Ayat bacaan: Daniel 6:11
====================
"Demi didengar Daniel, bahwa surat perintah itu telah dibuat, pergilah ia ke rumahnya. Dalam kamar atasnya ada tingkap-tingkap yang terbuka ke arah Yerusalem; tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya."
Tidak ada satupun manusia yang bisa hidup seratus persen tanpa masalah selamanya. Siapapun kita tentu sudah pernah berhadapan dengan kesulitan-kesulitan atau tekanan hidup dalam berbagai bentuk. Ada yang mungkin tengah menghadapi pergumulan saat ini, nanti pun masalah bisa datang sewaktu-waktu. Tidak satupun manusia yang suka berhadapan dengan masalah, tidak terkecuali saya. Tapi saya tahu bahwa dalam hidup kita memang harus siap berhadapan dengan itu, dan saya selalu berusaha untuk mengambil hikmah dibalik setiap permasalahan yang saya hadapi. Minimal lewat masalah itu saya bisa menguji sampai sejauh mana iman saya untuk percaya kepada Tuhan dengan kesabaran penuh dan berusaha belajar sesuatu yang baru dari masalah yang timbul beserta pemecahannya. Ketika kita tidak bisa menghindari sepenuhnya kehadiran masalah menerpa hidup kita pada waktu yang tidak disangka-sangka, apa yang bisa kita lakukan adalah mencermati betul bagaimana cara yang kita ambil untuk mengatasinya. Seringkali karena kita terburu-buru atau panik, kita mengambil langkah-langkah yang salah. Akibatnya, bukan masalahnya yang selesai, tetapi kerap kali kita malah menambah masalah baru dengan keputusan-keputusan kita sendiri yang gegabah. Ada begitu banyak tokoh di dalam Alkitab, dan masing-masing mereka punya masalah atau pergumulannya sendiri-sendiri. Ada yang harus berhadapan dengan orang-orang yang sulit diatur, ada yang mengalami pergumulan iman, ada yang harus menanti cukup lama akan janji Tuhan, ada pula yang harus menghadapi fitnahan dari orang-orang yang iri atau benci terhadap mereka. Hidup bagi para tokoh ini tidak ada yang mulus dan mudah seluruhnya dan hidup di masa sekarang pun tidak kalah sulitnya. Apa yang menarik bagi saya adalah melihat bagaimana cara mereka menghadapi masalah lalu keluar sebagai pemenang. Semua itu tentu bisa kita jadikan pelajaran dan pedoman dalam menghadapi masalah-masalah hari ini.
Apakah anda pernah menjadi korban fitnah? Saya pernah merasakannya dan tahu bagaimana sangat tidak enaknya menghadapi itu. Rasa sirik dan iri hati sepertinya sudah mendarah daging dalam kehidupan manusia, sehingga pembunuhan karakter lewat tuduhan-tuduhan keji bisa dilemparkan dengan mudahnya hanya karena merasa iri melihat keberhasilan orang lain. Fitnahan bisa begitu kejam sehingga hidup korbannya bisa menjadi hancur. Seringkali mereka hancur sebegitu rupa sehingga sulit untuk bangkit kembali. Orang-orang yang busuk hatinya bisa tega melakukan itu hanya untuk memberi kepuasan terhadap perasaan dengki mereka. Daniel pernah mengalam hal itu secara ekstrim. Dalam dua hari ini mari kita lihat bagaimana cara menghadapi serta mengatasi masalah ala Daniel.
Daniel tercatat sebagai sosok luar biasa dengan banyak kelebihan yang lahir pada masa bangsa Israel mengalami pembuangan dan pengasingan di Babel. Daniel dikatakan sepuluh kali lebih cerdas dari pada semua orang berilmu di seluruh kerajaannya. (Daniel 1:20) dan diketahui memiliki roh yang luar biasa. (6:4). Kecerdasan Daniel dikatakan melebihi 120 wakil raja dan dua pejabat tinggi lainnya. (6:2-4). Empat kali raja lengser, Daniel masih tetap menjabat. Itu membuktikan bahwa Daniel memang beda. Apa yang membuat Daniel bisa diberkati sedemikian rupa? Alkitab jelas menuliskan jawabannya, yaitu kebiasaan dan disiplin Daniel dalam berdoa. Ayat bacaan kita hari ini menunjukkan hal itu dengan sangat jelas. Daniel ternyata biasa melakukan doa, berlutut dan memuji Allah sebanyak tiga kali sehari. Ada atau tidak ada kegiatan, sibuk atau tidak sibuk, keadaan memungkinkan atau tidak, dia tetap memegang komitmen untuk berdoa dengan disiplin. Tidaklah heran jika Kebiasaannya berdoa ternyata bisa membawanya menerima anugerah Tuhan secara luar biasa, dan dari sana Daniel pun menjadi orang penting dengan pengaruh sangat besar. Melihat kesuksesan seperti itu, mulailah para pejabat tinggi dan wakil raja yang berjumlah seratus dua puluh orang itumerasa dengki dan iri hati. Mereka lalu mulai mencari-cari kesalahan atas Daniel. Alkitab menyebutkan bahwa mereka tidak mendapati kesalahan apapun. "Kemudian para pejabat tinggi dan wakil raja itu mencari alasan dakwaan terhadap Daniel dalam hal pemerintahan, tetapi mereka tidak mendapat alasan apapun atau sesuatu kesalahan, sebab ia setia dan tidak ada didapati sesuatu kelalaian atau sesuatu kesalahan padanya." (ay 5). Tapi dasar niatnya jelek, mereka terus saja mencari-cari akal untuk menimpakan kesalahan atas Daniel. Akhirnya mereka menemukan sebuah akal untuk menjebak Daniel. "Maka berkatalah orang-orang itu: "Kita tidak akan mendapat suatu alasan dakwaan terhadap Daniel ini, kecuali dalam hal ibadahnya kepada Allahnya!" (ay 6). Dan itulah yang mereka pergunakan untuk menjebak. Mereka tahu betul kebiasaan Daniel dalam berdoa, dan itu mereka pakai untuk menyingkirkan Daniel. Mereka pun datang mengahadap raja dan melancarkan siasat buruk mereka. "Semua pejabat tinggi kerajaan ini, semua penguasa dan wakil raja, para menteri dan bupati telah mufakat, supaya dikeluarkan kiranya suatu penetapan raja dan ditetapkan suatu larangan, agar barangsiapa yang dalam tiga puluh hari menyampaikan permohonan kepada salah satu dewa atau manusia kecuali kepada tuanku, ya raja, maka ia akan dilemparkan ke dalam gua singa." (ay 8). Raja Darius ternyata menyetujuinya. Begitu disahkan, mereka pun langsung bergegas menangkap Daniel.
