Saturday, August 20, 2011

Petasan dalam sebuah Kemerdekaan

Ayat bacaan: 1 Korintus 10:23
======================
"Segala sesuatu diperbolehkan." Benar, tetapi bukan segala sesuatu berguna. "Segala sesuatu diperbolehkan." Benar, tetapi bukan segala sesuatu membangun."

petasan, kemerdekaan, kebebasanMengapa perayaan hari besar harus dirayakan dengan mercon atau petasan? Adakah kepercayaan yang mengajarkan bahwa petasan itu baik? Saya yakin tidak. Saya tidak tahu tradisi itu berawal dari mana, tetapi sepertinya sudah menjadi sebuah kebiasaan apalagi bagi anak-anak kecil bahwa merayakan hari besar itu tidak afdol jika tanpa petasan. Padahal korban sudah banyak berjatuhan. Tidak hanya cacat seumur hidup yang bisa menjadi akibatnya tetapi juga nyawa. Kembang api itu masih lumayan, tetapi petasan, apalagi yang dengan sengaja dilemparkan kepada orang yang sedang lewat atau sengaja ditempatkan di dekat rumah orang, itu tentu saja bukan hal yang baik untuk dilakukan. Kenyataannya kita harus berhadapan dengan hal seperti itu menjelang sebuah perayaan. Meski polisi sudah menyita dan melarang petasan, tetapi faktanya jumlah yang beredar masih saja banyak. Dan lucunya, para orang tua seakan tidak berdaya melarang anaknya, ironisnya membiarkan atau malah ikut-ikutan. Mungkin mereka berpikir, bukankah kita sudah merdeka sehingga kita bebas melakukan apapun? Itu menggambarkan bahwa masih banyak orang yang salah dalam menafsirkan arti sebuah kemerdekaan. Bagi mereka kemerdekaan berarti boleh berbuat seenaknya tanpa batas. Orang dunia boleh saja berpikiran seperti itu, namun bagi orang-orang percaya ada banyak firman Tuhan yang mengingatkan kita akan arti sebuah kemerdekaan dan yang paling penting, bagaimana cara kita menyikapi dan mengisinya.

Yesus telah memerdekakan kita dan telah mengingatkan kita agar mampu menyikapi kemerdekaan itu dengan baik, jangan sampai kita kembali terikat oleh berbagai hal buruk lagi seperti sebelumnya. Dalam surat Galatia pesan itu bisa kita baca "Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan." (Galatia 5:1). Yesus sendiri telah menyatakan sendiri bahwa kedatanganNya ke dunia ini membawa kemerdekaan yang sejati bagi kita semua. "Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamupun benar-benar merdeka." (Yohanes 8:36). Kita dibebaskan dari berbagai jerat, simpul dan ikatan yang membelenggu kita. Kutuk, dosa dan hal-hal lain yang bisa merintangi kita untuk masuk ke dalam kehidupan yang kekal telah Dia bayar lunas dan tuntas di atas kayu salib. Kita tidak lagi budak yang tidak jelas masa depannya, tetapi kita menjadi anak-anak Allah yang merdeka. Apa yang harus kita perhatikan adalah bagaimana menjalani hidup dalam kemerdekaan itu dan seperti apa kita harus mengisinya. Alkitab mengingatkan kita agar kita tidak terlena di dalam kebebasan atau kemerdekaan itu dengan melakukan hal-hal yang sia-sia atau bahkan merugikan, baik untuk diri sendiri apalagi terhadap orang lain. Lihatlah apa kata Paulus berikut: "Segala sesuatu diperbolehkan." Benar, tetapi bukan segala sesuatu berguna. "Segala sesuatu diperbolehkan." Benar, tetapi bukan segala sesuatu membangun." (1 Korintus 10:23). Paulus mengatakan, ya, benar kita telah merdeka dan bebas melakukan segala sesuatu. Tetapi ada batasan-batasan yang harus kita ingat dalam menyikapinya. Apakah kebebasan itu kita isi dengan hal-hal yang berguna atau bermanfaat bagi kita dan orang lain? Apakah kemerdekaan itu kita pakai untuk hal-hal yang membangun atau tidak? Ini penting untuk kita ingat baik-baik karena meski segala sesuatu diperbolehkan, tetapi tidak semua itu berguna dan membangun. Ada hal-hal yang justru akan menjatuhkan kita apabila kita lakukan, meski hal itu dianggap wajar oleh dunia dalam menyikapi arti kemerdekaan. Pikirkanlah, apabila kita melakukan segala sesuatu yang mengganggu, mengacau atau bahkan merugikan orang lain dengan dalih kemerdekaan, bukankah itu malah merusak indahnya kemerdekaan? Jika kita bukan menjadi terang dan garam tetapi menjadi batu sandungan, tidakkah itu buruk? Kemerdekaan adalah sebuah anugerah yang seharusnya kita sikapi dengan baik dan benar, karena jika tidak maka sia-sialah arti sebuah kemerdekaan itu.

