luar biasa untuk menjadi pewarta firman. Dan ada banyak lagi contoh dari para tokoh Alkitab yang justru berasal dari orang biasa saja, orang tertindas, terbuang, namun kemudian dipakai Tuhan secara luar biasa.
Tuhan tidak butuh superhero. Dia butuh orang-orang yang dianggap "bodoh" oleh dunia, orang-orang yang secara logika tidak mampu, orang-orang seperti anda dan saya, untuk bekerja demi kemuliaanNya. Mengapa demikian? Karena bukan kita yang luar biasa, namun Tuhan kita-lah yang luar biasa! Tuhan tidak pernah memandang latar belakang atau masa lalu kita. Jika tokoh-tokoh yang saya sebutkan di atas saja mampu Tuhan angkat menjadi begitu luar biasa, maka Dia pun sanggup melakukan hal yang sama untuk kita. Sekalipun kita dilahirkan di keluarga berantakan, sekalipun kita mempunyai masa lalu sangat kelam, Tuhan setiap saat mau menerima hidup kita. Pertanyaannya bukan sanggupkah kita, mampukah kita, tapi yang menjadi pertanyaan adalah, mau atau tidak. Maukah kita melayani Tuhan, menjadi terang, menjadi perantaraNya untuk menyampaikan berkat bagi orang-orang di sekitar kita? Soal sanggup atau tidak, itu tidak masalah, karena yang diminta Tuhan hanyalah kesediaan kita. Seperti Batman, lampu sorot untuk memanggil anda sekarang pun sedang dinyalakan, Dunia butuh kehadiran anda. Ada banyak orang yang butuh bantuan dalam berbagai bentuk, butuh dikasihi, diperhatikan dan sebagainya. Bukan soal bisa atau tidak, tapi mau atau tidak. It's your call.
Monday, February 16, 2009
Tinggalkan Masa Lalu
Ayat bacaan: Kejadian 19:26
=====================
"Tetapi isteri Lot, yang berjalan mengikutnya, menoleh ke belakang, lalu menjadi tiang garam."
Sebuah pertanyaan hadir di hati saya hari ini. Mengapa ada orang yang selalu gagal dalam hidupnya? Ada yang sudah berulang kali didoakan namun tetap saja mereka sulit bangkit. Ada orang yang saya benar-benar saya kenal mengalami hal ini. Hidupnya statis dalam segala keterbatasan, jika tidak disebut kekurangan. Padahal dia hidup baik dan rajin membaca firman Tuhan setiap hari. Apakah Tuhan tidak memberkatinya? Apakah janji Tuhan hanya berlaku bagi sebagian kecil orang yang terpilih? Saya yakin tidak, karena janji Tuhan berlaku bagi semua orang. Lantas apa yang menyebabkan? Ayat bacaan hari ini hadir dalam hati saya. Salah satu penyebabnya ada dalam ayat ini.
Salah satu penyebab orang sulit bangkit adalah ketika mereka terbelenggu masa lalu. Dalam ayat mengenai kisah Sodom dan Gomora kita melihat bagaimana istri Lot yang seharusnya ada dalam rencana penyelamatan Tuhan ternyata berhenti berjalan dan menoleh ke belakang. Apa yang terjadi? Dia berubah menjadi tiang garam. Kita fokus kepada kata "menoleh ke belakang". Menoleh ke belakang maksudnya adalah dikuasai masa lalu, dihantui berbagai hal traumatis, kegagalan atau timbunan dosa-dosa di masa lalu. Ada juga orang yang mengalami kepahitan akibat disakiti orang terdekat, kejadian-kejadian buruk dalam berbagai hal, yang begitu berat, sedemikian rupa sehingga mereka yang mengalami ini menjadi terus terikat dengan bayang-bayang masa lalunya. Mereka menjadi sulit maju, karena mereka terikat dengan hal-hal traumatis yang pernah terjadi. Ada yang jadi statis, tidak bertumbuh, tidak berkembang, jalan di tempat, tidak sedikit pula yang akhirnya malah terperosok semakin dalam. Istri Lot sebenarnya ada dalam rencana Tuhan untuk diselamatkan, namun ia memilih untuk menoleh ke belakang. Sebuah pilihan yang membawa konsekuensi fatal, ia berubah seketika menjadi tiang garam.
We have to start to move forward, we really have to do it now. Ingat iblis sang pendakwa akan selalu menuduh anda dengan segala hal di masa lalu untuk memperlambat anda, menghentikan anda, bahkan memundurkan anda ke belakang. Iblis sangat tidak suka jika anda maju. Yesus mengingatkan hal yang sama. Mari kita lihat kisah mengenai seseorang yang mau mengikuti Yesus namun memilih untuk berlama-lama. "Dan seorang lain lagi berkata: "Aku akan mengikut Engkau, Tuhan, tetapi izinkanlah aku pamitan dahulu dengan keluargaku."(Lukas 9:61). Apa jawab Yesus? "Tetapi Yesus berkata: "Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah."(ay 62). Tuhan rindu setiap kita untuk maju. Dia rindu untuk mencurahkan berkat-berkatNya, namun bayang-bayang masa lalu kerap membuat kita selalu menoleh ke belakang, dan dengan demikian gagal mencapai janji-janji Tuhan.
Surat Paulus kepada jemaat di Filipi juga sempat berbicara mengenai hal yang sama. Sepertinya Paulus menyadari tendensi manusia untuk selalu berada dalam bayang-bayang masa lalunya, hingga ia merasa perlu untuk mengingatkan. "Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus." (Filipi 3:13-14). Dia memberi contoh, bahwa walaupun dia telah melayani Tuhan, dia tetap harus fokus untuk melupakan segala masa lalunya, seburuk apapun, dan fokus pada tujuan yang hendak dicapai di depan. Kita tidak akan bisa maju jika selalu berada dalam belenggu masa lalu kita yang kelam. Kita perlu benar-benar mengerti bahwa Tuhan begitu mengasihi kita. Dia tidak mau kita hidup terikat dalam dosa, problema kehidupan dan hal traumatis di masa lalu. Apa buktinya? Jika Tuhan tidak perduli, untuk apa Tuhan repot-repot menganugrahkan Kristus, AnakNya yang tunggal untuk memerdekakan kita dari segala dosa, kutuk dan kuk perhambaan warisan masa lalu? Berhentilah menoleh ke belakang, dan raihlah janji-janji Tuhan, yang penuh rancangan damai sejahtera, hidup yang berkelimpahan dan penuh berkat. Lihatlah ayat berikut ini: "Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya,selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!" (Ratapan 3:22-23). Apa yang disediakan Tuhan adalah berkat yang tiada habisnya dan selalu baru setiap pagi. Jika demikian, untuk apa kita terus mengingat-ingat masa lalu? Bukankah artinya kita menjadi orang yang bodoh jika masih saja terkubur dalam masalah di waktu lalu, padahal Tuhan mencurahkan rahmatNya yang baru setiap pagi?
Tuhan menyediakan pengharapan baru bagi kita yang telah ada di dalam Kristus. "Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang."(2 Korintus 5:17). In Christ, we are the new creation. Semua telah ditebus Kristus dengan lunas di atas kayu salib. Dan kita sekarang bisa menatap hari depan yang cerah, penuh pengharapan dari Tuhan. Tidak ada lagi belenggu masa lalu, kecuali kita yang mengijinkan dan menginginkan trauma masa lalu itu untuk terus hadir bersama kita, menghambat kita untuk bertumbuh dan maju. Today it's time to let all your past go. Let's stop looking back to the past, let's move forward. Let's move on with all hope and glory!
Menoleh ke belakang akan menghalangi kita untuk menerima janji-janji Tuhan yang telah Dia sediakan
=====================
"Tetapi isteri Lot, yang berjalan mengikutnya, menoleh ke belakang, lalu menjadi tiang garam."
Sebuah pertanyaan hadir di hati saya hari ini. Mengapa ada orang yang selalu gagal dalam hidupnya? Ada yang sudah berulang kali didoakan namun tetap saja mereka sulit bangkit. Ada orang yang saya benar-benar saya kenal mengalami hal ini. Hidupnya statis dalam segala keterbatasan, jika tidak disebut kekurangan. Padahal dia hidup baik dan rajin membaca firman Tuhan setiap hari. Apakah Tuhan tidak memberkatinya? Apakah janji Tuhan hanya berlaku bagi sebagian kecil orang yang terpilih? Saya yakin tidak, karena janji Tuhan berlaku bagi semua orang. Lantas apa yang menyebabkan? Ayat bacaan hari ini hadir dalam hati saya. Salah satu penyebabnya ada dalam ayat ini.
Salah satu penyebab orang sulit bangkit adalah ketika mereka terbelenggu masa lalu. Dalam ayat mengenai kisah Sodom dan Gomora kita melihat bagaimana istri Lot yang seharusnya ada dalam rencana penyelamatan Tuhan ternyata berhenti berjalan dan menoleh ke belakang. Apa yang terjadi? Dia berubah menjadi tiang garam. Kita fokus kepada kata "menoleh ke belakang". Menoleh ke belakang maksudnya adalah dikuasai masa lalu, dihantui berbagai hal traumatis, kegagalan atau timbunan dosa-dosa di masa lalu. Ada juga orang yang mengalami kepahitan akibat disakiti orang terdekat, kejadian-kejadian buruk dalam berbagai hal, yang begitu berat, sedemikian rupa sehingga mereka yang mengalami ini menjadi terus terikat dengan bayang-bayang masa lalunya. Mereka menjadi sulit maju, karena mereka terikat dengan hal-hal traumatis yang pernah terjadi. Ada yang jadi statis, tidak bertumbuh, tidak berkembang, jalan di tempat, tidak sedikit pula yang akhirnya malah terperosok semakin dalam. Istri Lot sebenarnya ada dalam rencana Tuhan untuk diselamatkan, namun ia memilih untuk menoleh ke belakang. Sebuah pilihan yang membawa konsekuensi fatal, ia berubah seketika menjadi tiang garam.
