Ayat bacaan: Yoel 2:23
=============
"Hai bani Sion, bersorak-soraklah dan bersukacitalah karena TUHAN, Allahmu! Sebab telah diberikan-Nya kepadamu hujan pada awal musim dengan adilnya, dan diturunkan-Nya kepadamu hujan, hujan pada awal dan hujan pada akhir musim seperti dahulu."
Jika anda tinggal di kota kecil, mungkin anda tidak akan repot ketika salah jalan. Anda cukup memutar balik kendaraan anda sesegera mungkin dan dalam waktu singkat anda akan kembali ke jalur yang benar. Tetapi coba bayangkan jika anda salah jalan di kota besar seperti Jakarta dan kota-kota besar lainnya dengan alur yang rumit. Bisa jadi anda harus menghabiskan waktu lebih dari setengah jam untuk memutar balik hanya karena anda salah jalan sedikit saja. Dalam kehidupan kita tidak bisa dipungkiri bahwa ada kalanya kita mengambil langkah-langkah yang salah. Sama seperti ketika anda salah jalan dalam berkendara, ada begitu banyak percabangan dalam perjalanan kehidupan kita, dan jika kita salah mengambil jalan maka kita pun bisa tersesat, sehingga gagal mencapai tujuan kita. Semakin lama kita salah jalan, maka semakin repot pula kita untuk kembali ke jalur yang benar. Itulah sebabnya kita harus segera berbalik begitu menyadari bahwa kita mengambil arah yang salah secepat mungkin, sebelum semuanya menjadi semakin berat.
Kitab Yoel berbicara mengenai bagaimana mengerikannya hukuman Tuhan yang dijatuhkan kepada bangsa Yehuda yang secara nasional sudah menyimpang dari ajaranNya. Disana kita melihat adanya serbuan belalang yang merusak pertanian serta perekonomian mereka dengan sangat mengerikan membawa kehancuran bagi bangsa itu sebagai akibat dari penyimpangan mereka. (Yoel 1:4-12). Maka Yoel pun menyerukan pertobatan menyeluruh dan sungguh-sungguh secara nasional pula. Lalu bagaimana janji yang diberikan Tuhan kepada bangsa yang mau benar-benar bertobat, berbalik dari jalan-jalannya yang salah? Janji yang diberikan Tuhan lewat yoel ini sangatlah indah seperti yang disebutkan dengan rinci pada pasal 2.
Meski menyimpang sejauh apapun, Tuhan tetap menyambut anak-anakNya yang berbalik kembali kepadaNya dengan segera dan dengan penuh sukacita, seperti apa yang dicontohkan Yesus dalam perumpamaan anak yang hilang. Dalam kitab Yoel pun gambaran Allah yang sama bisa kita lihat pula. Mari kita lihat janji Tuhan kepada umatNya yang bertobat. "Hai bani Sion, bersorak-soraklah dan bersukacitalah karena TUHAN, Allahmu! Sebab telah diberikan-Nya kepadamu hujan pada awal musim dengan adilnya, dan diturunkan-Nya kepadamu hujan, hujan pada awal dan hujan pada akhir musim seperti dahulu. Tempat-tempat pengirikan menjadi penuh dengan gandum, dan tempat pemerasan kelimpahan anggur dan minyak." (Yoel 2:23-24). Ini seruan Allah yang menjanjikan hujan awal, masa menanam atau investasi, hingga hujan akhir, masa menuai yang sama berkelimpahan. Pemulihan setelah kehancuran akibat penyimpangan-penyimpangan yang telah kita perbuat pun Dia janjikan pula. "Aku akan memulihkan kepadamu tahun-tahun yang hasilnya dimakan habis oleh belalang pindahan, belalang pelompat, belalang pelahap dan belalang pengerip, tentara-Ku yang besar yang Kukirim ke antara kamu." (ay 25). Dari sana, "maka kamu akan makan banyak-banyak dan menjadi kenyang, dan kamu akan memuji-muji nama TUHAN, Allahmu, yang telah memperlakukan kamu dengan ajaib; dan umat-Ku tidak akan menjadi malu lagi untuk selama-lamanya. Kamu akan mengetahui bahwa Aku ini ada di antara orang Israel, dan bahwa Aku ini, TUHAN, adalah Allahmu dan tidak ada yang lain; dan umat-Ku tidak akan menjadi malu lagi untuk selama-lamanya." (ay 26-27). Semua ini hadir sebagai janji Tuhan kepada orang yang mau berbalik dari jalannya yang keliru dan melakukan pertobatan sungguh-sungguh. Tidak hanya itu, pencurahan Roh Kudus yang memberkati secara rohani pun juga Tuhan janjikan, seperti ayat-ayat pada perikop selanjutnya dalam Yoel 2:28-32.
Dalam Yeremia kita bisa pula melihat salah satu hasil dari pertobatan yang berkenan di hadapan Tuhan. "Kata mereka: Bertobatlah masing-masing kamu dari tingkah langkahmu yang jahat dan dari perbuatan-perbuatanmu yang jahat; maka kamu akan tetap diam di tanah yang diberikan TUHAN kepadamu dan kepada nenek moyangmu, dari selama-lamanya sampai selama-lamanya." (Yeremia 25:5). Dengan bertobat, kita akan bisa tetap diam di tanah yang diberikan Tuhan. Tanah seperti apa? Tanah yang berlimpah susu dan madunya seperti yang berulang-ulang disebutkan dalam kitab Keluaran, Bilangan, Ulangan dan beberapa kitab lainnya. Sebuah tanah yang penuh dengan hujan awal dan hujan akhir. Sebuah tanah dimana segala sesuatu dipulihkan berkelimpahan. Inilah tempat yang seharusnya kita peroleh sebagai pemberian Allah. Dengan bertobat secara sungguh-sungguh, maka kita pun bisa kembali mendiaminya, tidak peduli sejauh manapun kita sudah tersesat dan menyimpang dari tanah yang Dia janjikan itu.
Perhatikanlah. Tuhan begitu mengasihi kita, kita begitu berharga dan mulia di mataNya, sehingga segala yang baik telah Dia sediakan kepada kita dengan segala kelimpahan di dalamnya. Kalaupun kita menyimpang, sebuah pertobatan sungguh-sungguh akan mengantarkan kita kembali menempati posisi seperti yang Dia inginkan. Tuhan selalu begitu rindu agar tidak satupun anakNya terhilang dan terlepas dari peluang mendapatkan segala yang baik ini. Seruan bertobat pun berulang-ulang kita dapati bahkan sampai kitab Wahyu. Memasuki tahun baru 2011, mari kita perbaharui ketaatan dan kesetiaan kita. Jika ada hal-hal di antara yang kita lakukan ternyata masih menyimpang, marilah kita segera berbalik dan kembali kepadanya. Mari songsong tahun yang baru dengan semangat baru, dengan komitmen baru, sehingga berkat-berkat berkelimpahan Tuhan bisa menjangkau kita semua di tahun ini. Selamat tahun baru, Tuhan Yesus memberkati.
Pertobatan adalah awal dari pemulihan dan meraih kembali janji-janji Tuhan
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Friday, December 31, 2010
Thursday, December 30, 2010
Bertobat
Ayat bacaan: Yoel 1:14
=================
"Adakanlah puasa yang kudus, maklumkanlah perkumpulan raya; kumpulkanlah para tua-tua dan seluruh penduduk negeri ke rumah TUHAN, Allahmu, dan berteriaklah kepada TUHAN."
Ada banyak penyebab datangnya banyak permasalahan dalam hidup kita. Salah satu penyebabnya tentu karena kita menjauh dari Tuhan, melanggar perintah-perintahNya, menjauh dariNya dengan melakukan segala sesuatu yang cemar dan tercela. Akibatnya masalah pun datang silih berganti. Mulai dari sakit, kesulitan keuangan, usaha atau karir yang merosot drastis, kehidupan keluarga yang menjadi tidak lagi harmonis, kegagalan studi dan lain-lain. Tidak jarang pula masalah-masalah ini datang serentak, membuat kita semakin lama semakin hancur. Ironisnya, ada banyak orang yang justru mengambil langkah yang semakin salah dalam menghadapi ini. Daripada bertobat dan kembali kepada Tuhan, pilihan yang diambil justru mencari jawaban lewat okultisme. Akibatnya malah semakin runyam. Menjelang tahun baru 2011 yang akan datang sebentar lagi, seruan untuk berbalik dengan pertobatan dan membenahi diri kita secara total terasa kuat dalam hati saya. Oleh karena itu saya percaya ini pesan Tuhan bagi kita semua untuk memasuki tahun 2011. Saya akan fokus kepada kitab Yoel hingga beberapa hari ke depan.
Nabi Yoel diutus Tuhan untuk menunjukkan keprihatinanNya terhadap kelakuan yang dilakukan oleh bangsa Israel. Pada saat itu perbuatan mereka sudah begitu menyakitkan hati Tuhan. Alih-alih menghargai segala pertolongan Tuhan selama ini kepada mereka, mereka justru lebih memilih untuk menyembah berhala , hidup cemar dan tercela dalam berbagai sisi. Pada saat itu kehancuran sudah didepan mata, bahkan sudah mereka alami. Mulai dari Yoel pasal 1 kita sudah bisa menyaksikan apa yang terjadi kepada mereka pada saat itu. "Apa yang ditinggalkan belalang pengerip telah dimakan belalang pindahan, apa yang ditinggalkan belalang pindahan telah dimakan belalang pelompat, dan apa yang ditinggalkan belalang pelompat telah dimakan belalang pelahap." (Yoel 1:4). Lihatlah mereka mengalami rentetan kehancuran yang semakin parah, dari satu masalah ke masalah lain. Sepanjang pasal 1 hingga ke sebagian pasal 2 kita bisa melihat detail dari kehancuran bangsa Israel pada waktu itu, dan itu semua karena cara hidup dan keputusan mereka yang salah. "Pohon anggur sudah kering dan pohon ara sudah merana; pohon delima, juga pohon korma dan pohon apel, segala pohon di padang sudah mengering. Sungguh, kegirangan melayu dari antara anak-anak manusia." (ay 12). Tapi Tuhan ternyata memiliki belas kasih yang luar biasa besar terhadap mereka. Tuhan murka, tetapi Dia memutuskan untuk memberi kesempatan lagi, mengingatkan mereka untuk bertobat melalui Yoel.Jika kita lihat dalam kitab Yeremia, Tuhan sudah berkata seperti ini tentang bangsa Israel. "Sebutkanlah mereka perak yang ditolak, sebab TUHAN telah menolak mereka!" (Yeremia 6:30). Sudah begitu kerasnya perkataan Tuhan diberikan kepada mereka, tetapi mereka tidak juga kunjung mengerti untuk bertobat.
Yoel pun menyerukan dengan tegas agar bangsa ini melakukan pertobatan nasional. "Lilitkanlah kain kabung dan mengeluhlah, hai para imam; merataplah, hai para pelayan mezbah; masuklah, bermalamlah dengan memakai kain kabung, hai para pelayan Allahku, sebab sudah ditahan dari rumah Allahmu, korban sajian dan korban curahan. Adakanlah puasa yang kudus, maklumkanlah perkumpulan raya; kumpulkanlah para tua-tua dan seluruh penduduk negeri ke rumah TUHAN, Allahmu, dan berteriaklah kepada TUHAN." (Yoel 1:13-14). ini seruan yang seharusnya ditanggapi dengan segera untuk menghindari kemusnahan yang semakin parah yang akan mengarah kepada kebinasaan kekal.
Setiap pelanggaran terhadap firman Tuhan selalu membawa konsekuensi. Oleh karena itu kita harus berhati-hati dalam melakukan atau memutuskan sesuatu dalam kehidupan kita. Tuhan menyerukan "Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya." (Galatia 6:7). Begitu menyadari bahwa kita melakukan kesalahan, sudah seharusnya kita sesegera mungkin untuk berbalik melakukan pertobatan sebelum keadaan semakin hancur. Seruan Yoel meskipun ditujukan untuk bangsa Israel pada waktu itu, tetapi masih sangat relevan untuk kita cermati, mengingat di jaman sekarangpun perbuatan-perbuatan yang menyakiti hati Tuhan masih terus terjadi dilakukan oleh ciptaanNya, termasuk dari anak-anakNya sendiri.
Tahun 2011 sebentar lagi akan hadir. Alangkah baiknya kita mempersiapkan hati kita dan membereskan semua masalah agar kita bisa memasuki tahun yang baru dengan kekudusan yang berkenan bagi Tuhan. Berkat-berkat Tuhan siap dicurahkan di tahun yang akan datang, itu pasti. Untuk itulah kita harus mempersiapkan diri kita agar semua itu tidak terhalang untuk sampai kepada kita.
Kembalilah segera kepada Tuhan sebelum terlambat
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
=================
"Adakanlah puasa yang kudus, maklumkanlah perkumpulan raya; kumpulkanlah para tua-tua dan seluruh penduduk negeri ke rumah TUHAN, Allahmu, dan berteriaklah kepada TUHAN."
Ada banyak penyebab datangnya banyak permasalahan dalam hidup kita. Salah satu penyebabnya tentu karena kita menjauh dari Tuhan, melanggar perintah-perintahNya, menjauh dariNya dengan melakukan segala sesuatu yang cemar dan tercela. Akibatnya masalah pun datang silih berganti. Mulai dari sakit, kesulitan keuangan, usaha atau karir yang merosot drastis, kehidupan keluarga yang menjadi tidak lagi harmonis, kegagalan studi dan lain-lain. Tidak jarang pula masalah-masalah ini datang serentak, membuat kita semakin lama semakin hancur. Ironisnya, ada banyak orang yang justru mengambil langkah yang semakin salah dalam menghadapi ini. Daripada bertobat dan kembali kepada Tuhan, pilihan yang diambil justru mencari jawaban lewat okultisme. Akibatnya malah semakin runyam. Menjelang tahun baru 2011 yang akan datang sebentar lagi, seruan untuk berbalik dengan pertobatan dan membenahi diri kita secara total terasa kuat dalam hati saya. Oleh karena itu saya percaya ini pesan Tuhan bagi kita semua untuk memasuki tahun 2011. Saya akan fokus kepada kitab Yoel hingga beberapa hari ke depan.
Nabi Yoel diutus Tuhan untuk menunjukkan keprihatinanNya terhadap kelakuan yang dilakukan oleh bangsa Israel. Pada saat itu perbuatan mereka sudah begitu menyakitkan hati Tuhan. Alih-alih menghargai segala pertolongan Tuhan selama ini kepada mereka, mereka justru lebih memilih untuk menyembah berhala , hidup cemar dan tercela dalam berbagai sisi. Pada saat itu kehancuran sudah didepan mata, bahkan sudah mereka alami. Mulai dari Yoel pasal 1 kita sudah bisa menyaksikan apa yang terjadi kepada mereka pada saat itu. "Apa yang ditinggalkan belalang pengerip telah dimakan belalang pindahan, apa yang ditinggalkan belalang pindahan telah dimakan belalang pelompat, dan apa yang ditinggalkan belalang pelompat telah dimakan belalang pelahap." (Yoel 1:4). Lihatlah mereka mengalami rentetan kehancuran yang semakin parah, dari satu masalah ke masalah lain. Sepanjang pasal 1 hingga ke sebagian pasal 2 kita bisa melihat detail dari kehancuran bangsa Israel pada waktu itu, dan itu semua karena cara hidup dan keputusan mereka yang salah. "Pohon anggur sudah kering dan pohon ara sudah merana; pohon delima, juga pohon korma dan pohon apel, segala pohon di padang sudah mengering. Sungguh, kegirangan melayu dari antara anak-anak manusia." (ay 12). Tapi Tuhan ternyata memiliki belas kasih yang luar biasa besar terhadap mereka. Tuhan murka, tetapi Dia memutuskan untuk memberi kesempatan lagi, mengingatkan mereka untuk bertobat melalui Yoel.Jika kita lihat dalam kitab Yeremia, Tuhan sudah berkata seperti ini tentang bangsa Israel. "Sebutkanlah mereka perak yang ditolak, sebab TUHAN telah menolak mereka!" (Yeremia 6:30). Sudah begitu kerasnya perkataan Tuhan diberikan kepada mereka, tetapi mereka tidak juga kunjung mengerti untuk bertobat.
Yoel pun menyerukan dengan tegas agar bangsa ini melakukan pertobatan nasional. "Lilitkanlah kain kabung dan mengeluhlah, hai para imam; merataplah, hai para pelayan mezbah; masuklah, bermalamlah dengan memakai kain kabung, hai para pelayan Allahku, sebab sudah ditahan dari rumah Allahmu, korban sajian dan korban curahan. Adakanlah puasa yang kudus, maklumkanlah perkumpulan raya; kumpulkanlah para tua-tua dan seluruh penduduk negeri ke rumah TUHAN, Allahmu, dan berteriaklah kepada TUHAN." (Yoel 1:13-14). ini seruan yang seharusnya ditanggapi dengan segera untuk menghindari kemusnahan yang semakin parah yang akan mengarah kepada kebinasaan kekal.
Setiap pelanggaran terhadap firman Tuhan selalu membawa konsekuensi. Oleh karena itu kita harus berhati-hati dalam melakukan atau memutuskan sesuatu dalam kehidupan kita. Tuhan menyerukan "Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya." (Galatia 6:7). Begitu menyadari bahwa kita melakukan kesalahan, sudah seharusnya kita sesegera mungkin untuk berbalik melakukan pertobatan sebelum keadaan semakin hancur. Seruan Yoel meskipun ditujukan untuk bangsa Israel pada waktu itu, tetapi masih sangat relevan untuk kita cermati, mengingat di jaman sekarangpun perbuatan-perbuatan yang menyakiti hati Tuhan masih terus terjadi dilakukan oleh ciptaanNya, termasuk dari anak-anakNya sendiri.
Tahun 2011 sebentar lagi akan hadir. Alangkah baiknya kita mempersiapkan hati kita dan membereskan semua masalah agar kita bisa memasuki tahun yang baru dengan kekudusan yang berkenan bagi Tuhan. Berkat-berkat Tuhan siap dicurahkan di tahun yang akan datang, itu pasti. Untuk itulah kita harus mempersiapkan diri kita agar semua itu tidak terhalang untuk sampai kepada kita.
Kembalilah segera kepada Tuhan sebelum terlambat
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Wednesday, December 29, 2010
Sumber Kekuatan dan Keselamatan
Ayat bacaan: Mazmur 28:8
====================
"TUHAN adalah kekuatan umat-Nya dan benteng keselamatan bagi orang yang diurapi-Nya!"
Adakah keselamatan seratus persen di dunia ini? Rasanya tidak ada. Kita bisa saja mengasuransikan segalanya, memasang barikade berlapis-lapis di sekeliling rumah, menyewa banyak penjaga, namun tetap saja kita akhirnya akan sadar bahwa semua itu tidaklah sanggup menjamin keselamatan atau keamanan kita sepenuhnya. Kita bisa saja menjaga kondisi tubuh sebaik mungkin, tetapi yang namanya sakit kapan saja tetap bisa menimpa kita. Kita hanya bisa mengurangi kemungkinan, tetapi tidak ada satupun yang bisa ditawarkan dunia untuk menjamin keselamatan, keamanan, kesehatan, kekuatan dan sebagainya secara pasti. Seberapa besarpun kita berusaha, namun pada akhirnya kita akan sampai pada kesimpulan bahwa hanya Tuhanlah yang sanggup menyediakan semua itu.
Daud sudah sampai pada kesimpulan seperti itu sejak dahulu kala. Berulang kali kita mendapati kesimpulan dari hasil perenungan Daud lewat tulisan-tulisannya yang dengan pasti menyatakan bahwa keselamatan dan kekuatan yang sebenarnya hanyalah berasal dari Tuhan. Salah satunya berbunyi "TUHAN adalah kekuatan umat-Nya dan benteng keselamatan bagi orang yang diurapi-Nya!" (Mazmur 28:8). Hanya Tuhan sumber kekuatan dan benteng keselamatan bagi umatNya, orang-orang yang diurapiNya. Kita tahu bahwa apa yang dialami Daud sungguh berliku-liku. Ada banyak situasi yang pasti sangat merisaukan dirinya. Berada dalam kejaran Saul, lalu kelak lari dari makar yang dilakukan anak kandungnya sendiri, Absalom dan lain-lain. Sebelum ia menjadi raja pun hidupnya tidaklah mudah. Ia harus berhadapan dengan cakar singa dan beruang yang hendak memangsa ternak yang ia gembalakan. Kemudian ia pun harus menghadapi raksasa Goliat yang bersenjata lengkap. Tetapi semua itu tidaklah membuatnya surut. Dalam hal menghadapi cakar singa dan beruang serta Goliat, Daud dengan tegas berkata "Baik singa maupun beruang telah dihajar oleh hambamu ini. Dan orang Filistin yang tidak bersunat itu, ia akan sama seperti salah satu dari pada binatang itu, karena ia telah mencemooh barisan dari pada Allah yang hidup." (1 Samuel 17:36). Daud punya pengalaman segudang mengenai yang namanya situasi sulit atau berbahaya, dan ia punya bukti konkrit mengenai bagaimana dahsyatnya kuasa Tuhan bagi umatNya.
Perjalanan bangsa Israel keluar dari perbudakan Mesir menuju tanah Kanaan pun merupakan sebuah bukti nyata akan betapa luar biasanya penyertaan Tuhan itu. Pergantian nama Hosea yang artinya "keselamatan" menjadi Yosua yang berarti "Tuhan adalah keselamatan" atau "Tuhan menyelamatkan" oleh Musa (Bilangan 13:16) menunjukkan penegasan secara langsung dari Tuhan akan hal ini. Dan lihatlah bagaimana Yosua kemudian sukses menjadi penerus Musa untuk membawa bangsa Israel masuk ke dalam tanah yang dijanjikan Tuhan. Yosua memang menjadi pemimpin pada saat itu, tetapi sesungguhnya penyertaan Tuhanlah yang membawa keselamatan bagi mereka. Tuhan sendirilah yang sebenarnya merupakan Sosok yang memimpin bangsa Israel menuju Kanaan. Saya percaya Daud mengetahui persis seluruh catatan sejarah mengenai bukti nyata keselamatan dan kekuatan dari Tuhan yang mampu membawa bangsa Israel, dan berbagai pengalaman pribadinya pun sesuai akan hal itu. Tidaklah mengherankan jika Daud bisa berkata "Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatanku" (Mazmur 62:2). Dan penegasan kuat pun kita temukan dalam Mazmur. "Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti." (46:2).
Jika Tuhan merupakan sumber kekuatan dan benteng keselamatan yang paling terjamin, dan semua itu sudah terbukti, mengapa kita harus terus berusaha mencari alternatif-alternatif keselamatan dari segala yang ditawarkan oleh dunia? Tidakkah kita menyadari bahwa sesungguhnya kuasa Tuhan berada di atas segalanya, dan bagi Dia tidak ada satupun hal yang mustahil? Lihatlah apa kata Tuhan seperti yang terdapat dalam kitab Yeremia. "Sesungguhnya, Akulah TUHAN, Allah segala makhluk; adakah sesuatu apapun yang mustahil untuk-Ku?" (Yeremia 32:27). Ingatlah akan hal ini menjelang memasuki tahun baru yang akan hadir sebentar lagi. Kita tidak tahu pasti apa yang bakal terjadi, mungkin hidup bisa menjadi semakin sulit, namun tidak ada alasan bagi kita untuk khawatir akan hal itu. Percayakan semuanya ke dalam tangan Tuhan yang berkuasa di atas segalanya, dan masukilah tahun yang baru dengan penuh sukacita, damai sejahtera dan ketenangan.
Put your trust fully in God
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
====================
"TUHAN adalah kekuatan umat-Nya dan benteng keselamatan bagi orang yang diurapi-Nya!"
Adakah keselamatan seratus persen di dunia ini? Rasanya tidak ada. Kita bisa saja mengasuransikan segalanya, memasang barikade berlapis-lapis di sekeliling rumah, menyewa banyak penjaga, namun tetap saja kita akhirnya akan sadar bahwa semua itu tidaklah sanggup menjamin keselamatan atau keamanan kita sepenuhnya. Kita bisa saja menjaga kondisi tubuh sebaik mungkin, tetapi yang namanya sakit kapan saja tetap bisa menimpa kita. Kita hanya bisa mengurangi kemungkinan, tetapi tidak ada satupun yang bisa ditawarkan dunia untuk menjamin keselamatan, keamanan, kesehatan, kekuatan dan sebagainya secara pasti. Seberapa besarpun kita berusaha, namun pada akhirnya kita akan sampai pada kesimpulan bahwa hanya Tuhanlah yang sanggup menyediakan semua itu.