Saya yakin Daniel tahu ia tengah berhadapan dengan masalah besar ketika mendengar perihal peraturan baru ini. Apa yang menjadi reaksinya? Gentar atau ciutkah dia? Apakah Daniel takut lalu berhenti berdoa atau mulai sembunyi-sembunyi dalam melakukannya? Ternyata tidak. Daniel sama sekali tidak gentar. Dia tidak cemas apalagi takut. Daniel tidak berusaha melarikan diri, berpura-pura tidak berdoa, atau bersembunyi supaya tidak ketahuan. Apa yang dilakukan Daniel menggambarkan sebuah iman yang luar biasa. "Demi didengar Daniel, bahwa surat perintah itu telah dibuat, pergilah ia ke rumahnya. Dalam kamar atasnya ada tingkap-tingkap yang terbuka ke arah Yerusalem; tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya." (ay 11). Daniel kemudian ditangkap, dan dimasukkan ke gua singa. namun kita tahu apa yang kemudian terjadi. Daniel selamat tanpa lecet sedikitpun. Kata Daniel: "Allahku telah mengutus malaikat-Nya untuk mengatupkan mulut singa-singa itu, sehingga mereka tidak mengapa-apakan aku, karena ternyata aku tak bersalah di hadapan-Nya; tetapi juga terhadap tuanku, ya raja, aku tidak melakukan kejahatan." (ay 23). Apa yang terjadi pada para wakil dan pejabat berhati busuk yang memfitnah dan menjebak Daniel? "Raja memberi perintah, lalu diambillah orang-orang yang telah menuduh Daniel dan mereka dilemparkan ke dalam gua singa, baik mereka maupun anak-anak dan isteri-isteri mereka. Belum lagi mereka sampai ke dasar gua itu, singa-singa itu telah menerkam mereka, bahkan meremukkan tulang-tulang mereka." (ay 25).
(bersambung)
Wednesday, November 30, 2011
Tuesday, November 29, 2011
Serius Menepati Janji
Ayat bacaan: Matius 5:37
==================
"Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat."
Ada beberapa teman saya yang mudah berkata ya atau berjanji, tetapi mereka jarang menepatinya. Misalnya berkata "Ok, besok saya datang..", atau "segera malam ini saya kirim", tapi ternyata tidak. Banyak orang yang begitu mudah memberi janji atau berkata ya dan kita menganggap mereka serius dengan janjinya, padahal itu mereka anggap hanya sebagai basa basi saja. Melihat sifat mereka, saya pun akhirnya tahu menempatkan diri dengan tidak menganggap serius janji-janji mereka, karena apabila saya meletakkan standar yang saya inginkan mengenai menepati janji, saya tentu akan kecewa dan akan sulit berteman dengan mereka.
Sebuah janji bagi saya merupakan hal yang penting. Jika saya sudah berkata ya, maka saya harus melakukannya apapun resikonya. Namun bagi banyak orang janji punya tingkatan. Ada yang harus, ada yang kalau sempat, ada pula yang basa basi saja. Ada banyak orang pula yang bahkan bersembunyi di belakang nama Tuhan. Kalau mereka tidak melakukan, itu adalah karena Tuhan yang tidak mengijinkan, padahal sebenarnya merekalah yang malas. Ada banyak alasan orang berkata ya dengan cepat tanpa berpikir harus melakukannya. Misalnya karena segan, tidak mau membuat orang lain kecewa, atau alasan lainnya, kita bisa melakukan basa basi atau "lips-service" dengan membuat sebuah janji. Soal ditepati atau tidak itu soal nanti, yang penting janjikan saja dulu. Toh alasan bisa dicari belakangan. Kita menganggap itu wajar dan biasa-biasa saja, namun sifat seperti ini sangatlah tidak dianjurkan dalam Alkitab. Perilaku ingkar janji ini tidak berbeda jauh dengan berbohong. Dan akan hal ini Yesus berkata tegas: "Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat." (Matius 5:37)."Let your Yes be simply Yes, and your No be simply No; anything more than that comes from the evil one." Ini merupakan hal serius yang harus kita sadari.
Yesus mengatakan hal ini dalam konteks menasihati kita untuk tidak bersumpah, yang didasarkan dari 10 Perintah Allah: "Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu" (Keluaran 20:16). Kenyataannya, manusia terkadang begitu beraninya bersumpah demi segala sesuatu, bahkan demi Tuhan untuk menutupi kebohongan. Ini jelas-jelas melanggar firman Tuhan. Tuhan sangat tidak suka jika kita melakukan ini, bahkan dikatakan jijik dengan sikap/kebiasaan seperti ini seperti apa yang dikatakan Daud: "Engkau membinasakan orang-orang yang berkata bohong, TUHAN jijik melihat penumpah darah dan penipu." (Mazmur 5:7). Dari ayat ini kita melihat bahwa penipu disamakan dengan pembunuh. Berlebihankah? Saya rasa tidak, karena penipu, orang yang bersaksi dusta, orang yang ingkar janji bisa membunuh harapan, kepercayaan orang, bahkan karakter orang lain. Salomo di kemudian hari mengingatkan lebih lanjut: "Saksi dusta tidak akan luput dari hukuman, orang yang menyembur-nyemburkan kebohongan tidak akan terhindar." (Amsal 19:5). Dan pada suatu ketika, orang-orang pembohong tidak akan luput dari hukuman. Begitu seseorang berbohong, maka Tuhan pun akan menjadi lawannya. (Yehezkiel 13:9).
Kita harus membiasakan diri untuk menepati dan menganggap serius sebuah janji, sekecil apapun hal yang dijanjikan itu. Orang yang selalu menepati janji dengan sendirinya menjadi saksi kuat akan dirinya sendiri dalam hal kebenaran, sehingga mereka tidak lagi perlu mengucapkan sumpah-sumpah lewat bibirnya untuk meyakinkan orang lain. Kita harus mampu menjalani kehidupan yang bisa mendatangkan kepercayaan orang pada diri kita lewat kesetiaan kita dalam menepati janji atau menseriusi kata persetujuan yang kita berikan, dan itu akan jauh lebih terpercaya dibanding berusaha memperoleh kepercayaan lewat sumpah. Demikian pula dengan nazar, yang merupakan janji kita terhadap Tuhan ketika memohon sesuatu. Jangan pernah menunda atau lupa membayar nazar, karena itu juga akan menjadi sebuah kebohongan yang sangatlah tidak berkenan di hadapan Tuhan. "Kalau engkau bernazar kepada Allah, janganlah menunda-nunda menepatinya, karena Ia tidak senang kepada orang-orang bodoh. Tepatilah nazarmu." (Pengkotbah 5:4). Seperti apa yang diajarkan Yesus, hendaklah kita mau menghormati janji dan senantiasa menepatinya. Jika ya, katakanlah ya. Jika tidak, katakan tidak. Selebihnya merupakan kebohongan yang datang dari iblis. Jangan bilang ya jika anda tidak serius apalagi dengan memakainya sebagai basa basi saja. Ketika mengatakan ya, peganglah itu dengan sungguh-sungguh, like you really mean it. Jangan biasakan untuk memberi janji-janji palsu dengan alasan apapun. Seperti kata sebuah pepatah bahasa Inggris, "Never make a promise you can't keep", hendaklah kita selalu mengutamakan kejujuran agar tidak membuka peluang bagi iblis untuk mengacak-acak hidup kita. Ingatlah bahwa janji yang dibuat asal-asalan dan tidak ditepati tidak saja mengakibatkan ketidakpercayaan orang pada kita, tapi juga merupakan sebuah dosa menjijikkan di hadapan Tuhan.