Petrus mengatakan "Hiduplah sebagai orang merdeka dan bukan seperti mereka yang menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan mereka, tetapi hiduplah sebagai hamba Allah." (1 Petrus 2:16). Ini penting untuk kita perhatikan agar kita jangan sampai ikut-ikutan arus dunia yang terus menyalahgunakan atau menyelewengkan nilai dari kemerdekaan itu untuk terus melakukan perbuatan-perbuatan yang tercela di mata Tuhan. Kita harus ingat bahwa kita hidup sebagai anak-anak Tuhan dan kita punya panggilan tugas yang penting di muka bumi ini. Oleh karena itu kita harus memperhatikan cara hidup kita sebagai orang merdeka. Kita harus tampil beda dalam menyikapi arti sebuah kemerdekaan yang telah dianugerahkan bagi kita. Paulus juga menggambarkan dengan jelas bagaimana harusnya kita menanggapi kemerdekaan itu. "Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih." (Galatia 5:13). Jangan memelintir kemerdekaan itu sebagai landasan untuk melakukan dosa, tetapi pakailah itu sebagai landasan untuk mengasihi dan melayani orang lain. Betapa pentingnya pesan-pesan ini kita resapi baik-baik agar sebuah kemerdekaan yang hadir sebagai anugerah itu bisa benar-benar membawa nilai yang berarti dalam hidup kita.

Seperti apa cara kita dalam menyikapi kemerdekaan akan menunjukkan seberapa jauh kita menghargai anugerah yang telah diberikan Tuhan itu. Dalam sebuah contoh mengenai petasan di atas kita bisa memperoleh ilustrasi sederhana akan hal ini. Ya, petasan ada yang menjual. Itu artinya kita bisa bebas membeli sebanyak yang kita mau jika kita punya uang untuk itu. Tetapi apakah hal itu berguna bagi kita atau justru mengganggu orang lain bahkan mencederai diri kita sendiri? Jika itu tidak berguna dan bisa beresiko fatal, untuk apa kita membeli dan bermain dengan itu? Tidakkah lebih baik apabila uang yang ada digunakan untuk hal-hal yang jauh lebih bermanfaat? Kita harus ingat bahwa kemerdekaan itu diberikan untuk tujuan-tujuan yang baik sebagai hadiah yang sangat indah dari Tuhan. Syukurilah itu dengan mempergunakannya demi kebaikan, demi sesuatu yang berguna, bermanfaat dan membangun dan bukan mengganggu, merugikan atau menghancurkan orang lain. Jika orang-orang dunia belum mengerti bagaimana menyikapi kemerdekaan dengan benar, marilah kita sebagai anak-anak Tuhan menunjukkan keteladanan untuk itu.

Kemerdekaan seharusnya berguna dan membangun bukan merusak dan merugikan

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

No comments:

Sukacita Kedua (3)

 (sambungan) Saya menyadari adanya sukacita kedua saat saya baru saja dihubungi oleh sahabat saya yang sudah melayani sebagai pendeta selama...