Daud sudah sampai pada kesimpulan seperti itu sejak dahulu kala. Berulang kali kita mendapati kesimpulan dari hasil perenungan Daud lewat tulisan-tulisannya yang dengan pasti menyatakan bahwa keselamatan dan kekuatan yang sebenarnya hanyalah berasal dari Tuhan. Salah satunya berbunyi "TUHAN adalah kekuatan umat-Nya dan benteng keselamatan bagi orang yang diurapi-Nya!" (Mazmur 28:8). Hanya Tuhan sumber kekuatan dan benteng keselamatan bagi umatNya, orang-orang yang diurapiNya. Kita tahu bahwa apa yang dialami Daud sungguh berliku-liku. Ada banyak situasi yang pasti sangat merisaukan dirinya. Berada dalam kejaran Saul, lalu kelak lari dari makar yang dilakukan anak kandungnya sendiri, Absalom dan lain-lain. Sebelum ia menjadi raja pun hidupnya tidaklah mudah. Ia harus berhadapan dengan cakar singa dan beruang yang hendak memangsa ternak yang ia gembalakan. Kemudian ia pun harus menghadapi raksasa Goliat yang bersenjata lengkap. Tetapi semua itu tidaklah membuatnya surut. Dalam hal menghadapi cakar singa dan beruang serta Goliat, Daud dengan tegas berkata "Baik singa maupun beruang telah dihajar oleh hambamu ini. Dan orang Filistin yang tidak bersunat itu, ia akan sama seperti salah satu dari pada binatang itu, karena ia telah mencemooh barisan dari pada Allah yang hidup." (1 Samuel 17:36). Daud punya pengalaman segudang mengenai yang namanya situasi sulit atau berbahaya, dan ia punya bukti konkrit mengenai bagaimana dahsyatnya kuasa Tuhan bagi umatNya.
Perjalanan bangsa Israel keluar dari perbudakan Mesir menuju tanah Kanaan pun merupakan sebuah bukti nyata akan betapa luar biasanya penyertaan Tuhan itu. Pergantian nama Hosea yang artinya "keselamatan" menjadi Yosua yang berarti "Tuhan adalah keselamatan" atau "Tuhan menyelamatkan" oleh Musa (Bilangan 13:16) menunjukkan penegasan secara langsung dari Tuhan akan hal ini. Dan lihatlah bagaimana Yosua kemudian sukses menjadi penerus Musa untuk membawa bangsa Israel masuk ke dalam tanah yang dijanjikan Tuhan. Yosua memang menjadi pemimpin pada saat itu, tetapi sesungguhnya penyertaan Tuhanlah yang membawa keselamatan bagi mereka. Tuhan sendirilah yang sebenarnya merupakan Sosok yang memimpin bangsa Israel menuju Kanaan. Saya percaya Daud mengetahui persis seluruh catatan sejarah mengenai bukti nyata keselamatan dan kekuatan dari Tuhan yang mampu membawa bangsa Israel, dan berbagai pengalaman pribadinya pun sesuai akan hal itu. Tidaklah mengherankan jika Daud bisa berkata "Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatanku" (Mazmur 62:2). Dan penegasan kuat pun kita temukan dalam Mazmur. "Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti." (46:2).
Jika Tuhan merupakan sumber kekuatan dan benteng keselamatan yang paling terjamin, dan semua itu sudah terbukti, mengapa kita harus terus berusaha mencari alternatif-alternatif keselamatan dari segala yang ditawarkan oleh dunia? Tidakkah kita menyadari bahwa sesungguhnya kuasa Tuhan berada di atas segalanya, dan bagi Dia tidak ada satupun hal yang mustahil? Lihatlah apa kata Tuhan seperti yang terdapat dalam kitab Yeremia. "Sesungguhnya, Akulah TUHAN, Allah segala makhluk; adakah sesuatu apapun yang mustahil untuk-Ku?" (Yeremia 32:27). Ingatlah akan hal ini menjelang memasuki tahun baru yang akan hadir sebentar lagi. Kita tidak tahu pasti apa yang bakal terjadi, mungkin hidup bisa menjadi semakin sulit, namun tidak ada alasan bagi kita untuk khawatir akan hal itu. Percayakan semuanya ke dalam tangan Tuhan yang berkuasa di atas segalanya, dan masukilah tahun yang baru dengan penuh sukacita, damai sejahtera dan ketenangan.
Put your trust fully in God
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Tuesday, December 28, 2010
Terang Kristus
Ayat bacaan: Yohanes 8:12
=====================
"Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak, kata-Nya: "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup."
Hari Natal baru saja kita lewati beberapa hari yang lalu. Bagi sebagian orang yang bekerja kesibukan sudah mulai lagi menyita waktu menjelang tahun baru. Ada juga yang masih berlibur hingga memasuki tahun 2011 yang sebentar lagi akan tiba. Apakah anda masih berlibur atau sudah kembali aktif bekerja, ada sebuah pertanyaan yang rasanya penting untuk kita pikirkan, masihkah anda merasakan terang Kristus? Adalah penting bagi kita untuk memeriksa diri kita sendiri, apakah terangNya masih menyinari kita atau kita sudah kembali berada dalam kegelapan hanya beberapa saat setelah kita memperingati hari kelahiranNya ke dunia.
Bayangkanlah apa yang terjadi di Betlehem dua ribu tahun lebih yang lalu ketika Yesus lahir di dalam palungan. Itu adalah sebuah malam yang sangat bersejarah dan sangat penting artinya bagi kehidupan manusia sampai kapanpun. Malam segala malam, malam yang paling besar dan paling berarti dalam sejarah. Itu adalah sebuah malam yang membawa terang. Kelahiran Kristus ke dunia akan mengalahkan kegelapan sampai kapanpun, sebuah malam dimana siapapun yang duduk dalam kegelapan akan melihat sebuah cahaya terang yang sempurna. Sebuah malam dimana Allah memberikan AnakNya turun ke dunia sebagai "Terang Dunia."
Kita semua tahu bagaimana kegelapan dari dunia ini bisa menyelubungi kita dan membuat kita takluk di dalamnya. Semakin lama semakin terperosok ke dalam dan semuanya akan semakin gelap. Tapi ingatlah bahwa kedatangan Kristus ke muka bumi ini sebagai Terang Dunia yang mampu membawa kita keluar dari kegelapan itu untuk senantiasa berjalan dalam cahaya terangNya. "Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak, kata-Nya: "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup." (Yohanes 8:12). Gelap tidak akan mampu berbuat apa-apa jika ada setitik saja cahaya terang menerobosnya. Begitu juga kehidupan kita. Tidak ada satu kegelapanpun yang mampu menguasai kita jika kita memiliki Kristus, Sang Terang Dunia dalam dalam diri kita.
Dalam suratnya Petrus mengingatkan kepada kita, para orang percaya bahwa sesungguhnya merupakan bangsa yang terpilih, imamat yang rajani (the royal priesthood), dan kita semuanya sebenarnya sudah dipanggil keluar dari kegelapan untuk masuk ke dalam terangnya yang ajaib. Ayat itu berbunyi demikian: "Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib." (1 Petrus 2:9). Seperti itulah hakekatnya diri kita. Seharusnya tidak ada gelap yang bisa menaungi kita, tetapi kita seringkali tidak menyadari bahwa terang Kristus itu ada pada kita. Sama seperti kita memasukkan lampu ke dalam sebuah kotak dan menutupnya, maka sinar terang itu tidak akan pernah bisa berfungsi menggantikan kegelapan.
Yesus juga berkata "Aku telah datang ke dalam dunia sebagai terang, supaya setiap orang yang percaya kepada-Ku, jangan tinggal di dalam kegelapan." (Yohanes 12:46). Kita harus menyadari dan mensyukuri hal itu. Kita punya Tuhan yang luar biasa yang selalu siap untuk menarik kita keluar dari kegelapan untuk masuk ke dalam terangNya yang ajaib. Sebuah terang yang kapan saja bisa menyingkirkan gelap jika saja kita mengizinkan hal itu terjadi. Di saat seperti itulah kita akan bisa berkata seperti Daud, "Jika aku berkata: "Biarlah kegelapan saja melingkupi aku, dan terang sekelilingku menjadi malam," maka kegelapanpun tidak menggelapkan bagi-Mu, dan malam menjadi terang seperti siang; kegelapan sama seperti terang." (Mazmur 139:12).
Baru beberapa hari yang lalu kita memperingati datangnya Kristus ke dunia ini membawa terangNya yang ajaib. Terang itu siap terus menyinari kita, memindahkan kita dari kegelapan untuk berjalan dalam terang Tuhan. Sadarilah hal ini dan berhentilah untuk membiarkan kita terus terperangkap dalam gelap. Kiranya terang Kristus selalu bersinar dalam hidup teman-teman sekalian.
=====================
"Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak, kata-Nya: "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup."
Hari Natal baru saja kita lewati beberapa hari yang lalu. Bagi sebagian orang yang bekerja kesibukan sudah mulai lagi menyita waktu menjelang tahun baru. Ada juga yang masih berlibur hingga memasuki tahun 2011 yang sebentar lagi akan tiba. Apakah anda masih berlibur atau sudah kembali aktif bekerja, ada sebuah pertanyaan yang rasanya penting untuk kita pikirkan, masihkah anda merasakan terang Kristus? Adalah penting bagi kita untuk memeriksa diri kita sendiri, apakah terangNya masih menyinari kita atau kita sudah kembali berada dalam kegelapan hanya beberapa saat setelah kita memperingati hari kelahiranNya ke dunia.
Bayangkanlah apa yang terjadi di Betlehem dua ribu tahun lebih yang lalu ketika Yesus lahir di dalam palungan. Itu adalah sebuah malam yang sangat bersejarah dan sangat penting artinya bagi kehidupan manusia sampai kapanpun. Malam segala malam, malam yang paling besar dan paling berarti dalam sejarah. Itu adalah sebuah malam yang membawa terang. Kelahiran Kristus ke dunia akan mengalahkan kegelapan sampai kapanpun, sebuah malam dimana siapapun yang duduk dalam kegelapan akan melihat sebuah cahaya terang yang sempurna. Sebuah malam dimana Allah memberikan AnakNya turun ke dunia sebagai "Terang Dunia."
Kita semua tahu bagaimana kegelapan dari dunia ini bisa menyelubungi kita dan membuat kita takluk di dalamnya. Semakin lama semakin terperosok ke dalam dan semuanya akan semakin gelap. Tapi ingatlah bahwa kedatangan Kristus ke muka bumi ini sebagai Terang Dunia yang mampu membawa kita keluar dari kegelapan itu untuk senantiasa berjalan dalam cahaya terangNya. "Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak, kata-Nya: "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup." (Yohanes 8:12). Gelap tidak akan mampu berbuat apa-apa jika ada setitik saja cahaya terang menerobosnya. Begitu juga kehidupan kita. Tidak ada satu kegelapanpun yang mampu menguasai kita jika kita memiliki Kristus, Sang Terang Dunia dalam dalam diri kita.
Dalam suratnya Petrus mengingatkan kepada kita, para orang percaya bahwa sesungguhnya merupakan bangsa yang terpilih, imamat yang rajani (the royal priesthood), dan kita semuanya sebenarnya sudah dipanggil keluar dari kegelapan untuk masuk ke dalam terangnya yang ajaib. Ayat itu berbunyi demikian: "Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib." (1 Petrus 2:9). Seperti itulah hakekatnya diri kita. Seharusnya tidak ada gelap yang bisa menaungi kita, tetapi kita seringkali tidak menyadari bahwa terang Kristus itu ada pada kita. Sama seperti kita memasukkan lampu ke dalam sebuah kotak dan menutupnya, maka sinar terang itu tidak akan pernah bisa berfungsi menggantikan kegelapan.
Yesus juga berkata "Aku telah datang ke dalam dunia sebagai terang, supaya setiap orang yang percaya kepada-Ku, jangan tinggal di dalam kegelapan." (Yohanes 12:46). Kita harus menyadari dan mensyukuri hal itu. Kita punya Tuhan yang luar biasa yang selalu siap untuk menarik kita keluar dari kegelapan untuk masuk ke dalam terangNya yang ajaib. Sebuah terang yang kapan saja bisa menyingkirkan gelap jika saja kita mengizinkan hal itu terjadi. Di saat seperti itulah kita akan bisa berkata seperti Daud, "Jika aku berkata: "Biarlah kegelapan saja melingkupi aku, dan terang sekelilingku menjadi malam," maka kegelapanpun tidak menggelapkan bagi-Mu, dan malam menjadi terang seperti siang; kegelapan sama seperti terang." (Mazmur 139:12).
Baru beberapa hari yang lalu kita memperingati datangnya Kristus ke dunia ini membawa terangNya yang ajaib. Terang itu siap terus menyinari kita, memindahkan kita dari kegelapan untuk berjalan dalam terang Tuhan. Sadarilah hal ini dan berhentilah untuk membiarkan kita terus terperangkap dalam gelap. Kiranya terang Kristus selalu bersinar dalam hidup teman-teman sekalian.
Tidak ada kegelapan yang mampu mengalahkan terang
Monday, December 27, 2010
No Room for Jesus?
Ayat bacaan: Lukas 2:7
=================
"dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan."
Dalam setiap sandiwara atau operet Natal kita akan selalu melihat bagaimana proses kelahiran Kristus ke dunia. Sebagai Raja diatas segala raja, apakah ada "red carpet" yang dibentangkan buat Dia? Hotel bintang 5? Fasilitas terbaik yang ada di muka bumi ini? Pelayanan 24 jam? Box bayi bertahta berlian dan berselimutkan emas? Kain terlembut dan terhangat untuk membungkusnya? Sama sekali tidak. Yang terjadi justru sebaliknya. Tidak ada satupun tempat penginapan yang ada pada waktu itu mau menampung Yesus dan kedua orang tuaNya di bumi.
Saya membayangkan betapa repotnya Yusuf waktu itu membawa istri yang sedang hamil tua berkeliling dari satu tempat penginapan ke tempat penginapan lainnya. Bagi Maria sendiri situasi itu tentu sangat menyiksa. Coba bayangkan, adakah seorang ibu yang bermimpi untuk meletakkan bayinya di palungan, tempat makanan ternak? Palungan tentu jauh dari kondisi bersih. Tapi itulah kondisi yang harus dihadapi Yusuf dan Maria, juga bayi Yesus. Dan semua ini berawal dari ketidak-adaan tempat sedikitpun di semua rumah penginapan. "Dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan." (Lukas 2:7). Ayat hari ini membuat saya berpikir, tidakkah ada ruang sedikitpun untuk Raja diatas segala raja? Nyatanya tidak ada. Bagi orang lain dan hal-hal lain, ruang itu ada, tetapi bagi Yesus? Tidak ada. Bayangkan, Tuhan yang menciptakan seluruh dunia ini datang, tapi justru tidak ada sedikitpun ruang bagiNya.
Apa yang terjadi di sebuah malam istimewa di Betlehem dua ribu tahun lebih yang lalu belumlah berubah hingga hari ini. Alangkah memprihatinkan ketika Kristus masih saja berada di bagian belakang, terpinggirkan, dalam kehidupan sebagian besar dari kita. Kita mengaku percaya, tetapi Dia hanya mendapat tempat jika hal itu membuat kita merasa nyaman. Ketika ada perintah-perintah dan larangan Tuhan yang terasa mengganggu kesenangan kita, maka dengan segera Tuhan pun dipinggirkan. Kita ingin Dia segera menolong kesesakan kita, tetapi begitu pertolongan itu tiba, secepat itu pula Dia kembali kita sisihkan. Tidak ada tempat buat Yesus. Itu terjadi dua ribu lebih tahun yang lalu, hari ini hal yang sama pun masih terjadi.
Pantaskah kita memperlakukan Tuhan yang sudah meninggalkan tahtaNya untuk turun ke dunia yang penuh penderitaan ini untuk menyelamatkan kita dengan sikap dan perlakuan seperti itu? Hari ini kita bisa hidup dengan janji yang teguh akan keselamatan, hari ini kita bisa memasuki tahta Allah yang kudus dengan keberanian, hari ini kita bisa berhak untuk menerima segala janji Allah dalam kelimpahan, semua itu adalah berkat Yesus. Sudah seharusnya Dia mendapatkan posisi yang paling utama kapanpun, dimanapun dari kita. Sudah seharusnya Yesus mendapatkan yang terbaik dari kita. Sudah seharusnya kita menyerahkan seluruh diri kita kepadaNya, mengasihiNya dan bersyukur tanpa henti kepadaNya.
"Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang." (Lukas 19:10). Semua untuk kita, sama sekali bukan untuk kesenanganNya. Yesus bukan turun ke dunia dalam rangka berlibur atau mau bersenang-senang. "Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya..tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh." (Yesaya 53:4-5). Setelah semua itu, masih pantaskah kita menempatkanNya hanya dalam posisi-posisi kesekian, atau bahkan tidak mendapat posisi sama sekali?
Yesus juga berkata "Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan." (Yohanes 10:10). Renungkanlah. Hanya agar kita memiliki hidup yang sesungguhnya, yang tidak terbatas hanya di muka bumi ini, dan memiliki itu semua dalam segala kelimpahan. Bayangkan sebuah gelas yang diisi air yang mengucur deras sehingga keluar dari wadahnya secara melimpah-limpah. Seperti itulah yang dijanjikan Tuhan lewat kehadiran Yesus. Yesus adalah satu-satunya jalan menuju keselamatan. Tidak ada apapun yang bisa menjadi alternatif untuk itu. "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku." (Yohanes 14:6). Kerinduan Yesus jelas. Dia ingin tinggal diam bersama-sama dengan Allah di dalam diri kita. Bukan hanya sekedar numpang lewat, bukan menginap, tetapi tinggal berdiam atau dalam bahasa Inggrisnya disebut dengan kata "dwell" dan bukan "stay". Semua itu hanyalah dimungkinkan apabila kita benar-benar mengasihi Yesus dan menuruti firmanNya. (ay 14). Dengan menjadi milikNya kita pun dilayakkan untuk menerima janji-janji Allah seperti yang Dia janjikan kepada Abraham. Ayat bacaan kemarin menyatakan dengan jelas akan hal ini: "Dan jikalau kamu adalah milik Kristus, maka kamu juga adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji Allah." (Galatia 3:29).
Untuk keselamatan dan segala kebaikan untuk kita, dengan digerakkan oleh rasa kasih yang begitu besar, Yesus rela menggantikan kita di atas salib dan menebus semua itu dengan lunas. Tidak satupun yang Dia lakukan untuk kepentinganNya. Alangkah keterlaluan apabila kita tidak menghargai sedikitpun anugerah luar biasa yang telah Dia berikan kepada kita. Pikirkanlah. Dalam segala kesibukan dan hal-hal yang harus kita lakukan, masihkah kita menempatkan Kristus pada posisi teratas atau kita masih terus mengabaikan atau menyisihkan Dia yang telah menciptakan dan begitu mengasihi kita? Mari hari ini kita membuka hati kita sepenuhnya untuk Kristus. Katakanlah kepadaNya bahwa selalu ada ruang yang luas untukNya di dalam hati kita, dan undang Dia untuk hadir dan berdiam disana.
Berikan ruang bagi Yesus untuk tinggal diam di dalam diri kita
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
=================
"dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan."
Dalam setiap sandiwara atau operet Natal kita akan selalu melihat bagaimana proses kelahiran Kristus ke dunia. Sebagai Raja diatas segala raja, apakah ada "red carpet" yang dibentangkan buat Dia? Hotel bintang 5? Fasilitas terbaik yang ada di muka bumi ini? Pelayanan 24 jam? Box bayi bertahta berlian dan berselimutkan emas? Kain terlembut dan terhangat untuk membungkusnya? Sama sekali tidak. Yang terjadi justru sebaliknya. Tidak ada satupun tempat penginapan yang ada pada waktu itu mau menampung Yesus dan kedua orang tuaNya di bumi.
Saya membayangkan betapa repotnya Yusuf waktu itu membawa istri yang sedang hamil tua berkeliling dari satu tempat penginapan ke tempat penginapan lainnya. Bagi Maria sendiri situasi itu tentu sangat menyiksa. Coba bayangkan, adakah seorang ibu yang bermimpi untuk meletakkan bayinya di palungan, tempat makanan ternak? Palungan tentu jauh dari kondisi bersih. Tapi itulah kondisi yang harus dihadapi Yusuf dan Maria, juga bayi Yesus. Dan semua ini berawal dari ketidak-adaan tempat sedikitpun di semua rumah penginapan. "Dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan." (Lukas 2:7). Ayat hari ini membuat saya berpikir, tidakkah ada ruang sedikitpun untuk Raja diatas segala raja? Nyatanya tidak ada. Bagi orang lain dan hal-hal lain, ruang itu ada, tetapi bagi Yesus? Tidak ada. Bayangkan, Tuhan yang menciptakan seluruh dunia ini datang, tapi justru tidak ada sedikitpun ruang bagiNya.
Apa yang terjadi di sebuah malam istimewa di Betlehem dua ribu tahun lebih yang lalu belumlah berubah hingga hari ini. Alangkah memprihatinkan ketika Kristus masih saja berada di bagian belakang, terpinggirkan, dalam kehidupan sebagian besar dari kita. Kita mengaku percaya, tetapi Dia hanya mendapat tempat jika hal itu membuat kita merasa nyaman. Ketika ada perintah-perintah dan larangan Tuhan yang terasa mengganggu kesenangan kita, maka dengan segera Tuhan pun dipinggirkan. Kita ingin Dia segera menolong kesesakan kita, tetapi begitu pertolongan itu tiba, secepat itu pula Dia kembali kita sisihkan. Tidak ada tempat buat Yesus. Itu terjadi dua ribu lebih tahun yang lalu, hari ini hal yang sama pun masih terjadi.
Pantaskah kita memperlakukan Tuhan yang sudah meninggalkan tahtaNya untuk turun ke dunia yang penuh penderitaan ini untuk menyelamatkan kita dengan sikap dan perlakuan seperti itu? Hari ini kita bisa hidup dengan janji yang teguh akan keselamatan, hari ini kita bisa memasuki tahta Allah yang kudus dengan keberanian, hari ini kita bisa berhak untuk menerima segala janji Allah dalam kelimpahan, semua itu adalah berkat Yesus. Sudah seharusnya Dia mendapatkan posisi yang paling utama kapanpun, dimanapun dari kita. Sudah seharusnya Yesus mendapatkan yang terbaik dari kita. Sudah seharusnya kita menyerahkan seluruh diri kita kepadaNya, mengasihiNya dan bersyukur tanpa henti kepadaNya.
"Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang." (Lukas 19:10). Semua untuk kita, sama sekali bukan untuk kesenanganNya. Yesus bukan turun ke dunia dalam rangka berlibur atau mau bersenang-senang. "Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya..tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh." (Yesaya 53:4-5). Setelah semua itu, masih pantaskah kita menempatkanNya hanya dalam posisi-posisi kesekian, atau bahkan tidak mendapat posisi sama sekali?
Yesus juga berkata "Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan." (Yohanes 10:10). Renungkanlah. Hanya agar kita memiliki hidup yang sesungguhnya, yang tidak terbatas hanya di muka bumi ini, dan memiliki itu semua dalam segala kelimpahan. Bayangkan sebuah gelas yang diisi air yang mengucur deras sehingga keluar dari wadahnya secara melimpah-limpah. Seperti itulah yang dijanjikan Tuhan lewat kehadiran Yesus. Yesus adalah satu-satunya jalan menuju keselamatan. Tidak ada apapun yang bisa menjadi alternatif untuk itu. "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku." (Yohanes 14:6). Kerinduan Yesus jelas. Dia ingin tinggal diam bersama-sama dengan Allah di dalam diri kita. Bukan hanya sekedar numpang lewat, bukan menginap, tetapi tinggal berdiam atau dalam bahasa Inggrisnya disebut dengan kata "dwell" dan bukan "stay". Semua itu hanyalah dimungkinkan apabila kita benar-benar mengasihi Yesus dan menuruti firmanNya. (ay 14). Dengan menjadi milikNya kita pun dilayakkan untuk menerima janji-janji Allah seperti yang Dia janjikan kepada Abraham. Ayat bacaan kemarin menyatakan dengan jelas akan hal ini: "Dan jikalau kamu adalah milik Kristus, maka kamu juga adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji Allah." (Galatia 3:29).
Untuk keselamatan dan segala kebaikan untuk kita, dengan digerakkan oleh rasa kasih yang begitu besar, Yesus rela menggantikan kita di atas salib dan menebus semua itu dengan lunas. Tidak satupun yang Dia lakukan untuk kepentinganNya. Alangkah keterlaluan apabila kita tidak menghargai sedikitpun anugerah luar biasa yang telah Dia berikan kepada kita. Pikirkanlah. Dalam segala kesibukan dan hal-hal yang harus kita lakukan, masihkah kita menempatkan Kristus pada posisi teratas atau kita masih terus mengabaikan atau menyisihkan Dia yang telah menciptakan dan begitu mengasihi kita? Mari hari ini kita membuka hati kita sepenuhnya untuk Kristus. Katakanlah kepadaNya bahwa selalu ada ruang yang luas untukNya di dalam hati kita, dan undang Dia untuk hadir dan berdiam disana.
Berikan ruang bagi Yesus untuk tinggal diam di dalam diri kita
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Sunday, December 26, 2010
Milik Yesus
Ayat bacaan: Galatia 3:29
==================
"Dan jikalau kamu adalah milik Kristus, maka kamu juga adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji Allah."
Ingatkah anda dengan lagu "Aku ini Punya Siapa?" Lagu lawas ini kembali saya dengar hari ini ketika dibawakan oleh salah satu artis yang tampil dalam sebuah event jazz yang saya hadiri. Lagu ini bercerita tentang ketidaksetiaan seorang pasangan yang dikarang dengan lirik yang sangat sederhana dan ringan oleh Dian Pramana Putra dan Deddy Dhukun. Pertanyaan yang sama mungkin bisa kita tanyakan kepada diri kita sendiri. Aku ini punya siapa sih sebenarnya? Siapa yang memiliki kita? Jelas, sebagai orang-orang percaya kita adalah milik Yesus. Dan untunglah Yesus merupakan Tuhan yang setia, sehingga kita tidak perlu mengalami nasib seperti lagu di atas.