Take each promise seriously and make sure you'll keep it
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
==================
"Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat."
Ada beberapa teman saya yang mudah berkata ya atau berjanji, tetapi mereka jarang menepatinya. Misalnya berkata "Ok, besok saya datang..", atau "segera malam ini saya kirim", tapi ternyata tidak. Banyak orang yang begitu mudah memberi janji atau berkata ya dan kita menganggap mereka serius dengan janjinya, padahal itu mereka anggap hanya sebagai basa basi saja. Melihat sifat mereka, saya pun akhirnya tahu menempatkan diri dengan tidak menganggap serius janji-janji mereka, karena apabila saya meletakkan standar yang saya inginkan mengenai menepati janji, saya tentu akan kecewa dan akan sulit berteman dengan mereka.
Sebuah janji bagi saya merupakan hal yang penting. Jika saya sudah berkata ya, maka saya harus melakukannya apapun resikonya. Namun bagi banyak orang janji punya tingkatan. Ada yang harus, ada yang kalau sempat, ada pula yang basa basi saja. Ada banyak orang pula yang bahkan bersembunyi di belakang nama Tuhan. Kalau mereka tidak melakukan, itu adalah karena Tuhan yang tidak mengijinkan, padahal sebenarnya merekalah yang malas. Ada banyak alasan orang berkata ya dengan cepat tanpa berpikir harus melakukannya. Misalnya karena segan, tidak mau membuat orang lain kecewa, atau alasan lainnya, kita bisa melakukan basa basi atau "lips-service" dengan membuat sebuah janji. Soal ditepati atau tidak itu soal nanti, yang penting janjikan saja dulu. Toh alasan bisa dicari belakangan. Kita menganggap itu wajar dan biasa-biasa saja, namun sifat seperti ini sangatlah tidak dianjurkan dalam Alkitab. Perilaku ingkar janji ini tidak berbeda jauh dengan berbohong. Dan akan hal ini Yesus berkata tegas: "Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat." (Matius 5:37)."Let your Yes be simply Yes, and your No be simply No; anything more than that comes from the evil one." Ini merupakan hal serius yang harus kita sadari.
Yesus mengatakan hal ini dalam konteks menasihati kita untuk tidak bersumpah, yang didasarkan dari 10 Perintah Allah: "Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu" (Keluaran 20:16). Kenyataannya, manusia terkadang begitu beraninya bersumpah demi segala sesuatu, bahkan demi Tuhan untuk menutupi kebohongan. Ini jelas-jelas melanggar firman Tuhan. Tuhan sangat tidak suka jika kita melakukan ini, bahkan dikatakan jijik dengan sikap/kebiasaan seperti ini seperti apa yang dikatakan Daud: "Engkau membinasakan orang-orang yang berkata bohong, TUHAN jijik melihat penumpah darah dan penipu." (Mazmur 5:7). Dari ayat ini kita melihat bahwa penipu disamakan dengan pembunuh. Berlebihankah? Saya rasa tidak, karena penipu, orang yang bersaksi dusta, orang yang ingkar janji bisa membunuh harapan, kepercayaan orang, bahkan karakter orang lain. Salomo di kemudian hari mengingatkan lebih lanjut: "Saksi dusta tidak akan luput dari hukuman, orang yang menyembur-nyemburkan kebohongan tidak akan terhindar." (Amsal 19:5). Dan pada suatu ketika, orang-orang pembohong tidak akan luput dari hukuman. Begitu seseorang berbohong, maka Tuhan pun akan menjadi lawannya. (Yehezkiel 13:9).
Kita harus membiasakan diri untuk menepati dan menganggap serius sebuah janji, sekecil apapun hal yang dijanjikan itu. Orang yang selalu menepati janji dengan sendirinya menjadi saksi kuat akan dirinya sendiri dalam hal kebenaran, sehingga mereka tidak lagi perlu mengucapkan sumpah-sumpah lewat bibirnya untuk meyakinkan orang lain. Kita harus mampu menjalani kehidupan yang bisa mendatangkan kepercayaan orang pada diri kita lewat kesetiaan kita dalam menepati janji atau menseriusi kata persetujuan yang kita berikan, dan itu akan jauh lebih terpercaya dibanding berusaha memperoleh kepercayaan lewat sumpah. Demikian pula dengan nazar, yang merupakan janji kita terhadap Tuhan ketika memohon sesuatu. Jangan pernah menunda atau lupa membayar nazar, karena itu juga akan menjadi sebuah kebohongan yang sangatlah tidak berkenan di hadapan Tuhan. "Kalau engkau bernazar kepada Allah, janganlah menunda-nunda menepatinya, karena Ia tidak senang kepada orang-orang bodoh. Tepatilah nazarmu." (Pengkotbah 5:4). Seperti apa yang diajarkan Yesus, hendaklah kita mau menghormati janji dan senantiasa menepatinya. Jika ya, katakanlah ya. Jika tidak, katakan tidak. Selebihnya merupakan kebohongan yang datang dari iblis. Jangan bilang ya jika anda tidak serius apalagi dengan memakainya sebagai basa basi saja. Ketika mengatakan ya, peganglah itu dengan sungguh-sungguh, like you really mean it. Jangan biasakan untuk memberi janji-janji palsu dengan alasan apapun. Seperti kata sebuah pepatah bahasa Inggris, "Never make a promise you can't keep", hendaklah kita selalu mengutamakan kejujuran agar tidak membuka peluang bagi iblis untuk mengacak-acak hidup kita. Ingatlah bahwa janji yang dibuat asal-asalan dan tidak ditepati tidak saja mengakibatkan ketidakpercayaan orang pada kita, tapi juga merupakan sebuah dosa menjijikkan di hadapan Tuhan.
Take each promise seriously and make sure you'll keep it
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Monday, November 28, 2011
Terhubung Dengan Tuhan
Ayat bacaan: Efesus 2:18
====================
"karena oleh Dia kita kedua pihak dalam satu Roh beroleh jalan masuk kepada Bapa."