We have to start to move forward, we really have to do it now. Ingat iblis sang pendakwa akan selalu menuduh anda dengan segala hal di masa lalu untuk memperlambat anda, menghentikan anda, bahkan memundurkan anda ke belakang. Iblis sangat tidak suka jika anda maju. Yesus mengingatkan hal yang sama. Mari kita lihat kisah mengenai seseorang yang mau mengikuti Yesus namun memilih untuk berlama-lama. "Dan seorang lain lagi berkata: "Aku akan mengikut Engkau, Tuhan, tetapi izinkanlah aku pamitan dahulu dengan keluargaku."(Lukas 9:61). Apa jawab Yesus? "Tetapi Yesus berkata: "Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah."(ay 62). Tuhan rindu setiap kita untuk maju. Dia rindu untuk mencurahkan berkat-berkatNya, namun bayang-bayang masa lalu kerap membuat kita selalu menoleh ke belakang, dan dengan demikian gagal mencapai janji-janji Tuhan.
Surat Paulus kepada jemaat di Filipi juga sempat berbicara mengenai hal yang sama. Sepertinya Paulus menyadari tendensi manusia untuk selalu berada dalam bayang-bayang masa lalunya, hingga ia merasa perlu untuk mengingatkan. "Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus." (Filipi 3:13-14). Dia memberi contoh, bahwa walaupun dia telah melayani Tuhan, dia tetap harus fokus untuk melupakan segala masa lalunya, seburuk apapun, dan fokus pada tujuan yang hendak dicapai di depan. Kita tidak akan bisa maju jika selalu berada dalam belenggu masa lalu kita yang kelam. Kita perlu benar-benar mengerti bahwa Tuhan begitu mengasihi kita. Dia tidak mau kita hidup terikat dalam dosa, problema kehidupan dan hal traumatis di masa lalu. Apa buktinya? Jika Tuhan tidak perduli, untuk apa Tuhan repot-repot menganugrahkan Kristus, AnakNya yang tunggal untuk memerdekakan kita dari segala dosa, kutuk dan kuk perhambaan warisan masa lalu? Berhentilah menoleh ke belakang, dan raihlah janji-janji Tuhan, yang penuh rancangan damai sejahtera, hidup yang berkelimpahan dan penuh berkat. Lihatlah ayat berikut ini: "Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya,selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!" (Ratapan 3:22-23). Apa yang disediakan Tuhan adalah berkat yang tiada habisnya dan selalu baru setiap pagi. Jika demikian, untuk apa kita terus mengingat-ingat masa lalu? Bukankah artinya kita menjadi orang yang bodoh jika masih saja terkubur dalam masalah di waktu lalu, padahal Tuhan mencurahkan rahmatNya yang baru setiap pagi?
Tuhan menyediakan pengharapan baru bagi kita yang telah ada di dalam Kristus. "Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang."(2 Korintus 5:17). In Christ, we are the new creation. Semua telah ditebus Kristus dengan lunas di atas kayu salib. Dan kita sekarang bisa menatap hari depan yang cerah, penuh pengharapan dari Tuhan. Tidak ada lagi belenggu masa lalu, kecuali kita yang mengijinkan dan menginginkan trauma masa lalu itu untuk terus hadir bersama kita, menghambat kita untuk bertumbuh dan maju. Today it's time to let all your past go. Let's stop looking back to the past, let's move forward. Let's move on with all hope and glory!
Menoleh ke belakang akan menghalangi kita untuk menerima janji-janji Tuhan yang telah Dia sediakan
Sunday, February 15, 2009
Jangan Menunda Pekerjaan
Ayat bacaan: Pengkotbah 11:6
============================
"Taburkanlah benihmu pagi-pagi hari, dan janganlah memberi istirahat kepada tanganmu pada petang hari, karena engkau tidak mengetahui apakah ini atau itu yang akan berhasil, atau kedua-duanya sama baik."
Beberapa hari ini pekerjaan rasanya begitu menumpuk. Saya merasa sangat lelah. Tadi sore saja ketika saya mengajar di kelas untuk ketiga kalinya dalam hari ini, nafas saya sudah tersengal-sengal. Mata rasanya perih, sulit konsentrasi dan fokus pada sesuatu. Yang lebih mengesalkan, sesampainya di rumah nanti pun saya masih harus mengerjakan banyak hal. Ada beberapa pekerjaan menanti dan seharusnya diselesaikan malam ini juga. Ketika di jalan pulang pun saya mengendarai mobil ekstra hati-hati, karena saya tahu konsentrasi saya sedang lemah. Di kampus saya sempat berpikir untuk langsung tidur setelah pulang ke rumah agar stamina saya bisa kembali meningkat. Saya sudah merencanakan untuk menunda pekerjaan saya di depan komputer malam ini hingga besok. Tapi di jalan, saya tiba-tiba diingatkan akan ayat yang saya jadikan ayat bacaan di atas. "Taburkanlah benihmu pagi-pagi hari, dan janganlah memberi istirahat kepada tanganmu pada petang hari, karena engkau tidak mengetahui apakah ini atau itu yang akan berhasil, atau kedua-duanya sama baik." (Pengkotbah 11:6). Sejenak saya sempat bertanya, apakah Tuhan tidak tahu kalau saya sedang mengalami keletihan yang luar biasa? "Tuhan, saya ingin istirahat..., please..I'm exhausted." itu yang saya katakan, namun ayat ini kembali hadir dalam hati saya. Kemudian saya sempat berpikir, apa sebenarnya yang dimaksud oleh ayat ini. Apakah ayat ini bermaksud agar kita semua menjadi workaholic akut alias orang-orang gila kerja? Apakah kita diminta untuk fokus pada pekerjaan dan menomorduakan keluarga bahkan Tuhan?
Tidak. Tidak demikian. Saya mendapat pencerahan dari Roh Kudus. Apa yang dimaksud pada ayat itu adalah sebuah peringatan agar kita tidak menunda-nunda pekerjaan. Mengapa demikian? Karena kemampuan kita terbatas untuk mengetahui yang mana yang akan berhasil, atau bahkan kedua-duanya sama baik. Pekerjaan saya memang beragam. Yang mana yang akan berhasil? salah satu atau keduanya? Kita tidak akan pernah tahu kapan berkat Tuhan turun atas kita lewat pekerjaan yang kita lakukan. Alangkah ironisnya jika berkat Tuhan itu lewat begitu saja hanya karena kita menunda pekerjaan kita. Saya juga diingatkan bahwa Tuhan telah mencukupkan segala-galanya bagi saya untuk mampu bekerja dengan sebaik-baiknya. Tidak ada alasan untuk mengeluh, karena toh saya tidak bekerja dengan kekuatan saya sendiri. Ada Tuhan yang selalu bersama saya yang siap setiap saat untuk menopang dan meneguhkan semangat saya. Apa yang harus saya lakukan sangat jelas: komitmen dan semangat untuk terus menyelesaikan pekerjaan hingga tuntas. Itu bagian saya. Then let God do His part.
"Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga, karena tak ada pekerjaan, pertimbangan, pengetahuan dan hikmat dalam dunia orang mati, ke mana engkau akan pergi." (Pengkotbah 9:10) Ayat ini juga mengingatkan kita agar kita bekerja sungguh-sungguh dengan semampu-mampunya kita. Idealnya adalah menganggap apapun yang kita kerjakan seperti mengerjakannya untuk Tuhan. (Kolose 3:23). Bagaimana dengan keletihan yang saya alami? Ada Tuhan Yesus yang sanggup meringankan kita dan memberi kelegaan. (Matius 11:28).
Akhirnya saya berhasil menyelesaikan pekerjaan saya malam ini. Ternyata saya masih punya cukup tenaga, bahkan lebih dari cukup hingga saya masih mampu menulis renungan ini dengan penuh sukacita. Pekerjaan sebanyak apapun tidak seharusnya membuat kita menomorduakan Tuhan. Saya percaya Tuhan menghargai setiap jerih payah anak-anakNya yang tulus melayani Dia bukan karena hal-hal keduniawian tapi semata-mata karena mengasihiNya. Apa saya masih merasa letih saat ini? Begini yang saya rasakan: jika saya rebah di tempat tidur setelah ini, saya tahu saya akan tidur nyenyak dengan seuntai senyum di bibir, karena saya berhasil menyelesaikan pekerjaan, tidak jadi menundanya, dan terlebih karena Tuhan ternyata ada bersama saya dan menopang dan memberi kekuatan. Haleluya!