Kita ini milik Yesus. Sebagai miliknya apa yang menjadi janji Allah kepada kita? Coba bayangkan seandainya anda sebagai orang biasa lalu diangkat anak oleh seorang raja. Anda akan memiliki hak-hak sebagai anak raja dan berhak untuk menerima warisan dari raja. Hal yang sama pun terjadi ketika kita sudah menjadi anak-anak Allah, sebuah status yang kita peroleh dengan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat dan percaya dalam namaNya. (Yohanes 1:12). Menerima Kristus, itu artinya kita menjadi milikNya, dan dengan demikian kita pun berhak atas janji Tuhan. Firman Tuhan berkata: "Dan jikalau kamu adalah milik Kristus, maka kamu juga adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji Allah." (Galatia 3:29). Lihatlah apa yang dikatakan ayat ini. Setiap orang yang menerima Yesus akan menjadi keturunan Abraham, dan oleh karenanya menjadi berhak untuk menerima apa yang dijanjikan Allah.
Seperti apa janji Allah itu? Tuhan menjanjikan segala kebaikan kepada kita seperti janjiNya yang telah Dia tepati kepada Abraham. Abraham menerimanya, maka kita pun berhak untuk itu. Janji itu diwariskan kepada kita, ketika kita menjadi keturunan Abraham dengan menerima Kristus. Mari kita lihat apa kata Yesaya ratusan tahun sebelumnya. "Dengarkanlah Aku, hai kamu yang mengejar apa yang benar, hai kamu yang mencari TUHAN! Pandanglah gunung batu yang dari padanya kamu terpahat, dan kepada lobang penggalian batu yang dari padanya kamu tergali. Pandanglah Abraham, bapa leluhurmu, dan Sara yang melahirkan kamu; ketika Abraham seorang diri, Aku memanggil dia, lalu Aku memberkati dan memperbanyak dia. Sebab TUHAN menghibur Sion, menghibur segala reruntuhannya; Ia membuat padang gurunnya seperti taman Eden dan padang belantaranya seperti taman TUHAN. Di situ terdapat kegirangan dan sukacita, nyanyian syukur dan lagu yang nyaring." (Yesaya 51:1-3). Lihatlah bagaimana Tuhan memanggil Abraham ketika ia seorang diri. Tuhan kemudian memberkati dan memberikan keturunan yang banyak. Inilah yang akan berlaku pula bagi kita, seperti janji Tuhan.
Seperti halnya Abraham, kitapun dipanggil untuk memisahkan diri dari segala kebejatan dan kesesatan dunia ini. Itu akan membuat berkat-berkat Tuhan bisa mengalir deras tanpa hambatan dalam kehidupan yang terus meningkat. Hal ini tepat seperti apa yang dikatakan Paulus: "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna." (Roma 12:2). Kita perlu melepaskan diri dari pengaruh dan kebiasaan serta pola pikir dunia agar bisa menerima segala janji yang telah diberikan Tuhan. Dalam Yesaya 51:3 kita bisa melihat kerinduan Tuhan untuk menghibur dan memulihkan segala sesuatu yang selama ini terbuang atau hancur dari dalam hidup kita. Kekuatan Tuhan sanggup merubah padang gurun yang paling gersang sekalipun untuk menjadi seindah taman Eden, dimana yang terdapat hanyalah kegirangan dan sukacita, nyanyian syukur dan lagu puji-pujian yang nyaring. Tuhan rindu untuk melakukannya. Semua janji ini bisa turun pada kita dengan syarat bisa kita baca pada Yesaya 51:1, yaitu menjadi orang-orang "yang mengejar apa yang benar dan terus bertekun mencari Tuhan". Tuhan adalah sumber kekuatan. Dia adalah gunung batu dimana kita bisa berlindung.
Tuhan ingin membuat hidup kita seindah taman Eden. Tuhan ingin mengubah penderitaan dan kesedihan kita menjadi sukacita dan kegembiraan. Dia ingin memberkati kita secara berkelimpahan, lebih dari yang anda bayangkan sekalipun. Tetapi ingatlah bahwa semua itu bukanlah untuk dipakai berfoya-foya atau demi kepentingan diri sendiri saja. Tuhan ingin segala yang telah Dia percayakan ke dalam tangan kita dipakai kembali untuk memuliakanNya. Pemazmur berkata: "Biarlah bersorak-sorai dan bersukacita orang-orang yang ingin melihat aku dibenarkan! Biarlah mereka tetap berkata: "TUHAN itu besar, Dia menginginkan keselamatan hamba-Nya!" (Mazmur 37:27). Dalam bahasa Ingrisnya dikatakan "Let the Lord be magnified. Who takes pleasure in the prosperity of His servant."
Menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat, percaya kepadaNya, akan membuat kita berhak menerima janji seperti yang diberikan Tuhan kepada Abraham. Selanjutnya tetaplah mengejar apa yang benar dan teruslah mencari Tuhan. Tuhan rindu untuk mengubah segala padang gurun dan padang belantara yang tengah kita alami menjadi taman Eden, tamannya Tuhan yang penuh dengan kegirangan, sukacita dan nyanyian syukur.
Menjadi milik Kristus melayakkan kita menerima janji Allah
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
==================
"Dan jikalau kamu adalah milik Kristus, maka kamu juga adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji Allah."
Ingatkah anda dengan lagu "Aku ini Punya Siapa?" Lagu lawas ini kembali saya dengar hari ini ketika dibawakan oleh salah satu artis yang tampil dalam sebuah event jazz yang saya hadiri. Lagu ini bercerita tentang ketidaksetiaan seorang pasangan yang dikarang dengan lirik yang sangat sederhana dan ringan oleh Dian Pramana Putra dan Deddy Dhukun. Pertanyaan yang sama mungkin bisa kita tanyakan kepada diri kita sendiri. Aku ini punya siapa sih sebenarnya? Siapa yang memiliki kita? Jelas, sebagai orang-orang percaya kita adalah milik Yesus. Dan untunglah Yesus merupakan Tuhan yang setia, sehingga kita tidak perlu mengalami nasib seperti lagu di atas.
Kita ini milik Yesus. Sebagai miliknya apa yang menjadi janji Allah kepada kita? Coba bayangkan seandainya anda sebagai orang biasa lalu diangkat anak oleh seorang raja. Anda akan memiliki hak-hak sebagai anak raja dan berhak untuk menerima warisan dari raja. Hal yang sama pun terjadi ketika kita sudah menjadi anak-anak Allah, sebuah status yang kita peroleh dengan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat dan percaya dalam namaNya. (Yohanes 1:12). Menerima Kristus, itu artinya kita menjadi milikNya, dan dengan demikian kita pun berhak atas janji Tuhan. Firman Tuhan berkata: "Dan jikalau kamu adalah milik Kristus, maka kamu juga adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji Allah." (Galatia 3:29). Lihatlah apa yang dikatakan ayat ini. Setiap orang yang menerima Yesus akan menjadi keturunan Abraham, dan oleh karenanya menjadi berhak untuk menerima apa yang dijanjikan Allah.
Seperti apa janji Allah itu? Tuhan menjanjikan segala kebaikan kepada kita seperti janjiNya yang telah Dia tepati kepada Abraham. Abraham menerimanya, maka kita pun berhak untuk itu. Janji itu diwariskan kepada kita, ketika kita menjadi keturunan Abraham dengan menerima Kristus. Mari kita lihat apa kata Yesaya ratusan tahun sebelumnya. "Dengarkanlah Aku, hai kamu yang mengejar apa yang benar, hai kamu yang mencari TUHAN! Pandanglah gunung batu yang dari padanya kamu terpahat, dan kepada lobang penggalian batu yang dari padanya kamu tergali. Pandanglah Abraham, bapa leluhurmu, dan Sara yang melahirkan kamu; ketika Abraham seorang diri, Aku memanggil dia, lalu Aku memberkati dan memperbanyak dia. Sebab TUHAN menghibur Sion, menghibur segala reruntuhannya; Ia membuat padang gurunnya seperti taman Eden dan padang belantaranya seperti taman TUHAN. Di situ terdapat kegirangan dan sukacita, nyanyian syukur dan lagu yang nyaring." (Yesaya 51:1-3). Lihatlah bagaimana Tuhan memanggil Abraham ketika ia seorang diri. Tuhan kemudian memberkati dan memberikan keturunan yang banyak. Inilah yang akan berlaku pula bagi kita, seperti janji Tuhan.
Seperti halnya Abraham, kitapun dipanggil untuk memisahkan diri dari segala kebejatan dan kesesatan dunia ini. Itu akan membuat berkat-berkat Tuhan bisa mengalir deras tanpa hambatan dalam kehidupan yang terus meningkat. Hal ini tepat seperti apa yang dikatakan Paulus: "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna." (Roma 12:2). Kita perlu melepaskan diri dari pengaruh dan kebiasaan serta pola pikir dunia agar bisa menerima segala janji yang telah diberikan Tuhan. Dalam Yesaya 51:3 kita bisa melihat kerinduan Tuhan untuk menghibur dan memulihkan segala sesuatu yang selama ini terbuang atau hancur dari dalam hidup kita. Kekuatan Tuhan sanggup merubah padang gurun yang paling gersang sekalipun untuk menjadi seindah taman Eden, dimana yang terdapat hanyalah kegirangan dan sukacita, nyanyian syukur dan lagu puji-pujian yang nyaring. Tuhan rindu untuk melakukannya. Semua janji ini bisa turun pada kita dengan syarat bisa kita baca pada Yesaya 51:1, yaitu menjadi orang-orang "yang mengejar apa yang benar dan terus bertekun mencari Tuhan". Tuhan adalah sumber kekuatan. Dia adalah gunung batu dimana kita bisa berlindung.
Tuhan ingin membuat hidup kita seindah taman Eden. Tuhan ingin mengubah penderitaan dan kesedihan kita menjadi sukacita dan kegembiraan. Dia ingin memberkati kita secara berkelimpahan, lebih dari yang anda bayangkan sekalipun. Tetapi ingatlah bahwa semua itu bukanlah untuk dipakai berfoya-foya atau demi kepentingan diri sendiri saja. Tuhan ingin segala yang telah Dia percayakan ke dalam tangan kita dipakai kembali untuk memuliakanNya. Pemazmur berkata: "Biarlah bersorak-sorai dan bersukacita orang-orang yang ingin melihat aku dibenarkan! Biarlah mereka tetap berkata: "TUHAN itu besar, Dia menginginkan keselamatan hamba-Nya!" (Mazmur 37:27). Dalam bahasa Ingrisnya dikatakan "Let the Lord be magnified. Who takes pleasure in the prosperity of His servant."
Menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat, percaya kepadaNya, akan membuat kita berhak menerima janji seperti yang diberikan Tuhan kepada Abraham. Selanjutnya tetaplah mengejar apa yang benar dan teruslah mencari Tuhan. Tuhan rindu untuk mengubah segala padang gurun dan padang belantara yang tengah kita alami menjadi taman Eden, tamannya Tuhan yang penuh dengan kegirangan, sukacita dan nyanyian syukur.
Menjadi milik Kristus melayakkan kita menerima janji Allah
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Saturday, December 25, 2010
The Power of Love
Ayat bacaan: Yohanes 3:16
==================
"Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal."
Merry christmas! Selamat Hari Natal! Ucapan ini akan kita berikan kepada saudara-saudari seiman baik lewat ucapan langsung disertai salaman, lewat kartu pos darat/elektronik, sms, telepon, email dan sebagainya. Kita bersukacita dalam menyambut Natal, berbagai tempat perbelanjaan terlihat semarak. Jika di negara kita saja sudah demikian meriah, apalagi di luar sana dengan adanya salju putih yang menambah keindahan malam Natal. Saya pernah merayakan Natal di Swedia sekitar sepuluh tahun yang lalu, dan memang kerlap kerlip pohon terang akan berpadu sangat indah dengan putihnya salju. Di tempat saya menginap seisi keluarga merayakannya dengan makan malam bersama dan bertukar kado. Meriah memang, tetapi tidak satupun dari yang hadir mengambil waktu khusus untuk merenungkan apa yang menjadi makna Natal sesungguhnya, bahkan berdoa saja tidak. Saya sendiri pada waktu itu belum mengerti dan hanya menikmati saja pesta meriah itu.
Secara khusus judul dari renungan di hari Natal ini terngiang-ngiang sehari penuh di benak saya. The Power of Love. Kekuatan dari cinta/kasih. Saya percaya ini pesan Tuhan yang secara spesifik mengingatkan kita akan esensi dari apa yang kita rayakan sebagai hari Natal. Ya, ini adalah hari dimana kita merayakan kelahiran Kristus turun ke dunia. KedatanganNya membawa misi yang sungguh mencengangkan, yaitu menyelamatkan umat manusia dari kebinasaan, memindahkan kita dari kematian untuk masuk ke dalam kehidupan kekal, ke dalam keselamatan. Mencengangkan? Jelas. Apa yang kita perbuat untuk memperoleh hal itu? Apakah kita begitu luar biasa baiknya sehingga Allah berhutang budi kepada kita? Sama sekali tidak. Yang terjadi justru sebaliknya, kita terus saja menyakiti dan mengecewakanNya dengan perbuatan-perbuatan kita yang seringkali tidak sedikitpun menghargai Pencipta kita. Tetapi lihatlah apa yang terjadi. Dalam keadaan kita masih penuh dosa, Tuhan ternyakenan memutuskan untuk berbuat sesuatu yang luar biasa besar demi kita. Tidak tanggung-tanggung, AnakNya pun diberikan kepada kita untuk menggantikan kita semua di atas kayu salib, memikul seluruh dosa dan pelanggaran kita dan menebus semua itu dengan lunas. Firman Tuhan secara jelas menyatakan "Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa." (Roma 5:8). Kekuatan apa yang mampu menggerakkan Allah untuk mengambil keputusan yang sangat mencengangkan ini? Jawabannya adalah KASIH. Adalah kekuatan kasih yang sanggup menggerakkan hati Tuhan untuk menganugerahkan kita semua, yang seharusnya tidak layak, dengan keselamatan. That's the power of love.
Mari kita renungkan baik-baik ayat emas berikut ini: "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." (Yohanes 3:16). Tuhan mengaruniakan AnakNya yang tunggal, agar kita yang percaya tidak binasa melainkan memperoleh hidup yang kekal. Mengapa? Karena kasih Allah yang begitu besar kepada kita. Begitu besarnya kekuatan kasih atau cinta ini sehingga mampu menggerakkan hati Tuhan. Tidak ada kekuatan apapun lagi yang mampu menandinginya. Paulus mengingatkan kita bahwa ada tiga hal yang tetap harus kita lakukan. "Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih." (1 Korintus 13:13). Diantara ketiganya, kasih adalah yang terbesar.
Jika Tuhan saja mau bersikap pro-aktif di saat kita masih berdosa, dan itu karena kekuatan kasih, tidakkah seharusnya kita pun bisa bersikap demikian, mengasihi Tuhan dengan sungguh-sungguh seperti halnya kasih Tuhan kepada kita, dan menyatakan kasih pula kepada sesama kita? Tidakkah seharusnya kita tidak berpangku tangan melihat orang-orang yang masih berada dalam penderitaan, mereka yang butuh pertolongan, bahkan yang masih terikat atau terpenjara dalam dosa? Sebab percuma kita mengaku orang Kristen, yang berarti pengikut Kristus, jika kita sama sekali tidak memiliki kasih dalam diri kita. Yohanes berkata "Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih." (1 Yohanes 4:8). Jika anda merayakan Natal dengan pesta, maukah kita memberikan sebagian dari itu untuk berbagi kasih dengan sesama yang tidak seberuntung kita? Jika kita menyadari betapa besarnya kasih Allah kepada kita sehingga Dia rela menyerahkan AnakNya sendiri demi keselamatan kita, ada satu hal yang bisa kita lakukan untuk menyenangkan hatiNya. Yesus sudah mengatakan hal ini: "Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku." (Matius 25:45). Itu salah satu cara bagi kita untuk sedikit membalas kebaikan dan kasih Tuhan. Menjaga diri agar tetap kudus, tetap berjalan dengan mematuhi firmanNya, membiarkan Tuhan bertahta atas segala sesuatu yang kita perbuat, itulah hal-hal lainnya yang menunjukkan seberapa besar kita menghargai besarnya kasih Tuhan kepada kita.
Saya tidak mengatakan bahwa pesta perayaan Natal itu salah. Tidak sama sekali. Tetapi maukah kita mulai berbuat sesuatu dengan memikirkan orang lain atas dasar kasih? Maukah kita belajar untuk berempati dan mengasihi orang lain lebih lagi dan bergerak untuk melakukan sesuatu bagi mereka? Hari Natal ada karena kasih yang begitu besar dari Tuhan kepada kita, dan sudah seharusnya kasih Allah ini bisa menjangkau lebih banyak orang lagi. Selamat Hari Natal buat teman-teman sekalian, Tuhan memberkati anda semua.
Extend God's love to others in Christmas
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
==================
"Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal."
Merry christmas! Selamat Hari Natal! Ucapan ini akan kita berikan kepada saudara-saudari seiman baik lewat ucapan langsung disertai salaman, lewat kartu pos darat/elektronik, sms, telepon, email dan sebagainya. Kita bersukacita dalam menyambut Natal, berbagai tempat perbelanjaan terlihat semarak. Jika di negara kita saja sudah demikian meriah, apalagi di luar sana dengan adanya salju putih yang menambah keindahan malam Natal. Saya pernah merayakan Natal di Swedia sekitar sepuluh tahun yang lalu, dan memang kerlap kerlip pohon terang akan berpadu sangat indah dengan putihnya salju. Di tempat saya menginap seisi keluarga merayakannya dengan makan malam bersama dan bertukar kado. Meriah memang, tetapi tidak satupun dari yang hadir mengambil waktu khusus untuk merenungkan apa yang menjadi makna Natal sesungguhnya, bahkan berdoa saja tidak. Saya sendiri pada waktu itu belum mengerti dan hanya menikmati saja pesta meriah itu.
Secara khusus judul dari renungan di hari Natal ini terngiang-ngiang sehari penuh di benak saya. The Power of Love. Kekuatan dari cinta/kasih. Saya percaya ini pesan Tuhan yang secara spesifik mengingatkan kita akan esensi dari apa yang kita rayakan sebagai hari Natal. Ya, ini adalah hari dimana kita merayakan kelahiran Kristus turun ke dunia. KedatanganNya membawa misi yang sungguh mencengangkan, yaitu menyelamatkan umat manusia dari kebinasaan, memindahkan kita dari kematian untuk masuk ke dalam kehidupan kekal, ke dalam keselamatan. Mencengangkan? Jelas. Apa yang kita perbuat untuk memperoleh hal itu? Apakah kita begitu luar biasa baiknya sehingga Allah berhutang budi kepada kita? Sama sekali tidak. Yang terjadi justru sebaliknya, kita terus saja menyakiti dan mengecewakanNya dengan perbuatan-perbuatan kita yang seringkali tidak sedikitpun menghargai Pencipta kita. Tetapi lihatlah apa yang terjadi. Dalam keadaan kita masih penuh dosa, Tuhan ternyakenan memutuskan untuk berbuat sesuatu yang luar biasa besar demi kita. Tidak tanggung-tanggung, AnakNya pun diberikan kepada kita untuk menggantikan kita semua di atas kayu salib, memikul seluruh dosa dan pelanggaran kita dan menebus semua itu dengan lunas. Firman Tuhan secara jelas menyatakan "Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa." (Roma 5:8). Kekuatan apa yang mampu menggerakkan Allah untuk mengambil keputusan yang sangat mencengangkan ini? Jawabannya adalah KASIH. Adalah kekuatan kasih yang sanggup menggerakkan hati Tuhan untuk menganugerahkan kita semua, yang seharusnya tidak layak, dengan keselamatan. That's the power of love.
Mari kita renungkan baik-baik ayat emas berikut ini: "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." (Yohanes 3:16). Tuhan mengaruniakan AnakNya yang tunggal, agar kita yang percaya tidak binasa melainkan memperoleh hidup yang kekal. Mengapa? Karena kasih Allah yang begitu besar kepada kita. Begitu besarnya kekuatan kasih atau cinta ini sehingga mampu menggerakkan hati Tuhan. Tidak ada kekuatan apapun lagi yang mampu menandinginya. Paulus mengingatkan kita bahwa ada tiga hal yang tetap harus kita lakukan. "Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih." (1 Korintus 13:13). Diantara ketiganya, kasih adalah yang terbesar.
Jika Tuhan saja mau bersikap pro-aktif di saat kita masih berdosa, dan itu karena kekuatan kasih, tidakkah seharusnya kita pun bisa bersikap demikian, mengasihi Tuhan dengan sungguh-sungguh seperti halnya kasih Tuhan kepada kita, dan menyatakan kasih pula kepada sesama kita? Tidakkah seharusnya kita tidak berpangku tangan melihat orang-orang yang masih berada dalam penderitaan, mereka yang butuh pertolongan, bahkan yang masih terikat atau terpenjara dalam dosa? Sebab percuma kita mengaku orang Kristen, yang berarti pengikut Kristus, jika kita sama sekali tidak memiliki kasih dalam diri kita. Yohanes berkata "Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih." (1 Yohanes 4:8). Jika anda merayakan Natal dengan pesta, maukah kita memberikan sebagian dari itu untuk berbagi kasih dengan sesama yang tidak seberuntung kita? Jika kita menyadari betapa besarnya kasih Allah kepada kita sehingga Dia rela menyerahkan AnakNya sendiri demi keselamatan kita, ada satu hal yang bisa kita lakukan untuk menyenangkan hatiNya. Yesus sudah mengatakan hal ini: "Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku." (Matius 25:45). Itu salah satu cara bagi kita untuk sedikit membalas kebaikan dan kasih Tuhan. Menjaga diri agar tetap kudus, tetap berjalan dengan mematuhi firmanNya, membiarkan Tuhan bertahta atas segala sesuatu yang kita perbuat, itulah hal-hal lainnya yang menunjukkan seberapa besar kita menghargai besarnya kasih Tuhan kepada kita.
Saya tidak mengatakan bahwa pesta perayaan Natal itu salah. Tidak sama sekali. Tetapi maukah kita mulai berbuat sesuatu dengan memikirkan orang lain atas dasar kasih? Maukah kita belajar untuk berempati dan mengasihi orang lain lebih lagi dan bergerak untuk melakukan sesuatu bagi mereka? Hari Natal ada karena kasih yang begitu besar dari Tuhan kepada kita, dan sudah seharusnya kasih Allah ini bisa menjangkau lebih banyak orang lagi. Selamat Hari Natal buat teman-teman sekalian, Tuhan memberkati anda semua.
Extend God's love to others in Christmas
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Friday, December 24, 2010
Seperti Majalah
Ayat bacaan: 1 Tesalonika 4:1
=========================
"Akhirnya, saudara-saudara, kami minta dan nasihatkan kamu dalam Tuhan Yesus: Kamu telah mendengar dari kami bagaimana kamu harus hidup supaya berkenan kepada Allah. Hal itu memang telah kamu turuti, tetapi baiklah kamu melakukannya lebih bersungguh-sungguh lagi."
Membalik-balik sebuah majalah hari ini membuat saya berpikir betapa hidup kita pun seperti sebuah majalah. Ada begitu banyak "kolom" atau "rubrik" dalam perjalanan hidup kita, dimana kepingan-kepingan itu disatukan menjadi utuh seperti halnya satu jilidan majalah. Sebuah pertanyaan hadir di benak saya, dimanakah letak "kolom" hubungan kita dengan Tuhan? Apakah terletak di halaman utama, tajuk editorial, mengisi setiap lembar-lembarnya atau hanya berada pada satu halaman kecil saja, mungkin malah terletak di paling belakang?
Ada banyak diantara kita orang percaya yang meletakkan Tuhan hanya pada halaman belakang saja. Kita hanya berdoa pada saat kita punya waktu luang saja. Kita mendahulukan kesibukan-kesibukan pekerjaan, jadwal yang padat, deadline yang menumpuk dan aktivitas-aktivitas lainnya terlebih dahulu lalu mempergunakan waktu luang yang tersisa untuk Tuhan. Itupun jika kita tidak terlalu lelah dan memilih untuk tidur langsung. Kehidupan kerohanian bagi sebagian orang hanya berlaku hari Minggu saja, selama kurang lebih dua jam. Setelahnya maka mereka kembali masuk ke dalam dunia masing-masing, dimana Tuhan tidak lagi ada dalam daftar mereka. Sekarang coba bayangkan, seandainya Tuhan berlaku seperti itu pada kita. Apa jadinya jika Tuhan hanya peduli kepada kita dua jam saja dalam seminggu? Tidakkah itu sangat mengerikan? Tidak satupun orang yang mau seperti itu. Kita ingin Tuhan selalu hadir dengan penyertaanNya setiap saat, tetapi mengapa kita membalasnya dengan memberikan hanya sedikit waktu yang tersisa saja untuk Tuhan? Betapa tidak adilnya jika kita tidak mau diperlakukan Tuhan seperti itu tetapi sanggup berbuat demikian kepada Tuhan.
