Ayat bacaan: Keluaran 8:9-10a
==========================
"Kata Musa kepada Firaun: "Silakanlah tuanku katakan kepadaku, bila aku akan berdoa untukmu, untuk pegawaimu dan rakyatmu, supaya katak-katak itu dilenyapkan dari padamu dan dari rumah-rumahmu, dan hanya tinggal di sungai Nil saja." Katanya: "Besok." Lalu kata Musa: "Jadilah seperti katamu itu.."
Tinggal di daerah yang jauh dari keramaian kota membuat saya mulai akrab dengan katak-katak kecil. Setiap hari katak-katak ini berlompatan di halaman rumah, bahkan tidak jarang ada yang masuk ke dalam rumah. Hampir setiap hari saya harus berkejar-kejaran dengan katak dan mengusirnya keluar. Hari ini pun sama, baru saja saya mengeluarkan dua ekor katak yang masuk dari dapur. Dan saya pun teringat dengan sebuah kisah mengenai Firaun dan katak-katak sebagai bentuk tulah kedua yang dijatuhkan Tuhan kepada Firaun dan bangsa yang dipimpinnya.
Pernahkah anda berkutat dengan satu masalah yang sepertinya tidak mau beranjak dari kehidupan anda? Sebuah masalah yang tampaknya kebal terhadap solusi apapun, dan meskipun anda berusaha mengusirnya dengan berbagai cara yang bisa terpikirkan, tapi tetap saja masalah itu menetap, bahkan mungkin meluas dan tidak lagi sanggup anda kendalikan? Ada saat-saat dimana kita bergumul dengan situasi seperti itu, dan itu bukanlah hal baru. Setidaknya ribuan tahun yang lalu ada seorang raja Mesir yang juga mengalami hal yang sama.
Firaun di jaman Musa pernah menentang Tuhan, membantah Tuhan mengenai masa depan umat Israel di negerinya. Tuhan mengingatkan, tapi Firaun berkali-kali pula mengeraskan hatinya. Maka pada suatu hari, Firaun mendapati seluruh negerinya dikerubungi katak. Itu tulah kedua dari Tuhan yang diturunkan lewat Harun. "Lalu Harun mengulurkan tangannya ke atas segala air di Mesir, maka bermunculanlah katak-katak, lalu menutupi tanah Mesir." (Keluaran 8:6). Bayangkan seisi negeri dipenuhi katak, berlompatan kemana-mana, penuh lendir, lumpur dan bau. Itu jelas merupakan masalah besar bukan? Bukan hanya satu atau dua katak berlompatan di teras rumah, tapi ada katak dimana-mana. Di kasur, diruang makan, di atas meja, di lantai, di lemari baju, dimana-mana. Sebutkan sebuah tempat, disana ada banyak katak. Saya tidak dapat membayangkan jika seandainya rumah saya berisi ratusan katak. Dan lewat ayat di atas, kita bukan berbicara mengenai ratusan, tetapi ribuan dan mungkin jutaan. Mengerikan.
Firaun lalu memanggil Musa dan Harun dan meminta mereka melenyapkan katak-katak itu. "Berdoalah kepada TUHAN, supaya dijauhkan-Nya katak-katak itu dari padaku dan dari pada rakyatku; maka aku akan membiarkan bangsa itu pergi, supaya mereka mempersembahkan korban kepada TUHAN." (ay 8). Dan jawaban Musa berbunyi seperti ini: "Silakanlah tuanku katakan kepadaku, bila aku akan berdoa untukmu, untuk pegawaimu dan rakyatmu, supaya katak-katak itu dilenyapkan dari padamu dan dari rumah-rumahmu, dan hanya tinggal di sungai Nil saja." (ay 9). Dalam bahasa sederhana, Musa berkata: "kapan engkau mau katak-katak itu lenyap?" Lihatlah apa jawaban Firaun "Katanya: "Besok." (ay 10a). Besok! Dia sebenarnya bisa berkata "sekarang juga!" , "hari ini!", "detik ini juga!" Tapi ia justru mengatakan besok. Firaun kelihatannya masih mau melewatkan satu hari lagi bersama lautan katak-katak itu. Kita mungkin berpikir bahwa itu adalah keputusan bodoh. Sangat bodoh, atau bahkan terbodoh yang pernah kita dengar. Mengapa harus menunggu satu hari lagi, mengapa harus menunda-nunda? Entahlah. Tapi mungkin dengan alasan yang sama, kita pun seringkali bersikap seperti Firaun. Menunggu sampai besok untuk disembuhkan, dipulihkan, menunda-nunda untuk diselamatkan.