Tuhan tidak suka orang yang malas. Bahkan dengan tegas dalam Yeremia dikatakan: "Terkutuklah orang yang melaksanakan pekerjaan TUHAN dengan lalai" (Yeremia 48:10). Di dalam segala hal, dalam keadaan sulit atau letih sekalipun, jangan pernah melupakan puji-pujian akan Tuhan. Karena kemudian Roh Tuhan akan berkuasa atas kita, dan memampukan kita melakukan segalanya dengan penyertaan Tuhan. "Maka Roh TUHAN akan berkuasa atasmu; engkau akan kepenuhan bersama-sama dengan mereka dan berubah menjadi manusia lain. Apabila tanda-tanda ini terjadi kepadamu, lakukanlah apa saja yang didapat oleh tanganmu, sebab Allah menyertai engkau." (1 Samuel 10:6-7). Tetap lakukan apa yang menjadi tugas kita dengan penuh semangat. Jangan pandang pekerjaan menumpuk sebagai beban menyiksa, namun pandanglah itu sebagai sebuah berkat dari Tuhan. Apakah salah satu pekerjaan akan berhasil, atau kedua-duanya, itu bukan menjadi masalah kita. Biarlah Tuhan yang memutuskan. Yang saya tahu pasti, jika kita rajin membaca, merenungkan dan melakukan firmanNya, Dia akan memberkati segala pekerjaan yang kita lakukan, dan apa saja yang kita buat akan berhasil. (Mazmur 1:2-3) Do your part by doing your best in all your works. Jangan biasakan menunda pekerjaan. Dan lihatlah bagaimana luar biasanya Tuhan memberkati pekerjaan anda.
Jangan menunda pekerjaan, tapi giatlah bekerja hingga selesai
============================
"Taburkanlah benihmu pagi-pagi hari, dan janganlah memberi istirahat kepada tanganmu pada petang hari, karena engkau tidak mengetahui apakah ini atau itu yang akan berhasil, atau kedua-duanya sama baik."
Beberapa hari ini pekerjaan rasanya begitu menumpuk. Saya merasa sangat lelah. Tadi sore saja ketika saya mengajar di kelas untuk ketiga kalinya dalam hari ini, nafas saya sudah tersengal-sengal. Mata rasanya perih, sulit konsentrasi dan fokus pada sesuatu. Yang lebih mengesalkan, sesampainya di rumah nanti pun saya masih harus mengerjakan banyak hal. Ada beberapa pekerjaan menanti dan seharusnya diselesaikan malam ini juga. Ketika di jalan pulang pun saya mengendarai mobil ekstra hati-hati, karena saya tahu konsentrasi saya sedang lemah. Di kampus saya sempat berpikir untuk langsung tidur setelah pulang ke rumah agar stamina saya bisa kembali meningkat. Saya sudah merencanakan untuk menunda pekerjaan saya di depan komputer malam ini hingga besok. Tapi di jalan, saya tiba-tiba diingatkan akan ayat yang saya jadikan ayat bacaan di atas. "Taburkanlah benihmu pagi-pagi hari, dan janganlah memberi istirahat kepada tanganmu pada petang hari, karena engkau tidak mengetahui apakah ini atau itu yang akan berhasil, atau kedua-duanya sama baik." (Pengkotbah 11:6). Sejenak saya sempat bertanya, apakah Tuhan tidak tahu kalau saya sedang mengalami keletihan yang luar biasa? "Tuhan, saya ingin istirahat..., please..I'm exhausted." itu yang saya katakan, namun ayat ini kembali hadir dalam hati saya. Kemudian saya sempat berpikir, apa sebenarnya yang dimaksud oleh ayat ini. Apakah ayat ini bermaksud agar kita semua menjadi workaholic akut alias orang-orang gila kerja? Apakah kita diminta untuk fokus pada pekerjaan dan menomorduakan keluarga bahkan Tuhan?
Tidak. Tidak demikian. Saya mendapat pencerahan dari Roh Kudus. Apa yang dimaksud pada ayat itu adalah sebuah peringatan agar kita tidak menunda-nunda pekerjaan. Mengapa demikian? Karena kemampuan kita terbatas untuk mengetahui yang mana yang akan berhasil, atau bahkan kedua-duanya sama baik. Pekerjaan saya memang beragam. Yang mana yang akan berhasil? salah satu atau keduanya? Kita tidak akan pernah tahu kapan berkat Tuhan turun atas kita lewat pekerjaan yang kita lakukan. Alangkah ironisnya jika berkat Tuhan itu lewat begitu saja hanya karena kita menunda pekerjaan kita. Saya juga diingatkan bahwa Tuhan telah mencukupkan segala-galanya bagi saya untuk mampu bekerja dengan sebaik-baiknya. Tidak ada alasan untuk mengeluh, karena toh saya tidak bekerja dengan kekuatan saya sendiri. Ada Tuhan yang selalu bersama saya yang siap setiap saat untuk menopang dan meneguhkan semangat saya. Apa yang harus saya lakukan sangat jelas: komitmen dan semangat untuk terus menyelesaikan pekerjaan hingga tuntas. Itu bagian saya. Then let God do His part.
"Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga, karena tak ada pekerjaan, pertimbangan, pengetahuan dan hikmat dalam dunia orang mati, ke mana engkau akan pergi." (Pengkotbah 9:10) Ayat ini juga mengingatkan kita agar kita bekerja sungguh-sungguh dengan semampu-mampunya kita. Idealnya adalah menganggap apapun yang kita kerjakan seperti mengerjakannya untuk Tuhan. (Kolose 3:23). Bagaimana dengan keletihan yang saya alami? Ada Tuhan Yesus yang sanggup meringankan kita dan memberi kelegaan. (Matius 11:28).
Akhirnya saya berhasil menyelesaikan pekerjaan saya malam ini. Ternyata saya masih punya cukup tenaga, bahkan lebih dari cukup hingga saya masih mampu menulis renungan ini dengan penuh sukacita. Pekerjaan sebanyak apapun tidak seharusnya membuat kita menomorduakan Tuhan. Saya percaya Tuhan menghargai setiap jerih payah anak-anakNya yang tulus melayani Dia bukan karena hal-hal keduniawian tapi semata-mata karena mengasihiNya. Apa saya masih merasa letih saat ini? Begini yang saya rasakan: jika saya rebah di tempat tidur setelah ini, saya tahu saya akan tidur nyenyak dengan seuntai senyum di bibir, karena saya berhasil menyelesaikan pekerjaan, tidak jadi menundanya, dan terlebih karena Tuhan ternyata ada bersama saya dan menopang dan memberi kekuatan. Haleluya!
Tuhan tidak suka orang yang malas. Bahkan dengan tegas dalam Yeremia dikatakan: "Terkutuklah orang yang melaksanakan pekerjaan TUHAN dengan lalai" (Yeremia 48:10). Di dalam segala hal, dalam keadaan sulit atau letih sekalipun, jangan pernah melupakan puji-pujian akan Tuhan. Karena kemudian Roh Tuhan akan berkuasa atas kita, dan memampukan kita melakukan segalanya dengan penyertaan Tuhan. "Maka Roh TUHAN akan berkuasa atasmu; engkau akan kepenuhan bersama-sama dengan mereka dan berubah menjadi manusia lain. Apabila tanda-tanda ini terjadi kepadamu, lakukanlah apa saja yang didapat oleh tanganmu, sebab Allah menyertai engkau." (1 Samuel 10:6-7). Tetap lakukan apa yang menjadi tugas kita dengan penuh semangat. Jangan pandang pekerjaan menumpuk sebagai beban menyiksa, namun pandanglah itu sebagai sebuah berkat dari Tuhan. Apakah salah satu pekerjaan akan berhasil, atau kedua-duanya, itu bukan menjadi masalah kita. Biarlah Tuhan yang memutuskan. Yang saya tahu pasti, jika kita rajin membaca, merenungkan dan melakukan firmanNya, Dia akan memberkati segala pekerjaan yang kita lakukan, dan apa saja yang kita buat akan berhasil. (Mazmur 1:2-3) Do your part by doing your best in all your works. Jangan biasakan menunda pekerjaan. Dan lihatlah bagaimana luar biasanya Tuhan memberkati pekerjaan anda.
Jangan menunda pekerjaan, tapi giatlah bekerja hingga selesai
Saturday, February 14, 2009
Katakan Cinta Hari Ini
Ayat bacaan: Kidung Agung 1:15-16
===========================
"Lihatlah, cantik engkau, manisku, sungguh cantik engkau, bagaikan merpati matamu. Lihatlah, tampan engkau, kekasihku, sungguh menarik; sungguh sejuk petiduran kita."
Kemarin saya kaget membaca status seorang teman saya di facebook. Sebut saja namanya X. Disana tertulis: "X is sad.. my husband told me I was a rhino..duh.." Bagaimana seorang suami tega menyebut istrinya seperti badak? Mungkin maksudnya bercanda, tapi bercanda juga kira-kira dong... itu yang ada di benak saya. Atau kalaupun teman saya tadi memang gemuk, bukan begitu caranya berkata pada istri sendiri. Saya jadi ingat pernah membaca sebuah survey mengenai suami istri. Hasil yang diperoleh ternyata mencengangkan.. Ada banyak yang berkata bahwa mereka tidak pernah menerima pujian, kemudian disusul pula dengan "jarang sekali, hampir tidak pernah." Ada yang pernah berkata dia tidak ingat lagi kapan terakhir kali dipuji oleh pasangannya. Seorang teman pernah berkata sambil tertawa bahwa ia bisa membedakan pasangan yang masih pacaran dan sudah menikah hanya dari perilaku mereka di restoran. Yang masih pacaran, katanya, akan terlihat sangat mesra, mata seolah-olah tidak bisa lepas dari tatapan ke arah kekasihnya. Sedangkan yang sudah menikah? Biasanya cuek dengan kesibukan masing-masing. Dua-duanya sibuk main ponsel, atau satu baca koran, satunya sms-an. Di sisi lain ada orang yang sulit memuji. Tidak terbiasa untuk memuji dari kecil, bukan lahir di lingkungan keluarga yang saling menghargai, ada yang merasa risih untuk memberi pujian, ada yang malu, bahkan ada pula yang takut pujian mereka bisa membuat orang lain besar kepala.