Paulus mengingatkan jemaat Tesalonika akan pentingnya sebuah kesungguhan untuk memiliki hidup yang berkenan kepada Tuhan. "Akhirnya, saudara-saudara, kami minta dan nasihatkan kamu dalam Tuhan Yesus: Kamu telah mendengar dari kami bagaimana kamu harus hidup supaya berkenan kepada Allah. Hal itu memang telah kamu turuti, tetapi baiklah kamu melakukannya lebih bersungguh-sungguh lagi." (1 Tesalonika 4:1). Adalah baik jika kita sudah mulai berpikir untuk hidup berkenan kepada Allah, tetapi hendaklah kita tidak berhenti mengusahakannya dan terus berupaya untuk lebih bersungguh-sungguh lagi. Adalah baik jika kita sudah secara rutin beribadah di hari Minggu, juga bagus jika kita sudah meluangkan waktu untuk berdoa, apalagi disiplin dalam bersaat teduh, tetapi marilah kita terus meningkatkan kualitas hubungan kita dengan Tuhan, sehingga kita bisa sampai kepada sebuah tahap yang tidak lagi dibatasi oleh waktu.
Alkitab menceritakan banyak kisah mengenai kedekatan para tokoh dengan Tuhan. Kita bisa melihat sebutan "bergaul karib dengan Tuhan" yang diberikan kepada Henokh (Kejadian 5:24), Nuh (Kejadian 6:9) dan Ayub (Ayub 29:4). Kita bisa melihat pula hubungan yang sungguh sangat dekat lewat pribadi Musa, Abraham, Yusuf, Daud, Daniel dan banyak lagi. Dan kita menyaksikan sendiri bagaimana perbedaan mereka dibandingkan orang-orang lain yang hidup sejaman dengan mereka. Sebuah kualitas hubungan dengan Tuhan akan sangat menentukan siapa diri kita sebenarnya.
Kembali kepada surat Tesalonika di atas, kita bisa melihat apa yang menjadi panggilan Allah kepada kita. "Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus." (1 Tesalonika 4:7). Pada ayat sebelumnya pun dikatakan "Karena inilah kehendak Allah: pengudusanmu.." (ay 3). Panggilan ini bukanlah merupakan panggilan yang hanya terbatas berlakunya, seperti hanya dua jam dalam satu minggu, atau hanya beberapa menit dalam sehari saja. Ini adalah panggilan yang harus berlaku setiap saat kepada kita semua tanpa terkecuali. Kehidupan yang berkenan di hadapan Allah adalah kehidupan dalam kekudusan. Dan hal ini akan sulit kita wujudkan apabila kita masih cenderung mementingkan kehidupan di dunia ini ketimbang membangun sebuah hubungan yang karib dengan Tuhan.
Petrus mengingatkan kita pula akan hal ini. "..hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus." (1 Petrus 1:15-16). Tuhan selalu menantikan kita untuk mau mulai membangun hubungan yang erat denganNya. Dan lihatlah apa yang dikatakan Tuhan: "TUHAN bergaul karib dengan orang yang takut akan Dia, dan perjanjian-Nya diberitahukan-Nya kepada mereka." (Mazmur 25:14). Tuhan siap membuka mata hati kita untuk mengerti rahasia-rahasia dan rencana-rencanaNya, tetapi itu tidak akan bisa kita peroleh tanpa membangun sebuah hubungan yang kokoh terlebih dahulu.
Jika hidup ini diibaratkan sebuah majalah, maka penting bagi kita untuk memperhatikan dimana dan bagaimana posisi hubungan kita dengan Tuhan di dalamnya. Sudahkah Tuhan mengisi lembar demi lembar hidup anda, atau posisi Tuhan masih sangat terbatas bahkan berada di posisi belakang? Memasuki hari Natal tahun ini dimana kita memperingati kelahiran Kristus, hendaklah kualitas hubungan kita dengan Tuhan menjadi sesuatu yang mendapat perhatian khusus. Hiduplah dalam kekudusan, bangunlah hubungan yang akrab, sehingga kita tidak gampang goyah dalam menghadapi hari-hari sulit ke depan sekaligus mampu mencapai garis akhir sebagai pemenang. Tuhan sudah menganugerahkan AnakNya sendiri demi keselamatan kita, Dia rindu untuk benar-benar dekat dengan kita, sekarang giliran kita untuk menjawab kerinduan Tuhan. Teruslah berusaha sungguh-sungguh untuk hidup berkenan kepada Allah dan tingkatkan terus usaha anda.
Biarkan Tuhan mengisi setiap lembar dalam kehidupan kita
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
=========================
"Akhirnya, saudara-saudara, kami minta dan nasihatkan kamu dalam Tuhan Yesus: Kamu telah mendengar dari kami bagaimana kamu harus hidup supaya berkenan kepada Allah. Hal itu memang telah kamu turuti, tetapi baiklah kamu melakukannya lebih bersungguh-sungguh lagi."
Membalik-balik sebuah majalah hari ini membuat saya berpikir betapa hidup kita pun seperti sebuah majalah. Ada begitu banyak "kolom" atau "rubrik" dalam perjalanan hidup kita, dimana kepingan-kepingan itu disatukan menjadi utuh seperti halnya satu jilidan majalah. Sebuah pertanyaan hadir di benak saya, dimanakah letak "kolom" hubungan kita dengan Tuhan? Apakah terletak di halaman utama, tajuk editorial, mengisi setiap lembar-lembarnya atau hanya berada pada satu halaman kecil saja, mungkin malah terletak di paling belakang?
Ada banyak diantara kita orang percaya yang meletakkan Tuhan hanya pada halaman belakang saja. Kita hanya berdoa pada saat kita punya waktu luang saja. Kita mendahulukan kesibukan-kesibukan pekerjaan, jadwal yang padat, deadline yang menumpuk dan aktivitas-aktivitas lainnya terlebih dahulu lalu mempergunakan waktu luang yang tersisa untuk Tuhan. Itupun jika kita tidak terlalu lelah dan memilih untuk tidur langsung. Kehidupan kerohanian bagi sebagian orang hanya berlaku hari Minggu saja, selama kurang lebih dua jam. Setelahnya maka mereka kembali masuk ke dalam dunia masing-masing, dimana Tuhan tidak lagi ada dalam daftar mereka. Sekarang coba bayangkan, seandainya Tuhan berlaku seperti itu pada kita. Apa jadinya jika Tuhan hanya peduli kepada kita dua jam saja dalam seminggu? Tidakkah itu sangat mengerikan? Tidak satupun orang yang mau seperti itu. Kita ingin Tuhan selalu hadir dengan penyertaanNya setiap saat, tetapi mengapa kita membalasnya dengan memberikan hanya sedikit waktu yang tersisa saja untuk Tuhan? Betapa tidak adilnya jika kita tidak mau diperlakukan Tuhan seperti itu tetapi sanggup berbuat demikian kepada Tuhan.
Paulus mengingatkan jemaat Tesalonika akan pentingnya sebuah kesungguhan untuk memiliki hidup yang berkenan kepada Tuhan. "Akhirnya, saudara-saudara, kami minta dan nasihatkan kamu dalam Tuhan Yesus: Kamu telah mendengar dari kami bagaimana kamu harus hidup supaya berkenan kepada Allah. Hal itu memang telah kamu turuti, tetapi baiklah kamu melakukannya lebih bersungguh-sungguh lagi." (1 Tesalonika 4:1). Adalah baik jika kita sudah mulai berpikir untuk hidup berkenan kepada Allah, tetapi hendaklah kita tidak berhenti mengusahakannya dan terus berupaya untuk lebih bersungguh-sungguh lagi. Adalah baik jika kita sudah secara rutin beribadah di hari Minggu, juga bagus jika kita sudah meluangkan waktu untuk berdoa, apalagi disiplin dalam bersaat teduh, tetapi marilah kita terus meningkatkan kualitas hubungan kita dengan Tuhan, sehingga kita bisa sampai kepada sebuah tahap yang tidak lagi dibatasi oleh waktu.
Alkitab menceritakan banyak kisah mengenai kedekatan para tokoh dengan Tuhan. Kita bisa melihat sebutan "bergaul karib dengan Tuhan" yang diberikan kepada Henokh (Kejadian 5:24), Nuh (Kejadian 6:9) dan Ayub (Ayub 29:4). Kita bisa melihat pula hubungan yang sungguh sangat dekat lewat pribadi Musa, Abraham, Yusuf, Daud, Daniel dan banyak lagi. Dan kita menyaksikan sendiri bagaimana perbedaan mereka dibandingkan orang-orang lain yang hidup sejaman dengan mereka. Sebuah kualitas hubungan dengan Tuhan akan sangat menentukan siapa diri kita sebenarnya.
Kembali kepada surat Tesalonika di atas, kita bisa melihat apa yang menjadi panggilan Allah kepada kita. "Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus." (1 Tesalonika 4:7). Pada ayat sebelumnya pun dikatakan "Karena inilah kehendak Allah: pengudusanmu.." (ay 3). Panggilan ini bukanlah merupakan panggilan yang hanya terbatas berlakunya, seperti hanya dua jam dalam satu minggu, atau hanya beberapa menit dalam sehari saja. Ini adalah panggilan yang harus berlaku setiap saat kepada kita semua tanpa terkecuali. Kehidupan yang berkenan di hadapan Allah adalah kehidupan dalam kekudusan. Dan hal ini akan sulit kita wujudkan apabila kita masih cenderung mementingkan kehidupan di dunia ini ketimbang membangun sebuah hubungan yang karib dengan Tuhan.
Petrus mengingatkan kita pula akan hal ini. "..hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus." (1 Petrus 1:15-16). Tuhan selalu menantikan kita untuk mau mulai membangun hubungan yang erat denganNya. Dan lihatlah apa yang dikatakan Tuhan: "TUHAN bergaul karib dengan orang yang takut akan Dia, dan perjanjian-Nya diberitahukan-Nya kepada mereka." (Mazmur 25:14). Tuhan siap membuka mata hati kita untuk mengerti rahasia-rahasia dan rencana-rencanaNya, tetapi itu tidak akan bisa kita peroleh tanpa membangun sebuah hubungan yang kokoh terlebih dahulu.
Jika hidup ini diibaratkan sebuah majalah, maka penting bagi kita untuk memperhatikan dimana dan bagaimana posisi hubungan kita dengan Tuhan di dalamnya. Sudahkah Tuhan mengisi lembar demi lembar hidup anda, atau posisi Tuhan masih sangat terbatas bahkan berada di posisi belakang? Memasuki hari Natal tahun ini dimana kita memperingati kelahiran Kristus, hendaklah kualitas hubungan kita dengan Tuhan menjadi sesuatu yang mendapat perhatian khusus. Hiduplah dalam kekudusan, bangunlah hubungan yang akrab, sehingga kita tidak gampang goyah dalam menghadapi hari-hari sulit ke depan sekaligus mampu mencapai garis akhir sebagai pemenang. Tuhan sudah menganugerahkan AnakNya sendiri demi keselamatan kita, Dia rindu untuk benar-benar dekat dengan kita, sekarang giliran kita untuk menjawab kerinduan Tuhan. Teruslah berusaha sungguh-sungguh untuk hidup berkenan kepada Allah dan tingkatkan terus usaha anda.
Biarkan Tuhan mengisi setiap lembar dalam kehidupan kita
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Thursday, December 23, 2010
Memandang Dari Sisi Positif
Ayat bacaan: Filipi 4:8
=================
"Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu."
Dalam melakukan pekerjaan saya sebagai wartawan musik, saya seringkali menyaksikan terjadinya masalah-masalah diluar perkiraan dalam berbagai acara. Bisakah anda membayangkan bagaimana jika sound system tiba-tiba ngadat pada saat sebuah acara berlangsung, sementara penonton sudah banyak? Itulah yang pernah saya saksikan. Acara tidak lagi bisa dilanjutkan sesuai rencana, dan para musisi berupaya untuk terus bermain dengan instrumen-instrumen yang bisa dibunyikan tanpa membutuhkan listrik. Jika demikian, apa yang harus saya tulis? Haruskah saya mengkritik mereka habis-habisan dalam tulisan saya, atau sebaliknya, haruskah saya bohong dengan menganggap semua baik-baik saja? Dimana saya harus berdiri agar tetap bisa menyajikan tulisan yang menggambarkan hal yang sebenarnya tanpa harus menyinggung orang lain? Dalam banyak kesempatan lain saya pun sering menyaksikan hal-hal diluar perkiraan lainnya. Penonton yang sangat sepi, musisi datang terlambat dan sebagainya. Ayat bacaan hari ini yang berbunyi "Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu." (Filipi 4:8) selalu saya jadikan acuan untuk menjalankan pekerjaan saya dalam menulis. Ayat ini selalu mampu menjawab dan membantu apa yang harus saya tulis agar saya bisa menyajikan laporan yang benar tanpa harus mematahkan semangat orang lain.
Apa yang saya pikirkan jika berhadapan dengan situasi diluar dugaan dalam meliput sebuah acara? Yang saya pikirkan hanya satu: tidak ada satupun penyelenggara yang ingin acaranya jelek. Apakah mungkin mereka bersusah payah berbulan-bulan dengan mengorbankan waktu, tenaga maupun biaya untuk dengan sengaja membuat sesuatu yang jelek? Tentu tidak. Jika demikian, tidakkah kita harus setidaknya menghargai usaha mereka? Itulah yang selalu saya jadikan dasar pemikiran ketika menyaksikan sesuatu yang terjadi tidak seperti yang diharapkan. Saya mengangkat sisi positif tanpa harus berbohong, dan semua itu bisa saya terapkan dengan mengacu kepada ayat bacaan hari ini. Lantas apakah saya hanya diam saja? Saya tetap memberikan masukan, tetapi saya memilih untuk langsung menyampaikannya kepada pihak penyelenggara tanpa harus menghakimi mereka dalam tulisan yang dibaca begitu banyak orang. Pikirkanlah, seandainya mental dan semangat mereka jatuh akibat dihakimi seperti itu, lalu memutuskan untuk tidak lagi mau berbuat sesuatu. Bukankah hal itu lama kelamaan akan membuat dunia musik kita sulit maju dan pada akhirnya kita juga yang rugi? Hal seperti inilah yang selalu saya tekankan kepada para kru peliput saya, sehingga tulisan yang santun dan mampu melihat sisi positif tanpa harus membohongi pembaca tetap bisa kami sajikan.
Mendasarkan pemikiran kita dari sisi positif, itulah kesimpulan dari renungan hari ini. Ketika kita dengan tajam mengkritik dan meruntuhkan semangat orang lain dan merasa lebih hebat dari mereka, tidakkah kita sadar bahwa hal yang sama pun mungkin terjadi pada diri kita pada suatu hari nanti? Dan sadarkah kita bahwa ucapan-ucapan kita bisa berdampak baik pada kemajuan orang lain, tetapi sebaliknya bisa pula mengakibatkan kehancuran bagi mereka? Alkitab mengingatkan kita untuk selalu bertolong-tolongan, saling bantu, saling support, demikian pentingnya hal itu bahkan dikatakan dengan cara seperti itulah kita memenuhi hukum Kristus. (Galatia 6:2). Menjatuhkan orang lain dengan kritik, sindiran, komentar-komentar pedas dan sebagainya berarti kita melanggar hukum ini. Hal ini bukan berarti bahwa kita sama sekali tidak boleh memberi masukan atau bahkan menegur. Tetapi pakailah cara yang "gentle" dalam melakukannya. Sampaikan secara baik-baik dengan lembut tanpa mengarah kepada ucapan-ucapan yang menghancurkan mental serta semangat orang lain dan hindari melakukannya di depan orang banyak. Firman Tuhan berkata "Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia." (Efesus 4:29). Pakai perkataan yang baik bukan yang jelek, untuk membangun dan bukan dengan tujuan menjatuhkan, dan perhatikan timing atau waktu menyampaikannya. Itu kuncinya. Dan dengan melakukan itu kita bisa membuat orang merasakan kasih Tuhan dalam hidup mereka. Apa yang penting untuk kita perhatikan adalah terus menjaga hati kita dan memenuhinya dengan firman Tuhan agar suasana hati dapat terjaga dengan baik. Tanpa itu niscaya kita tidak akan pernah bisa mulai memandang segala sesuatu dari sisi positif, sebab firman Tuhan pun berkata "Tetapi apa yang keluar dari mulut berasal dari hati dan itulah yang menajiskan orang." (Matius 15:18). Menjelang hari Natal yang semakin dekat, marilah kita menjadi terang yang menyinari sekitar kita bukan sebaliknya menjadi batu sandungan bagi banyak orang. Dan salah satu caranya adalah dengan terus mengembangkan sikap positif yang terus memberkati orang lain.
Memandang dari sisi positif akan memampukan kita untuk menjadi terang bagi sesama
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
=================
"Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu."
Dalam melakukan pekerjaan saya sebagai wartawan musik, saya seringkali menyaksikan terjadinya masalah-masalah diluar perkiraan dalam berbagai acara. Bisakah anda membayangkan bagaimana jika sound system tiba-tiba ngadat pada saat sebuah acara berlangsung, sementara penonton sudah banyak? Itulah yang pernah saya saksikan. Acara tidak lagi bisa dilanjutkan sesuai rencana, dan para musisi berupaya untuk terus bermain dengan instrumen-instrumen yang bisa dibunyikan tanpa membutuhkan listrik. Jika demikian, apa yang harus saya tulis? Haruskah saya mengkritik mereka habis-habisan dalam tulisan saya, atau sebaliknya, haruskah saya bohong dengan menganggap semua baik-baik saja? Dimana saya harus berdiri agar tetap bisa menyajikan tulisan yang menggambarkan hal yang sebenarnya tanpa harus menyinggung orang lain? Dalam banyak kesempatan lain saya pun sering menyaksikan hal-hal diluar perkiraan lainnya. Penonton yang sangat sepi, musisi datang terlambat dan sebagainya. Ayat bacaan hari ini yang berbunyi "Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu." (Filipi 4:8) selalu saya jadikan acuan untuk menjalankan pekerjaan saya dalam menulis. Ayat ini selalu mampu menjawab dan membantu apa yang harus saya tulis agar saya bisa menyajikan laporan yang benar tanpa harus mematahkan semangat orang lain.
Apa yang saya pikirkan jika berhadapan dengan situasi diluar dugaan dalam meliput sebuah acara? Yang saya pikirkan hanya satu: tidak ada satupun penyelenggara yang ingin acaranya jelek. Apakah mungkin mereka bersusah payah berbulan-bulan dengan mengorbankan waktu, tenaga maupun biaya untuk dengan sengaja membuat sesuatu yang jelek? Tentu tidak. Jika demikian, tidakkah kita harus setidaknya menghargai usaha mereka? Itulah yang selalu saya jadikan dasar pemikiran ketika menyaksikan sesuatu yang terjadi tidak seperti yang diharapkan. Saya mengangkat sisi positif tanpa harus berbohong, dan semua itu bisa saya terapkan dengan mengacu kepada ayat bacaan hari ini. Lantas apakah saya hanya diam saja? Saya tetap memberikan masukan, tetapi saya memilih untuk langsung menyampaikannya kepada pihak penyelenggara tanpa harus menghakimi mereka dalam tulisan yang dibaca begitu banyak orang. Pikirkanlah, seandainya mental dan semangat mereka jatuh akibat dihakimi seperti itu, lalu memutuskan untuk tidak lagi mau berbuat sesuatu. Bukankah hal itu lama kelamaan akan membuat dunia musik kita sulit maju dan pada akhirnya kita juga yang rugi? Hal seperti inilah yang selalu saya tekankan kepada para kru peliput saya, sehingga tulisan yang santun dan mampu melihat sisi positif tanpa harus membohongi pembaca tetap bisa kami sajikan.
Mendasarkan pemikiran kita dari sisi positif, itulah kesimpulan dari renungan hari ini. Ketika kita dengan tajam mengkritik dan meruntuhkan semangat orang lain dan merasa lebih hebat dari mereka, tidakkah kita sadar bahwa hal yang sama pun mungkin terjadi pada diri kita pada suatu hari nanti? Dan sadarkah kita bahwa ucapan-ucapan kita bisa berdampak baik pada kemajuan orang lain, tetapi sebaliknya bisa pula mengakibatkan kehancuran bagi mereka? Alkitab mengingatkan kita untuk selalu bertolong-tolongan, saling bantu, saling support, demikian pentingnya hal itu bahkan dikatakan dengan cara seperti itulah kita memenuhi hukum Kristus. (Galatia 6:2). Menjatuhkan orang lain dengan kritik, sindiran, komentar-komentar pedas dan sebagainya berarti kita melanggar hukum ini. Hal ini bukan berarti bahwa kita sama sekali tidak boleh memberi masukan atau bahkan menegur. Tetapi pakailah cara yang "gentle" dalam melakukannya. Sampaikan secara baik-baik dengan lembut tanpa mengarah kepada ucapan-ucapan yang menghancurkan mental serta semangat orang lain dan hindari melakukannya di depan orang banyak. Firman Tuhan berkata "Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia." (Efesus 4:29). Pakai perkataan yang baik bukan yang jelek, untuk membangun dan bukan dengan tujuan menjatuhkan, dan perhatikan timing atau waktu menyampaikannya. Itu kuncinya. Dan dengan melakukan itu kita bisa membuat orang merasakan kasih Tuhan dalam hidup mereka. Apa yang penting untuk kita perhatikan adalah terus menjaga hati kita dan memenuhinya dengan firman Tuhan agar suasana hati dapat terjaga dengan baik. Tanpa itu niscaya kita tidak akan pernah bisa mulai memandang segala sesuatu dari sisi positif, sebab firman Tuhan pun berkata "Tetapi apa yang keluar dari mulut berasal dari hati dan itulah yang menajiskan orang." (Matius 15:18). Menjelang hari Natal yang semakin dekat, marilah kita menjadi terang yang menyinari sekitar kita bukan sebaliknya menjadi batu sandungan bagi banyak orang. Dan salah satu caranya adalah dengan terus mengembangkan sikap positif yang terus memberkati orang lain.
Memandang dari sisi positif akan memampukan kita untuk menjadi terang bagi sesama
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Wednesday, December 22, 2010
Menantikan Yesus
Ayat bacaan: Lukas 2:25
================
"Adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel. Roh Kudus ada di atasnya,"
Apa motivasi kita dalam beribadah? Apakah ingin bertemu dan merasakan hadirat Tuhan bersama saudara-saudari seiman, atau hanya mencari berkat/pertolongan atau bahkan sekedar ritual atau rutinitas yang sudah rutin kita lakukan sejak dulu? Menjelang Natal yang tinggal beberapa hari lagi saja, apakah kita benar-benar merenungkan segala kebaikan Kristus kepada kita untuk memperingati hari kelahiranNya atau kita hanya peduli pada pesta, liburan atau gemerlap perayaannya saja? Ada banyak motivasi orang dalam beribadah, demikian pula halnya dengan memperingati Natal. Bagi sebagian orang, Natal tidaklah lebih dari sebuah pesta keluarga dengan segala kemeriahannya tanpa merenungkan esensi yang paling dasar dari perayaan itu.
Mari kita lihat kisah ketika Yesus dibawa ke bait Allah untuk diserahkan kepada Tuhan. Seperti layaknya gereja, saya yakin pada saat itu ada begitu banyak orang yang hadir di sana. Bisa ratusan hingga ribuan orang. Yusuf dan Maria pun hadir disana membawa bayi Yesus untuk memenuhi hukum Taurat Musa yang menyatakan bahwa "semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah." (Lukas 2:23). Tetapi mari kita lihat. Berapa orang dari yang hadir mengenal Yesus sebagai Juru Selamat yang sudah sejak lama dinantikan kehadirannya oleh bangsa Israel? Ternyata tidak banyak. Alkitab bahkan secara jelas menyatakan bahwa hanya dua orang saja, yaitu Simeon dan Hana. Bayangkan, hanya dua dari sekian banyak orang. Mengenai Simeon, alkitab mencatat "Adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel. Roh Kudus ada di atasnya, dan kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus, bahwa ia tidak akan mati sebelum ia melihat Mesias, yaitu Dia yang diurapi Tuhan." (Lukas 2:26). Sedangkan Hana adalah seorang janda tua berusia 84 tahun. Dikatakan bahwa "Ia tidak pernah meninggalkan Bait Allah dan siang malam beribadah dengan berpuasa dan berdoa." (ay 37). Ternyata hanya kedua orang inilah yang mampu melihat bayi Yesus sebagai Mesias yang sesungguhnya. Mereka berdua sudah sejak lama menantikan kedatangan Yesus di muka bumi ini. Kerinduan mereka untuk melihat Yesus dapat kita lihat dari ketekunan dan usaha mereka dalam menantikan Kristus. Bahkan kepada Simeon Roh Kudus menyatakan bahwa ia tidak akan mati sebelum melihat Mesias dengan mata kepalanya sendiri. (ay 26). Simeon terus menanti dengan pengharapan penuh, hatinya haus untuk bertemu dengan Yesus. Pada hari itu Roh Kudus membimbingnya untuk menuju Bait Allah (ay 27) dan akhirnya bertemu dengan Mesias yang dijanjikan. Dengan lantang Simeon berkata "Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel." (ay 29-32). Simeon mampu melihat dengan jelas siapa bayi yang tengah ia gendong. Demikian pula Hana yang langsung mengucap syukur kepada Allah. (ay 38). Apakah jemaat lain melihat hal yang sama? Sayangnya tidak. Selain Simeon dan Hana, yang lain tampaknya tidak memiliki kerinduan yang sama. Mereka tidak bisa melihat siapa Yesus sebenarnya. Kehadiran Yesus tepat di depan mereka nyatanya tidak kunjung menggerakkan hati mereka untuk bersyukur atas keselamatan yang akan hadir sebagai anugerah dari Allah.
