==================
"Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi."

Ada saat-saat dimana kita harus marah, sebagai "output" dari perasaan atau emosi yang terdapat di dalam diri kita. Tetapi kemarahan tidak dianjurkan sama sekali di dalam Kekristenan. Sedapat mungkin kita harus menghindarinya, kalaupun harus marah jangan sampai kita membiarkan kemarahan itu terus menguasai diri kita secara berkepanjangan. Firman Tuhan berkata: "Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis." (Efesus 4:26-27). Perhatikan ada dosa mengintip dibalik kemarahan kita. Kita sangat tidak dianjurkan untuk berlama-lama marah dan jangan lupa pula bahwa kemarahan yang kita biarkan akan menjadi lahan permainan yang sangat menarik buat iblis. Alkitab mengingatkan dalam begitu banyak kesempatan agar kita tidak membiarkan amarah menguasai diri kita. Daud mengingatkan: "Berhentilah marah dan tinggalkanlah panas hati itu, jangan marah, itu hanya membawa kepada kejahatan." (Mazmur 37:8). Panas hati penuh rasa marah hanya akan mengarahkan kita masuk kepada berbagai kejahatan yang nanti akan menyusahkan kita juga. Sementara dalam Pengkotbah kita bisa melihat ayat lainnya yang berbunyi: "Janganlah lekas-lekas marah dalam hati, karena amarah menetap dalam dada orang bodoh." (Pengkotbah 7:9).
Yesus mengajarkan kita untuk menjadi pribadi-pribadi yang lemah lembut di muka bumi ini. "Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi." (Matius 5:5). Hanya orang-orang yang lemah lembutlah yang akan memiliki bumi. Orang-orang lemah lembut adalah orang yang mau tunduk kepada otoritas Tuhan, mau menyerahkan diri sepenuhnya ke dalam rencana Tuhan dalam segala aspek kehidupan, apakah itu dalam pikiran, perbuatan, perasaan dan perkataan, dan menyerahkan sepenuhnya dalam tuntunan Roh Kudus. Salah satu contoh orang yang dikatakan lemah lembut adalah Musa. Dalam Alkitab dikatakan bahwa "Musa ialah seorang yang sangat lembut hatinya, lebih dari setiap manusia yang di atas muka bumi." (Bilangan 12:3). Bayangkan pergumulan emosional yang dihadapi Musa dalam memimpin bangsa yang keras kepala dan tegar tengkuk ini selama 40 tahun. Itu tentu sangat tidak mudah. Disindir, dihina, dilawan, itu sudah menjadi makanannya sehari-hari meski bangsa yang dipimpinnya ini sudah berulang kali menyaksikan langsung bagaimana Tuhan menyertai mereka secara nyata. Tapi Musa bisa menahan diri hingga sekian lama.
Menahan diri agar tetap lemah lembut memang tidak mudah. Berbagai situasi dan kondisi bisa dengan cepat membuat amarah kita meluap. Ada begitu banyak orang-orang sulit disekitar kita yang akan terus memprovokasi kita lewat perkataan maupun perbuatan mereka. Sebagai anak-anak Tuhan hendaklah kita tidak terpancing dan tetap tenang. Miliki hati yang sepenuhnya berpegang pada Tuhan, miliki hati yang lembut yang siap dibentuk, dan cepat atau lambat dunia akan melihat bahwa ajaran kasih dalam Kekristenan sungguh mampu membawa perbedaan ke arah yang lebih baik.
Menjadi pribadi lemah lembut yang penuh kasih adalah sikap yang harus dimiliki orang percaya
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
No comments:
Post a Comment