====================
"Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak: "Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya; karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak."

Seperti bapa sayang anaknya, demikianlah Engkau mengasihiku. Kasih sayang Tuhan kepada kita hadir dalam bentuk yang begitu intim, begitu dekat, seperti kedekatan seorang ayah dengan anaknya. Daud menyadari itu, sehingga ia berkata demikian: "Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian TUHAN sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia." (Mazmur 103:13). Yesaya menyebutkan: "Bukankah Engkau Bapa kami? Sungguh, Abraham tidak tahu apa-apa tentang kami, dan Israel tidak mengenal kami. Ya TUHAN, Engkau sendiri Bapa kami; nama-Mu ialah "Penebus kami" sejak dahulu kala." (Yesaya 63:16), Maleakhi menuliskan: "Mereka akan menjadi milik kesayangan-Ku sendiri, firman TUHAN semesta alam, pada hari yang Kusiapkan. Aku akan mengasihani mereka sama seperti seseorang menyayangi anaknya yang melayani dia." (Maleakhi 3:17), atau lihatlah bagaimana Yesus selalu menyebut Tuhan sebagai Bapa. Seperti halnya ayah kita di dunia menyediakan segalanya bagi kita, melindungi kita, demikian pula Bapa di Surga. Tapi di sisi lain, ketika kita melakukan kesalahan, seperti ayah di dunia yang terkadang perlu mendisiplinkan kita melalui hukuman, demikian pula Tuhan terkadang perlu menjatuhkan hukuman untuk mengajarkan dan mendisiplinkan kita demi kebaikan kita sendiri.
Penulis Ibrani mengingatkan pula akan bentuk pendisiplinan Tuhan. "Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak: "Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya." (Ibrani 12:5). Mengapa demikian? "karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak." (ay 6). Kemudian dilanjutkan dengan penjelasan lebih jauh di ayat selanjutnya. "Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya? Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang." (ay 7-8). Jika lewat ayah kita di dunia kita didisplinkan, dan kita menghormati mereka, apalagi terhadap Bapa Surgawi kita, yang tetap mendidik kita demi kebaikan kita sendiri, agar kita layak untuk memperoleh bagian dalam kekudusanNya. (ay 9-10). Pada saat hukuman jatuh atas kita tentu menyakitkan. Tapi lihatlah hasil akhirnya, jika kita mau memperbaiki diri dan menerima hukuman itu dengan ketulusan, hasil dari hukuman itu akan menghasilkan buah kebenaran yang menyelamatkan kita.
Bentuk pendisiplinan yang terkadang hadir dalam bentuk hukuman dari Tuhan bukan terjadi atas keinginan untuk menyakiti dan menyiksa kita, tapi sebaliknya, karena Tuhan mengasihi kita dan hendak mendidik kita seperti layaknya seorang ayah mengajari anaknya. "Maka haruslah engkau insaf, bahwa TUHAN, Allahmu, mengajari engkau seperti seseorang mengajari anaknya." (Ulangan 8:5). Ingatlah bahwa dalam banyak kesempatan, penderitaan yang kita lalui adalah sebuah proses pemurnian dan pendisiplinan untuk mendatangkan kebaikan bagi kita sendiri juga. Hal inilah yang digambarkan oleh Yakobus. "Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun." (Yakobus 1:2-4). Jadi ketika kita sedang dididik Tuhan, meski terkadang sakit rasanya, bersyukurlah karena itu tandanya Tuhan mengasihi kita seperti bapa yang sayang anaknya.
Tuhan mendisiplinkan kita karena Dia sangat mengasihi kita sebagai anak-anakNya
No comments:
Post a Comment