Hati yang terbuka untuk menantikan kedatangan Kristus membuat Simeon dan Hana bisa melihat dengan terang dan jelas akan sosok Mesias yang ada di depan mereka. Hadirnya Roh Allah membuat Simeon bisa melihat sosok Yesus dalam penggenapan rencana Allah seperti yang sudah berulangkali dinubuatkan para nabi sebelumnya, dan kerinduan Hana yang terus mengisi dirinya dengan doa dan puasa membuatnya bisa melihat Yesus secara benar. Itulah yang membedakan kedua orang ini dari orang-orang lainnya. Dalam Galatia tertulis "Sebab oleh Roh, dan karena iman, kita menantikan kebenaran yang kita harapkan." (Galatia 5:5). Lewat Roh dan iman kita bisa melihat kebenaran yang kita harapkan. Mata kita dicelikan sehingga mampu mengenali Yesus dan kebenaran dalam diriNya. Seperti halnya di Bait Allah waktu itu, hari ini pun Yesus hadir ditengah-tengah kita meski tidak secara kasat mata. Yesus hadir dalam ibadah-ibadah yang kita lakukan, Yesus hadir dalam kehidupan kita. Tetapi apakah kita merasakan kehadiranNya? Apakah kita cukup merindukan kehadiran Yesus seperti halnya kerinduan yang dimiliki Simeon dan Hana? Masihkah kita merindukan kehadiran Yesus ditengah hiruk pikuk kesibukan sehari-hari dan segala sesuatu yang kita lakukan? Singkatnya, di posisi mana kita saat ini berada, apakah di posisi Simeon dan Hana atau jemaat lainnya?
Kita harus mengingatkan diri kita untuk beribadah dengan tujuan yang benar. Jangan sampai ibadah-ibadah kita hanya didasari oleh rutinitas atau sekedar menjalankan agama saja tanpa memiliki kerinduan yang murni akan Tuhan. Hidup dalam Roh, itulah yang akan membuat kita mampu melihat segala yang kebenaran dalam Yesus. Paulus berkata "Tetapi kamu tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah diam di dalam kamu. Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus." (Roma 8:9). Yesus mengatakan "Aku datang ke dalam dunia untuk menghakimi, supaya barangsiapa yang tidak melihat, dapat melihat, dan supaya barangsiapa yang dapat melihat, menjadi buta." (Yohanes 9:39). Ada cahaya pengharapan dan keselamatan yang tersedia, dan kedatangan Kristus seharusnya bisa membuka mata kita dengan jelas untuk melihat segala kebaikan yang dianugerahkan Tuhan kepada kita, ciptaan-ciptaanNya yang teristimewa. Tidak hanya ingin memperoleh berkat dan pertolonganNya semata, tetapi kerinduan untuk mengenalNya, itulah yang mampu memberikan sukacita penuh rasa syukur dalam hidup kita. Kelahiran Yesus menjadi sebuah penggenapan janji Tuhan kepada Simeon dan Hana, yang selama itu hidup benar dan kudus. Janji itu pun berlaku bagi kita semua sampai hari ini. Siapa yang kita nantikan dalam setiap ibadah yang kita lakukan? Apa yang menjadi dasar pemikiran kita dalam merayakan Natal tahun ini? Hendaklah kita tetap hidup di dalam Roh dan tidak terpengaruh oleh berbagai keinginan daging. Itu akan membuat kita mampu mengenal Kristus secara pribadi dan dekat. Siapa yang kita nantikan hari ini?
Alangkah sayangnya jika Yesus bukan menjadi yang kita nantikan dalam ibadah-ibadah yang kita lakukan
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
================
"Adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel. Roh Kudus ada di atasnya,"
Apa motivasi kita dalam beribadah? Apakah ingin bertemu dan merasakan hadirat Tuhan bersama saudara-saudari seiman, atau hanya mencari berkat/pertolongan atau bahkan sekedar ritual atau rutinitas yang sudah rutin kita lakukan sejak dulu? Menjelang Natal yang tinggal beberapa hari lagi saja, apakah kita benar-benar merenungkan segala kebaikan Kristus kepada kita untuk memperingati hari kelahiranNya atau kita hanya peduli pada pesta, liburan atau gemerlap perayaannya saja? Ada banyak motivasi orang dalam beribadah, demikian pula halnya dengan memperingati Natal. Bagi sebagian orang, Natal tidaklah lebih dari sebuah pesta keluarga dengan segala kemeriahannya tanpa merenungkan esensi yang paling dasar dari perayaan itu.
Mari kita lihat kisah ketika Yesus dibawa ke bait Allah untuk diserahkan kepada Tuhan. Seperti layaknya gereja, saya yakin pada saat itu ada begitu banyak orang yang hadir di sana. Bisa ratusan hingga ribuan orang. Yusuf dan Maria pun hadir disana membawa bayi Yesus untuk memenuhi hukum Taurat Musa yang menyatakan bahwa "semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah." (Lukas 2:23). Tetapi mari kita lihat. Berapa orang dari yang hadir mengenal Yesus sebagai Juru Selamat yang sudah sejak lama dinantikan kehadirannya oleh bangsa Israel? Ternyata tidak banyak. Alkitab bahkan secara jelas menyatakan bahwa hanya dua orang saja, yaitu Simeon dan Hana. Bayangkan, hanya dua dari sekian banyak orang. Mengenai Simeon, alkitab mencatat "Adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel. Roh Kudus ada di atasnya, dan kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus, bahwa ia tidak akan mati sebelum ia melihat Mesias, yaitu Dia yang diurapi Tuhan." (Lukas 2:26). Sedangkan Hana adalah seorang janda tua berusia 84 tahun. Dikatakan bahwa "Ia tidak pernah meninggalkan Bait Allah dan siang malam beribadah dengan berpuasa dan berdoa." (ay 37). Ternyata hanya kedua orang inilah yang mampu melihat bayi Yesus sebagai Mesias yang sesungguhnya. Mereka berdua sudah sejak lama menantikan kedatangan Yesus di muka bumi ini. Kerinduan mereka untuk melihat Yesus dapat kita lihat dari ketekunan dan usaha mereka dalam menantikan Kristus. Bahkan kepada Simeon Roh Kudus menyatakan bahwa ia tidak akan mati sebelum melihat Mesias dengan mata kepalanya sendiri. (ay 26). Simeon terus menanti dengan pengharapan penuh, hatinya haus untuk bertemu dengan Yesus. Pada hari itu Roh Kudus membimbingnya untuk menuju Bait Allah (ay 27) dan akhirnya bertemu dengan Mesias yang dijanjikan. Dengan lantang Simeon berkata "Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel." (ay 29-32). Simeon mampu melihat dengan jelas siapa bayi yang tengah ia gendong. Demikian pula Hana yang langsung mengucap syukur kepada Allah. (ay 38). Apakah jemaat lain melihat hal yang sama? Sayangnya tidak. Selain Simeon dan Hana, yang lain tampaknya tidak memiliki kerinduan yang sama. Mereka tidak bisa melihat siapa Yesus sebenarnya. Kehadiran Yesus tepat di depan mereka nyatanya tidak kunjung menggerakkan hati mereka untuk bersyukur atas keselamatan yang akan hadir sebagai anugerah dari Allah.
Hati yang terbuka untuk menantikan kedatangan Kristus membuat Simeon dan Hana bisa melihat dengan terang dan jelas akan sosok Mesias yang ada di depan mereka. Hadirnya Roh Allah membuat Simeon bisa melihat sosok Yesus dalam penggenapan rencana Allah seperti yang sudah berulangkali dinubuatkan para nabi sebelumnya, dan kerinduan Hana yang terus mengisi dirinya dengan doa dan puasa membuatnya bisa melihat Yesus secara benar. Itulah yang membedakan kedua orang ini dari orang-orang lainnya. Dalam Galatia tertulis "Sebab oleh Roh, dan karena iman, kita menantikan kebenaran yang kita harapkan." (Galatia 5:5). Lewat Roh dan iman kita bisa melihat kebenaran yang kita harapkan. Mata kita dicelikan sehingga mampu mengenali Yesus dan kebenaran dalam diriNya. Seperti halnya di Bait Allah waktu itu, hari ini pun Yesus hadir ditengah-tengah kita meski tidak secara kasat mata. Yesus hadir dalam ibadah-ibadah yang kita lakukan, Yesus hadir dalam kehidupan kita. Tetapi apakah kita merasakan kehadiranNya? Apakah kita cukup merindukan kehadiran Yesus seperti halnya kerinduan yang dimiliki Simeon dan Hana? Masihkah kita merindukan kehadiran Yesus ditengah hiruk pikuk kesibukan sehari-hari dan segala sesuatu yang kita lakukan? Singkatnya, di posisi mana kita saat ini berada, apakah di posisi Simeon dan Hana atau jemaat lainnya?
Kita harus mengingatkan diri kita untuk beribadah dengan tujuan yang benar. Jangan sampai ibadah-ibadah kita hanya didasari oleh rutinitas atau sekedar menjalankan agama saja tanpa memiliki kerinduan yang murni akan Tuhan. Hidup dalam Roh, itulah yang akan membuat kita mampu melihat segala yang kebenaran dalam Yesus. Paulus berkata "Tetapi kamu tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah diam di dalam kamu. Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus." (Roma 8:9). Yesus mengatakan "Aku datang ke dalam dunia untuk menghakimi, supaya barangsiapa yang tidak melihat, dapat melihat, dan supaya barangsiapa yang dapat melihat, menjadi buta." (Yohanes 9:39). Ada cahaya pengharapan dan keselamatan yang tersedia, dan kedatangan Kristus seharusnya bisa membuka mata kita dengan jelas untuk melihat segala kebaikan yang dianugerahkan Tuhan kepada kita, ciptaan-ciptaanNya yang teristimewa. Tidak hanya ingin memperoleh berkat dan pertolonganNya semata, tetapi kerinduan untuk mengenalNya, itulah yang mampu memberikan sukacita penuh rasa syukur dalam hidup kita. Kelahiran Yesus menjadi sebuah penggenapan janji Tuhan kepada Simeon dan Hana, yang selama itu hidup benar dan kudus. Janji itu pun berlaku bagi kita semua sampai hari ini. Siapa yang kita nantikan dalam setiap ibadah yang kita lakukan? Apa yang menjadi dasar pemikiran kita dalam merayakan Natal tahun ini? Hendaklah kita tetap hidup di dalam Roh dan tidak terpengaruh oleh berbagai keinginan daging. Itu akan membuat kita mampu mengenal Kristus secara pribadi dan dekat. Siapa yang kita nantikan hari ini?
Alangkah sayangnya jika Yesus bukan menjadi yang kita nantikan dalam ibadah-ibadah yang kita lakukan
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Tuesday, December 21, 2010
Ketika Bercermin
Ayat bacaan: Mazmur 139:14
====================
"Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya."
Jika anda bercermin, apa yang anda lihat dari diri anda? Ada banyak orang yang akan langsung melihat segala kekurangan mereka, seperti sebuah iklan pelangsing yang menunjukkan seorang wanita sibuk menyilang-nyilang bagian tubuhnya yang dianggap masih kurang ideal dengan spidol. Manusia memang mudah untuk melihat kekurangan-kekurangan, sebaliknya sulit sekali melihat sisi kelebihan mereka. Wajah kurang cantik/tampan, tubuh kurang langsing, kurang tinggi, hidung kurang mancung, kulit kurang putih dan sebagainya, semua itu akan sangat mudah menjadi titik fokus kita ketika bercermin ketimbang memperhatikan dengan seksama betapa luar biasanya Tuhan dalam menciptakan kita dan bersyukur akan hal itu.
Saya tidak tahu apakah Daud tengah bercermin atau hanya merenung ketika ia menuliskan bagian Mazmur yang saya angkat menjadi ayat bacaan hari ini. "Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya." (Mazmur 139:14). Sedang bercermin atau tidak, yang pasti Daud mengetahui dengan pasti bahwa dirinya bukanlah sebuah hasil kebetulan saja, atau diciptakan asal-asalan tanpa makna. Dia tahu pasti dirinya adalah hasil mahakarya Tuhan yang indah, dan semua itu dahsyat dan ajaib adanya. Maka Daud pun mengingatkan jiwanya agar menyadari sepenuhnya akan hal itu.
Betapa indahnya bunyi Mazmur 139:14 ini. Tidakkah rasanya sangat melegakan jika kita bisa menyadari bahwa kita bukanlah hasil dari sebuah kesalahan atau error/mistake, kita bukan diciptakan sebagai pecundang tanpa arah tujuan. Kita bukanlah dibuat diciptakan seadanya dengan setengah hati, tetapi Tuhan justru mencurahkan segala yang terindah dalam menciptakan kita. Bak Seniman Agung Dia menciptakan manusia secara sangat istimewa. Tidak seperti ciptaan lainnya, kita diciptakan dengan gambar dan rupa Allah sendiri (Kejadian 1:26), mendapatkan nafas hidup langsung dari hembusan Allah (2:7), tetap berada dalam telapak tangan dan ruang mataNya (Yesaya 49:16), dan sungguh semua itu memang benar-benar dahsyat dan ajaib. Bagi Daud, sulit rasanya untuk bisa memahami jalan pikiran Tuhan ketika Dia membentuk buah pinggang dan menenun kita sejak dalam kandungan. (Mazmur 139:13). Ia pun berseru: "Dan bagiku, betapa sulitnya pikiran-Mu, ya Allah! Betapa besar jumlahnya!" (ay 17). Apa yang Tuhan pikirkan ketika Dia menciptakan kita secara istimewa dan menjanjikan begitu banyak hal yang indah penuh berkat bagi kita? Apapun alasan Tuhan akan sulit untuk bisa kita pahami, tetapi setidaknya maukah kita menyadari betul bahwa kita diciptakan secara khusus sebagai ciptaanNya yang teristimewa dan berhenti hanya memandang kekurangan-kekurangan kita untuk kemudian fokus dan bersyukur kepada apa kelebihan yang ditanamkan Allah sejak semula ketika Dia menciptakan kita? Jika kita menyadari hal ini dengan baik, kita akan mampu menyadari kebaikan Tuhan dalam diri kita, dan disaat itulah kita baru bisa menggali potensi-potensi yang ada untuk kemudian dipergunakan dalam segala hal yang memuliakan Allah.
Daud melihat segala yang indah dalam dirinya sebagaimana ia diciptakan Tuhan. Ia menggambarkannya sebagai "dahsyat dan ajaib." Bagaimana kita memandang diri kita hari ini? Tuhan sangat menganggap kita istimewa. Begitu istimewanya sehingga keselamatan pun Dia berikan kepada kita atas dasar kedahsyatan kasihNya lewat Kristus. Menjelang hari Natal yang hanya tinggal beberapa hari lagi, marilah kita merubah cara pandang kita terhadap diri sendiri. Mengertilah bahwa siapapun anda, anda adalah ciptaanNya yang istimewa, indah, mulia dan berharga, karya orisinil Tuhan, Sang Maestro Yang Agung.
We are all created special
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
====================
"Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya."
Jika anda bercermin, apa yang anda lihat dari diri anda? Ada banyak orang yang akan langsung melihat segala kekurangan mereka, seperti sebuah iklan pelangsing yang menunjukkan seorang wanita sibuk menyilang-nyilang bagian tubuhnya yang dianggap masih kurang ideal dengan spidol. Manusia memang mudah untuk melihat kekurangan-kekurangan, sebaliknya sulit sekali melihat sisi kelebihan mereka. Wajah kurang cantik/tampan, tubuh kurang langsing, kurang tinggi, hidung kurang mancung, kulit kurang putih dan sebagainya, semua itu akan sangat mudah menjadi titik fokus kita ketika bercermin ketimbang memperhatikan dengan seksama betapa luar biasanya Tuhan dalam menciptakan kita dan bersyukur akan hal itu.
Saya tidak tahu apakah Daud tengah bercermin atau hanya merenung ketika ia menuliskan bagian Mazmur yang saya angkat menjadi ayat bacaan hari ini. "Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya." (Mazmur 139:14). Sedang bercermin atau tidak, yang pasti Daud mengetahui dengan pasti bahwa dirinya bukanlah sebuah hasil kebetulan saja, atau diciptakan asal-asalan tanpa makna. Dia tahu pasti dirinya adalah hasil mahakarya Tuhan yang indah, dan semua itu dahsyat dan ajaib adanya. Maka Daud pun mengingatkan jiwanya agar menyadari sepenuhnya akan hal itu.
Betapa indahnya bunyi Mazmur 139:14 ini. Tidakkah rasanya sangat melegakan jika kita bisa menyadari bahwa kita bukanlah hasil dari sebuah kesalahan atau error/mistake, kita bukan diciptakan sebagai pecundang tanpa arah tujuan. Kita bukanlah dibuat diciptakan seadanya dengan setengah hati, tetapi Tuhan justru mencurahkan segala yang terindah dalam menciptakan kita. Bak Seniman Agung Dia menciptakan manusia secara sangat istimewa. Tidak seperti ciptaan lainnya, kita diciptakan dengan gambar dan rupa Allah sendiri (Kejadian 1:26), mendapatkan nafas hidup langsung dari hembusan Allah (2:7), tetap berada dalam telapak tangan dan ruang mataNya (Yesaya 49:16), dan sungguh semua itu memang benar-benar dahsyat dan ajaib. Bagi Daud, sulit rasanya untuk bisa memahami jalan pikiran Tuhan ketika Dia membentuk buah pinggang dan menenun kita sejak dalam kandungan. (Mazmur 139:13). Ia pun berseru: "Dan bagiku, betapa sulitnya pikiran-Mu, ya Allah! Betapa besar jumlahnya!" (ay 17). Apa yang Tuhan pikirkan ketika Dia menciptakan kita secara istimewa dan menjanjikan begitu banyak hal yang indah penuh berkat bagi kita? Apapun alasan Tuhan akan sulit untuk bisa kita pahami, tetapi setidaknya maukah kita menyadari betul bahwa kita diciptakan secara khusus sebagai ciptaanNya yang teristimewa dan berhenti hanya memandang kekurangan-kekurangan kita untuk kemudian fokus dan bersyukur kepada apa kelebihan yang ditanamkan Allah sejak semula ketika Dia menciptakan kita? Jika kita menyadari hal ini dengan baik, kita akan mampu menyadari kebaikan Tuhan dalam diri kita, dan disaat itulah kita baru bisa menggali potensi-potensi yang ada untuk kemudian dipergunakan dalam segala hal yang memuliakan Allah.
Daud melihat segala yang indah dalam dirinya sebagaimana ia diciptakan Tuhan. Ia menggambarkannya sebagai "dahsyat dan ajaib." Bagaimana kita memandang diri kita hari ini? Tuhan sangat menganggap kita istimewa. Begitu istimewanya sehingga keselamatan pun Dia berikan kepada kita atas dasar kedahsyatan kasihNya lewat Kristus. Menjelang hari Natal yang hanya tinggal beberapa hari lagi, marilah kita merubah cara pandang kita terhadap diri sendiri. Mengertilah bahwa siapapun anda, anda adalah ciptaanNya yang istimewa, indah, mulia dan berharga, karya orisinil Tuhan, Sang Maestro Yang Agung.
We are all created special
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Monday, December 20, 2010
Saling Mendoakan
Ayat bacaan: Kolose 4:12
====================
"Salam dari Epafras kepada kamu; ia seorang dari antaramu, hamba Kristus Yesus, yang selalu bergumul dalam doanya untuk kamu, supaya kamu berdiri teguh, sebagai orang-orang yang dewasa dan yang berkeyakinan penuh dengan segala hal yang dikehendaki Allah."
Hari ini saya teringat oleh beberapa teman saya di masa kuliah. Pada saat itu saya masih hidup dalam kegelapan, tanpa pegangan apapun sehingga mereka pun merasa terpanggil untuk memperkenalkan Yesus kepada saya. Apa yang saya lakukan pada saat itu? Saya menertawakan mereka, dan berkata "sudahlah, percuma saja mengkotbahi saya, tidak bakalan mempan. Lebih baik simpan tenaga kalian buat orang lain." Itu kira-kira yang saya katakan kepada mereka, yang sudah repot-repot datang berkunjung ke rumah saya. Saya pun segera meminta mereka untuk pulang karena saya merasa terganggu. Mereka pun pergi, tidak pernah lagi mendatangi saya setelahnya. Beberapa tahun setelah kejadian itu saya bertobat dan menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat saya. Mereka pun mendengar kabar itu dan menjadi senang. Pada saat itulah mereka bercerita bahwa setelah saya menolak mereka pada saat itu, ternyata mereka tidak putus-putusnya membawa saya dalam doa bertahun-tahun. Bayangkan, ada beberapa orang yang sudah saya tolak ternyata tidak membenci saya tetapi malah terus mendoakan saya. Saya berbuat jahat kepada mereka, tetapi mereka tidak membenci saya. "Tidak sia-sia kami terus mendoakanmu, Puji Tuhan, akhirnya doa itu didengar." kata salah seorang dari mereka. Saya terharu dan bersyukur, orang-orang yang dahulu saya tolak ternyata merupakan teman-teman sejati yang sangat peduli dengan keselamatan saya.
Kita mungkin tahu, mungkin juga tidak. Kita bisa saja tahu pada suatu saat nanti, atau malah tidak akan pernah tahu sama sekali. Tapi tidakkah mungkin ada orang-orang yang terus bergumul mendoakan kita terus menerus, sehingga jika kita berada dalam keadaan baik dan terjaga hari ini, didalamnya ada andil dari mereka yang peduli terhadap kita lewat doa-doa yang mereka panjatkan untuk diri kita secara serius? Gembala anda misalnya, tim pendoa di gereja, teman-teman persekutuan, atau jemaat yang terpanggil untuk mendoakan saudara-saudari seiman mereka, orang tua anda, saudara, teman-teman, tetangga dan sebagainya, bisa saja satu atau beberapa di antara mereka secara tekun bergumul dalam doa untuk kita. Terkadang sebuah perjuangan diperlukan untuk mendukung sesama orang percaya atau yang belum percaya sekalipun, dan itu sangatlah baik apabila dilakukan lewat doa.
Ada seorang hamba Tuhan bernama Epafras yang berada dalam penjara bersama-sama dengan Paulus. Namanya mungkin tidak begitu kita kenal seperti halnya kita mengenal Paulus, Petrus, Barnabas dan beberapa rasul lainnya, tetapi apa yang dilakukan Epafras mencerminkan kerinduannya untuk terus memberi dukungan kepada para jemaat lewat doa. "Salam dari Epafras kepada kamu; ia seorang dari antaramu, hamba Kristus Yesus, yang selalu bergumul dalam doanya untuk kamu, supaya kamu berdiri teguh, sebagai orang-orang yang dewasa dan yang berkeyakinan penuh dengan segala hal yang dikehendaki Allah." (Kolose 4:12). Paulus mengatakan bahwa Epafras tidak saja sekedar berdoa, tetapi dikatakan bergumul dalam doa-doanya untuk kebaikan jemaat. Tidak hanya sekali-kali bergumul, tapi dikatakan "selalu bergumul", dan itu ia lakukan untuk jemaat Kolose supaya mereka bisa berdiri teguh seperti orang-orang yang dewasa yang punya keyakinan penuh akan segala yang dikehendaki Allah.
Ada kuasa di dalam doa, apalagi jika dilakukan oleh orang benar. Mungkin Tuhan tidak segera menjawabnya sekarang juga, tetapi ada saatnya nanti dimana kita melihat doa kita mendapat jawaban dari Tuhan. Dan jangan lupa pula ada prinsip saling dalam korelasi harmonis yang berlaku dalam banyak hal dalam kekristenan. Saling mengasihi, saling membantu, saling memberkati, saling mengingatkan, dan sebagainya, termasuk di dalamnya saling mendoakan. Semua ini dirangkum oleh Yakobus dengan kalimat berikut: "Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh. Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya." (Yakobus 5:16). Saling mendoakanlah, karena doa itu punya kuasa yang besar.
Jika orang yang jahat kepada kita, yang memusuhi atau bahkan menganiaya kita saja harus kita kasihi dan doakan (Matius 5:44), apalagi orang-orang yang secara tekun mendoakan kita, bergumul setiap hari untuk diri kita. Mereka terus bergumul agar kiranya Tuhan mengulurkan tanganNya untuk mengangkat kita keluar dari masalah, mendoakan kita agar kita terus mengalami tingkat rohani yang bertumbuh, agar kita sembuh dan lain-lain. Mungkin anda tidak tahu siapa orang-orang yang secara tekun melakukannya, tetapi apa salahnya anda mulai mendoakan orang-orang yang anda kenal? Saling mendoakan, itu hal yang wajib untuk kita lakukan. Jangan hanya mementingkan diri sendiri saja, hanya ingin selamat sendiri tanpa mempedulikan keselamatan orang lain. Sikap seperti itu janganlah sampai menjadi pola pikir kita. Apakah kita mau bergumul dalam doa pula untuk meminta Tuhan menjaga orang-orang yang kita kasihi? Hari ini anda mungkin bisa memulainya dengan membuat daftar orang-orang yang akan anda doakan, dan mulailah doakan mereka. Sebuah doa yang dipanjatkan dengan rasa percaya dan dilakukan oleh orang benar akan sanggup membawa dampak atau perubahan positif bagi orang lain, bahkan orang-orang yang anda rasa tidak mungkin bertobat sekalipun, seperti saya dahulu. Panjatkanlah doa syafaat bagi orang-orang yang kita kasihi dan kita kenal dengan baik, bagi pemerintah, teman-teman, keluarga dan sebagainya. Percayalah, doa yang sungguh-sungguh tidak akan pernah sia-sia.
"Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya." (Matius 21:22)
====================
"Salam dari Epafras kepada kamu; ia seorang dari antaramu, hamba Kristus Yesus, yang selalu bergumul dalam doanya untuk kamu, supaya kamu berdiri teguh, sebagai orang-orang yang dewasa dan yang berkeyakinan penuh dengan segala hal yang dikehendaki Allah."
Hari ini saya teringat oleh beberapa teman saya di masa kuliah. Pada saat itu saya masih hidup dalam kegelapan, tanpa pegangan apapun sehingga mereka pun merasa terpanggil untuk memperkenalkan Yesus kepada saya. Apa yang saya lakukan pada saat itu? Saya menertawakan mereka, dan berkata "sudahlah, percuma saja mengkotbahi saya, tidak bakalan mempan. Lebih baik simpan tenaga kalian buat orang lain." Itu kira-kira yang saya katakan kepada mereka, yang sudah repot-repot datang berkunjung ke rumah saya. Saya pun segera meminta mereka untuk pulang karena saya merasa terganggu. Mereka pun pergi, tidak pernah lagi mendatangi saya setelahnya. Beberapa tahun setelah kejadian itu saya bertobat dan menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat saya. Mereka pun mendengar kabar itu dan menjadi senang. Pada saat itulah mereka bercerita bahwa setelah saya menolak mereka pada saat itu, ternyata mereka tidak putus-putusnya membawa saya dalam doa bertahun-tahun. Bayangkan, ada beberapa orang yang sudah saya tolak ternyata tidak membenci saya tetapi malah terus mendoakan saya. Saya berbuat jahat kepada mereka, tetapi mereka tidak membenci saya. "Tidak sia-sia kami terus mendoakanmu, Puji Tuhan, akhirnya doa itu didengar." kata salah seorang dari mereka. Saya terharu dan bersyukur, orang-orang yang dahulu saya tolak ternyata merupakan teman-teman sejati yang sangat peduli dengan keselamatan saya.
Kita mungkin tahu, mungkin juga tidak. Kita bisa saja tahu pada suatu saat nanti, atau malah tidak akan pernah tahu sama sekali. Tapi tidakkah mungkin ada orang-orang yang terus bergumul mendoakan kita terus menerus, sehingga jika kita berada dalam keadaan baik dan terjaga hari ini, didalamnya ada andil dari mereka yang peduli terhadap kita lewat doa-doa yang mereka panjatkan untuk diri kita secara serius? Gembala anda misalnya, tim pendoa di gereja, teman-teman persekutuan, atau jemaat yang terpanggil untuk mendoakan saudara-saudari seiman mereka, orang tua anda, saudara, teman-teman, tetangga dan sebagainya, bisa saja satu atau beberapa di antara mereka secara tekun bergumul dalam doa untuk kita. Terkadang sebuah perjuangan diperlukan untuk mendukung sesama orang percaya atau yang belum percaya sekalipun, dan itu sangatlah baik apabila dilakukan lewat doa.
Ada seorang hamba Tuhan bernama Epafras yang berada dalam penjara bersama-sama dengan Paulus. Namanya mungkin tidak begitu kita kenal seperti halnya kita mengenal Paulus, Petrus, Barnabas dan beberapa rasul lainnya, tetapi apa yang dilakukan Epafras mencerminkan kerinduannya untuk terus memberi dukungan kepada para jemaat lewat doa. "Salam dari Epafras kepada kamu; ia seorang dari antaramu, hamba Kristus Yesus, yang selalu bergumul dalam doanya untuk kamu, supaya kamu berdiri teguh, sebagai orang-orang yang dewasa dan yang berkeyakinan penuh dengan segala hal yang dikehendaki Allah." (Kolose 4:12). Paulus mengatakan bahwa Epafras tidak saja sekedar berdoa, tetapi dikatakan bergumul dalam doa-doanya untuk kebaikan jemaat. Tidak hanya sekali-kali bergumul, tapi dikatakan "selalu bergumul", dan itu ia lakukan untuk jemaat Kolose supaya mereka bisa berdiri teguh seperti orang-orang yang dewasa yang punya keyakinan penuh akan segala yang dikehendaki Allah.
Ada kuasa di dalam doa, apalagi jika dilakukan oleh orang benar. Mungkin Tuhan tidak segera menjawabnya sekarang juga, tetapi ada saatnya nanti dimana kita melihat doa kita mendapat jawaban dari Tuhan. Dan jangan lupa pula ada prinsip saling dalam korelasi harmonis yang berlaku dalam banyak hal dalam kekristenan. Saling mengasihi, saling membantu, saling memberkati, saling mengingatkan, dan sebagainya, termasuk di dalamnya saling mendoakan. Semua ini dirangkum oleh Yakobus dengan kalimat berikut: "Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh. Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya." (Yakobus 5:16). Saling mendoakanlah, karena doa itu punya kuasa yang besar.
Jika orang yang jahat kepada kita, yang memusuhi atau bahkan menganiaya kita saja harus kita kasihi dan doakan (Matius 5:44), apalagi orang-orang yang secara tekun mendoakan kita, bergumul setiap hari untuk diri kita. Mereka terus bergumul agar kiranya Tuhan mengulurkan tanganNya untuk mengangkat kita keluar dari masalah, mendoakan kita agar kita terus mengalami tingkat rohani yang bertumbuh, agar kita sembuh dan lain-lain. Mungkin anda tidak tahu siapa orang-orang yang secara tekun melakukannya, tetapi apa salahnya anda mulai mendoakan orang-orang yang anda kenal? Saling mendoakan, itu hal yang wajib untuk kita lakukan. Jangan hanya mementingkan diri sendiri saja, hanya ingin selamat sendiri tanpa mempedulikan keselamatan orang lain. Sikap seperti itu janganlah sampai menjadi pola pikir kita. Apakah kita mau bergumul dalam doa pula untuk meminta Tuhan menjaga orang-orang yang kita kasihi? Hari ini anda mungkin bisa memulainya dengan membuat daftar orang-orang yang akan anda doakan, dan mulailah doakan mereka. Sebuah doa yang dipanjatkan dengan rasa percaya dan dilakukan oleh orang benar akan sanggup membawa dampak atau perubahan positif bagi orang lain, bahkan orang-orang yang anda rasa tidak mungkin bertobat sekalipun, seperti saya dahulu. Panjatkanlah doa syafaat bagi orang-orang yang kita kasihi dan kita kenal dengan baik, bagi pemerintah, teman-teman, keluarga dan sebagainya. Percayalah, doa yang sungguh-sungguh tidak akan pernah sia-sia.
"Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya." (Matius 21:22)
Sunday, December 19, 2010
Sulit Tidur?
Ayat bacaan: Mazmur 3:6
====================
"Aku membaringkan diri, lalu tidur; aku bangun, sebab TUHAN menopang aku!"
Apakah anda termasuk orang yang mudah atau sulit tidur? Ayah saya termasuk orang yang sangat mudah tidur. Meski ia masih sangat aktif bekerja di usia senjanya, ia bukanlah orang yang gampang stres. Dalam sekejap saja ia bisa langsung pulas setiap ada kesempatan untuk beristirahat biarpun cuma sebentar. Tidur itu mudah dan gratis, katanya pada suatu kali sambil tertawa. Ya, bagi orang yang tidak mengalami kesulitan tidur hal itu tentu benar. Tapi coba tanyakan kepada orang-orang yang sulit tidur, seperti orang insomnia misalnya, maka tidur ini bisa jadi menjadi sesuatu yang sangat sulit untuk dilakukan dan mahal harganya. Hidup di dunia yang semakin lama semakin sulit akan membuat hal-hal yang bisa mengganggu kedamaian kita bertambah banyak pula. Berbagai masalah, konflik, situasi sulit bisa menimbulkan stres dan depresi, dan hal-hal seperti itu tentu bisa mengganggu bahkan merampas damai sejahtera maupun sukacita dari diri kita. Akibatnya jangankan bisa nyenyak, untuk bisa memejamkan mata saja sudah sulit. Ada yang bahkan memerlukan obat terlebih dahulu agar bisa tidur.
Nyenyak tidaknya kita tidur akan sangat tergantung dari kondisi hati kita. Ketenangan, kedamaian, sukacita, itu semua akan membuat kita bisa tidur dengan nyaman. Sebaliknya ketika membiarkan semua itu dirampas oleh masalah-masalah yang kita alami, maka kita pun tidak akan pernah bisa menikmati tidur yang berkualitas lagi.
Daud pernah mengalami masa-masa sulit ketika Absalom, puteranya sendiri melakukan makar untuk menggulingkan dia. Kisah ini bisa kita baca dalam kitab 2 Samuel 15. Pemberontakan Absalom membuat Daud harus melarikan diri dari Yerusalem untuk menghindari kemungkinan-kemungkinan yang buruk. Bayangkan bagaimana rasanya dikudeta, apalagi oleh anak sendiri. Tentu situasi itu berat untuk dialami. Bagaimana reaksi Daud menghadapi itu? Mazmur 3 mencatatnya dengan lengkap.
Perikop yang bertajuk "Nyanyian pagi dalam menghadapi musuh" dimulai dari seruan Daud akan banyaknya musuh yang bangkit menyerangnya. (ay 2). Bahkan mereka begitu merasa di atas angin sehingga dengan sombong berkata "Baginya tidak ada pertolongan dari pada Allah." (ay 3). Habislah riwayat Daud kali ini, begitu pikir mereka. Tapi Daud tidak terpengaruh. Ia berkata "Tetapi Engkau, TUHAN, adalah perisai yang melindungi aku, Engkaulah kemuliaanku dan yang mengangkat kepalaku." (ay 4). Dalam keadaan berat seperti itu, Daud masih bisa mendengar jawaban Tuhan. (ay 4). Oleh sebab itulah Daud bisa tetap tenang, bahkan ia bisa tetap tidur dengan tentram. "Aku membaringkan diri, lalu tidur; aku bangun, sebab TUHAN menopang aku!" (ay 6). Daud bisa beristirahat dengan tenang, karena ia tahu pasti bahwa Tuhan ada bersamanya dan akan tetap menopangnya. Dan itulah kunci dari ketenangan kita. Damai sejahtera dan sukacita sejati itu sesungguhnya berasal dari Tuhan dan tidak tergantung dari kondisi di sekitar kita dan apa yang tengah kita alami. seperti apa yang sudah dibagikan dalam renungan kemarin, kita harus terus meneguhkan hati kita dan tetap mempercayakan segalanya ke dalam tangan Tuhan untuk bisa menerimanya. "Yang hatinya teguh Kaujagai dengan damai sejahtera, sebab kepada-Mulah ia percaya." (Yesaya 26:3).
Masalah bisa sangat besar, tetapi bisakah anda yakin bahwa Tuhan lebih besar dari masalah apapun itu? Daud tahu pasti akan hal itu. Berkali-kali dalam kesesakan dan himpitan masalah ia tahu harus berseru kepada siapa untuk mendapatkan ketenangan. Baginya, Allah adalah gunung batu yang teguh, dimana ia bisa bersandar dengan aman. "Pada Allah ada keselamatanku dan kemuliaanku; gunung batu kekuatanku, tempat perlindunganku ialah Allah." (Mazmur 62:8). Hal yang sama pun berlaku bagi kita. Damai sukacita sejati tidaklah terletak pada ada tidaknya masalah, tetapi bagaimana sikap kita dalam memandang sebuah masalah. Kalau kita percaya masalah itu lebih besar dari Tuhan, maka jangan heran apabila kita akan terus menerus tenggelam dalam stres dan depresi sehingga tidur pun menjadi sesuatu yang langka bagi kita. Sebaliknya, jika iman anda berkata bahwa Tuhan itu lebih besar dari masalah seberat apapun, anda akan bisa melewati rintangan badai apapun dalam keadaan tenang dalam damai sejahtera dan sukacita sejati dari Tuhan.
Sleep tight, sweet dream, because God is far greater than any problems
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
====================
"Aku membaringkan diri, lalu tidur; aku bangun, sebab TUHAN menopang aku!"
Apakah anda termasuk orang yang mudah atau sulit tidur? Ayah saya termasuk orang yang sangat mudah tidur. Meski ia masih sangat aktif bekerja di usia senjanya, ia bukanlah orang yang gampang stres. Dalam sekejap saja ia bisa langsung pulas setiap ada kesempatan untuk beristirahat biarpun cuma sebentar. Tidur itu mudah dan gratis, katanya pada suatu kali sambil tertawa. Ya, bagi orang yang tidak mengalami kesulitan tidur hal itu tentu benar. Tapi coba tanyakan kepada orang-orang yang sulit tidur, seperti orang insomnia misalnya, maka tidur ini bisa jadi menjadi sesuatu yang sangat sulit untuk dilakukan dan mahal harganya. Hidup di dunia yang semakin lama semakin sulit akan membuat hal-hal yang bisa mengganggu kedamaian kita bertambah banyak pula. Berbagai masalah, konflik, situasi sulit bisa menimbulkan stres dan depresi, dan hal-hal seperti itu tentu bisa mengganggu bahkan merampas damai sejahtera maupun sukacita dari diri kita. Akibatnya jangankan bisa nyenyak, untuk bisa memejamkan mata saja sudah sulit. Ada yang bahkan memerlukan obat terlebih dahulu agar bisa tidur.
Nyenyak tidaknya kita tidur akan sangat tergantung dari kondisi hati kita. Ketenangan, kedamaian, sukacita, itu semua akan membuat kita bisa tidur dengan nyaman. Sebaliknya ketika membiarkan semua itu dirampas oleh masalah-masalah yang kita alami, maka kita pun tidak akan pernah bisa menikmati tidur yang berkualitas lagi.
Daud pernah mengalami masa-masa sulit ketika Absalom, puteranya sendiri melakukan makar untuk menggulingkan dia. Kisah ini bisa kita baca dalam kitab 2 Samuel 15. Pemberontakan Absalom membuat Daud harus melarikan diri dari Yerusalem untuk menghindari kemungkinan-kemungkinan yang buruk. Bayangkan bagaimana rasanya dikudeta, apalagi oleh anak sendiri. Tentu situasi itu berat untuk dialami. Bagaimana reaksi Daud menghadapi itu? Mazmur 3 mencatatnya dengan lengkap.
Perikop yang bertajuk "Nyanyian pagi dalam menghadapi musuh" dimulai dari seruan Daud akan banyaknya musuh yang bangkit menyerangnya. (ay 2). Bahkan mereka begitu merasa di atas angin sehingga dengan sombong berkata "Baginya tidak ada pertolongan dari pada Allah." (ay 3). Habislah riwayat Daud kali ini, begitu pikir mereka. Tapi Daud tidak terpengaruh. Ia berkata "Tetapi Engkau, TUHAN, adalah perisai yang melindungi aku, Engkaulah kemuliaanku dan yang mengangkat kepalaku." (ay 4). Dalam keadaan berat seperti itu, Daud masih bisa mendengar jawaban Tuhan. (ay 4). Oleh sebab itulah Daud bisa tetap tenang, bahkan ia bisa tetap tidur dengan tentram. "Aku membaringkan diri, lalu tidur; aku bangun, sebab TUHAN menopang aku!" (ay 6). Daud bisa beristirahat dengan tenang, karena ia tahu pasti bahwa Tuhan ada bersamanya dan akan tetap menopangnya. Dan itulah kunci dari ketenangan kita. Damai sejahtera dan sukacita sejati itu sesungguhnya berasal dari Tuhan dan tidak tergantung dari kondisi di sekitar kita dan apa yang tengah kita alami. seperti apa yang sudah dibagikan dalam renungan kemarin, kita harus terus meneguhkan hati kita dan tetap mempercayakan segalanya ke dalam tangan Tuhan untuk bisa menerimanya. "Yang hatinya teguh Kaujagai dengan damai sejahtera, sebab kepada-Mulah ia percaya." (Yesaya 26:3).
Masalah bisa sangat besar, tetapi bisakah anda yakin bahwa Tuhan lebih besar dari masalah apapun itu? Daud tahu pasti akan hal itu. Berkali-kali dalam kesesakan dan himpitan masalah ia tahu harus berseru kepada siapa untuk mendapatkan ketenangan. Baginya, Allah adalah gunung batu yang teguh, dimana ia bisa bersandar dengan aman. "Pada Allah ada keselamatanku dan kemuliaanku; gunung batu kekuatanku, tempat perlindunganku ialah Allah." (Mazmur 62:8). Hal yang sama pun berlaku bagi kita. Damai sukacita sejati tidaklah terletak pada ada tidaknya masalah, tetapi bagaimana sikap kita dalam memandang sebuah masalah. Kalau kita percaya masalah itu lebih besar dari Tuhan, maka jangan heran apabila kita akan terus menerus tenggelam dalam stres dan depresi sehingga tidur pun menjadi sesuatu yang langka bagi kita. Sebaliknya, jika iman anda berkata bahwa Tuhan itu lebih besar dari masalah seberat apapun, anda akan bisa melewati rintangan badai apapun dalam keadaan tenang dalam damai sejahtera dan sukacita sejati dari Tuhan.
Sleep tight, sweet dream, because God is far greater than any problems
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Saturday, December 18, 2010
Damai Sejahtera
Ayat bacaan: Yesaya 26:3
===================
"Yang hatinya teguh Kaujagai dengan damai sejahtera, sebab kepada-Mulah ia percaya."
Bisakah kita mengontrol situasi dan kondisi di sekitar kita sepenuhnya? Tentu saja tidak. Tidak peduli bagaimanapun kita berusaha, masalah dan konflik akan selalu hadir pada waktu-waktu tertentu, bahkan tidak jarang pada saat yang tidak disangka-sangka. Situasi buruk bisa terjadi kapan saja, mulai dari yang paling sepele atau sederhana hingga yang terparah sekalipun. Pernahkah anda merasa bahwa itulah ujian yang terberat, tetapi kemudian datang masalah lagi yang ternyata jauh lebih berat daripada itu? Semua itu rasanya pernah kita alami, atau jangan-jangan ada diantara teman-teman yang tengah merasakannya. Rasa itu tentu akan bertambah parah kita rasakan ketika menjelang Natal seperti ini, dimana banyak orang sedang bersukacita, berkumpul bersama keluarga, berlibur, bergembira dengan orang-orang yang dikasihinya. Saya tidak sedang menakut-nakuti atau mencoba melemahkan semangat anda. Jika ada di antara anda yang tengah merasakan kepedihan saat ini, saya pun pernah merasakannya. Dan itu adalah sesuatu yang tidak bisa kita hindari. Tapi jangan lupa, dalam keadaan segelap apapun selalu ada titik terang yang berasal dari Tuhan. Dalam keadaan seberat apapun, ada damai sejahtera yang masih bisa kita peroleh. Itu berasal dari Tuhan, dan itu tidak tergantung oleh situasi dan kondisi.
Damai sejahtera di hati kita, itu sangat diinginkan Tuhan untuk kita miliki. Dia bahkan telah mengutus Rohnya untuk itu. Dalam kitab Roma kita bisa melihat hal ini. "Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera." (Roma 8:6). Pikirkanlah itu. Jika Roh Allah tinggal di dalam kita, mengapa kita masih juga bisa kehilangan damai sejahtera? Salah satu alasannya jelas, kita tidak berbuat apa-apa untuk menjaga rasa itu agar tetap tinggal di dalam diri kita. Kita terpengaruh dengan segala situasi bagaikan bunglon yang terus berubah warna tergantung di mana ia berada. Kita tidak mau terus melatih diri kita, dan jika saya ibaratkan dengan otot-otot manusia, bagaimana mungkin otot bisa menjadi kekar dan kuat jika tidak pernah kita latih sama sekali? Otot rohani pun demikian. Itulah sebabnya Paulus mengingatkan Timotius bahwa "Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang." (1 Timotius 4:8). Jika latihan jasmani saja sudah bermanfaat bagi tubuh, apalagi sebuah latihan yang jauh lebih berguna tidak saja dalam kehidupan di dunia, tetapi juga akan sangat berfaedah bagi hidup yang akan datang.
Jika demikian, apa yang bisa membuat kita tetap memiliki damai sejahtera? Mari kita lihat ayat dalam kitab Yesaya berikut ini. "Yang hatinya teguh Kaujagai dengan damai sejahtera, sebab kepada-Mulah ia percaya." (Yesaya 26:3). Lihatlah bahwa damai sejahtera akan selalu hadir dari Tuhan kepada orang-orang yang hatinya teguh dan selalu mempercayakan hidup sepenuhnya kepada Tuhan. Itulah kunci agar kita bisa mendapatkan damai sejahtera sejati yang tidak akan terpengaruh oleh situasi dan kondisi yang tengah menimpa kita . Keteguhan hati tidak datang secara instan. Ini adalah sesuatu yang harus terus kita latih agar terus bertumbuh lebih baik dari hari ke hari. Ingatlah bahwa sebenarnya tidak ada alasan bagi kita untuk tidak bisa berdiri teguh, karena Kristus sesungguhnya sudah memerdekakan kita jauh sebelumnya. Firman Tuhan berkata "Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan." (Galatia 5:1). Sebuah dasar yang sangat kuat sudah diberikan kepada kita. Apa yang harus kita lakukan tinggal melatihnya terus agar tidak menjadi lemah lagi.
Sebuah kunci untuk bisa meneguhkan kita secara jelas disampaikan oleh Petrus. "Dengan demikian kami makin diteguhkan oleh firman yang telah disampaikan oleh para nabi. Alangkah baiknya kalau kamu memperhatikannya sama seperti memperhatikan pelita yang bercahaya di tempat yang gelap sampai fajar menyingsing dan bintang timur terbit bersinar di dalam hatimu." (2 Petrus 1:19). Apa yang meneguhkan kita menurut pengalaman Petrus dan rekan-rekan sekerjanya sesungguhnya jelas, yaitu firman Tuhan, yang telah disampaikan oleh para nabi, yang semuanya hingga hari ini bisa kita renungkan dalam ayat-ayat yang tercantum di dalam Alkitab. Terus membaca dan merenungkan firman Tuhan dengan sepenuh hati akan mampu meneguhkan kita. Lihatlah bagaimana Petrus dan rekan-rekan sekerjanya bisa tetap berdiri teguh tanpa rasa takut dalam mewartakan berita keselamatan, meski bahaya yang mereka hadapi sungguh tidaklah ringan. Nyawa mereka sekalipun mereka serahkan, dan itu semua mereka hadapi tetap dengan damai sejahtera yang memenuhi hati mereka. Apa yang kita hadapi mungkin tidaklah seberat mereka. Jika mereka saja bisa, mengapa kita tidak? Para Rasul sudah membuktikannya sendiri, dan itu sama berlaku bagi kita.
"Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia." (1 Korintus 15:58). Perhatikanlah janji Tuhan yang indah ini. Dia sudah berkata bahwa keteguhan kita dalam menghadapi situasi apapun tidak akan pernah berakhir sia-sia. Sebuah otot yang kuat akan mampu mengangkat beban yang lebih berat dibanding kesanggupan orang biasa, demikian pula otot rohani yang kuat akan memampukan kita untuk tetap berpegang teguh dalam pengharapan dan kepercayaan kepada Tuhan. Itulah saat dimana kita tidak akan kehilangan damai sejahtera dan sukacita dalam menghadapi konflik seberat apapun. Itulah saat dimana kita tidak akan bisa digoncangkan oleh badai seganas apapun. Konflik dan masalah akan terus hadir dalam eskalasi yang beragam, tetapi semua itu tidak akan sanggup merampas damai sejahtera dari dalam diri kita jika kita tetap berdiri teguh. Percayakan semuanya kepada Tuhan, jangan goyah, maka tidak ada satupun yang bisa merampas damai sejahtera itu dari diri kita. Mari kita rayakan Natal tahun ini dengan damai sejahtera sejati.
Damai sejahtera berasal dari Tuhan bukan tergantung oleh situasi di sekeliling kita
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
===================
"Yang hatinya teguh Kaujagai dengan damai sejahtera, sebab kepada-Mulah ia percaya."
Bisakah kita mengontrol situasi dan kondisi di sekitar kita sepenuhnya? Tentu saja tidak. Tidak peduli bagaimanapun kita berusaha, masalah dan konflik akan selalu hadir pada waktu-waktu tertentu, bahkan tidak jarang pada saat yang tidak disangka-sangka. Situasi buruk bisa terjadi kapan saja, mulai dari yang paling sepele atau sederhana hingga yang terparah sekalipun. Pernahkah anda merasa bahwa itulah ujian yang terberat, tetapi kemudian datang masalah lagi yang ternyata jauh lebih berat daripada itu? Semua itu rasanya pernah kita alami, atau jangan-jangan ada diantara teman-teman yang tengah merasakannya. Rasa itu tentu akan bertambah parah kita rasakan ketika menjelang Natal seperti ini, dimana banyak orang sedang bersukacita, berkumpul bersama keluarga, berlibur, bergembira dengan orang-orang yang dikasihinya. Saya tidak sedang menakut-nakuti atau mencoba melemahkan semangat anda. Jika ada di antara anda yang tengah merasakan kepedihan saat ini, saya pun pernah merasakannya. Dan itu adalah sesuatu yang tidak bisa kita hindari. Tapi jangan lupa, dalam keadaan segelap apapun selalu ada titik terang yang berasal dari Tuhan. Dalam keadaan seberat apapun, ada damai sejahtera yang masih bisa kita peroleh. Itu berasal dari Tuhan, dan itu tidak tergantung oleh situasi dan kondisi.