Ada banyak bentuk memang yang bisa dipakai untuk menyatakan sebentuk cinta atau kasih kepada sesama. Cinta bukan hanya sebatas di bibir saja, melainkan lewat perbuatan. Itu benar. Dan semua bentuk yang dipakai untuk menyatakan cinta kasih sepanjang dilakukan dengan tulus tentunya patut dihargai. Tapi ingatlah bahwa manusia tetap butuh sebentuk pernyataan cinta kasih, pujian dan penghargaan lewat perkataan. Kita sering mudah menegur atau mengkritik jika ada yang salah, namun sulit memberikan pujian ketika mereka melakukan sesuatu yang baik. Bagi banyak pasangan suami istri, seiring perjalanan waktu, kebersamaan itu mulai terasa biasa-biasa saja, romantisme menurun. Kesibukan, kehadiran anak-anak, dan rutinitas, misalnya, bisa membuat sebuah hubungan lama-lama menjadi datar. Lama-lama, ucapan "my wife is like a rhino..", atau "suamiku seperti karung goni bentuknya" pun bisa keluar. Padahal lihatlah betapa tidak pantasnya ucapan seperti ini ditujukan bagi pendamping hidup kita yang sudah menjadi satu daging, dan dimateraikan langsung oleh Tuhan.
Membaca Kidung Agung membuat saya berpikir, betapa indahnya sebuah hubungan cinta antara dua sejoli yang menikah. Begitu banyak pujian puitis sepanjang kitab ini, dan itu menunjukkan betapa bentuk ungkapan kasih lewat perkataan tulus kepada pasangan kita merupakan hal yang penting di mata Tuhan. Ayat bacaan hari ini misalnya: "Lihatlah, cantik engkau, manisku, sungguh cantik engkau, bagaikan merpati matamu. Lihatlah, tampan engkau, kekasihku, sungguh menarik; sungguh sejuk petiduran kita." (dalam bahasa Inggrisnya: "Behold, you are beautiful, my love! Behold, you are beautiful! You have doves' eyes. [She cried] Behold, you are beautiful, my beloved [shepherd], yes, delightful! Our arbor and couch are green and leafy.") (Kidung Agung 1:15-16). Indah bukan? Begitu banyak lagi ayat-ayat yang sangat puitis dan berterus terang mengenai hubungan romantis antara suami dan istri sepanjang Kidung Agung. Cinta yang dianugrahkan Tuhan bagi kita itu sangatlah kuat. Begitu kuatnya sehingga disebutkan air sebanyak apapun tak akan dapat memadamkan api cinta. "Air yang banyak tak dapat memadamkan cinta, sungai-sungai tak dapat menghanyutkannya. " (8:7).
Begitu pentingnya sebuah ungkapan cinta, pujian dan penghargaan. Sebegitu pentingnya, sehingga kita sering mendengar hancurnya sebuah hubungan keluarga akibat tidak ada kehangatan cinta kasih yang keluar dari perkataan. Tuhan sendiri bagaimana? Meski Tuhan selalu mementingkan dan menguji hati manusia, bentuk ucapan bibir penuh ungkapan syukur untuk memuliakan namaNya pun Dia rindukan. "Sebab itu marilah kita, oleh Dia, senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya." (Ibrani 13:15). Kapan terakhir kali anda memuji pasangan anda? Sudah berapa lama anda menyatakan sebuah ungkapan cinta dan penghargaan padanya? Jangan tunda lagi, katakan hari ini juga, betapa anda mencintai mereka. Betapa anda bersyukur pada Tuhan karena anda telah dianugrahi seorang pasangan yang begitu luar biasa.
Ungkapan cinta, pujian dan penghargaan mampu memperkokoh dan menjaga kehangatan sebuah hubungan
===========================
"Lihatlah, cantik engkau, manisku, sungguh cantik engkau, bagaikan merpati matamu. Lihatlah, tampan engkau, kekasihku, sungguh menarik; sungguh sejuk petiduran kita."
Kemarin saya kaget membaca status seorang teman saya di facebook. Sebut saja namanya X. Disana tertulis: "X is sad.. my husband told me I was a rhino..duh.." Bagaimana seorang suami tega menyebut istrinya seperti badak? Mungkin maksudnya bercanda, tapi bercanda juga kira-kira dong... itu yang ada di benak saya. Atau kalaupun teman saya tadi memang gemuk, bukan begitu caranya berkata pada istri sendiri. Saya jadi ingat pernah membaca sebuah survey mengenai suami istri. Hasil yang diperoleh ternyata mencengangkan.. Ada banyak yang berkata bahwa mereka tidak pernah menerima pujian, kemudian disusul pula dengan "jarang sekali, hampir tidak pernah." Ada yang pernah berkata dia tidak ingat lagi kapan terakhir kali dipuji oleh pasangannya. Seorang teman pernah berkata sambil tertawa bahwa ia bisa membedakan pasangan yang masih pacaran dan sudah menikah hanya dari perilaku mereka di restoran. Yang masih pacaran, katanya, akan terlihat sangat mesra, mata seolah-olah tidak bisa lepas dari tatapan ke arah kekasihnya. Sedangkan yang sudah menikah? Biasanya cuek dengan kesibukan masing-masing. Dua-duanya sibuk main ponsel, atau satu baca koran, satunya sms-an. Di sisi lain ada orang yang sulit memuji. Tidak terbiasa untuk memuji dari kecil, bukan lahir di lingkungan keluarga yang saling menghargai, ada yang merasa risih untuk memberi pujian, ada yang malu, bahkan ada pula yang takut pujian mereka bisa membuat orang lain besar kepala.
Ada banyak bentuk memang yang bisa dipakai untuk menyatakan sebentuk cinta atau kasih kepada sesama. Cinta bukan hanya sebatas di bibir saja, melainkan lewat perbuatan. Itu benar. Dan semua bentuk yang dipakai untuk menyatakan cinta kasih sepanjang dilakukan dengan tulus tentunya patut dihargai. Tapi ingatlah bahwa manusia tetap butuh sebentuk pernyataan cinta kasih, pujian dan penghargaan lewat perkataan. Kita sering mudah menegur atau mengkritik jika ada yang salah, namun sulit memberikan pujian ketika mereka melakukan sesuatu yang baik. Bagi banyak pasangan suami istri, seiring perjalanan waktu, kebersamaan itu mulai terasa biasa-biasa saja, romantisme menurun. Kesibukan, kehadiran anak-anak, dan rutinitas, misalnya, bisa membuat sebuah hubungan lama-lama menjadi datar. Lama-lama, ucapan "my wife is like a rhino..", atau "suamiku seperti karung goni bentuknya" pun bisa keluar. Padahal lihatlah betapa tidak pantasnya ucapan seperti ini ditujukan bagi pendamping hidup kita yang sudah menjadi satu daging, dan dimateraikan langsung oleh Tuhan.
Membaca Kidung Agung membuat saya berpikir, betapa indahnya sebuah hubungan cinta antara dua sejoli yang menikah. Begitu banyak pujian puitis sepanjang kitab ini, dan itu menunjukkan betapa bentuk ungkapan kasih lewat perkataan tulus kepada pasangan kita merupakan hal yang penting di mata Tuhan. Ayat bacaan hari ini misalnya: "Lihatlah, cantik engkau, manisku, sungguh cantik engkau, bagaikan merpati matamu. Lihatlah, tampan engkau, kekasihku, sungguh menarik; sungguh sejuk petiduran kita." (dalam bahasa Inggrisnya: "Behold, you are beautiful, my love! Behold, you are beautiful! You have doves' eyes. [She cried] Behold, you are beautiful, my beloved [shepherd], yes, delightful! Our arbor and couch are green and leafy.") (Kidung Agung 1:15-16). Indah bukan? Begitu banyak lagi ayat-ayat yang sangat puitis dan berterus terang mengenai hubungan romantis antara suami dan istri sepanjang Kidung Agung. Cinta yang dianugrahkan Tuhan bagi kita itu sangatlah kuat. Begitu kuatnya sehingga disebutkan air sebanyak apapun tak akan dapat memadamkan api cinta. "Air yang banyak tak dapat memadamkan cinta, sungai-sungai tak dapat menghanyutkannya. " (8:7).
