Wednesday, April 6, 2011

Teguran Tuhan (2)

 (sambungan)

Penulis Ibrani juga menyinggung akan hal ini. "Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak: "Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya; karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak." (Ibrani 12:5-6). Teguran diberikan kepada kita yang melakukan bersalahan bukan sebagai wujud kebencian, tetapi sesungguhnya merupakan bentuk kasih Tuhan kepada anak-anakNya. Ayat selanjutnya meneruskan penjelasan berikutnya. "Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya? Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang. Selanjutnya: dari ayah kita yang sebenarnya kita beroleh ganjaran, dan mereka kita hormati; kalau demikian bukankah kita harus lebih taat kepada Bapa segala roh, supaya kita boleh hidup? Sebab mereka mendidik kita dalam waktu yang pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya." (ay 7-10). Penulis Ibrani menyadari bagaimana sakitnya menerima teguran atau ganjaran itu. Ketika kita menerimanya mungkin sakit, tetapi sadarilah sesungguhnya dari sana akan tumbuh buah-buah kebenaran yang ranum dan manis untuk kita. "Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya." (ay 11).

Kembali pada Perjanjian Lama, mari kita lihat apa kata Salomo akan hal ini. "Karena perintah itu pelita, dan ajaran itu cahaya, dan teguran yang mendidik itu jalan kehidupan." (Amsal 6:23) Teguran yang mendidik itu adalah jalan kehidupan. Selanjutnya: "Siapa mencintai didikan, mencintai pengetahuan; tetapi siapa membenci teguran, adalah dungu." (12:1) dan "Siapa mengabaikan didikan membuang dirinya sendiri, tetapi siapa mendengarkan teguran, memperoleh akal budi."(15:32) Semua ini mengingatkan kita untuk bersikap legawa untuk menerima teguran dengan hati lapang. Salomo tidak mengatakan bahwa menerima teguran itu tidak menyedihkan atau menyakitkan, tetapi dia mengatakan "Lebih baik teguran yang nyata-nyata dari pada kasih yang tersembunyi" (29:15).

Tujuan Allah menegur kita bukanlah bermaksud untuk menyakiti atau menyiksa kita. Itu bukan berarti Allah menjatuhkan batu besar ke atas kepala kita agar kita menderita, tetapi sebaliknya apa yang Dia lakukan sesungguhnya untuk menyelamatkan kita, menghindarkan kita dari jurang kebinasaan yang menganga lebar di depan kita. Oleh karena itu penting bagi kita agar tidak mengeraskan hati ketika menerima teguran. "Sebab itu, seperti yang dikatakan Roh Kudus: "Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya,janganlah keraskan hatimu seperti dalam kegeraman pada waktu pencobaan di padang gurun, di mana nenek moyangmu mencobai Aku dengan jalan menguji Aku, sekalipun mereka melihat perbuatan-perbuatan-Ku, empat puluh tahun lamanya. Itulah sebabnya Aku murka kepada angkatan itu, dan berkata: Selalu mereka sesat hati, dan mereka tidak mengenal jalan-Ku, sehingga Aku bersumpah dalam murka-Ku: Mereka takkan masuk ke tempat perhentian-Ku." (Ibrani 3:7-11). Teguran Allah bisa lahir lewat banyak cara. Bisa lewat orang lain, lewat kotbah di gereja, lewat kotbah yang kita dengar di radio atau media-media lainnya, lewat hati nurani dan sebagainya. Jika teguran itu hadir dan memang terasa telak mengenai kita, terimalah itu dengan lapang dada dan jangan malah mencari kambing hitam atau alasan untuk terus menghindar dari teguran itu. Jangan malah marah kepada yang menyampaikan teguran atau merasa sakit hati. Untuk sejenak wajar jika kita merasa sedih, tetapi ingatlah bahwa semua itu bertujuan sangat baik untuk menghindarkan kita dari dosa yang siap menyeret kita untuk masuk ke dalam kematian yang kekal. Tuhan sangat mengasihi kita, Dia sangat peduli terhadap perjalanan hidup kita, dan Dia tidak ingin satupun dari kita untuk berakhir sia-sia. Itulah sebabnya seperti halnya orang tua kita di dunia harus menghukum atau menegur kita jika bersalah, Tuhan pun demikian. Seperti kata Salomo, adalah jauh lebih baik jika kita ditegur atau dihukum sekarang ketimbang dibiarkan lepas tetapi nanti masuk kedalam penghukuman untuk selamanya. Adalalh penting bagi kita untuk memiliki sikap hati yang tepat dalam menyikapi hukuman. Latihlah terus diri kita agar tidak terjebak pada penekanan harga diri yang berlebihan. Milikilah hati yang lembut yang mudah dibentuk, sehingga semua teguran itu bisa membawa hasil baik seperti yang dimaksudkan Pemberinya.

Teguran mendatangkan kebaikan pada kita. Berbahagialah mereka yang ditegur Allah!

 Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

No comments:

Menjadi Anggur Yang Baik (1)

 Ayat bacaan: Yohanes 2:9 ===================== "Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu--dan ia tidak t...