Damai sejahtera di hati kita, itu sangat diinginkan Tuhan untuk kita miliki. Dia bahkan telah mengutus Rohnya untuk itu. Dalam kitab Roma kita bisa melihat hal ini. "Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera." (Roma 8:6). Pikirkanlah itu. Jika Roh Allah tinggal di dalam kita, mengapa kita masih juga bisa kehilangan damai sejahtera? Salah satu alasannya jelas, kita tidak berbuat apa-apa untuk menjaga rasa itu agar tetap tinggal di dalam diri kita. Kita terpengaruh dengan segala situasi bagaikan bunglon yang terus berubah warna tergantung di mana ia berada. Kita tidak mau terus melatih diri kita, dan jika saya ibaratkan dengan otot-otot manusia, bagaimana mungkin otot bisa menjadi kekar dan kuat jika tidak pernah kita latih sama sekali? Otot rohani pun demikian. Itulah sebabnya Paulus mengingatkan Timotius bahwa "Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang." (1 Timotius 4:8). Jika latihan jasmani saja sudah bermanfaat bagi tubuh, apalagi sebuah latihan yang jauh lebih berguna tidak saja dalam kehidupan di dunia, tetapi juga akan sangat berfaedah bagi hidup yang akan datang.
Jika demikian, apa yang bisa membuat kita tetap memiliki damai sejahtera? Mari kita lihat ayat dalam kitab Yesaya berikut ini. "Yang hatinya teguh Kaujagai dengan damai sejahtera, sebab kepada-Mulah ia percaya." (Yesaya 26:3). Lihatlah bahwa damai sejahtera akan selalu hadir dari Tuhan kepada orang-orang yang hatinya teguh dan selalu mempercayakan hidup sepenuhnya kepada Tuhan. Itulah kunci agar kita bisa mendapatkan damai sejahtera sejati yang tidak akan terpengaruh oleh situasi dan kondisi yang tengah menimpa kita . Keteguhan hati tidak datang secara instan. Ini adalah sesuatu yang harus terus kita latih agar terus bertumbuh lebih baik dari hari ke hari. Ingatlah bahwa sebenarnya tidak ada alasan bagi kita untuk tidak bisa berdiri teguh, karena Kristus sesungguhnya sudah memerdekakan kita jauh sebelumnya. Firman Tuhan berkata "Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan." (Galatia 5:1). Sebuah dasar yang sangat kuat sudah diberikan kepada kita. Apa yang harus kita lakukan tinggal melatihnya terus agar tidak menjadi lemah lagi.
Sebuah kunci untuk bisa meneguhkan kita secara jelas disampaikan oleh Petrus. "Dengan demikian kami makin diteguhkan oleh firman yang telah disampaikan oleh para nabi. Alangkah baiknya kalau kamu memperhatikannya sama seperti memperhatikan pelita yang bercahaya di tempat yang gelap sampai fajar menyingsing dan bintang timur terbit bersinar di dalam hatimu." (2 Petrus 1:19). Apa yang meneguhkan kita menurut pengalaman Petrus dan rekan-rekan sekerjanya sesungguhnya jelas, yaitu firman Tuhan, yang telah disampaikan oleh para nabi, yang semuanya hingga hari ini bisa kita renungkan dalam ayat-ayat yang tercantum di dalam Alkitab. Terus membaca dan merenungkan firman Tuhan dengan sepenuh hati akan mampu meneguhkan kita. Lihatlah bagaimana Petrus dan rekan-rekan sekerjanya bisa tetap berdiri teguh tanpa rasa takut dalam mewartakan berita keselamatan, meski bahaya yang mereka hadapi sungguh tidaklah ringan. Nyawa mereka sekalipun mereka serahkan, dan itu semua mereka hadapi tetap dengan damai sejahtera yang memenuhi hati mereka. Apa yang kita hadapi mungkin tidaklah seberat mereka. Jika mereka saja bisa, mengapa kita tidak? Para Rasul sudah membuktikannya sendiri, dan itu sama berlaku bagi kita.
"Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia." (1 Korintus 15:58). Perhatikanlah janji Tuhan yang indah ini. Dia sudah berkata bahwa keteguhan kita dalam menghadapi situasi apapun tidak akan pernah berakhir sia-sia. Sebuah otot yang kuat akan mampu mengangkat beban yang lebih berat dibanding kesanggupan orang biasa, demikian pula otot rohani yang kuat akan memampukan kita untuk tetap berpegang teguh dalam pengharapan dan kepercayaan kepada Tuhan. Itulah saat dimana kita tidak akan kehilangan damai sejahtera dan sukacita dalam menghadapi konflik seberat apapun. Itulah saat dimana kita tidak akan bisa digoncangkan oleh badai seganas apapun. Konflik dan masalah akan terus hadir dalam eskalasi yang beragam, tetapi semua itu tidak akan sanggup merampas damai sejahtera dari dalam diri kita jika kita tetap berdiri teguh. Percayakan semuanya kepada Tuhan, jangan goyah, maka tidak ada satupun yang bisa merampas damai sejahtera itu dari diri kita. Mari kita rayakan Natal tahun ini dengan damai sejahtera sejati.
Damai sejahtera berasal dari Tuhan bukan tergantung oleh situasi di sekeliling kita
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Friday, December 17, 2010
Pentingnya Pondasi Yang Kuat
Ayat bacaan: Lukas 6:47-48
======================
"Setiap orang yang datang kepada-Ku dan mendengarkan perkataan-Ku serta melakukannya..ia sama dengan seorang yang mendirikan rumah: Orang itu menggali dalam-dalam dan meletakkan dasarnya di atas batu. Ketika datang air bah dan banjir melanda rumah itu, rumah itu tidak dapat digoyahkan, karena rumah itu kokoh dibangun."
Hujan terus mengguyur kota dimana saya tinggal sekarang selama setahun penuh. Hampir tidak ada satu hari pun tanpa hujan. Jalan mengelupas bahkan pecah berkeping-keping seperti terkena ledakan dari bawah, sehingga rasanya seperti berselancar di sungai berbatu ketimbang berkendara dengan mobil. Hari ini di sebuah kompleks perumahan yang tidak jauh dari tempat tinggal saya, saya melihat ada lima bangunan yang tengah berada dalam situasi mengerikan. Curah hujan yang tinggi selama setahun penuh ternyata membuat tanah dimana rumah itu berdiri tergerus habis, mengakibatkan kelima rumah itu anjlok ke bawah. Bayangkan ketika anda di dalam rumah, tiba-tiba rumah anda bergoyang dan turun beberapa centimeter ke bawah. Di belakang rumah itu terdapat tanah kosong yang letaknya jauh dibawah. Artinya, setiap saat rumah itu bisa rubuh ke belakang dan seisi rumah bisa tewas seketika tertimbun tembok-tembok. Memang turunnya "cuma" beberapa centimeter, tetapi itu sudah membuat penopang atapnya patah. Begitu juga dinding-dindingnya retak, beberapa jendela pecah karena struktur rumah amblas ke bawah. Usut punya usut, ternyata kesalahan terjadi karena pembangun tidak memperkirakan hal itu sebelumnya. Pondasi yang dipasang seadanya saja tanpa mempertimbangkan ketahanan dan kondisi tanah, sehingga ketika hujan terus mengguyur sepanjang tahun tanah menjadi lembek dan terus tergerus aliran air. Para pemilik rumah pun kemudian terpaksa meninggalkan rumahnya karena kuatir suatu ketika nanti bisa-bisa rumahnya ambruk berantakan. Rumah yang indah tentu menjadi idaman semua orang. Tetapi indah saja tidaklah cukup. Kekokohan pondasi pun sangat penting, bahkan paling penting karena menyangkut ketahanan rumah dalam melintasi waktu. Apa yang tampak indah belum tentu kuat. Dan itu terbukti dari beberapa rumah yang bernasib malang ini.
Seperti halnya pondasi rumah, demikian juga pentingnya pondasi kehidupan kita. Kehidupan ini tidak akan pernah mudah untuk dijalani. Selalu ada problema, tekanan dan berbagai rintangan yang akan terus menerjang kita dari segala sisi. Kehidupan kita bahkan bisa saja terserang banjir masalah selama bertahun-tahun seperti hujan yang mengguyur kota tempat tinggal saya selama setahun ini. Bagaimana kita bisa bertahan dan tetap tegar ditengah banjir bahkan badai jika kita tidak memiliki pondasi yang cukup kuat? Bisa-bisa terkena masalah kecil yang jika dibandingkan dengan badai hanya berupa angin kecil saja kita sudah amblas. Yesus telah mengingatkan akan pentingnya membangun pondasi yang kuat sebagai dasar untuk hidup. Yesus berfirman: "Setiap orang yang datang kepada-Ku dan mendengarkan perkataan-Ku serta melakukannya--Aku akan menyatakan kepadamu dengan siapa ia dapat disamakan--, ia sama dengan seorang yang mendirikan rumah: Orang itu menggali dalam-dalam dan meletakkan dasarnya di atas batu. Ketika datang air bah dan banjir melanda rumah itu, rumah itu tidak dapat digoyahkan, karena rumah itu kokoh dibangun." (Lukas 6:47-48). Rumah yang dibangun dengan membuat pondasi jauh menembus permukaan akan membuatnya kuat, tidak akan gampang goyah ketika air bah, banjir, atau badai dan gempa melanda rumah itu. Betapa besar peran pondasi yang kokoh dalam menjaga rumah agar tetap tegak berdiri di tengah badai. Seperti itu juga yang akan terjadi apabila kita memperhatikan betul pentingnya meletakkan dasar yang kuat bagi kerohanian kita. Masalah boleh saja silih berganti bagaikan banjir menerpa kita, tetapi itu tidak akan mudah merontokkan kita. Bagaimana jika kita tidak memperhatikan itu? Bagaimana jika kita hanya mementingkan penampakan luar dan hanya ala kadarnya saja atau menganggap tidak penting akan pondasi yang kuat ini? Untuk yang berpikir seperti ini Yesus berkata: "Akan tetapi barangsiapa mendengar perkataan-Ku, tetapi tidak melakukannya, ia sama dengan seorang yang mendirikan rumah di atas tanah tanpa dasar. Ketika banjir melandanya, rumah itu segera rubuh dan hebatlah kerusakannya." (ay 49). Orang yang tidak peduli dengan dasar yang kuat akan menjadi seperti rumah yang dibangun di atas tanah tanpa dasar, tanpa pondasi yang kuat. Sedikit saja tergerus air, sedikit saja tergoyang, rumah akan rontok pecah dan retak, lalu rubuh, hancur lebur berantakan.
Lihatlah bahwa bangunan boleh saja tampak sama indah dari luar. Namun kualitas sesungguhnya baru akan terlihat apabila ada goncangan atau gangguan menerpanya. Bangunan yang punya pondasi kuat tidak akan gampang rusak meski dilanda berbagai bencana, tapi sebaliknya bangunan yang dibangun ala kadarnya akan porak poranda, hancur berkeping-keping ketika badai, banjir atau air bah datang menghantamnya. Seperti halnya bangunan, demikian pula kerohanian kita. Agar kuat, kita perlu memperhatikan atau bahkan menitikberatkan pertumbuhannya dalam sebuah dasar yang kuat.
Lalu bagaimana caranya? Yesus mengajarkan bahwa rumah yang dibangun dengan dasar yang kuat akan berlaku kepada "Setiap orang yang datang kepada-Ku dan mendengarkan perkataan-Ku serta melakukannya". (ay 47). Ini syaratnya untuk membuat sebuah pondasi kokoh kerohanian yang berpengaruh pada kekuatan hidup. Datang kepadaNya, mendengarkan perkataanNya dan melakukan firmanNya. Sekedar mengaku percaya dan mengetahui firmanNya saja tidaklah cukup untuk membangun pondasi kuat. Kita harus pula melanjutkan dengan melakukan apa yang Dia ajarkan. Kita harus melandaskan hidup kita sepenuhnya pada batu karang yang tidak lain adalah Kristus sendiri. (1 Korintus 10:4). Dasar kekristenan bukanlah sekedar rajin berseru kepada Tuhan saja, mementingkan keindahan dari luar saja. Itu tidak akan pernah cukup. Yang akan mendapat tempat ke dalam Kerajaan hanyalah orang yang tidak berhenti hanya sampai disana, tapi melanjutkan pula kepada menjadi pelaku-pelaku firman. Yesus berkata "Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga." (Matius 7:21) Tuhan tidak berkenan kepada orang yang rajin berseru, tapi hanya sebatas teoritis saja tanpa disertai praktek atau aplikasi secara nyata dalam kehidupan. Tuhan pun tidak suka kepada orang yang hanya mementingkan keindahan dari luar saja sementara di dalamnya tidak kokoh sama sekali. "Mengapa kamu berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, padahal kamu tidak melakukan apa yang Aku katakan?" (Lukas 6:46). Karenanya janganlah berpuas diri hanya ketika kita sudah rajin berdoa, atau ketika kita sudah rajin membaca firman Tuhan. Itu baik adanya, namun tanpa disertai perbuatan nyata sesuai kehendak Tuhan, semua itu tidak akan bermanfaat.
Orang saleh bukanlah orang yang hanya rajin berdoa dan tampak suci di mata masyarakat. Orang yang saleh bukanlah yang terlihat "holy" dari luar, tetapi penuh borok di dalam. Orang saleh bukanlah orang yang tampak alim ketika berhadapan dengan orang lain tetapi ketika tidak ada yang memperhatikan mereka melakukan banyak hal yang berseberangan dengan firman Tuhan. Orang yang saleh sesungguhnya adalah orang yang melanjutkan langkahnya dengan melakukan segala sesuatu dalam ketaatan penuh sesuai firman Tuhan. Bagi orang-orang yang saleh Tuhan menjanjikan begitu banyak kebahagiaan seperti yang tertulis dalam Mazmur 16:1-11. Apa yang Tuhan janjikan seindah ini: "Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; di hadapan-Mu ada sukacita berlimpah-limpah, di tangan kanan-Mu ada nikmat senantiasa" (Mazmur 16:11), dan itu semua akan hadir kepada orang-orang yang peduli untuk membangun kehidupannya di atas dasar pondasi rohani yang kuat. Bayangkan kondisi beberapa rumah yang saya sampaikan di atas, mengerikan bukan? Hidup kita pun akan seperti itu jika tidak dibangun dengan pondasi yang benar-benar kokoh. Oleh karena itu hendaklah kita tidak berhenti hanya kepada percaya dan membaca saja, namun melanjutkan itu pula dengan menjadi para pelaku firman yang mampu menjadi terang dan garam di manapun kita berada. Perhatikan baik-baik kehidupan kita apakah sudah dibangun dengan pondasi kuat atau belum. Jika belum, benahilah segera sebelum kita terlanjur amblas luluh lantak berkeping-keping.
Lebih daripada keindahan luar, bangunlah kehidupan di atas pondasi yang kokoh
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
======================
"Setiap orang yang datang kepada-Ku dan mendengarkan perkataan-Ku serta melakukannya..ia sama dengan seorang yang mendirikan rumah: Orang itu menggali dalam-dalam dan meletakkan dasarnya di atas batu. Ketika datang air bah dan banjir melanda rumah itu, rumah itu tidak dapat digoyahkan, karena rumah itu kokoh dibangun."
Hujan terus mengguyur kota dimana saya tinggal sekarang selama setahun penuh. Hampir tidak ada satu hari pun tanpa hujan. Jalan mengelupas bahkan pecah berkeping-keping seperti terkena ledakan dari bawah, sehingga rasanya seperti berselancar di sungai berbatu ketimbang berkendara dengan mobil. Hari ini di sebuah kompleks perumahan yang tidak jauh dari tempat tinggal saya, saya melihat ada lima bangunan yang tengah berada dalam situasi mengerikan. Curah hujan yang tinggi selama setahun penuh ternyata membuat tanah dimana rumah itu berdiri tergerus habis, mengakibatkan kelima rumah itu anjlok ke bawah. Bayangkan ketika anda di dalam rumah, tiba-tiba rumah anda bergoyang dan turun beberapa centimeter ke bawah. Di belakang rumah itu terdapat tanah kosong yang letaknya jauh dibawah. Artinya, setiap saat rumah itu bisa rubuh ke belakang dan seisi rumah bisa tewas seketika tertimbun tembok-tembok. Memang turunnya "cuma" beberapa centimeter, tetapi itu sudah membuat penopang atapnya patah. Begitu juga dinding-dindingnya retak, beberapa jendela pecah karena struktur rumah amblas ke bawah. Usut punya usut, ternyata kesalahan terjadi karena pembangun tidak memperkirakan hal itu sebelumnya. Pondasi yang dipasang seadanya saja tanpa mempertimbangkan ketahanan dan kondisi tanah, sehingga ketika hujan terus mengguyur sepanjang tahun tanah menjadi lembek dan terus tergerus aliran air. Para pemilik rumah pun kemudian terpaksa meninggalkan rumahnya karena kuatir suatu ketika nanti bisa-bisa rumahnya ambruk berantakan. Rumah yang indah tentu menjadi idaman semua orang. Tetapi indah saja tidaklah cukup. Kekokohan pondasi pun sangat penting, bahkan paling penting karena menyangkut ketahanan rumah dalam melintasi waktu. Apa yang tampak indah belum tentu kuat. Dan itu terbukti dari beberapa rumah yang bernasib malang ini.
Seperti halnya pondasi rumah, demikian juga pentingnya pondasi kehidupan kita. Kehidupan ini tidak akan pernah mudah untuk dijalani. Selalu ada problema, tekanan dan berbagai rintangan yang akan terus menerjang kita dari segala sisi. Kehidupan kita bahkan bisa saja terserang banjir masalah selama bertahun-tahun seperti hujan yang mengguyur kota tempat tinggal saya selama setahun ini. Bagaimana kita bisa bertahan dan tetap tegar ditengah banjir bahkan badai jika kita tidak memiliki pondasi yang cukup kuat? Bisa-bisa terkena masalah kecil yang jika dibandingkan dengan badai hanya berupa angin kecil saja kita sudah amblas. Yesus telah mengingatkan akan pentingnya membangun pondasi yang kuat sebagai dasar untuk hidup. Yesus berfirman: "Setiap orang yang datang kepada-Ku dan mendengarkan perkataan-Ku serta melakukannya--Aku akan menyatakan kepadamu dengan siapa ia dapat disamakan--, ia sama dengan seorang yang mendirikan rumah: Orang itu menggali dalam-dalam dan meletakkan dasarnya di atas batu. Ketika datang air bah dan banjir melanda rumah itu, rumah itu tidak dapat digoyahkan, karena rumah itu kokoh dibangun." (Lukas 6:47-48). Rumah yang dibangun dengan membuat pondasi jauh menembus permukaan akan membuatnya kuat, tidak akan gampang goyah ketika air bah, banjir, atau badai dan gempa melanda rumah itu. Betapa besar peran pondasi yang kokoh dalam menjaga rumah agar tetap tegak berdiri di tengah badai. Seperti itu juga yang akan terjadi apabila kita memperhatikan betul pentingnya meletakkan dasar yang kuat bagi kerohanian kita. Masalah boleh saja silih berganti bagaikan banjir menerpa kita, tetapi itu tidak akan mudah merontokkan kita. Bagaimana jika kita tidak memperhatikan itu? Bagaimana jika kita hanya mementingkan penampakan luar dan hanya ala kadarnya saja atau menganggap tidak penting akan pondasi yang kuat ini? Untuk yang berpikir seperti ini Yesus berkata: "Akan tetapi barangsiapa mendengar perkataan-Ku, tetapi tidak melakukannya, ia sama dengan seorang yang mendirikan rumah di atas tanah tanpa dasar. Ketika banjir melandanya, rumah itu segera rubuh dan hebatlah kerusakannya." (ay 49). Orang yang tidak peduli dengan dasar yang kuat akan menjadi seperti rumah yang dibangun di atas tanah tanpa dasar, tanpa pondasi yang kuat. Sedikit saja tergerus air, sedikit saja tergoyang, rumah akan rontok pecah dan retak, lalu rubuh, hancur lebur berantakan.
Lihatlah bahwa bangunan boleh saja tampak sama indah dari luar. Namun kualitas sesungguhnya baru akan terlihat apabila ada goncangan atau gangguan menerpanya. Bangunan yang punya pondasi kuat tidak akan gampang rusak meski dilanda berbagai bencana, tapi sebaliknya bangunan yang dibangun ala kadarnya akan porak poranda, hancur berkeping-keping ketika badai, banjir atau air bah datang menghantamnya. Seperti halnya bangunan, demikian pula kerohanian kita. Agar kuat, kita perlu memperhatikan atau bahkan menitikberatkan pertumbuhannya dalam sebuah dasar yang kuat.
Lalu bagaimana caranya? Yesus mengajarkan bahwa rumah yang dibangun dengan dasar yang kuat akan berlaku kepada "Setiap orang yang datang kepada-Ku dan mendengarkan perkataan-Ku serta melakukannya". (ay 47). Ini syaratnya untuk membuat sebuah pondasi kokoh kerohanian yang berpengaruh pada kekuatan hidup. Datang kepadaNya, mendengarkan perkataanNya dan melakukan firmanNya. Sekedar mengaku percaya dan mengetahui firmanNya saja tidaklah cukup untuk membangun pondasi kuat. Kita harus pula melanjutkan dengan melakukan apa yang Dia ajarkan. Kita harus melandaskan hidup kita sepenuhnya pada batu karang yang tidak lain adalah Kristus sendiri. (1 Korintus 10:4). Dasar kekristenan bukanlah sekedar rajin berseru kepada Tuhan saja, mementingkan keindahan dari luar saja. Itu tidak akan pernah cukup. Yang akan mendapat tempat ke dalam Kerajaan hanyalah orang yang tidak berhenti hanya sampai disana, tapi melanjutkan pula kepada menjadi pelaku-pelaku firman. Yesus berkata "Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga." (Matius 7:21) Tuhan tidak berkenan kepada orang yang rajin berseru, tapi hanya sebatas teoritis saja tanpa disertai praktek atau aplikasi secara nyata dalam kehidupan. Tuhan pun tidak suka kepada orang yang hanya mementingkan keindahan dari luar saja sementara di dalamnya tidak kokoh sama sekali. "Mengapa kamu berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, padahal kamu tidak melakukan apa yang Aku katakan?" (Lukas 6:46). Karenanya janganlah berpuas diri hanya ketika kita sudah rajin berdoa, atau ketika kita sudah rajin membaca firman Tuhan. Itu baik adanya, namun tanpa disertai perbuatan nyata sesuai kehendak Tuhan, semua itu tidak akan bermanfaat.
Orang saleh bukanlah orang yang hanya rajin berdoa dan tampak suci di mata masyarakat. Orang yang saleh bukanlah yang terlihat "holy" dari luar, tetapi penuh borok di dalam. Orang saleh bukanlah orang yang tampak alim ketika berhadapan dengan orang lain tetapi ketika tidak ada yang memperhatikan mereka melakukan banyak hal yang berseberangan dengan firman Tuhan. Orang yang saleh sesungguhnya adalah orang yang melanjutkan langkahnya dengan melakukan segala sesuatu dalam ketaatan penuh sesuai firman Tuhan. Bagi orang-orang yang saleh Tuhan menjanjikan begitu banyak kebahagiaan seperti yang tertulis dalam Mazmur 16:1-11. Apa yang Tuhan janjikan seindah ini: "Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; di hadapan-Mu ada sukacita berlimpah-limpah, di tangan kanan-Mu ada nikmat senantiasa" (Mazmur 16:11), dan itu semua akan hadir kepada orang-orang yang peduli untuk membangun kehidupannya di atas dasar pondasi rohani yang kuat. Bayangkan kondisi beberapa rumah yang saya sampaikan di atas, mengerikan bukan? Hidup kita pun akan seperti itu jika tidak dibangun dengan pondasi yang benar-benar kokoh. Oleh karena itu hendaklah kita tidak berhenti hanya kepada percaya dan membaca saja, namun melanjutkan itu pula dengan menjadi para pelaku firman yang mampu menjadi terang dan garam di manapun kita berada. Perhatikan baik-baik kehidupan kita apakah sudah dibangun dengan pondasi kuat atau belum. Jika belum, benahilah segera sebelum kita terlanjur amblas luluh lantak berkeping-keping.
Lebih daripada keindahan luar, bangunlah kehidupan di atas pondasi yang kokoh
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Thursday, December 16, 2010
Hadiah Terbesar dan Terindah
Ayat bacaan: 2 Korintus 9:15
=======================
"Syukur kepada Allah karena karunia-Nya yang tak terkatakan itu!"
