Sunday, May 30, 2010

Panggung Sandiwara

Ayat bacaan: 2 Korintus 4:2
=======================
"Tetapi kami menolak segala perbuatan tersembunyi yang memalukan; kami tidak berlaku licik dan tidak memalsukan firman Allah. Sebaliknya kami menyatakan kebenaran dan dengan demikian kami menyerahkan diri kami untuk dipertimbangkan oleh semua orang di hadapan Allah."

panggung sandiwara"Dunia ini panggung sandiwara.." itu cuplikan awal dari satu lagu lawas berjudul Panggung Sandiwara yang pernah populer lewat Nicky Astria. Semakin lama hal seperti itu memang terlihat semakin jelas. Hampir setiap hari kita melihat di televisi bagaimana orang begitu mudahnya mempermainkan fakta. Mengatasnamakan rakyat, tapi sesungguhnya untuk kepentingan diri sendiri. Rakyat hanyalah boneka di panggung sandiwara mereka. Mereka tampil seolah-olah membela kepentingan orang banyak, tapi sebenarnya kepentingan diri sendiri dan golongan lah yang mereka perjuangkan. Tidaklah heran jika mereka bisa menjadi musuh hari ini, tapi bersekutu esok hari, karena apa yang mereka cari hanyalah segala sesuatu yang bisa menguntungkan diri mereka. Sungguh sulit mencari orang yang benar-benar tulus hari ini, karena hampir di setiap lini kehidupan kita akan berhadapan dengan orang-orang yang berlaku licik, penuh sandiwara, lain di muka dan lain di belakang. Ada banyak agenda tersembunyi di balik segala kebaikan mereka. Ironisnya, sikap seperti ini pun seperti wabah yang juga bisa menimpa anak-anak Tuhan.

Ikut-ikutan korupsi, melakukan suap menyuap, melakukan hal yang jahat secara sembunyi-sembunyi, penuh tipu muslihat dan sebagainya. Tampil luar biasa dalam pelayanan, tetapi kehidupannya tidak mencerminkan terang dan garam sama sekali. Terlihat sangat rohani, tetapi semua itu hanyalah di permukaan sementara di dalam penuh cela. Tidakkah kita masih mendapati perilaku seperti ini di kalangan orang percaya? Menyalam dengan penuh senyum, tetapi menghujat di dalam hati, atau menipu rekan bisnis. Bersikap baik kepada seseorang bukan karena mengasihi tetapi karena punya kepentingan, memberi iming-iming demi keuntungan pribadi, mark up harga, menaikkan harga jual agar mendapat untung yang lebih besar dan lain sebagainya. semua ini menunjukkan perilaku licik. Bukankah kita pernah melihat orang percaya yang terjerumus dalam perilaku ini? Atau jangan-jangan kita pun pernah melakukannya.

Sesungguhnya ketulusan dan kejujuran kita merupakan hal mutlak yang diinginkan Tuhan. Paulus paham akan hal itu. Itulah sebabnya ia menekankan: "Tetapi kami menolak segala perbuatan tersembunyi yang memalukan; kami tidak berlaku licik dan tidak memalsukan firman Allah. Sebaliknya kami menyatakan kebenaran dan dengan demikian kami menyerahkan diri kami untuk dipertimbangkan oleh semua orang di hadapan Allah." (2 Korintus 4:2). Bagi Paulus dan rekan-rekan sepelayanannya hal ini merupakan hal penting. Tidak peduli resiko apapun yang harus mereka terima, mereka terus giat melayani dan itu mereka lakukan untuk Tuhan dengan ketulusan dan kesungguhan. Agenda-agenda tersembunyi, tipu daya atau tipu muslihat dan berbagai kelicikan lainnya tidak terdapat dalam pelayanan mereka. Mereka terus menjaga dan memastikan agar bisa terus fokus dan menjaga hati mereka untuk tetap bersih. Apa yang dilakukan Paulus dan rekan-rekan sekerjanya adalah sebuah keteladanan mengenai ketulusan yang seharusnya kita contoh dalam kehidupan kita sehari-hari.