Begitu pentingnya sebuah ungkapan cinta, pujian dan penghargaan. Sebegitu pentingnya, sehingga kita sering mendengar hancurnya sebuah hubungan keluarga akibat tidak ada kehangatan cinta kasih yang keluar dari perkataan. Tuhan sendiri bagaimana? Meski Tuhan selalu mementingkan dan menguji hati manusia, bentuk ucapan bibir penuh ungkapan syukur untuk memuliakan namaNya pun Dia rindukan. "Sebab itu marilah kita, oleh Dia, senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya." (Ibrani 13:15). Kapan terakhir kali anda memuji pasangan anda? Sudah berapa lama anda menyatakan sebuah ungkapan cinta dan penghargaan padanya? Jangan tunda lagi, katakan hari ini juga, betapa anda mencintai mereka. Betapa anda bersyukur pada Tuhan karena anda telah dianugrahi seorang pasangan yang begitu luar biasa.
Ungkapan cinta, pujian dan penghargaan mampu memperkokoh dan menjaga kehangatan sebuah hubungan
Friday, February 13, 2009
Valentine's Day: A Day Of Love
Ayat bacaan: 1 Yohanes 4:7
===========================
"Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah."
Ada berapa banyak kartu valentine yang dikirimkan dalam setahun? Dari wikipedia saya mendapatkan datanya. Menurut The US Greeting Card Association, diperkirakan ada sekitar 1 milyar kartu valentine yang dikirimkan di seluruh dunia. Angka ini menjadikan hari valentine sebagai hari raya terbesar setelah Natal untuk urusan berkirim kartu. Itu adalah kartu yang dikirim lewat pos, belum lagi ucapan lewat e-card, sepucuk surat cinta, sms, telepon atau yang merayakan secara langsung tanpa kartu. Dalam merayakan valentine pun biasanya orang punya tradisi untuk mengajak orang yang dicintai ke restoran menikmati candle light dinner. Bunga mawar, atau bertukar kado, itu pun menjadi sebuah kebiasaan bagi banyak orang. Ada banyak restoran menawarkan paket valentine lengkap dengan sekuntum bunga dan paket-paket acara spesial lainnya, toko-toko dan mal pun biasanya membuat dekorasi khusus valentine.
Seberapa pentingkah sebuah perayaan valentine? Ada orang yang beranggapan tidak penting, karena merupakan pemborosan. Ada yang beranggapan tidak perlu, karena mereka tidak memerlukan satu hari khusus untuk menyatakan cinta kasih mereka. Ada yang beranggapan perlu karena di hari itu mereka bisa menyatakan perasaan mereka dengan nuansa yang berbeda dibanding hari-hari biasanya. Sebenarnya akan sangat baik jika kita mampu mengungkapkan perasaan sayang dan cinta kasih kita kepada orang-orang terdekat setiap hari. Namun seringkali kehidupan kita tidak memungkinkan kita untuk demikian. Sibuk bekerja, sibuk belajar, berbagai aktivitas yang menyita sebagian besar waktu kita, membuat kita tidak sempat untuk mengungkapkan rasa sayang dan cinta kita kepada orang-orang yang sangat kita kasihi. Maka bagi saya, hari valentine bisa dipakai sebagai sebuah hari yang kita sediakan secara khusus buat orang-orang yang spesial bagi kita.
Ketika tragedi 9/11 terjadi tahun 2001 yang lalu, ada begitu banyak orang menyadari bahwa mereka tidak seharusnya menunda lebih lama lagi untuk menyampaikan ucapan cinta kepada orang-orang terdekatnya, sebelum semuanya terlambat. Berbagai kisah dramatis dan tragis muncul dari para korban dan orang-orang yang ditinggalkan. Ada yang sempat menelpon dari pesawat sebelum pesawatnya ditabrakkan ke gedung WTC, dan kata terakhir mereka adalah "I love you.." Ada banyak pula orang yang menyesal terlambat menyatakan cinta mereka ketika orang yang mereka kasihi masih hidup. Kesibukan dan aktivitas sehari-hari membuat kita lupa untuk itu, bahkan sekedar ucapan singkat sekalipun. Dan mungkin sudah sifat manusia untuk terlena ketika semuanya masih ada, kemudian baru sadar ketika kesempatan untuk itu sudah tidak ada lagi. Tidak perlu ada hari khusus jika kita sanggup menyatakan kasih kita kepada pasangan, keluarga dekat dan teman-teman kita setiap hari. Namun jika kita menyadari betapa hari-hari kita begitu padat sehingga tidak sempat untuk itu, maka hari valentine bisa kita pakai sebagai sebuah momen yang indah untuk mengungkapkan kasih kita pada mereka.
Jangan berhenti hanya pada pasangan atau kekasih anda saja, ingatlah bahwa ada orang-orang yang sangat bermakna dalam hidup kita. Orang tua kita, kakek dan nenek, saudara, sahabat dan teman-teman, mungkin juga tetangga, dosen/guru dan sebagainya. Ayat bacaan hari ini mengajak kita untuk saling mengasihi secara luas, karena kasih itu berasal dari Allah, dan setiap orang yang mengasihi adalah orang yang lahir dari Allah dan mengenal pribadiNya. (1 Yohanes 4:7). Yesus pun mengajarkan yang sama. "Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi." (Yohanes 13:34). Bahkan Yesus memberi sebuah dimensi baru mengenai kasih, yaitu sebuah kasih seorang yang begitu besar hingga sanggup memberikan nyawa untuk sahabat-sahabatnya. (Yohanes 15:13). Tidak hanya mengajarkan, namun Yesus telah melakukannya sendiri lewat karya penebusanNya di atas kayu salib, karena Dia begitu mengasihi kita.
Valentine's day is a day of love. Berikan perhatian khusus dan ucapan atau ungkapan kasih anda pada semua orang-orang terdekat anda. Ketika anda bertemu dengan pengemis, setidaknya berikan senyum anda. Ada banyak orang yang kehilangan kasih di sekitar kita. Orang yang tidak memperoleh kasih sayang dari orang tuanya, keluarga broken home, suami/istri yang bermasalah, orang-orang yang hidupnya begitu susah, dan sebagainya. Alangkah indahnya jika hari ini tidak hanya dipakai untuk kerabat terdekat saja, tapi sebagai titik tolak untuk membagikan sebentuk kasih yang kita terima dari Allah. "Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi." (1 Yohanes 4:11). Jika kita saling mengasihi, Allah ada di dalam kita dan kasihNya sempurna di dalam kita. (ay 12). Selain itu, anda bisa memanfaatkan hari kasih ini untuk memperbaiki hubungan dengan orang lain yang sedang retak. This is the moment. Let's celebrate love's day by sharing God's love to each other. Happy Valentine's day, my friends.. God bless you all.
Nyatakan kasih secara khusus hari ini, sebelum semuanya terlambat
===========================
"Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah."
Ada berapa banyak kartu valentine yang dikirimkan dalam setahun? Dari wikipedia saya mendapatkan datanya. Menurut The US Greeting Card Association, diperkirakan ada sekitar 1 milyar kartu valentine yang dikirimkan di seluruh dunia. Angka ini menjadikan hari valentine sebagai hari raya terbesar setelah Natal untuk urusan berkirim kartu. Itu adalah kartu yang dikirim lewat pos, belum lagi ucapan lewat e-card, sepucuk surat cinta, sms, telepon atau yang merayakan secara langsung tanpa kartu. Dalam merayakan valentine pun biasanya orang punya tradisi untuk mengajak orang yang dicintai ke restoran menikmati candle light dinner. Bunga mawar, atau bertukar kado, itu pun menjadi sebuah kebiasaan bagi banyak orang. Ada banyak restoran menawarkan paket valentine lengkap dengan sekuntum bunga dan paket-paket acara spesial lainnya, toko-toko dan mal pun biasanya membuat dekorasi khusus valentine.
Seberapa pentingkah sebuah perayaan valentine? Ada orang yang beranggapan tidak penting, karena merupakan pemborosan. Ada yang beranggapan tidak perlu, karena mereka tidak memerlukan satu hari khusus untuk menyatakan cinta kasih mereka. Ada yang beranggapan perlu karena di hari itu mereka bisa menyatakan perasaan mereka dengan nuansa yang berbeda dibanding hari-hari biasanya. Sebenarnya akan sangat baik jika kita mampu mengungkapkan perasaan sayang dan cinta kasih kita kepada orang-orang terdekat setiap hari. Namun seringkali kehidupan kita tidak memungkinkan kita untuk demikian. Sibuk bekerja, sibuk belajar, berbagai aktivitas yang menyita sebagian besar waktu kita, membuat kita tidak sempat untuk mengungkapkan rasa sayang dan cinta kita kepada orang-orang yang sangat kita kasihi. Maka bagi saya, hari valentine bisa dipakai sebagai sebuah hari yang kita sediakan secara khusus buat orang-orang yang spesial bagi kita.
Ketika tragedi 9/11 terjadi tahun 2001 yang lalu, ada begitu banyak orang menyadari bahwa mereka tidak seharusnya menunda lebih lama lagi untuk menyampaikan ucapan cinta kepada orang-orang terdekatnya, sebelum semuanya terlambat. Berbagai kisah dramatis dan tragis muncul dari para korban dan orang-orang yang ditinggalkan. Ada yang sempat menelpon dari pesawat sebelum pesawatnya ditabrakkan ke gedung WTC, dan kata terakhir mereka adalah "I love you.." Ada banyak pula orang yang menyesal terlambat menyatakan cinta mereka ketika orang yang mereka kasihi masih hidup. Kesibukan dan aktivitas sehari-hari membuat kita lupa untuk itu, bahkan sekedar ucapan singkat sekalipun. Dan mungkin sudah sifat manusia untuk terlena ketika semuanya masih ada, kemudian baru sadar ketika kesempatan untuk itu sudah tidak ada lagi. Tidak perlu ada hari khusus jika kita sanggup menyatakan kasih kita kepada pasangan, keluarga dekat dan teman-teman kita setiap hari. Namun jika kita menyadari betapa hari-hari kita begitu padat sehingga tidak sempat untuk itu, maka hari valentine bisa kita pakai sebagai sebuah momen yang indah untuk mengungkapkan kasih kita pada mereka.
