====================
"Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir"

Pada jarak yang sudah lumayan jauh, kapal pun terseret ke bagian yang banyak batu karangnya, dan disana ada banyak ikan hiu berkeliaran. Bisa dibayangkan apa jadinya jika kapal itu hancur menabrak karang, dan mereka terlempar ke laut. Mereka akan segera menjadi santapan ikan-ikan hiu. Pada titik itu kapal tidak lagi berguna sebagai tempat keselamatan karena sauhnya tidak lagi mendapat tempat tambatan. Untunglah kisah ini tidak berakhir tragis. Setelah semalaman terkatung-katung di tengah laut dalam penuh hiu dan karang, mereka akhirnya ditemukan tim penjaga pantai yang segera menyelamatkan mereka semua.
Selayaknya sebuah kapal yang membutuhkan sauh yang kuat agar tidak terseret arus dan tersesat, demikian pula sebuah keluarga membutuhkan kepala keluarga, ayah atau suami yang mampu melindungi dan menjaga keutuhan "kapal" keluarganya untuk tetap utuh dan berada pada zona yang aman. Karenanya tugas suami atau ayah sebagai sauh yang kuat adalah begitu penting. Mungkin anda yang sudah berumah tangga, termasuk saya, sudah menjadi kepala keluarga yang kokoh, kuat, bertanggung jawab, layaknya sebuah sauh yang kokoh. Tapi sauh yang kokoh tidak akan berguna jika sauh tersebut tidak memiliki tambatan atau tempat berpijak yang kokoh pula. Kita para suami/ayah tidak akan cukup kuat untuk menjaga kapal keluarga anda tetap aman, jika sebagai sauh, kita tidak memiliki sesuatu yang kokoh sebagai tambatan. Jika sauh tidak mendapat pegangan yang kokoh, tidak terikat kuat pada bebatuan di dasar laut, dan hanya terpaut pada pasir atau bahkan tidak bisa mencapai dasar laut seperti kisah di atas, kapal pun bisa terapung-apung di laut yang ganas, dimana ada banyak bahaya yang mengancam keselamatan seisi kapal. Begitu pula kita. Sebagai sauh dari keluarga, kita pun tidak akan bisa berbuat banyak apabila kita tidak berpegang pada dasar yang kuat. Penulis Ibrani mengatakan: "Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir, di mana Yesus telah masuk sebagai Perintis bagi kita, ketika Ia, menurut peraturan Melkisedek, menjadi Imam Besar sampai selama-lamanya." (Ibrani 6:19-20). Pengharapan adalah sauh yang kuat dan aman, ketika sauh itu ditambatkan hingga ke Ruang Mahasuci, dimana Yesus menjadi Imam Besar hingga selamanya. Yesuslah batu yang kokoh, yang bisa menjadi tambatan kuat dan aman bagi sauh-sauh untuk berpegang, sehingga kapal mereka akan tetap utuh dan terjaga. Dalam kesempatan lain kita pun diingatkan demikian: "Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia. Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur." (Kolose 2:6-7). Hanya di dalam Yesus Kristus-lah kita bisa berpegang dengan kuat dan aman. Yesus adalah dasar kehidupan yang kokoh, dimana kita akan menemukan pengharapan yang bisa dijadikan tambatan kuat bagi jiwa kita. Apa yang ditawarkan oleh Yesus sungguh indah. "Jawab Yesus: "Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?" (Yohanes 11:25-26). Percayakah kita akan hal ini? Sebagai kepala keluarga, kita mempunyai fungsi sebagai sauh. Seberat dan sekuat apapun sebuah sauh, sauh tetap perlu berpijak pada sesuatu yang lebih berat agar sauh dapat berpegangan dengan kokoh. Lindungi kapal keluarga kita sepanjang perjalanan, hingga selamat sampai tujuan, dengan tetap tertambat dan berakar kuat pada Kristus.
Ketika sauh tidak memiliki tambatan kuat, kapal akan hanyut menuju bencana
No comments:
Post a Comment