Mari kita pikir sekali lagi. Kalaupun kita bisa mengelabui manusia dengan tipu muslihat atau berbagai kelicikan, apakah mungkin kita bisa mengelabui Tuhan? Jelas tidak. Dan firman Tuhan berkata: "Dan tidak ada suatu makhlukpun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab." (Ibrani 4:13). Manusia bisa tertipu tapi Tuhan tidak. Dia yang menciptakan kita, Dia pasti tahu apapun yang kita sembunyikan tanpa peduli serapi apa kita mampu menyembunyikannya. Tulus atau tidak, itu Tuhan tahu. Sehebat atau serapat apapun kita menyembunyikan sesuatu, Tuhan tetap tahu apa yang menjadi isi hati kita. Topeng apapun yang kita pakai, Tuhan tetap mengenal apa yang ada di balik topeng itu. Berapa lama kita sanggup menyembunyikan tipu muslihat dibalik kebaikan kita? 10, 20, 70 tahun? Perjalanan hidup di dunia ini sesungguhnya singkat, sangat singkat dibandingkan kekekalan yang menjadi tujuan selanjutnya. Cepat atau lambat kita harus siap memberikan pertanggungjawaban di hadapan tahtaNya, dan itu akan sangat menentukan kemana kita akan "berlabuh" kelak.

Petrus mengingatkan dengan tegas menolak segala perbuatan tersembunyi. "Karena itu buanglah segala kejahatan, segala tipu muslihat dan segala macam kemunafikan, kedengkian dan fitnah." (1 Petrus 2:1). Melihat bagaimana kejujuran dan ketulusan semakin sulit terdapat dalam dunia, kita seharusnya mampu tampil sebagai pribadi-pribadi yang berbeda, yang menjadi terang dan garam, yang mencerminkan Yesus. Jika tidak, bagaimana mungkin kita bisa mengklaim bahwa kita bukanlah termasuk orang percaya yang licik? Dalam memberi hadiah atau sedekah pun sama. Kita seharusnya memberikan dengan tulus, tetapi yang kerap kali terjadi adalah adanya agenda-agenda tersembunyi yang kita simpan di belakang kita. Melakukan pelayanan tapi tidak tulus, bukankah itu akan menjadikan kita batu sandungan bagi banyak jiwa yang masih belum selamat? Bayangkan bagaimana kecewanya Tuhan melihat kita apabila sikap kita masih seperti itu. Tuhan pun mengingatkan kita seperti ini: "Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di sorga. Jadi apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong, supaya mereka dipuji orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya." (Matius 6:1-2).

Mari kita sama-sama introspeksi dan merenung sejenak. Apakah kita masih melakukan bentuk-bentuk kecurangan atau kelicikan ini? Atau masih terlibat dalam berbagai penipuan? Jika masih ada benih-benih seperti ini dalam hidup kita, sudah saatnya bagi kita untuk berbalik. Bertobat sungguh-sungguh dan memegang komitmen untuk tidak lagi bersikap licik, itulah hal yang dinantikan Tuhan dari kita. Jika masih ada agenda tersembunyi atau berbagai rencana tipu muslihat dalam diri anda, buanglah segera dan gantikan dengan ketulusan serta kejujuran. Bukan soal penampilan luar yang utama, tetapi seberapa patuhnya kita terhadap firman Tuhan, itulah yang penting. Berbuat baiklah bukan karena mengharapkan imbalan atau karena memiliki agenda-agenda tersembunyi dibalik itu, tetapi lakukanlah dengan tulus ikhlas untuk memuliakan Tuhan dan membagi berkat kepada sesama. Dunia bisa saja menjadi panggung sandiwara, tapi janganlah kita ikut-ikutan sebagai sutradara disana. Marilah kita sama-sama memastikan diri kita untuk tetap bersih dan tulus agar kiranya kita bisa tetap berkenan di hadapan Tuhan.

Buanglah segala kelicikan, tipu muslihat, kemunafikan dan lain-lain dan segeralah ganti dengan hati yang tulus ikhlas melakukannya untuk Tuhan

No comments:

Menjadi Anggur Yang Baik (1)

 Ayat bacaan: Yohanes 2:9 ===================== "Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu--dan ia tidak t...