Jangan berhenti hanya pada pasangan atau kekasih anda saja, ingatlah bahwa ada orang-orang yang sangat bermakna dalam hidup kita. Orang tua kita, kakek dan nenek, saudara, sahabat dan teman-teman, mungkin juga tetangga, dosen/guru dan sebagainya. Ayat bacaan hari ini mengajak kita untuk saling mengasihi secara luas, karena kasih itu berasal dari Allah, dan setiap orang yang mengasihi adalah orang yang lahir dari Allah dan mengenal pribadiNya. (1 Yohanes 4:7). Yesus pun mengajarkan yang sama. "Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi." (Yohanes 13:34). Bahkan Yesus memberi sebuah dimensi baru mengenai kasih, yaitu sebuah kasih seorang yang begitu besar hingga sanggup memberikan nyawa untuk sahabat-sahabatnya. (Yohanes 15:13). Tidak hanya mengajarkan, namun Yesus telah melakukannya sendiri lewat karya penebusanNya di atas kayu salib, karena Dia begitu mengasihi kita.
Valentine's day is a day of love. Berikan perhatian khusus dan ucapan atau ungkapan kasih anda pada semua orang-orang terdekat anda. Ketika anda bertemu dengan pengemis, setidaknya berikan senyum anda. Ada banyak orang yang kehilangan kasih di sekitar kita. Orang yang tidak memperoleh kasih sayang dari orang tuanya, keluarga broken home, suami/istri yang bermasalah, orang-orang yang hidupnya begitu susah, dan sebagainya. Alangkah indahnya jika hari ini tidak hanya dipakai untuk kerabat terdekat saja, tapi sebagai titik tolak untuk membagikan sebentuk kasih yang kita terima dari Allah. "Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi." (1 Yohanes 4:11). Jika kita saling mengasihi, Allah ada di dalam kita dan kasihNya sempurna di dalam kita. (ay 12). Selain itu, anda bisa memanfaatkan hari kasih ini untuk memperbaiki hubungan dengan orang lain yang sedang retak. This is the moment. Let's celebrate love's day by sharing God's love to each other. Happy Valentine's day, my friends.. God bless you all.
Nyatakan kasih secara khusus hari ini, sebelum semuanya terlambat
Thursday, February 12, 2009
Ungkapan Kasih Nyata
Ayat bacaan: 1 Korintus 13:13
======================
"Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih."
Bagi banyak pasangan, hari kasih sayang alias valentine's day yang akan tiba dua hari lagi merupakan sebuah agenda penting untuk menyatakan kasih sayang pada pasangannya, baik lewat ucapan, puisi, sekuntum atau sebuket bunga, kartu, kado, candle light dinner dan sebagainya. Tapi di sisi lain, ada orang-orang yang justru membenci hari valentine ini. Mungkin wajar jika hal itu datang dari saudara-saudara kita yang tidak seiman yang mengaitkan valentine sebagai sebuah perayaan Kristen, tapi ternyata di antara saudara seiman pun hal yang sama bisa terjadi. Ada banyak orang yang mengalami kekecewaan dalam hubungannya berkali-kali, ada yang tidak pernah merasakan kasih sayang dari orang tua atau keluarganya, ada yang mati rasa, hambar bahkan pahit. Ada seorang teman yang memiliki kebiasaan untuk memutar lagu-lagu yang disebutnya sebagai "anti valentine songs". Ada banyak lagu-lagu yang anti kasih, bercerita tentang kesendirian, tidak perlu cinta hingga lirik penuh kebencian. Mungkin artis-artis itu pun punya pengalaman pahit tentang sebuah kasih. Ketika saya tadi bercerita dengan salah seorang murid saya tentang itu, dia berkata: "wah kasihan banget..." Ya, kita seringkali merasa kasihan, tapi akhirnya berhenti hanya sampai sebuah ucapan kasihan saja. Sadarilah, ada banyak orang disekitar kita yang mungkin belum pernah mengenal kasih sama sekali, atau sudah skeptis dan menganggap cinta kasih hanyalah omong kosong belaka.
Apakah benar manusia itu tidak butuh kasih? apakah kasih itu hanya sesuatu yang semu dan tidak pernah nyata? Bagi mereka di atas, mungkin jawabannya ya. Walaupun saya yakin, jauh di dalam lubuk hati mereka, mereka pun sama seperti kita, yang butuh dicintai dan ingin bisa mencintai. 1 Korintus 13 berbicara panjang lebar mengenai kasih. Kasih disana digambarkan bukan hanya sebatas dicintai oleh orang lain, namun lebih jauh berbicara mengenai memiliki sebentuk kasih. Lihatlah apa yang dikatakan mengenai kasih. "Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran." (1 Korintus 13:4-6). Lebih jauh lagi, orang yang memiliki kasih akan tahan menghadapi segala sesuatu, dan mau melihat sisi baik dari setiap orang, tidak pernah kehilangan harapan dan sabar. "Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu." (ay 7). Nubuat akan berakhir, bahasa roh akan berhenti, pengetahuan akan lengkap, tapi kasih tidak berkesudahan. (ay 8). Tidak akan pernah ada saat dimana orang tidak perlu saling mengasihi. Itu firman Tuhan. Bahkan begitu pentingnya kasih, sehingga diantara yang penting untuk tetap kita lakukan, yaitu iman, pengharapan dan kasih, Tuhan mengatakan yang terpenting diantara itu semua adalah kasih. (ay 13). Mengasihi orang lain, seperti halnya Tuhan mengasihi kita, itulah yang terpenting.
Puji Tuhan. Baru saja saya mendapat telepon dari seorang sosok legendaris jazz yang tidak pernah putus pengharapan dari Tuhan. Beliau bercerita bahwa hari Natalnya kemarin diisi dengan makan bersama para tetangganya yang tidak mampu. "Tidak peduli apa agamanya, karena Tuhan yang saya kenal mengasihi siapapun tanpa pandang bulu.." itu katanya. Beliau menceritakan betapa repotnya membelikan kado untuk setiap anak-anak sebelum pesta. Tapi rasa lelahnya terobati begitu melihat sukacita dari anak-anak yang tidak mampu itu ketika mereka merasakan sebuah bentuk kasih. "Tidak perlu jauh-jauh lho... di sekitar kita pun banyak orang yang butuh uluran tangan, bahkan merindukan rasa disayangi.." katanya. Haleluya! Ternyata Tuhan menyampaikan tambahan lewat sang artis legendaris tepat disaat saya sedang menuliskan renungan ini. Ini bentuk kasih, yang tidak hanya berhenti sebatas ucapan kasihan. Kepedulian itu dinyatakan lewat sebuah tindakan nyata yang bisa memberkati begitu banyak orang. Orang-orang yang mungkin tadinya dipinggirkan dan diabaikan, pada malam Natal itu mendapat sebuah bentuk kasih nyata dari seseorang yang sangat sadar betapa Tuhan mengasihinya, dan sangat sadar pula bahwa kasih dari Tuhan itu harus pula ia bagikan kepada orang-orang disekitarnya yang membutuhkan. "It was really joyful.. saya benar-benar merasakan kehadiran Tuhan saat itu.." katanya.
Mudah bagi kita untuk merasa kasihan, namun seringkali sulit bagi kita untuk melakukan tindakan nyata sebagai bentuk kepedulian kita. Jangan berhenti hanya sebatas ucapan saja. Ada begitu banyak orang yang menjadi tawar karena tidak lagi merasakan kasih dalam hidupnya, dan mereka ini ada di sekitar anda dan saya. Jika anda menganggap bahwa kasih Tuhan nyata dalam hidup anda, jika anda tahu bagaimana rasanya dikasihi dan mengasihi, sekarang saatnya untuk membagikan sukacita yang sama pada mereka yang membutuhkan. Hari valentine yang diperingati sebagai hari kasih sayang hendaknya bisa pula dipakai sebagai sebuah hari yang bukan saja khusus untuk kekasih atau orang-orang terdekat saja, namun jadikan itu sebagai titik tolak bagi kita untuk membagi kasih kepada sesama manusia, tanpa terkecuali.
Semakin anda mengenal kasih Tuhan, hendaknya semakin banyak pula kasih yang kita berikan pada sesama
======================
"Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih."