Saya masih sempat merasakan susahnya berkomunikasi orang yang berada di kota berbeda, apalagi di luar negeri. Sarana komunikasi satu-satunya adalah melalui surat yang dikirim lewat pos atau telepon. Belakangan ada pager yang mempermudah kontak antara kita dengan orang lain, lalu handphone atau mobile phone muncul sehingga kita bisa saling berhubungan meski tengah berada di luar rumah, dan text messaging atau sms memungkinkan kita untuk bisa bertukar cerita dengan tarif yang sangat murah. Hari ini para pengguna BlackBerry tentu sudah merasakan keuntungan dengan menggunakan BBM atau BlackBerry Messenger. Surat bisa dikirim via email yang akan sampai di tujuan dalam hitungan detik. Yahoo messenger dan fasilitas chatting lainnya pun membantu kita dalam berkomunikasi. Bahkan kita bisa berkomunikasi sambil melihat lawan bicara kita dengan menggunakan fasilitas internet. Teknologi semakin berkembang membuat komunikasi pun menjadi semakin mudah. Kita tidak perlu bingung lagi untuk menghubungi teman atau keluarga yang berada di belahan dunia lain, karena selain kita bisa dengan mudah menghubungi mereka, biaya yang harus dikeluarkan juga sangat minim bahkan bisa gratis.
Dalam hal hubungan kita dengan Tuhan pun demikian. Dalam Perjanjian Lama kita melihat bahwa manusia butuh perantaraan nabi-nabi yang dipilih Tuhan untuk berhubungan denganNya. Manusia tidak bisa secara langsung melakukan itu akibat dosa yang memutus hubungan antara kita dengan tahta Tuhan yang kudus. Thanks to Jesus, hari ini kita bisa datang berbicara kepada Tuhan dengan mudah, kapan saja dan dimana saja. Kita bisa masuk menghampiri tahtaNya dan berhubungan denganNya setiap waktu. Tuhan Yesus sudah memulihkan hubungan kita yang terputus dari Tuhan akibat dosa sehingga kita tidak perlu lagi harus melalui perantaraan nabi dalam membangun hubungan dengan Tuhan. Kita tidak perlu mengantri, memasuki gedung-gedung tertentu, atau mempersiapkan segala sesuatu berhari-hari atau berbulan-bulan untuk bisa berkomunikasi dengan Tuhan. Kita tidak perlu dijadwal terlebih dahulu untuk melakukan itu. Kita bisa secara langsung menumpahkan isi hati kita, memuji dan menyembahNya, mendengar suaraNya, merasakan hadiratNya yang begitu damai atau memohon pertolongan kapanpun dan dimanapun kita berada. Kita tidak memerlukan perantaraan orang lain untuk menyampaikan suara hati kita. Dan yang lebih luar biasa lagi, Tuhan tidak pernah terlalu sibuk untuk kita. Kapan saja kita membuka hubungan dengan Tuhan, Dia akan selalu berkenan untuk dihampiri. Bukankah itu indah?
Tanpa Kristus kita tidak akan pernah bisa mengalami semua kemudahan ini. Paulus mengerti benar akan hal itu dan itu bisa kita lihat lewat apa yang ia katakan: "karena oleh Dia kita kedua pihak dalam satu Roh beroleh jalan masuk kepada Bapa." (Efesus 2:18). Karena Tuhanlah kita semua, baik orang-orang Israel secara rohani maupun yang berada diluar, oleh Roh Allah yang satu, dapat mendekati Bapa. Hubungan kita yang telah terputus akibat dosa telah kembali tersambung lewat darah Kristus. Tepat ketika Yesus menyerahkan nyawaNya di kayu salib, sesuatu terjadi di Bait suci. "Ketika itu tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah." (Markus 13:38). Itulah pertanda bahwa tidak lagi ada sekat yang membentang antara kita dengan Tuhan. Itulah yang disinggung oleh Paulus. "Tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus kamu, yang dahulu "jauh", sudah menjadi "dekat" oleh darah Kristus." (Efesus 2:13). Artinya, semua manusia memiliki kesempatan yang sama untuk selamat dan berhubungan secara langsung kepada Bapa melalui Roh Kudus oleh karena Kristus, dengan perantaraan Kristus. Lebih lanjut Paulus mengatakan "Di dalam Dia kita beroleh keberanian dan jalan masuk kepada Allah dengan penuh kepercayaan oleh iman kita kepada-Nya." (3:12). Setiap saat, kapan dan dimana saja, kita bisa berhubungan dengan Tuhan. Ini adalah anugerah yang terlalu besar untuk kita abaikan.
Melalui Kristus, semua orang bisa mendapatkan kesempatan yang sama untuk merasakan hadirat Tuhan secara langsung. Tuhan selalu menyambut siapapun dengan tangan terbuka tanpa memandang siapa kita, kesalahan-kesalahan yang pernah kita lakukan dahulu atau latar belakang apapun. Dia siap menyucikan kita kembali agar bisa dengan penuh keberanian memasuki tahta kudusNya. Apa yang perlu kita perbuat adalah mengakui dosa-dosa kita dengan melakukan pertobatan secara total dan menyeluruh, karena sesungguhnya yang memisahkan kita dari Tuhan tidak lain adalah dosa-dosa kita. "tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu." (Yesaya 59:2). Sebuah syarat lain tentu saja dengan percaya kepada Yesus dan menerimaNya sebagai Tuhan dan Juru Selamat pribadi kita. "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku." (Yohanes 14:6). Dengan melakukan hal-hal tersebut, kita pun akan dapat "dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya." (Ibrani 4:16).
"TUHAN dekat pada setiap orang yang berseru kepada-Nya, pada setiap orang yang berseru kepada-Nya dalam kesetiaan." (Mazmur 145:8). Dan kedekatan itu sudah menjadi begitu nyata melalui hubungan tanpa hambatan/batas yang telah dimungkinkan lewat darah Kristus. "Ia datang dan memberitakan damai sejahtera kepada kamu yang "jauh" dan damai sejahtera kepada mereka yang "dekat",karena oleh Dia kita kedua pihak dalam satu Roh beroleh jalan masuk kepada Bapa." (Efesus 2:17). Kalau begitu semuanya tinggal tergantung kita. Apakah kita mau memanfaatkan anugerah sebesar ini atau menyia-nyiakannya, apakah ita mau masuk atau masih memilih untuk berada di luar. Yang pasti, pintu sudah dibuka, dan pintu itu terbuka untuk semua orang tanpa terkecuali. Melalui Yesus, kita bisa menghampiri tahta kudusNya kapanpun dan dimanapun. Selama kita mau, tidak ada tempat atau waktu dimana kita tidak bisa menemuiNya. Isn't it great?
Tidak ada pembatas lagi untuk berhubungan dengan Tuhan. Kapanpun dan dimanapun kita bisa.
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
====================
"karena oleh Dia kita kedua pihak dalam satu Roh beroleh jalan masuk kepada Bapa."