Lahir dari dua orang tua yang berbeda agama membuat masa kecil saya penuh hadiah. Dua kali hari besar, itu artinya saya mendapatkan dua kali kesempatan memperoleh hadiah, belum termasuk ulang tahun dan kenaikan kelas dengan prestasi. Menjelang Natal, ibu saya selalu menyuruh saya untuk membuat list hadiah yang diinginkan, dan mengatakan bahwa Sinterklas akan mengantarkan dan meletakkannya di bawah pohon terang menjelang hari Natal tiba. Sewaktu kecil saya pun percaya, dan terkagum-kagum karena Sinterklas tahu persis apa yang saya inginkan, meski surat itu tidak pernah saya kirimkan. Saya tidak mengetahui kalau ternyata ibu sayalah yang membelinya sebagai hadiah Natal. Tanpa Sinterklas pun kebanyakan orang tua yang sanggup akan berusaha membelikan anak-anaknya hadiah, setidaknya baju dan sepatu baru. Tidaklah heran jika anak-anak biasanya akan sangat gembira di bulan ini.
Tidak salah sama sekali memberi hadiah kepada anak-anak kita menjelang Natal. Namun jangan lupa, ada hadiah yang sebenarnya jauh lebih berguna dan akan sangat menentukan seperti apa masa depan mereka. Natal adalah saat dimana kita memperingati kedatangan Kristus ke dunia sebagai wujud kasih Allah yang begitu besar kepada kita, seperti yang dinyatakan dalam Yohanes 3:16. That's the greatest gift of all from God to everyone. Kita seringkali lupa akan hal yang paling mendasar dari Natal ini lalu kemudian merayakannya hanya dengan pesta dan bertukar hadiah saja. Hadiah terbesar ini seharusnya bukan saja penting untuk kita renungkan terutama ketika di bulan Desember ini, tetapi alangkah baik pula jika kita menyampaikannya sebagai hadiah yang indah pula kepada anak-anak kita.
Apa yang dikatakan Paulus sungguh mengingatkan saya akan hal ini, dan hari ini saya mengajak teman-teman untuk meresapinya bersama-sama. "Syukur kepada Allah karena karunia-Nya yang tak terkatakan itu!" (2 Korintus 9:15). Yesus Kristus, itulah hadiah terindah dari Tuhan kepada kita sebagai sebuah karunia yang tidak terkatakan. It's His indescribable, inexpressible, beyond telling Gift. Jangan pernah lupa untuk mensyukuri apa yang dikaruniakan Tuhan ini, karena tanpa itu kita tahu bahwa hidup yang kita jalani hanya akan berakhir sia-sia tanpa jaminan apapun. Anak-anak kita pun seharusnya bisa mengerti akan hal ini sejak dini, agar mereka mampu menjalani hidup dengan benar. Seperti apa mereka kelak itu tergantung dari seperti apa kita mengarahkan mereka. Firman Tuhan berkata "Seperti anak-anak panah di tangan pahlawan, demikianlah anak-anak pada masa muda." (Mazmur 127:4). Artinya, jika kita mendidik mereka sejak kecil mengenai kedisplinan, budi pekerti dan terutama pengenalan yang baik akan Yesus Kristus, maka merekapun akan tumbuh menjadi anak-anak yang takut akan Tuhan, yang suatu ketika akan membuat kita bahagia melihat kesuksesan mereka. Sebaliknya apabila kita membuang waktu-waktu ini, maka pada suatu ketika kita akan menyesal.
Jika demikian, mengapa tidak memanfaatkan waktu-waktu liburan menjelang Natal ini untuk membekali mereka dengan pengenalan yang indah akan Yesus? Ceritakan lah tentang hidup yang kekal dalam Kristus Yesus sebagai karunia Allah yang terindah, yang melepaskan kita dari maut akibat dosa (Roma 6:23). Anda bisa menceritakan bahwa Allah memberi kuasa kepada siapapun yang menerimaNya untuk menjadi anak-anak Allah (Yohanes 1:12). Dan ini termasuk mereka, anak-anak kita. Dan banyak lagi hal-hal yang bisa anda bagikan kepada mereka sebagai bukti kasih Allah. Ini saatnya untuk mengingatkan mereka akan betapa besarnya kasih Allah kepada mereka. Allah memberikan hadiahnya yang terindah dan terbesar, yang tidak terkatakan itu, menjanjikan mereka sebuah hidup yang berkemenangan dengan jaminan kehidupan kekal dalam Kristus.
Hadiah-hadiah dalam bentuk benda seperti baju, mainan dan sebagainya akan mampu menyenangkan mereka. Sekali lagi semua itu tidaklah salah, tetapi jangan lupakan untuk memberikan hadiah yang akan mampu menyertai hidup mereka selamanya, yang akan sanggup membekali mereka untuk menjadi pribadi-pribadi tangguh yang bertanggungjawab kelak. Jika tidak sekarang, kapan lagi? Bulan Desember adalah bulan yang hendaknya kita pakai untuk memperbaharui komitmen dan kasih kita kepada Tuhan disertai rasa syukur, menyadari dengan sebenar-benarnya akan kasih Kristus sebagai karunia terbesar Allah yang memberi keselamatan, dan jangan lupa pula untuk membagikannya kepada anak-anak kita. Our Heavenly Father has given us the best Gift of all, now it's time for us to hand that Gift to our children.
Hadiah terindah Tuhan adalah Yesus Kristus
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
=======================
"Syukur kepada Allah karena karunia-Nya yang tak terkatakan itu!"
Lahir dari dua orang tua yang berbeda agama membuat masa kecil saya penuh hadiah. Dua kali hari besar, itu artinya saya mendapatkan dua kali kesempatan memperoleh hadiah, belum termasuk ulang tahun dan kenaikan kelas dengan prestasi. Menjelang Natal, ibu saya selalu menyuruh saya untuk membuat list hadiah yang diinginkan, dan mengatakan bahwa Sinterklas akan mengantarkan dan meletakkannya di bawah pohon terang menjelang hari Natal tiba. Sewaktu kecil saya pun percaya, dan terkagum-kagum karena Sinterklas tahu persis apa yang saya inginkan, meski surat itu tidak pernah saya kirimkan. Saya tidak mengetahui kalau ternyata ibu sayalah yang membelinya sebagai hadiah Natal. Tanpa Sinterklas pun kebanyakan orang tua yang sanggup akan berusaha membelikan anak-anaknya hadiah, setidaknya baju dan sepatu baru. Tidaklah heran jika anak-anak biasanya akan sangat gembira di bulan ini.
Tidak salah sama sekali memberi hadiah kepada anak-anak kita menjelang Natal. Namun jangan lupa, ada hadiah yang sebenarnya jauh lebih berguna dan akan sangat menentukan seperti apa masa depan mereka. Natal adalah saat dimana kita memperingati kedatangan Kristus ke dunia sebagai wujud kasih Allah yang begitu besar kepada kita, seperti yang dinyatakan dalam Yohanes 3:16. That's the greatest gift of all from God to everyone. Kita seringkali lupa akan hal yang paling mendasar dari Natal ini lalu kemudian merayakannya hanya dengan pesta dan bertukar hadiah saja. Hadiah terbesar ini seharusnya bukan saja penting untuk kita renungkan terutama ketika di bulan Desember ini, tetapi alangkah baik pula jika kita menyampaikannya sebagai hadiah yang indah pula kepada anak-anak kita.
Apa yang dikatakan Paulus sungguh mengingatkan saya akan hal ini, dan hari ini saya mengajak teman-teman untuk meresapinya bersama-sama. "Syukur kepada Allah karena karunia-Nya yang tak terkatakan itu!" (2 Korintus 9:15). Yesus Kristus, itulah hadiah terindah dari Tuhan kepada kita sebagai sebuah karunia yang tidak terkatakan. It's His indescribable, inexpressible, beyond telling Gift. Jangan pernah lupa untuk mensyukuri apa yang dikaruniakan Tuhan ini, karena tanpa itu kita tahu bahwa hidup yang kita jalani hanya akan berakhir sia-sia tanpa jaminan apapun. Anak-anak kita pun seharusnya bisa mengerti akan hal ini sejak dini, agar mereka mampu menjalani hidup dengan benar. Seperti apa mereka kelak itu tergantung dari seperti apa kita mengarahkan mereka. Firman Tuhan berkata "Seperti anak-anak panah di tangan pahlawan, demikianlah anak-anak pada masa muda." (Mazmur 127:4). Artinya, jika kita mendidik mereka sejak kecil mengenai kedisplinan, budi pekerti dan terutama pengenalan yang baik akan Yesus Kristus, maka merekapun akan tumbuh menjadi anak-anak yang takut akan Tuhan, yang suatu ketika akan membuat kita bahagia melihat kesuksesan mereka. Sebaliknya apabila kita membuang waktu-waktu ini, maka pada suatu ketika kita akan menyesal.
Jika demikian, mengapa tidak memanfaatkan waktu-waktu liburan menjelang Natal ini untuk membekali mereka dengan pengenalan yang indah akan Yesus? Ceritakan lah tentang hidup yang kekal dalam Kristus Yesus sebagai karunia Allah yang terindah, yang melepaskan kita dari maut akibat dosa (Roma 6:23). Anda bisa menceritakan bahwa Allah memberi kuasa kepada siapapun yang menerimaNya untuk menjadi anak-anak Allah (Yohanes 1:12). Dan ini termasuk mereka, anak-anak kita. Dan banyak lagi hal-hal yang bisa anda bagikan kepada mereka sebagai bukti kasih Allah. Ini saatnya untuk mengingatkan mereka akan betapa besarnya kasih Allah kepada mereka. Allah memberikan hadiahnya yang terindah dan terbesar, yang tidak terkatakan itu, menjanjikan mereka sebuah hidup yang berkemenangan dengan jaminan kehidupan kekal dalam Kristus.
Hadiah-hadiah dalam bentuk benda seperti baju, mainan dan sebagainya akan mampu menyenangkan mereka. Sekali lagi semua itu tidaklah salah, tetapi jangan lupakan untuk memberikan hadiah yang akan mampu menyertai hidup mereka selamanya, yang akan sanggup membekali mereka untuk menjadi pribadi-pribadi tangguh yang bertanggungjawab kelak. Jika tidak sekarang, kapan lagi? Bulan Desember adalah bulan yang hendaknya kita pakai untuk memperbaharui komitmen dan kasih kita kepada Tuhan disertai rasa syukur, menyadari dengan sebenar-benarnya akan kasih Kristus sebagai karunia terbesar Allah yang memberi keselamatan, dan jangan lupa pula untuk membagikannya kepada anak-anak kita. Our Heavenly Father has given us the best Gift of all, now it's time for us to hand that Gift to our children.
Hadiah terindah Tuhan adalah Yesus Kristus
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Wednesday, December 15, 2010
Ketidakadilan di Tempat Keadilan
Ayat bacaan: Pengkotbah 3:16
=========================
"Ada lagi yang kulihat di bawah matahari: di tempat pengadilan, di situpun terdapat ketidakadilan, dan di tempat keadilan, di situpun terdapat ketidakadilan."
Membenahi hukum di Indonesia merupakan pekerjaan rumah yang sungguh begitu berat. Hukum dan keadilan dapat dibeli dengan uang, mafia-mafia peradilan berkeliaran mulai dari tingkat daerah hingga pusat. Kita sering mendengar orang berteriak meminta keadilan, tapi kita akan bingung menjawab dimana orang yang berteriak itu bisa mendapatkan keadilan. Kata keadilan ini akan terasa sangat semu manakala sebagian orang bisa membelinya. Kalaupun memang harus masuk penjara, sang terdakwa tetap bisa menyulap selnya menjadi hotel mewah seperti bintang lima, lengkap dengan televisi, air panas, ac, kulkas bahkan salon kecantikan. Apa yang kita lihat hari ini memang sudah lebih baik. Setidaknya mulai terlihat keseriusan untuk membenahi sistem hukum yang carut marut di negara kita, setidaknya hal-hal seperti itu mulai bisa kita lihat secara terbuka lewat media massa, tapi perjalanan sungguh masih panjang. Kebiasaan suap menyuap ini memang sangat sulit untuk dihilangkan. Hukum ekonomi jelas berlaku disini. Ada pasar, ada pembeli dan ada penjual. Betapa memprihatinkan ketika lembaga peradilan yang seharusnya menjadi tempat dimana keadilan bisa ditegakkan sebenar-benarnya malah menjadi tempat yang paling sulit untuk mendapatkannya.
Suap memungkinkan orang untuk membeli hukum dan keadilan, suap mampu memutarbalikkan fakta dan kebenaran sedemikian rupa sehingga orang yang bersalah bisa terbebas dari hukuman, minimal dihukum serendah-rendahnya. Suap mampu melakukan berbagai manipulasi tanpa peduli melukai rasa keadilan masyarakat. Kasus suap bukan hanya menjadi problema di jaman ini. Jauh di waktu lampau pun suap sudah menjadi budaya. Kita bisa melihat hal itu dalam banyak bagian di Alkitab. Pengkotbah misalnya, mengatakan bahwa "Ada lagi yang kulihat di bawah matahari: di tempat pengadilan, di situpun terdapat ketidakadilan, dan di tempat keadilan, di situpun terdapat ketidakadilan." (Pengkotbah 3:16). Namanya pengadilan, tapi justru disana terdapat ketidakadilan, di tempat di mana keadilan seharusnya ditegakkan justru di sana yang tidak terdapat keadilan. Bukankah ini yang terjadi di negara kita hari ini? Artinya, warisan budaya suap ini sudah berlangsung sedemikian lama, dari generasi ke generasi berikutnya tanpa pernah terputus. Orang akan berpikir pendek, mencari jalan untuk menyelamatkan dirinya dari hukuman dunia, tapi mereka lupa bahwa keadilan pada suatu saat tidak lagi bisa dibeli ketika berhadapan dengan Tuhan sebagai Hakim.
Sikap menyuap ini adalah sebuah perbuatan yang sangat dibenci Tuhan. Tidak main-main, Tuhan menganggapnya sebagai sebuah penghinaan. "Siapa berjalan dengan jujur, takut akan TUHAN, tetapi orang yang sesat jalannya, menghina Dia." (Amsal 14:2) Bukan itu saja, suap pun digolongkan sebagai sebuah kekejian. "Karena orang yang sesat adalah kekejian bagi TUHAN, tetapi dengan orang jujur Ia bergaul erat." (3:32). Di dunia mungkin kita bisa lolos, tetapi bisakah kita lolos dari hari penghakiman kelak? Adakah jumlah harta yang akan cukup untuk dipakai untuk menyogok Tuhan? Tentu tidak. Tuhan pada suatu hari akan menuntut pertanggungjawaban kita atas segala perbuatan yang pernah kita lakukan semasa hidup, dan disana tidak akan ada pemutarbalikan fakta yang mungkin untuk kita lakukan lagi. Paulus mengingatkan jemaat Roma: "Demikianlah setiap orang di antara kita akan memberi pertanggungan jawab tentang dirinya sendiri kepada Allah." (Roma 14:12), lalu Penulis Ibrani mengatakan "Dan tidak ada suatu makhlukpun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab." (Ibrani 4:13). Suap merupakan pelanggaran serius yang mampu membuat kita dihapuskan dari kitab kehidupan. Pengkotbah pun tahu bahwa hal ini pada saatnya nanti harus dipertanggungjawabkan. "Berkatalah aku dalam hati: "Allah akan mengadili baik orang yang benar maupun yang tidak adil, karena untuk segala hal dan segala pekerjaan ada waktunya."(Pengkotbah 3:17).
Banyak orang menyepelekan pelanggaran suap menyuap ini. Bahkan sejak dulu pun demikian. Pengkotbah berbicara mengenai suap menyuap ini seperti yang kita baca di atas, lalu di masa Mikha pun kasus suap menjadi salah satu sumber kemurkaan Tuhan yang begitu menakutkan. Lihatlah betapa bobroknya perilaku para penegak hukum, imam bahkan nabi pada masa itu. "Para kepalanya memutuskan hukum karena suap, dan para imamnya memberi pengajaran karena bayaran, para nabinya menenung karena uang, padahal mereka bersandar kepada TUHAN dengan berkata: "Bukankah TUHAN ada di tengah-tengah kita! Tidak akan datang malapetaka menimpa kita!" (Mikha 3:11). Di Perjanjian Baru pun kita menemukan kisah mengenai percobaan suap yang dilakukan Simon, mantan penyihir terkenal. (Bacalah Kisah Para Rasul 8:4-25). Berulang-ulang kita melihat suap masih saja dilakukan, bahkan hingga hari ini, padahal jauh sebelumnya Tuhan sudah mengingatkan dalam kitab Keluaran agar kita tidak melakukan pelanggaran suap menyuap ini. "Suap janganlah kauterima, sebab suap membuat buta mata orang-orang yang melihat dan memutarbalikkan perkara orang-orang yang benar." (Keluaran 23:8).
Mengingat bahwa suap menyuap merupakan pelanggaran serius, marilah kita hari ini tidak tergoda untuk melakukannya. Baik menyuap maupun menerima suap, keduanya sama seriusnya, dan harus kita pertanggungjawabkan kelak di hadapan Tuhan. Suap dalam bentuk apapun yang dilakukan pelaku atau penerima sama-sama merupakan penghinaan dan kekejian di hadapan Tuhan. Saya tahu memang sulit untuk hidup tanpa memberi uang pelicin atau suap dalam berbagai urusan di negara kita. Mungkin waktu kita akan tersita, mungkin urusan menjadi berbelit-belit dan lebih sulit, mungkin kesabaran kita pun akan diuji, but that's okay! Itu jauh lebih baik daripada kita mendapat kesulitan di hari penghakiman kelak bukan? Saya sudah mulai melakukannya. Meski urusan menjadi lebih rumit dan sulit, namun ada sukacita tersendiri ketika saya berhasil membereskan urusan tanpa harus melakukan suap sama sekali. Jika kita bisa menyenangkan Tuhan dan perilaku jujur kita, kenapa tidak? Marilah kita mulai dari diri kita sendiri untuk mengatakan tidak kepada suap menyuap, karena jika bukan kita, siapa lagi?
Suap harus dihindari karena merupakan kekejian dan penghinaan di hadapan Tuhan
=========================
"Ada lagi yang kulihat di bawah matahari: di tempat pengadilan, di situpun terdapat ketidakadilan, dan di tempat keadilan, di situpun terdapat ketidakadilan."
Membenahi hukum di Indonesia merupakan pekerjaan rumah yang sungguh begitu berat. Hukum dan keadilan dapat dibeli dengan uang, mafia-mafia peradilan berkeliaran mulai dari tingkat daerah hingga pusat. Kita sering mendengar orang berteriak meminta keadilan, tapi kita akan bingung menjawab dimana orang yang berteriak itu bisa mendapatkan keadilan. Kata keadilan ini akan terasa sangat semu manakala sebagian orang bisa membelinya. Kalaupun memang harus masuk penjara, sang terdakwa tetap bisa menyulap selnya menjadi hotel mewah seperti bintang lima, lengkap dengan televisi, air panas, ac, kulkas bahkan salon kecantikan. Apa yang kita lihat hari ini memang sudah lebih baik. Setidaknya mulai terlihat keseriusan untuk membenahi sistem hukum yang carut marut di negara kita, setidaknya hal-hal seperti itu mulai bisa kita lihat secara terbuka lewat media massa, tapi perjalanan sungguh masih panjang. Kebiasaan suap menyuap ini memang sangat sulit untuk dihilangkan. Hukum ekonomi jelas berlaku disini. Ada pasar, ada pembeli dan ada penjual. Betapa memprihatinkan ketika lembaga peradilan yang seharusnya menjadi tempat dimana keadilan bisa ditegakkan sebenar-benarnya malah menjadi tempat yang paling sulit untuk mendapatkannya.
Suap memungkinkan orang untuk membeli hukum dan keadilan, suap mampu memutarbalikkan fakta dan kebenaran sedemikian rupa sehingga orang yang bersalah bisa terbebas dari hukuman, minimal dihukum serendah-rendahnya. Suap mampu melakukan berbagai manipulasi tanpa peduli melukai rasa keadilan masyarakat. Kasus suap bukan hanya menjadi problema di jaman ini. Jauh di waktu lampau pun suap sudah menjadi budaya. Kita bisa melihat hal itu dalam banyak bagian di Alkitab. Pengkotbah misalnya, mengatakan bahwa "Ada lagi yang kulihat di bawah matahari: di tempat pengadilan, di situpun terdapat ketidakadilan, dan di tempat keadilan, di situpun terdapat ketidakadilan." (Pengkotbah 3:16). Namanya pengadilan, tapi justru disana terdapat ketidakadilan, di tempat di mana keadilan seharusnya ditegakkan justru di sana yang tidak terdapat keadilan. Bukankah ini yang terjadi di negara kita hari ini? Artinya, warisan budaya suap ini sudah berlangsung sedemikian lama, dari generasi ke generasi berikutnya tanpa pernah terputus. Orang akan berpikir pendek, mencari jalan untuk menyelamatkan dirinya dari hukuman dunia, tapi mereka lupa bahwa keadilan pada suatu saat tidak lagi bisa dibeli ketika berhadapan dengan Tuhan sebagai Hakim.
Sikap menyuap ini adalah sebuah perbuatan yang sangat dibenci Tuhan. Tidak main-main, Tuhan menganggapnya sebagai sebuah penghinaan. "Siapa berjalan dengan jujur, takut akan TUHAN, tetapi orang yang sesat jalannya, menghina Dia." (Amsal 14:2) Bukan itu saja, suap pun digolongkan sebagai sebuah kekejian. "Karena orang yang sesat adalah kekejian bagi TUHAN, tetapi dengan orang jujur Ia bergaul erat." (3:32). Di dunia mungkin kita bisa lolos, tetapi bisakah kita lolos dari hari penghakiman kelak? Adakah jumlah harta yang akan cukup untuk dipakai untuk menyogok Tuhan? Tentu tidak. Tuhan pada suatu hari akan menuntut pertanggungjawaban kita atas segala perbuatan yang pernah kita lakukan semasa hidup, dan disana tidak akan ada pemutarbalikan fakta yang mungkin untuk kita lakukan lagi. Paulus mengingatkan jemaat Roma: "Demikianlah setiap orang di antara kita akan memberi pertanggungan jawab tentang dirinya sendiri kepada Allah." (Roma 14:12), lalu Penulis Ibrani mengatakan "Dan tidak ada suatu makhlukpun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab." (Ibrani 4:13). Suap merupakan pelanggaran serius yang mampu membuat kita dihapuskan dari kitab kehidupan. Pengkotbah pun tahu bahwa hal ini pada saatnya nanti harus dipertanggungjawabkan. "Berkatalah aku dalam hati: "Allah akan mengadili baik orang yang benar maupun yang tidak adil, karena untuk segala hal dan segala pekerjaan ada waktunya."(Pengkotbah 3:17).
Banyak orang menyepelekan pelanggaran suap menyuap ini. Bahkan sejak dulu pun demikian. Pengkotbah berbicara mengenai suap menyuap ini seperti yang kita baca di atas, lalu di masa Mikha pun kasus suap menjadi salah satu sumber kemurkaan Tuhan yang begitu menakutkan. Lihatlah betapa bobroknya perilaku para penegak hukum, imam bahkan nabi pada masa itu. "Para kepalanya memutuskan hukum karena suap, dan para imamnya memberi pengajaran karena bayaran, para nabinya menenung karena uang, padahal mereka bersandar kepada TUHAN dengan berkata: "Bukankah TUHAN ada di tengah-tengah kita! Tidak akan datang malapetaka menimpa kita!" (Mikha 3:11). Di Perjanjian Baru pun kita menemukan kisah mengenai percobaan suap yang dilakukan Simon, mantan penyihir terkenal. (Bacalah Kisah Para Rasul 8:4-25). Berulang-ulang kita melihat suap masih saja dilakukan, bahkan hingga hari ini, padahal jauh sebelumnya Tuhan sudah mengingatkan dalam kitab Keluaran agar kita tidak melakukan pelanggaran suap menyuap ini. "Suap janganlah kauterima, sebab suap membuat buta mata orang-orang yang melihat dan memutarbalikkan perkara orang-orang yang benar." (Keluaran 23:8).
Mengingat bahwa suap menyuap merupakan pelanggaran serius, marilah kita hari ini tidak tergoda untuk melakukannya. Baik menyuap maupun menerima suap, keduanya sama seriusnya, dan harus kita pertanggungjawabkan kelak di hadapan Tuhan. Suap dalam bentuk apapun yang dilakukan pelaku atau penerima sama-sama merupakan penghinaan dan kekejian di hadapan Tuhan. Saya tahu memang sulit untuk hidup tanpa memberi uang pelicin atau suap dalam berbagai urusan di negara kita. Mungkin waktu kita akan tersita, mungkin urusan menjadi berbelit-belit dan lebih sulit, mungkin kesabaran kita pun akan diuji, but that's okay! Itu jauh lebih baik daripada kita mendapat kesulitan di hari penghakiman kelak bukan? Saya sudah mulai melakukannya. Meski urusan menjadi lebih rumit dan sulit, namun ada sukacita tersendiri ketika saya berhasil membereskan urusan tanpa harus melakukan suap sama sekali. Jika kita bisa menyenangkan Tuhan dan perilaku jujur kita, kenapa tidak? Marilah kita mulai dari diri kita sendiri untuk mengatakan tidak kepada suap menyuap, karena jika bukan kita, siapa lagi?
Suap harus dihindari karena merupakan kekejian dan penghinaan di hadapan Tuhan
Subscribe to:
Posts (Atom)
Menjadi Anggur Yang Baik (1)
Ayat bacaan: Yohanes 2:9 ===================== "Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu--dan ia tidak t...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24-25 ====================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih ...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24 ===================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan ...
-
Ayat bacaan: Mazmur 23:4 ====================== "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau...