===================
"Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya; karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak."
(sambungan)
Dalam Perjanjian Baru, Penulis Ibrani kembali mengingatkan betapa pentingnya bagi kita untuk menanggapi secara benar ketika teguran Tuhan datang pada kita. Seperti halnya dalam kitab Ayub yang kita baca kemarin, kali ini Penulis Ibrani pun menuliskan panjang lebar akan hal tersebut, terutama dalam menyoroti mengapa dan apa tujuan Tuhan sebenarnya dalam memberi teguran. Ia menulis: "Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak: "Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya." (Ibrani 12:5). Jangan putus asa, jangan anggap remeh, kata si Penulis. Mengapa? "karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak."(ay 6). Bagi anda yang sudah memiliki anak, tidakkah anda tahu bahwa terkadang teguran bahkan hukuman harus anda jatuhkan kepada anak-anak anda agar mereka tidak mengulangi kesalahan? Bukankah itu baik buat masa depan mereka, meski mungkin hati anda menangis ketika memberi hukuman itu? Tuhan pun demikian. Dia tidak ingin kita menderita dan merasa sakit, tetapi atas kesalahan kita ada kalanya kita harus ditegur dan dihukum, meski hati Tuhan pun menangis ketika melakukannya atas kita. Dibalik itu semua Tuhan punya maksud baik, karena lebih dari apapun Dia menginginkan kita selamat, menjadi ahli warisNya dan hidup bersama-sama denganNya di Surga kelak dalam kebahagaiaan kekal, dimana tidak lagi ada ratap tangis, penderitaan, kesusahan dan sejenisnya.
Kembali kepada Ibrani 12 di atas, mari kita lihat lanjutannya dimana Penulisnya menjelaskan dengan terperinci akan tujuan Tuhan menegur kita.
"Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya? Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang.Selanjutnya: dari ayah kita yang sebenarnya kita beroleh ganjaran, dan mereka kita hormati; kalau demikian bukankah kita harus lebih taat kepada Bapa segala roh, supaya kita boleh hidup? Sebab mereka mendidik kita dalam waktu yang pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya. Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya." (ay 7-11)
Penulis Ibrani menyadari bahwa tidaklah enak rasanya ketika kita tengah mengalami ganjaran atas kesalahan kita. Teguran Tuhan bisa terasa menyakitkan. Tetapi pada akhirnya itu bertujuan untuk menghasilkan buah-buah kebenaran yang akan mampu membawa kita ke dalam arah yang benar seperti yang diinginkan Tuhan. Anggaplah kita ini anak-anak yang terkadang tidak bisa berpikir panjang untuk masa depan dan hanya terfokus pada keinginan untuk mendapat kesenangan atau kenikmatan sesaat untuk jangka pendek. Jika kita dibiarkan berada dalam keadaan seperti itu, bukankah nanti kita sendiri juga yang rugi? Tuhan merasa perlu untuk memberi teguran jika kita bersalah agar kita tidak lagi melakukannya kelak. Semua itu bisa merampas apa yang sudah dianugerahkan kepada kita lewat penebusan Kristus. Alangkah besar resikonya apabila Tuhan tidak merasa perlu untuk memperingatkan, menegur atau menghukum dan membiarkan segalanya terjadi sekehendak kita.
Jika Tuhan masih mau repot-repot menegur kita, bersyukurlah untuk itu. Rasanya memang tidak enak, tetapi berikanlah respon yang tepat dengan belajar dari kesalahan, menyadarinya dan bangkit kembali dengan tidak mengulangi lagi kesalahan itu, bukan dengan bersungut-sungut, merasa tersinggung atau mengalami kepahitan. Teguran Tuhan datang justru karena Dia mengasihi kita, memperhatikan kita dan tidak ingin satupun dari kita binasa. Tuhan bisa menegur kita lewat banyak hal. Apakah secara langsung lewat teguran lembut dalam hati, lewat orang lain, lewat Firman Tuhan yang disampaikan atau yang kita dengar hingga lewat hukuman langsung yang membuat kita menderita dalam hidup kita. Apapun itu bentuknya, semua itu bertujuan baik agar kita tidak kehilangan hak kesulungan kita sebagai ahli warisNya, dimana nanti kita berhak menerima segala kebaikan Tuhan selama-lamanya dengan status kita sebagai anak-anakNya sendiri. Ketika kita harus mengalami teguran, sikapilah dengan benar. Bersyukurlah dan belajarlah dari kesalahan itu. Ijinkan Tuhan untuk terus menuntun kita menuju apa yang sudah Dia rencanakan bagi kita.
Teguran Tuhan bukanlah bermaksud menyiksa, tetapi menyelamatkan
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
1 comment:
artikelnya sangat memberkati...God bless
Post a Comment