Kita seringkali terlena dalam dosa dan terus menunda untuk diselamatkan. Seperti Firaun, kita justru lebih memilih untuk berkubang dalam masalah, membiarkan jutaan "katak" yang menjijikkan untuk menimbun diri kita ketimbang mengambil keputusan untuk berbalik dan bertobat saat ini juga. Kita menganggap jawaban Firaun itu bodoh, tetapi tanpa sadar kita pun melakukan hal yang sama. Perhatikanlah apa yang dijawab Musa kepada Firaun setelahnya. "Jadilah seperti katamu itu". Jika memilih untuk terus menderita daripada bertobat, let it be as you say. Yang jelas Tuhan selalu memberikan kesempatan setiap saat bagi kita untuk bertobat dan menerima pemulihan, kesembuhan dan berkat-berkat, tetapi semua tergantung kita, apakah kita memilih untuk kembali saat ini juga atau lebih mau untuk terus tinggal bersama masalah-masalah karena tidak mau mendengarkan suara Tuhan yang terus menyerukan kita untuk bertobat.
Setiap saat kita bertobat, Tuhan siap memulihkan hidup kita sesegera mungkin. Ya, sesegera mungkin! Tuhan tidak sabar untuk itu. FirmanNya berkata: "Sebab itu TUHAN menanti-nantikan saatnya hendak menunjukkan kasih-Nya kepada kamu; sebab itu Ia bangkit hendak menyayangi kamu. Sebab TUHAN adalah Allah yang adil; berbahagialah semua orang yang menanti-nantikan Dia!" (Yesaya 30:18). Menanti-nantikan. Expecting, looking and longing to be gracious to us. Seringkali kita berlaku mirip jemaat Laodikia yang suam-suam kuku seperti yang tertulis dalam kitab Wahyu. Di satu sisi kita beribadah dan mengaku sebagai pengikutNya, tetapi di sisi lain kita memberi toleransi-toleransi terhadap dosa, membiarkan diri kita untuk melanggar perintahNya dengan alasan-alasan yang kita buat sendiri. Tidaklah heran jika hidup kita pun akan naik dan turun, bahkan teguran Tuhan bisa jadi pada suatu ketika terasa keras bagi kita. Dan Tuhan pun berkata "Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah!" (Wahyu 3:19). Tuhan siap memulihkan jika kita siap untuk itu. Kalau demikian masalahnya bukan pada Tuhan, tapi pada kita. Siapkah kita untuk dipulihkan? Jika siap, jangan menunda-nunda lagi. Berbaliklah segera, dan Tuhan pun akan sesegera mungkin menurunkan jamahanNya.
Berapa lama lagi kita harus membiarkan masalah yang bandel dan kebal mengusik hidup kita? Berapa lama lagi kita harus menunggu untuk mengenyahkan katak-katak itu dari hidup kita? Kita harus menyadari bahwa masalah akan terus bertahan jika kita terus membiarkannya tinggal dalam hidup kita. Masalah itu akan terus mengusik dan merongrong hidup kita sampai kita mengambil keputusan penting untuk kembali kepada Tuhan, berjalan bersama Tuhan dan mengusirnya. Penulis Ibrani pun mengingatkan kita untuk tidak menunda-nunda lagi. "Sebab itu Ia menetapkan pula suatu hari, yaitu "hari ini", ketika Ia setelah sekian lama berfirman dengan perantaraan Daud seperti dikatakan di atas: "Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu!" (Ibrani 4:7). Jangan tunda lagi, sebelum masalah berkembang semakin besar dan akhirnya tidak lagi mampu anda kendalikan. Firaun sudah mengalami sendiri tidak ada gunanya menunda-nunda, eskalasi tulah yang dialaminya dan negerinya akan terus meningkat semakin mengerikan dengan keputusannya untuk terus mengeraskan hati dan menunda untuk tunduk pada Tuhan. Belajarlah dari apa yang dialami Firaun, dan mari kita tidak lagi menunda untuk bertobat. Mengapa tidak kita lakukan hari ini juga?
Menunda pertobatan akan membuat masalah berkembang semakin besar dan semakin menyakitkan
Monday, May 17, 2010
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Menjadi Anggur Yang Baik (1)
Ayat bacaan: Yohanes 2:9 ===================== "Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu--dan ia tidak t...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24-25 ====================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih ...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24 ===================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan ...
-
Ayat bacaan: Mazmur 23:4 ====================== "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau...
No comments:
Post a Comment