Bagi banyak pasangan, hari kasih sayang alias valentine's day yang akan tiba dua hari lagi merupakan sebuah agenda penting untuk menyatakan kasih sayang pada pasangannya, baik lewat ucapan, puisi, sekuntum atau sebuket bunga, kartu, kado, candle light dinner dan sebagainya. Tapi di sisi lain, ada orang-orang yang justru membenci hari valentine ini. Mungkin wajar jika hal itu datang dari saudara-saudara kita yang tidak seiman yang mengaitkan valentine sebagai sebuah perayaan Kristen, tapi ternyata di antara saudara seiman pun hal yang sama bisa terjadi. Ada banyak orang yang mengalami kekecewaan dalam hubungannya berkali-kali, ada yang tidak pernah merasakan kasih sayang dari orang tua atau keluarganya, ada yang mati rasa, hambar bahkan pahit. Ada seorang teman yang memiliki kebiasaan untuk memutar lagu-lagu yang disebutnya sebagai "anti valentine songs". Ada banyak lagu-lagu yang anti kasih, bercerita tentang kesendirian, tidak perlu cinta hingga lirik penuh kebencian. Mungkin artis-artis itu pun punya pengalaman pahit tentang sebuah kasih. Ketika saya tadi bercerita dengan salah seorang murid saya tentang itu, dia berkata: "wah kasihan banget..." Ya, kita seringkali merasa kasihan, tapi akhirnya berhenti hanya sampai sebuah ucapan kasihan saja. Sadarilah, ada banyak orang disekitar kita yang mungkin belum pernah mengenal kasih sama sekali, atau sudah skeptis dan menganggap cinta kasih hanyalah omong kosong belaka.
Apakah benar manusia itu tidak butuh kasih? apakah kasih itu hanya sesuatu yang semu dan tidak pernah nyata? Bagi mereka di atas, mungkin jawabannya ya. Walaupun saya yakin, jauh di dalam lubuk hati mereka, mereka pun sama seperti kita, yang butuh dicintai dan ingin bisa mencintai. 1 Korintus 13 berbicara panjang lebar mengenai kasih. Kasih disana digambarkan bukan hanya sebatas dicintai oleh orang lain, namun lebih jauh berbicara mengenai memiliki sebentuk kasih. Lihatlah apa yang dikatakan mengenai kasih. "Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran." (1 Korintus 13:4-6). Lebih jauh lagi, orang yang memiliki kasih akan tahan menghadapi segala sesuatu, dan mau melihat sisi baik dari setiap orang, tidak pernah kehilangan harapan dan sabar. "Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu." (ay 7). Nubuat akan berakhir, bahasa roh akan berhenti, pengetahuan akan lengkap, tapi kasih tidak berkesudahan. (ay 8). Tidak akan pernah ada saat dimana orang tidak perlu saling mengasihi. Itu firman Tuhan. Bahkan begitu pentingnya kasih, sehingga diantara yang penting untuk tetap kita lakukan, yaitu iman, pengharapan dan kasih, Tuhan mengatakan yang terpenting diantara itu semua adalah kasih. (ay 13). Mengasihi orang lain, seperti halnya Tuhan mengasihi kita, itulah yang terpenting.
Puji Tuhan. Baru saja saya mendapat telepon dari seorang sosok legendaris jazz yang tidak pernah putus pengharapan dari Tuhan. Beliau bercerita bahwa hari Natalnya kemarin diisi dengan makan bersama para tetangganya yang tidak mampu. "Tidak peduli apa agamanya, karena Tuhan yang saya kenal mengasihi siapapun tanpa pandang bulu.." itu katanya. Beliau menceritakan betapa repotnya membelikan kado untuk setiap anak-anak sebelum pesta. Tapi rasa lelahnya terobati begitu melihat sukacita dari anak-anak yang tidak mampu itu ketika mereka merasakan sebuah bentuk kasih. "Tidak perlu jauh-jauh lho... di sekitar kita pun banyak orang yang butuh uluran tangan, bahkan merindukan rasa disayangi.." katanya. Haleluya! Ternyata Tuhan menyampaikan tambahan lewat sang artis legendaris tepat disaat saya sedang menuliskan renungan ini. Ini bentuk kasih, yang tidak hanya berhenti sebatas ucapan kasihan. Kepedulian itu dinyatakan lewat sebuah tindakan nyata yang bisa memberkati begitu banyak orang. Orang-orang yang mungkin tadinya dipinggirkan dan diabaikan, pada malam Natal itu mendapat sebuah bentuk kasih nyata dari seseorang yang sangat sadar betapa Tuhan mengasihinya, dan sangat sadar pula bahwa kasih dari Tuhan itu harus pula ia bagikan kepada orang-orang disekitarnya yang membutuhkan. "It was really joyful.. saya benar-benar merasakan kehadiran Tuhan saat itu.." katanya.
Mudah bagi kita untuk merasa kasihan, namun seringkali sulit bagi kita untuk melakukan tindakan nyata sebagai bentuk kepedulian kita. Jangan berhenti hanya sebatas ucapan saja. Ada begitu banyak orang yang menjadi tawar karena tidak lagi merasakan kasih dalam hidupnya, dan mereka ini ada di sekitar anda dan saya. Jika anda menganggap bahwa kasih Tuhan nyata dalam hidup anda, jika anda tahu bagaimana rasanya dikasihi dan mengasihi, sekarang saatnya untuk membagikan sukacita yang sama pada mereka yang membutuhkan. Hari valentine yang diperingati sebagai hari kasih sayang hendaknya bisa pula dipakai sebagai sebuah hari yang bukan saja khusus untuk kekasih atau orang-orang terdekat saja, namun jadikan itu sebagai titik tolak bagi kita untuk membagi kasih kepada sesama manusia, tanpa terkecuali.
Semakin anda mengenal kasih Tuhan, hendaknya semakin banyak pula kasih yang kita berikan pada sesama
Wednesday, February 11, 2009
Buah Ketaatan
Ayat bacaan: Amsal 13:13
=====================
"Siapa meremehkan firman, ia akan menanggung akibatnya, tetapi siapa taat kepada perintah, akan menerima balasan."
Sudah lama saya berharap agar website musik jazz yang saya sudah saya kelola selama lebih dari setahun bisa menghasilkan keuntungan. Dalam 3 bulan terakhir Tuhan memang telah membukakan begitu banyak pintu berkat, sehingga situs tersebut mulai dikenal bukan saja di Indonesia tapi juga di luar. Saya mulai mendapat banyak respon dari jumlah pengunjung yang terus meningkat. Saya juga mulai mendapatkan permintaan review album dan wawancara dari banyak artis mancanegara. Haleluya, puji Tuhan, karena tanpa Tuhan saya yakin perjuangan dan usaha saya tidak akan mampu mencapai peningkatan seperti itu. Tapi secara finansial, website itu belumlah mampu menghasilkan.
Kira-kira seminggu yang lalu, saya hendak mengganti skin layout dari website itu. Dan ketika memilih-milih, saya pun bertemu dengan sebuah template yang menarik dan rasanya pas bagi website saya. Ternyata template itu tidak gratis, dan harganya lumayan mahal, sekitar US $40. Sedangkan tempat dimana saya menemukan template tersebut ternyata sebuah forum yang menyediakannya secara bajakan. Secara mudah sebenarnya saya bisa mempergunakan template itu dengan gratis, habis perkara. Tapi di saat itu hati nurani saya terasa menentang hal tersebut. Uang sejumlah $40 itu bukanlah jumlah yang kecil bagi saya. Namun saya memilih untuk belajar taat pada firman Tuhan, dan memilih untuk membayar jumlah tersebut kepada pembuatnya. Betapa lega rasanya bisa terhindar dari melakukan perbuatan curang. Saya merasakan sukacita meskipun mengeluarkan uang dalam jumlah yang besar.
Tepat seminggu kemudian, sesuatu yang luar biasa terjadi. Secara luar biasa saya mendapatkan pemasangan iklan dalam situs tersebut sebanyak tiga buah, dan jumlah yang saya peroleh dari iklan tersebut adalah lebih dari 10 kali lipat dari US $40 yang saya keluarkan seminggu sebelumnya. Lebih dari 10 kali lipat! Wow.. puji Tuhan! Tuhan menggenapi janjinya, ketika saya memilih untuk taat mendengar firmanNya. Haleluya.
Amsal menuliskan bahwa "Siapa meremehkan firman, ia akan menanggung akibatnya, tetapi siapa taat kepada perintah, akan menerima balasan." Dalam bahasa inggrisnya berbunyi demikian: "Whoever despises the word and counsel [of God] brings destruction upon himself, but he who [reverently] fears and respects the commandment [of God] is rewarded." (Amsal 13:13). Ayat ini digenapi secara luar biasa. Lihatlah buah yang kita hasilkan dari ketaatan. Tuhan menjanjikan dalam banyak kesempatan bahwa Dia sanggup melimpahkan berkatNya ketika kita mau taat kepada firmanNya. Tuhan selalu menepati janjiNya, dan hari ini saya mengalaminya sendiri. Apabila kita taat, maka kita akan diberkati bahkan ditambahkan berlipat-lipat. Serangkaian ayat mengenai berkat dalam Ulangan 28, dimana salah satunya berbunyi: "Diberkatilah bakulmu dan tempat adonanmu." (ay 8) merupakan serangkaian janji Tuhan dalam melimpahkan berkatNya buat kita. Namun itu semua haruslah dimulai dengan keputusan-keputusan kita dalam hidup untuk taat kepada perintahNya. Awal dari perikop berkat adalah sebagai berikut:"Jika engkau baik-baik mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, dan melakukan dengan setia segala perintah-Nya yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, maka TUHAN, Allahmu, akan mengangkat engkau di atas segala bangsa di bumi." (ay 1). Semua berkat Dia sediakan bagi kita, jika kita mendengarkan baik-baik suara Tuhan, dan tidak berhenti hanya pada mendengarkan, melainkan melanjutkannya dengan melakukan Firman secara nyata dengan setia. Jika ini kita lakukan, maka Tuhan akan melimpahkan berkatNya secara luar biasa. Sebuah kebahagiaan bagi saya hari ini untuk menjadikan apa yang saya alami sebagai sebuah kesaksian, betapa Tuhan adalah Bapa yang penuh kasih dan setia menggenapi semua janjiNya.
