=====================
"Berilah kepada orang yang meminta kepadamu dan janganlah menolak orang yang mau meminjam dari padamu."

Seringkali kita menetapkan standar-standar yang berbeda dalam hidup. Ketika kita "hang out" bersama teman-teman, kita tidak memikirkan uang yang terpakai. Kita makan di restoran, kita duduk di cafe, dan sebagainya, semua itu "fun-fun" saja. Namun ketika ada pengemis yang meminta-minta, seribu rupiah pun terkadang begitu sulitnya untuk keluar dari kantong. Sometimes, hundreds of thousands could go easily for nothing, but in other time, a little penny that could make a difference would be so hard to let go. Ya, kita memang sudah bekerja mati-matian, dan wajar jika kita memakai sebagian dari pendapatan kita untuk hiburan. Tidak ada yang salah dengan itu. Namun ingatlah bahwa di sisi lain ada banyak saudara-saudara kita yang makan saja sulit. Mengapa kita sulit untuk menyisihkan sebagian dari pendapatan kita untuk membantu mereka, menampilkan senyum di wajah mereka, yang mungkin sudah lama tidak lagi muncul menghiasi wajahnya?
Yesus mengajarkan bagaimana kita harus bersikap. "Berilah kepada orang yang meminta kepadamu dan janganlah menolak orang yang mau meminjam dari padamu." (Matius 5:42). Menjadi terang dan garam bukan hanya berarti sempit, hanya menginjili semata misalnya, tapi itu akan terlihat dari ketulusan kita untuk membantu orang-orang yang sedang kesulitan. Jika Yesus masih ada di dunia saat ini pun, saya yakin Dia akan dengan senang hati menjamah mereka. Mengapa kita, duta-duta Surgawi, terkadang belum bisa menjadi perantara yang baik dengan memberikan empati, peduli kepada mereka atas dasar kasih? Menjadi lentera di kegelapan bisa hadir dalam banyak bentuk. Bisa lewat memberi bantuan, bisa lewat memberi perhatian, kepedulian, bahkan secuil senyum sekalipun, bisa menjadi cahaya yang berharga bagi orang yang tengah kesulitan. Paulus berpesan pada Timotius agar mengingatkan mereka yang hidup berkelimpahan untuk mau berbuat baik, menjadi kaya dalam kebajikan dan suka memberi dan membagi. (1 Timotius 6:17). Jangan pernah jemu untuk memberi atas dasar kasih, karena satu dari perintah yang utama adalah bagi kita untuk mengasihi sesama seperti diri kita sendiri (Matius 22:39), bahkan lebih dari itu, kita harus mengasihi sesama sebagaimana Yesus telah mengasihi kita. (Yohanes 13:14, 15:12). Apapun yang kita lakukan bagi mereka yang membutuhkan, atau bahkan tertolak dan tidak punya siapa-siapa lagi di dunia ini, itu semua besar artinya bagi Yesus, sama artinya dengan melakukannya untuk Yesus. (Matius 25:40).
Satu hal yang penting untuk diingat adalah kita harus memberi atas dasar kasih. Paulus berkata: "Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikitpun tidak ada faedahnya bagiku." (1 Korintus 13:3). Sia-sialah semuanya jika kita memberi karena pamrih, bukan karena ingin meringankan beban mereka, karena kita mengasihi mereka, sebagaimana Yesus telah mengasihi kita. Dalam perumpamaan tentang persembahan janda miskin, Yesus memberi contoh mengenai betapa nyata perbedaannya ketika sebuah pemberian didasarkan pada kasih, dan bukan dilihat dari besar kecilnya jumlah pemberian. (Markus 12:41-44). Sudahkah anda menyisihkan sebagian dari pendapatan anda untuk menolong sesama atas dasar kasih? Puji Tuhan jika sudah. Bagi yang belum, mari rasakan sebuah kebahagiaan yang berbeda, penuh dengan damai sukacita, karena pada akhirnya, anda pun akan sampai pada kesimpulan: "Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima." (Kisah Para Rasul 20:35b).
Memberilah dengan kasih, dan rasakan damai sukacita luar biasa karenanya
No comments:
Post a Comment