Saya masih sempat merasakan susahnya berkomunikasi orang yang berada di kota berbeda, apalagi di luar negeri. Sarana komunikasi satu-satunya adalah melalui surat yang dikirim lewat pos atau telepon. Belakangan ada pager yang mempermudah kontak antara kita dengan orang lain, lalu handphone atau mobile phone muncul sehingga kita bisa saling berhubungan meski tengah berada di luar rumah, dan text messaging atau sms memungkinkan kita untuk bisa bertukar cerita dengan tarif yang sangat murah. Hari ini para pengguna BlackBerry tentu sudah merasakan keuntungan dengan menggunakan BBM atau BlackBerry Messenger. Surat bisa dikirim via email yang akan sampai di tujuan dalam hitungan detik. Yahoo messenger dan fasilitas chatting lainnya pun membantu kita dalam berkomunikasi. Bahkan kita bisa berkomunikasi sambil melihat lawan bicara kita dengan menggunakan fasilitas internet. Teknologi semakin berkembang membuat komunikasi pun menjadi semakin mudah. Kita tidak perlu bingung lagi untuk menghubungi teman atau keluarga yang berada di belahan dunia lain, karena selain kita bisa dengan mudah menghubungi mereka, biaya yang harus dikeluarkan juga sangat minim bahkan bisa gratis.
Dalam hal hubungan kita dengan Tuhan pun demikian. Dalam Perjanjian Lama kita melihat bahwa manusia butuh perantaraan nabi-nabi yang dipilih Tuhan untuk berhubungan denganNya. Manusia tidak bisa secara langsung melakukan itu akibat dosa yang memutus hubungan antara kita dengan tahta Tuhan yang kudus. Thanks to Jesus, hari ini kita bisa datang berbicara kepada Tuhan dengan mudah, kapan saja dan dimana saja. Kita bisa masuk menghampiri tahtaNya dan berhubungan denganNya setiap waktu. Tuhan Yesus sudah memulihkan hubungan kita yang terputus dari Tuhan akibat dosa sehingga kita tidak perlu lagi harus melalui perantaraan nabi dalam membangun hubungan dengan Tuhan. Kita tidak perlu mengantri, memasuki gedung-gedung tertentu, atau mempersiapkan segala sesuatu berhari-hari atau berbulan-bulan untuk bisa berkomunikasi dengan Tuhan. Kita tidak perlu dijadwal terlebih dahulu untuk melakukan itu. Kita bisa secara langsung menumpahkan isi hati kita, memuji dan menyembahNya, mendengar suaraNya, merasakan hadiratNya yang begitu damai atau memohon pertolongan kapanpun dan dimanapun kita berada. Kita tidak memerlukan perantaraan orang lain untuk menyampaikan suara hati kita. Dan yang lebih luar biasa lagi, Tuhan tidak pernah terlalu sibuk untuk kita. Kapan saja kita membuka hubungan dengan Tuhan, Dia akan selalu berkenan untuk dihampiri. Bukankah itu indah?
Tanpa Kristus kita tidak akan pernah bisa mengalami semua kemudahan ini. Paulus mengerti benar akan hal itu dan itu bisa kita lihat lewat apa yang ia katakan: "karena oleh Dia kita kedua pihak dalam satu Roh beroleh jalan masuk kepada Bapa." (Efesus 2:18). Karena Tuhanlah kita semua, baik orang-orang Israel secara rohani maupun yang berada diluar, oleh Roh Allah yang satu, dapat mendekati Bapa. Hubungan kita yang telah terputus akibat dosa telah kembali tersambung lewat darah Kristus. Tepat ketika Yesus menyerahkan nyawaNya di kayu salib, sesuatu terjadi di Bait suci. "Ketika itu tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah." (Markus 13:38). Itulah pertanda bahwa tidak lagi ada sekat yang membentang antara kita dengan Tuhan. Itulah yang disinggung oleh Paulus. "Tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus kamu, yang dahulu "jauh", sudah menjadi "dekat" oleh darah Kristus." (Efesus 2:13). Artinya, semua manusia memiliki kesempatan yang sama untuk selamat dan berhubungan secara langsung kepada Bapa melalui Roh Kudus oleh karena Kristus, dengan perantaraan Kristus. Lebih lanjut Paulus mengatakan "Di dalam Dia kita beroleh keberanian dan jalan masuk kepada Allah dengan penuh kepercayaan oleh iman kita kepada-Nya." (3:12). Setiap saat, kapan dan dimana saja, kita bisa berhubungan dengan Tuhan. Ini adalah anugerah yang terlalu besar untuk kita abaikan.
Melalui Kristus, semua orang bisa mendapatkan kesempatan yang sama untuk merasakan hadirat Tuhan secara langsung. Tuhan selalu menyambut siapapun dengan tangan terbuka tanpa memandang siapa kita, kesalahan-kesalahan yang pernah kita lakukan dahulu atau latar belakang apapun. Dia siap menyucikan kita kembali agar bisa dengan penuh keberanian memasuki tahta kudusNya. Apa yang perlu kita perbuat adalah mengakui dosa-dosa kita dengan melakukan pertobatan secara total dan menyeluruh, karena sesungguhnya yang memisahkan kita dari Tuhan tidak lain adalah dosa-dosa kita. "tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu." (Yesaya 59:2). Sebuah syarat lain tentu saja dengan percaya kepada Yesus dan menerimaNya sebagai Tuhan dan Juru Selamat pribadi kita. "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku." (Yohanes 14:6). Dengan melakukan hal-hal tersebut, kita pun akan dapat "dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya." (Ibrani 4:16).
"TUHAN dekat pada setiap orang yang berseru kepada-Nya, pada setiap orang yang berseru kepada-Nya dalam kesetiaan." (Mazmur 145:8). Dan kedekatan itu sudah menjadi begitu nyata melalui hubungan tanpa hambatan/batas yang telah dimungkinkan lewat darah Kristus. "Ia datang dan memberitakan damai sejahtera kepada kamu yang "jauh" dan damai sejahtera kepada mereka yang "dekat",karena oleh Dia kita kedua pihak dalam satu Roh beroleh jalan masuk kepada Bapa." (Efesus 2:17). Kalau begitu semuanya tinggal tergantung kita. Apakah kita mau memanfaatkan anugerah sebesar ini atau menyia-nyiakannya, apakah ita mau masuk atau masih memilih untuk berada di luar. Yang pasti, pintu sudah dibuka, dan pintu itu terbuka untuk semua orang tanpa terkecuali. Melalui Yesus, kita bisa menghampiri tahta kudusNya kapanpun dan dimanapun. Selama kita mau, tidak ada tempat atau waktu dimana kita tidak bisa menemuiNya. Isn't it great?
Tidak ada pembatas lagi untuk berhubungan dengan Tuhan. Kapanpun dan dimanapun kita bisa.
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Sunday, November 27, 2011
Tak Kenal Maka Tak Sayang
Ayat bacaan: Mazmur 9:11
====================
"Orang yang mengenal nama-Mu percaya kepada-Mu, sebab tidak Kautinggalkan orang yang mencari Engkau, ya TUHAN."