Bagi orang yang banyak berkecimpung di dunia maya seperti saya, masalah bajak membajak sebenarnya merupakan hal yang lumrah, kita bisa menjumpai segalanya di internet dan mendapatkannya secara ilegal. Namun lihatlah apa yang saya petik sebagai buah ketaatan dan kejujuran. Tuhan memperhitungkan segala yang kita perbuat dan putuskan. Itu pasti. Setiap perbuatan curang, sekecil apapun, merupakan kekejian bagi Tuhan. "..setiap orang yang berbuat curang, adalah kekejian bagi TUHAN, Allahmu." (Ulangan 25:16). Dalam Ayub kita membaca: "Jikalau mereka mendengar dan takluk, maka mereka hidup mujur sampai akhir hari-hari mereka dan senang sampai akhir tahun-tahun mereka. Tetapi, jikalau mereka tidak mendengar, maka mereka akan mati oleh lembing, dan binasa dalam kebebalan." (Ayub 36:11-12). Dalam surat Paulus kepada Titus pun ia mengingatkan demikian: "Hamba-hamba hendaklah taat kepada tuannya dalam segala hal dan berkenan kepada mereka, jangan membantah, jangan curang, tetapi hendaklah selalu tulus dan setia, supaya dengan demikian mereka dalam segala hal memuliakan ajaran Allah, Juruselamat kita." (Titus 2:9-10). Terkadang tidak mudah untuk taat, terlebih ketika kita harus menderita atau mengalami kerugian terlebih dahulu. Seperti apa yang saya alami, tidaklah mudah untuk mengeluarkan sejumlah uang yang cukup besar, namun ketika saya memutuskan untuk taat, kini saya memetik buahnya. Belajarlah untuk senantiasa berlaku taat dan jujur, dalam hal sekecil apapun. Ketika anda memilih untuk taat dan melakukan sesuai Firman, Tuhan sanggup memberkati anda berlipat kali ganda. Lakukan bagian kita, dan Tuhan akan melakukan bagianNya.
Ketaatan yang ditanam akan menghasilkan buah berlipat ganda
=====================
"Siapa meremehkan firman, ia akan menanggung akibatnya, tetapi siapa taat kepada perintah, akan menerima balasan."
Sudah lama saya berharap agar website musik jazz yang saya sudah saya kelola selama lebih dari setahun bisa menghasilkan keuntungan. Dalam 3 bulan terakhir Tuhan memang telah membukakan begitu banyak pintu berkat, sehingga situs tersebut mulai dikenal bukan saja di Indonesia tapi juga di luar. Saya mulai mendapat banyak respon dari jumlah pengunjung yang terus meningkat. Saya juga mulai mendapatkan permintaan review album dan wawancara dari banyak artis mancanegara. Haleluya, puji Tuhan, karena tanpa Tuhan saya yakin perjuangan dan usaha saya tidak akan mampu mencapai peningkatan seperti itu. Tapi secara finansial, website itu belumlah mampu menghasilkan.
Kira-kira seminggu yang lalu, saya hendak mengganti skin layout dari website itu. Dan ketika memilih-milih, saya pun bertemu dengan sebuah template yang menarik dan rasanya pas bagi website saya. Ternyata template itu tidak gratis, dan harganya lumayan mahal, sekitar US $40. Sedangkan tempat dimana saya menemukan template tersebut ternyata sebuah forum yang menyediakannya secara bajakan. Secara mudah sebenarnya saya bisa mempergunakan template itu dengan gratis, habis perkara. Tapi di saat itu hati nurani saya terasa menentang hal tersebut. Uang sejumlah $40 itu bukanlah jumlah yang kecil bagi saya. Namun saya memilih untuk belajar taat pada firman Tuhan, dan memilih untuk membayar jumlah tersebut kepada pembuatnya. Betapa lega rasanya bisa terhindar dari melakukan perbuatan curang. Saya merasakan sukacita meskipun mengeluarkan uang dalam jumlah yang besar.
Tepat seminggu kemudian, sesuatu yang luar biasa terjadi. Secara luar biasa saya mendapatkan pemasangan iklan dalam situs tersebut sebanyak tiga buah, dan jumlah yang saya peroleh dari iklan tersebut adalah lebih dari 10 kali lipat dari US $40 yang saya keluarkan seminggu sebelumnya. Lebih dari 10 kali lipat! Wow.. puji Tuhan! Tuhan menggenapi janjinya, ketika saya memilih untuk taat mendengar firmanNya. Haleluya.
Amsal menuliskan bahwa "Siapa meremehkan firman, ia akan menanggung akibatnya, tetapi siapa taat kepada perintah, akan menerima balasan." Dalam bahasa inggrisnya berbunyi demikian: "Whoever despises the word and counsel [of God] brings destruction upon himself, but he who [reverently] fears and respects the commandment [of God] is rewarded." (Amsal 13:13). Ayat ini digenapi secara luar biasa. Lihatlah buah yang kita hasilkan dari ketaatan. Tuhan menjanjikan dalam banyak kesempatan bahwa Dia sanggup melimpahkan berkatNya ketika kita mau taat kepada firmanNya. Tuhan selalu menepati janjiNya, dan hari ini saya mengalaminya sendiri. Apabila kita taat, maka kita akan diberkati bahkan ditambahkan berlipat-lipat. Serangkaian ayat mengenai berkat dalam Ulangan 28, dimana salah satunya berbunyi: "Diberkatilah bakulmu dan tempat adonanmu." (ay 8) merupakan serangkaian janji Tuhan dalam melimpahkan berkatNya buat kita. Namun itu semua haruslah dimulai dengan keputusan-keputusan kita dalam hidup untuk taat kepada perintahNya. Awal dari perikop berkat adalah sebagai berikut:"Jika engkau baik-baik mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, dan melakukan dengan setia segala perintah-Nya yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, maka TUHAN, Allahmu, akan mengangkat engkau di atas segala bangsa di bumi." (ay 1). Semua berkat Dia sediakan bagi kita, jika kita mendengarkan baik-baik suara Tuhan, dan tidak berhenti hanya pada mendengarkan, melainkan melanjutkannya dengan melakukan Firman secara nyata dengan setia. Jika ini kita lakukan, maka Tuhan akan melimpahkan berkatNya secara luar biasa. Sebuah kebahagiaan bagi saya hari ini untuk menjadikan apa yang saya alami sebagai sebuah kesaksian, betapa Tuhan adalah Bapa yang penuh kasih dan setia menggenapi semua janjiNya.
Bagi orang yang banyak berkecimpung di dunia maya seperti saya, masalah bajak membajak sebenarnya merupakan hal yang lumrah, kita bisa menjumpai segalanya di internet dan mendapatkannya secara ilegal. Namun lihatlah apa yang saya petik sebagai buah ketaatan dan kejujuran. Tuhan memperhitungkan segala yang kita perbuat dan putuskan. Itu pasti. Setiap perbuatan curang, sekecil apapun, merupakan kekejian bagi Tuhan. "..setiap orang yang berbuat curang, adalah kekejian bagi TUHAN, Allahmu." (Ulangan 25:16). Dalam Ayub kita membaca: "Jikalau mereka mendengar dan takluk, maka mereka hidup mujur sampai akhir hari-hari mereka dan senang sampai akhir tahun-tahun mereka. Tetapi, jikalau mereka tidak mendengar, maka mereka akan mati oleh lembing, dan binasa dalam kebebalan." (Ayub 36:11-12). Dalam surat Paulus kepada Titus pun ia mengingatkan demikian: "Hamba-hamba hendaklah taat kepada tuannya dalam segala hal dan berkenan kepada mereka, jangan membantah, jangan curang, tetapi hendaklah selalu tulus dan setia, supaya dengan demikian mereka dalam segala hal memuliakan ajaran Allah, Juruselamat kita." (Titus 2:9-10). Terkadang tidak mudah untuk taat, terlebih ketika kita harus menderita atau mengalami kerugian terlebih dahulu. Seperti apa yang saya alami, tidaklah mudah untuk mengeluarkan sejumlah uang yang cukup besar, namun ketika saya memutuskan untuk taat, kini saya memetik buahnya. Belajarlah untuk senantiasa berlaku taat dan jujur, dalam hal sekecil apapun. Ketika anda memilih untuk taat dan melakukan sesuai Firman, Tuhan sanggup memberkati anda berlipat kali ganda. Lakukan bagian kita, dan Tuhan akan melakukan bagianNya.
Ketaatan yang ditanam akan menghasilkan buah berlipat ganda
Subscribe to:
Posts (Atom)
Menjadi Anggur Yang Baik (1)
Ayat bacaan: Yohanes 2:9 ===================== "Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu--dan ia tidak t...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24-25 ====================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih ...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24 ===================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan ...
-
Ayat bacaan: Mazmur 23:4 ====================== "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau...