========================
"Kemudian berkatalah ia: "Beginilah firman TUHAN: Biarlah di lembah ini dibuat parit-parit"

Hari ini mari kita lihat sebuah kisah dalam kitab 2 Raja Raja pasal 3 mengenai peperangan bangsa Israel yang bergabung bersama bangsa Yehuda dan Edom untuk mengalahkan Moab. Mereka masuk melalui padang gurun Edom dan kemudian menghadapi masalah pelik, yaitu tidak mendapatkan air setelah berjalan selama seminggu penuh. "Maka berjalanlah raja Israel dan raja Yehuda dan raja Edom. Tetapi sesudah mereka berkeliling tujuh hari perjalanan jauhnya, maka tidak terdapat air untuk tentara dan untuk hewan yang mengikuti mereka." (2 Raja Raja 3:9). Bagaimana mungkin bisa berperang jika tentara dan kuda-kuda kehausan? Jangankan berperang, untuk bertahan hidup saja peluangnya sudah tipis. Secara logika, selesailah mereka di padang gurun itu. Tetapi raja Yosafat kemudian tahu bahwa lebih dari apapun, mereka butuh petunjuk Tuhan. Maka nabi Elisa pun kemudian memanggil seorang pemain kecapi untuk menyembah Tuhan, dan penuhlah ia dikuasai oleh Roh Tuhan. (ay 15:BIS). Lalu Elisa berkata: "Kemudian berkatalah ia: "Beginilah firman TUHAN: Biarlah di lembah ini dibuat parit-parit." (ay 16). Membuat parit-parit di gurun? Untuk apa membuat parit jika tidak ada air? Bukankah ini sebuah perintah yang sama sekali tidak masuk akal? Jika anda tengah kehausan di gurun pasir yang terik dan gersang, apa yang anda katakan ketika diminta membuat parit? Elisa kemudian melanjutkan: "sebab beginilah firman TUHAN: Kamu tidak akan mendapat angin dan hujan, namun lembah ini akan penuh dengan air, sehingga kamu serta ternak sembelihan dan hewan pengangkut dapat minum. Dan itupun adalah perkara ringan di mata TUHAN; juga orang Moab akan diserahkan-Nya ke dalam tanganmu." (ay 17-18). Tidak ada angin, tidak ada hujan, mendung pun tidak, tapi jika Tuhan berjanji seperti itu, Tuhan pasti menepatinya. Langkah iman terlebih dahulu diperlukan, dan langkah iman dalam kisah ini adalah dengan membuat parit. Tuhan siap memberi berkat ganda. Bukan saja air yang akan melimpah bagi mereka tetapi juga kemenangan atas bangsa Moab. Dan tepatnya itulah yang kemudian terjadi. Bayangkan seandainya mereka tidak menuruti perintah Tuhan dan menganggap membuat parit sebagai hal bodoh, jangankan menang perang, mereka bisa binasa mati kehausan.
Lewat kisah ini kita ada banyak yang bisa menjadi pelajaran buat kita, yaitu:
1. Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan.
Tanpa ada angin dan hujan, Tuhan sanggup menurunkan mukjizat yang jauh melebihi keterbatasan logika manusia. Yesus sendiri sudah mengatakan hal ini: "..Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya (Markus 9:23), Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil." (Lukas 1:37). Kemampuan daya ukur akal pikiran dan logika kita yang terbatas bisa dengan segera membuat kita kehilangan harapan dan merasa masa depan kita gelap, tetapi seperti Yosafat, kita seharusnya tahu bahwa di atas segalanya ada Tuhan yang begitu mengasihi kita dengan kuasaNya yang tak terbatas. Tidak salah memang memakai logika, tetapi kita harus ingat juga bahwa Tuhan mampu melakukan segala yang ajaib. Dalam keadaan terdesak, kepada siapa kita bersandar? Siapa yang kita cari? Apa keputusan kita dalam menyikapi itu? Semua itu akan membawa hasil yang berbeda.
(bersambung)
No comments:
Post a Comment