Kita selalu dianjurkan untuk berhati-hati jika berkenalan dengan teman-teman baru di dunia maya. Himbauan ini tentu ada benarnya, mengingat ada begitu banyak orang jahat yang memanfaatkan dunia ini untuk menipu, menjebak atau memperdaya orang lain. Tapi jika kita mengatakan bahwa dunia cyber ini 100% berisi orang jahat, itupun tidaklah benar. Saya memiliki banyak teman dekat yang kemudian menjadi seperti saudara sendiri yang tadinya saya kenal lewat dunia maya ini. Hampir semuanya melalui proses yang tidak singkat, dimana kita saling mengenal lebih jauh terlebih dahulu untuk bisa sampai kepada sebuah tahapan persahabatan yang erat pada akhirnya. Persahabatan itu kemudian menjadi lebih erat lagi setelah bertemu muka secara langsung. Ketika itulah saya bisa mengenal mereka secara lebih dekat lagi, demikian pula sebaliknya. Ada sebuah pepatah yang mengatakan "To know is to love" atau dalam bahasa Indonesianya dikatakan "tak kenal maka tak sayang." Semakin dalam kita mengenal seseorang secara pribadi, maka kita bisa semakin percaya kepada mereka, begitu juga sebaliknya. Apakah di dunia nyata ataupun di dunia maya, proses persahabatan yang bermula dari perkenalan awal membutuhkan sebuah proses. Ada yang cepat, ada yang lambat, tetapi biar bagaimanapun kita tetap harus melewati proses itu. Tanpa mengenal dengan baik, pasti sulit bagi kita untuk percaya.
Hubungan antara kita dengan Sang Pencipta pun seperti itu. Bagaimana kita bisa mengaku mencintai Tuhan apabila kita tidak mengenalNya secara dekat? Lalu bagaimana kita bisa mengaku kenal Tuhan jika kita tidak mengetahui firmanNya? Sejauh mana kita mengenal Tuhan akan akan sangat menentukan seberapa besar tingkat kepercayaan kita kepadaNya. Mengaku percaya mungkin mudah. Lewat lagu-lagu pujian, lewat ucapan di depan orang lain, mungkin mudah bagi kita untuk berkata percaya jika hanya lewat bibir saja. Namun ketika dihadapkan pada realita, mungkin hanya sedikit yang benar-benar percaya lewat iman yang teguh bahwa Tuhan itu ada memelihara kehidupan mereka sehari-hari. Ketika masalah menerpa, ketika badai menghadang, disanalah tingkat kepercayaan kita akan diuji. Begitu banyak orang yang saat ini didera kekhawatiran/ketakutan terhadap apa yang akan terjadi di masa depan. Mereka dikuasai ketakutan yang timbul dari pikiran mereka sendiri karena melihat situasi hanya lewat mata saja. Pada tingkat tertentu itu bisa membuat orang menjadi paranoid. Bukannya percaya pada Tuhan, tapi malah lebih mudah untuk menyerah kepada ketakutan dan kekhawatiran yang menghantui pikiran. Masalah menjadi terlihat jauh lebih besar dibandingkan kuasa yang dimiliki Tuhan. Segala-galanya hanya dipandang dari segi jumlah harta, popularitas atau gengsi saja. Saya bertemu dengan banyak orang yang bersikap seperti ini, bahkan beberapa diantaranya merupakan orang-orang yang melayani Tuhan. Inilah yang mungkin terjadi apabila kita belum mengenal Tuhan secara benar.
Untuk bisa percaya kepada Tuhan, tentu terlebih dahulu kita harus mengenalNya.Daud mengatakan sebagai berikut: "Orang yang mengenal nama-Mu percaya kepada-Mu, sebab tidak Kautinggalkan orang yang mencari Engkau, ya TUHAN." (Mazmur 9:11). Kunci penting itu disebutkan disini: Agar kita bisa percaya maka kita harus mengenalNya terlebih dahulu. Bagaimana caranya?
Yang pertama kita bisa mengenal Dia lewat firman Tuhan. Alkitab mencatat begitu banyak keterangan mengenai Tuhan. Mari kita lihat beberapa ayat berikut ini. "Sebab Dia berfirman, maka semuanya jadi; Dia memberi perintah, maka semuanya ada." (Mazmur 33:9). Tuhan adalah pribadi yang menciptakan segala sesuatu lewat firman. Kisah penciptaan alam semesta beserta isinya di awal Alkitab menjadi sebuah catatan penting mengenai hal ini. Salomo menggambarkan Tuhan sebagai sosok yang jauh lebih tinggi dari segala kepintaran dan kecerdasan bahkan kebijaksanaan manusia. "Tidak ada hikmat dan pengertian, dan tidak ada pertimbangan yang dapat menandingi TUHAN." (Amsal 21:30). Dalam Yesaya dikatakan: "Dengarkanlah Aku, hai kaum keturunan Yakub, hai semua orang yang masih tinggal dari keturunan Israel, hai orang-orang yang Kudukung sejak dari kandungan, hai orang-orang yang Kujunjung sejak dari rahim. Sampai masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku menggendong kamu. Aku telah melakukannya dan mau menanggung kamu terus; Aku mau memikul kamu dan menyelamatkan kamu." (Yesaya 3-4) Tuhan adalah Bapa yang setia yang akan tetap mau menggendong, menanggung, memikul dan menyelamatkan kita sampai akhir hayat."Akulah Allah dan tidak ada yang seperti Aku"(ay 9). Atau lihatlah Mazmur 23, disana Daud menunjukkan seperti apa ia mengenal Tuhan. Dan tentunya banyak lagi firman Tuhan yang mampu mengenalkan kita secara mendalam kepada siapa Tuhan sebenarnya.
Kemudian selanjutnya, mengenal pribadi Allah bisa kita peroleh lewat pengalaman kita berjalan bersama-sama denganNya. Mengalami langsung kuasa Tuhan dengan penyertaanNya dalam hidup kita. Saya masih bisa menulis renungan saat ini, dan anda bisa membacanya, itu adalah atas karunia Tuhan. Saya percaya semakin taat kita menjalani hidup, maka kuasaNya akan semkakin nyata pula kita rasakan. "Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan." (Roma 10:10). Orang yang percaya akan dibenarkan, yang mengaku akan diselamatkan. Ini sejalan dengan ayat bacaan hari ini, bahwa Tuhan tidak akan pernah meninggalkan orang yang terus berusaha untuk mengenalNya lebih jauh. Orang yang setia mencari dan merindukan Tuhan adalah gambaran dari orang yang percaya kepadaNya, punya pengharapan tanpa henti, tidak menyerah pada ketakutan dan kekhawatiran. Dan ini akan dimiliki apabila kita mengenal siapa Tuhan itu sebenarnya, seperti apa sebenarnya besar kasihNya kepada kita, seberapa besar Tuhan ingin kita selamat dan mendapatkan bagian di KerajaanNya. Janganlah berhenti dengan percaya sebatas bibir saja, mulailah hari ini untuk mengenal pribadi Allah lebih jauh lagi sehingga dengan iman teguh yang bertumbuh semakin besar kita bisa percaya sepenuhnya dan menerima penyertaan Tuhan secara nyata dalam hidup kita.
To know Him is to love Him
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
====================
"Orang yang mengenal nama-Mu percaya kepada-Mu, sebab tidak Kautinggalkan orang yang mencari Engkau, ya TUHAN."
Kita selalu dianjurkan untuk berhati-hati jika berkenalan dengan teman-teman baru di dunia maya. Himbauan ini tentu ada benarnya, mengingat ada begitu banyak orang jahat yang memanfaatkan dunia ini untuk menipu, menjebak atau memperdaya orang lain. Tapi jika kita mengatakan bahwa dunia cyber ini 100% berisi orang jahat, itupun tidaklah benar. Saya memiliki banyak teman dekat yang kemudian menjadi seperti saudara sendiri yang tadinya saya kenal lewat dunia maya ini. Hampir semuanya melalui proses yang tidak singkat, dimana kita saling mengenal lebih jauh terlebih dahulu untuk bisa sampai kepada sebuah tahapan persahabatan yang erat pada akhirnya. Persahabatan itu kemudian menjadi lebih erat lagi setelah bertemu muka secara langsung. Ketika itulah saya bisa mengenal mereka secara lebih dekat lagi, demikian pula sebaliknya. Ada sebuah pepatah yang mengatakan "To know is to love" atau dalam bahasa Indonesianya dikatakan "tak kenal maka tak sayang." Semakin dalam kita mengenal seseorang secara pribadi, maka kita bisa semakin percaya kepada mereka, begitu juga sebaliknya. Apakah di dunia nyata ataupun di dunia maya, proses persahabatan yang bermula dari perkenalan awal membutuhkan sebuah proses. Ada yang cepat, ada yang lambat, tetapi biar bagaimanapun kita tetap harus melewati proses itu. Tanpa mengenal dengan baik, pasti sulit bagi kita untuk percaya.
Hubungan antara kita dengan Sang Pencipta pun seperti itu. Bagaimana kita bisa mengaku mencintai Tuhan apabila kita tidak mengenalNya secara dekat? Lalu bagaimana kita bisa mengaku kenal Tuhan jika kita tidak mengetahui firmanNya? Sejauh mana kita mengenal Tuhan akan akan sangat menentukan seberapa besar tingkat kepercayaan kita kepadaNya. Mengaku percaya mungkin mudah. Lewat lagu-lagu pujian, lewat ucapan di depan orang lain, mungkin mudah bagi kita untuk berkata percaya jika hanya lewat bibir saja. Namun ketika dihadapkan pada realita, mungkin hanya sedikit yang benar-benar percaya lewat iman yang teguh bahwa Tuhan itu ada memelihara kehidupan mereka sehari-hari. Ketika masalah menerpa, ketika badai menghadang, disanalah tingkat kepercayaan kita akan diuji. Begitu banyak orang yang saat ini didera kekhawatiran/ketakutan terhadap apa yang akan terjadi di masa depan. Mereka dikuasai ketakutan yang timbul dari pikiran mereka sendiri karena melihat situasi hanya lewat mata saja. Pada tingkat tertentu itu bisa membuat orang menjadi paranoid. Bukannya percaya pada Tuhan, tapi malah lebih mudah untuk menyerah kepada ketakutan dan kekhawatiran yang menghantui pikiran. Masalah menjadi terlihat jauh lebih besar dibandingkan kuasa yang dimiliki Tuhan. Segala-galanya hanya dipandang dari segi jumlah harta, popularitas atau gengsi saja. Saya bertemu dengan banyak orang yang bersikap seperti ini, bahkan beberapa diantaranya merupakan orang-orang yang melayani Tuhan. Inilah yang mungkin terjadi apabila kita belum mengenal Tuhan secara benar.
Untuk bisa percaya kepada Tuhan, tentu terlebih dahulu kita harus mengenalNya.Daud mengatakan sebagai berikut: "Orang yang mengenal nama-Mu percaya kepada-Mu, sebab tidak Kautinggalkan orang yang mencari Engkau, ya TUHAN." (Mazmur 9:11). Kunci penting itu disebutkan disini: Agar kita bisa percaya maka kita harus mengenalNya terlebih dahulu. Bagaimana caranya?
Yang pertama kita bisa mengenal Dia lewat firman Tuhan. Alkitab mencatat begitu banyak keterangan mengenai Tuhan. Mari kita lihat beberapa ayat berikut ini. "Sebab Dia berfirman, maka semuanya jadi; Dia memberi perintah, maka semuanya ada." (Mazmur 33:9). Tuhan adalah pribadi yang menciptakan segala sesuatu lewat firman. Kisah penciptaan alam semesta beserta isinya di awal Alkitab menjadi sebuah catatan penting mengenai hal ini. Salomo menggambarkan Tuhan sebagai sosok yang jauh lebih tinggi dari segala kepintaran dan kecerdasan bahkan kebijaksanaan manusia. "Tidak ada hikmat dan pengertian, dan tidak ada pertimbangan yang dapat menandingi TUHAN." (Amsal 21:30). Dalam Yesaya dikatakan: "Dengarkanlah Aku, hai kaum keturunan Yakub, hai semua orang yang masih tinggal dari keturunan Israel, hai orang-orang yang Kudukung sejak dari kandungan, hai orang-orang yang Kujunjung sejak dari rahim. Sampai masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku menggendong kamu. Aku telah melakukannya dan mau menanggung kamu terus; Aku mau memikul kamu dan menyelamatkan kamu." (Yesaya 3-4) Tuhan adalah Bapa yang setia yang akan tetap mau menggendong, menanggung, memikul dan menyelamatkan kita sampai akhir hayat."Akulah Allah dan tidak ada yang seperti Aku"(ay 9). Atau lihatlah Mazmur 23, disana Daud menunjukkan seperti apa ia mengenal Tuhan. Dan tentunya banyak lagi firman Tuhan yang mampu mengenalkan kita secara mendalam kepada siapa Tuhan sebenarnya.
Kemudian selanjutnya, mengenal pribadi Allah bisa kita peroleh lewat pengalaman kita berjalan bersama-sama denganNya. Mengalami langsung kuasa Tuhan dengan penyertaanNya dalam hidup kita. Saya masih bisa menulis renungan saat ini, dan anda bisa membacanya, itu adalah atas karunia Tuhan. Saya percaya semakin taat kita menjalani hidup, maka kuasaNya akan semkakin nyata pula kita rasakan. "Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan." (Roma 10:10). Orang yang percaya akan dibenarkan, yang mengaku akan diselamatkan. Ini sejalan dengan ayat bacaan hari ini, bahwa Tuhan tidak akan pernah meninggalkan orang yang terus berusaha untuk mengenalNya lebih jauh. Orang yang setia mencari dan merindukan Tuhan adalah gambaran dari orang yang percaya kepadaNya, punya pengharapan tanpa henti, tidak menyerah pada ketakutan dan kekhawatiran. Dan ini akan dimiliki apabila kita mengenal siapa Tuhan itu sebenarnya, seperti apa sebenarnya besar kasihNya kepada kita, seberapa besar Tuhan ingin kita selamat dan mendapatkan bagian di KerajaanNya. Janganlah berhenti dengan percaya sebatas bibir saja, mulailah hari ini untuk mengenal pribadi Allah lebih jauh lagi sehingga dengan iman teguh yang bertumbuh semakin besar kita bisa percaya sepenuhnya dan menerima penyertaan Tuhan secara nyata dalam hidup kita.
To know Him is to love Him
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Saturday, November 26, 2011
Blues
Ayat bacaan: Yesaya 53:5
====================
"Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya.."
Dalam bahasa Inggris kata blue bukan semata-mata dipakai sebagai salah satu jenis warna tapi juga dipakai sebagai kata yang mengekspresikan kesedihan. Sangat menarik ketika hari ini saya dihadiahi seorang teman sebuah film seri dokumenter mengenai lahirnya sejarah musik Blues, sebuah genre musik besar yang merupakan akar dari segala jenis musik modern yang ada di dunia hari ini. Musik blues ternyata berasal dari curahan kepedihan para warga berkulit hitam yang dahulu dijadikan budak. Hidup yang penuh penderitaan, kerap mendapat siksaan dan sebagainya. Mereka sempat digeser dari lingkungan pergaulan, tidak boleh bergaul dengan warga kulit putih, bahkan pemisahan itu dilegalkan oleh hukum pada masa itu. Bisa dibayangkan bagaimana tertindasnya mereka hanya karena warna kulit yang berbeda. Ini membuat mereka kemudian mencurahkan perasaan mereka ke dalam sebuah bentuk musik yang tadinya terkesan "asal", dan inilah kemudian yang menjelma sebagai musik blues. Latar belakang musik Blues sangatlah menarik, termasuk perjalanannya tumbuh dari satu kota ke kota lain. Mississippi Blues yang sangat kental dan bersahaja dengan "chord-chord"nya yang unik lalu dikenal sebagai Delta Blues atau D-Blues, lalu ada New Orleans Blues yang masih mirip dengan Delta tapi sudah bercampur dengan African rhythm and melodical pattern, dan terus berkembang hingga Chicago Blues yang lebih "elektrik" dan semakin mendekati rock serta rock n roll, seperti Jimi Hendrix misanya. Musik sebagai sebuah medium ekspresi ternyata mampu menjadi tempat curahan hati dan perasaan kita. Kerap kali lewat lagu kita bisa bergembira, tertawa bahkan menangis mengeluarkan kesedihan yang ada dalam hati kita. "Dalam menanggapi kesedihan kita bisa mengeluh, menangis dan menyalahkan orang atau situasi, tapi kita bisa juga mengekspresikannya lewat nada-nada baik dengan vokal maupun instrumen musik", ujar salah seorang narasumber dalam dokumentasi itu.
Sebuah hidup bukanlah hidup jika tidak ada kesedihan di dalamnya. Ada saat dimana kita memang mengalami kepedihan, kita berduka, murung juga berkabung. Kesepian, rasa perih dalam hati, rasa kehilangan, semua itu bisa membuat kita sulit untuk berbuat apa-apa. Rasa sakit itu bisa menyiksa kita sedemikian rupa sehingga sebagian orang bisa sulit untuk bangkit kembali. Tidak peduli siapapun kita, pada suatu ketika akan merasakan hal seperti ini, bahkan mungkin di kalangan teman-teman pun ada yang sedang merasakannya saat ini. Semua itu wajar kita alami pada suatu waktu, tapi kita tidak boleh sampai lupa bahwa kita tidak sendirian menjalaninya. Ada Tuhan yang begitu peduli akan kesedihan kita yang akan selalu siap menguatkan, memberi kelegaan, memulihkan luka-luka hati kita bahkan menghadirkan pertolongan. Akan halnya bangsa kulit hitam, lihatlah bagaimana mereka diberkati lewat talenta musik mereka. Blues, Marching band, Gospel music, Ragtime, Foxtrott, Dixieland hingga Jazz, semua itu lahir lewat talenta mereka.
Nubuatan yang sangat akurat tentang Yesus tercatat lengkap di dalam alkitab lewat Yesaya. Dikatakan "Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai." (Yesaya 9:5). Itu berbagai gelar yang disematkan kepada Yesus jauh sebelum kedatanganNya turun ke dunia. Dalam bahasa Inggirsnya dikatakan: "We call him "the Wonderful Councelor, Mighty god, Everlasting Father (of Eternity) and Prince of Peace." Semua itu merupakan gelar luar biasa yang disematkan kepada Yesus, dan itu benar, pantas dan sangatlah layak. Tetapi kita juga harus ingat bahwa selain gelar-gelar tersebut Yesus juga disebut sebagai Hamba Tuhan yang menderita atau "A Man of sorrows and acquainted with grief." Demikianlah judul perikop Yesaya 52:13-53:12. "Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kitapun dia tidak masuk hitungan. Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh." (Yesaya 53:3-5). Perhatikan baik bagian terakhir dari ayat tersebut. Yesus rela mengalami semuanya itu untuk menanggung penyakit-penyakit kita. Sakit penyakit, kelemahan, penderitaan dan kepedihan kita, kejahatan kita, semua Dia tanggung karena kasihNya yang begitu besar kepada kita. Oleh bilur-bilurNya kita menjadi sembuh. Yesus tidak pernah dan tidak akan pernah meninggalkan kita sendirian larut ke dalam kesedihan terus menerus. Dia ada, Dia peduli dan Dia siap, bahkan sudah menyembuhkan kita semua.
Tuhan Yesus sudah berjanji untuk memberi kelegaan terhadap kita semua yang berbeban berat. "Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu." (Matius 11:28). Lalu lewat bilur-bilurNya kita menjadi sembuh. (Yesaya 53:5). Dan jangan lupa pula bahwa Pemazmur sudah mengatakan sejak dahulu kala mengenai kepedulian Tuhan untuk menyembuhkan kita yang sedang mengalami kepedihan dan patah hati. "Ia menyembuhkan orang-orang yang patah hati dan membalut luka-luka mereka" (Mazmur 147:3). Semua ini merupakan bukti nyata bahwa kita tidak sendirian dalam mengalami luka-luka hati. Tuhan ada bersama kita, dan Dia akan selalu mau untuk menyembuhkan dan membalut luka-luka kita dengan tanganNya sendiri.
Jika ada di antara anda yang sedang mengalami sesuatu yang menyiksa perasaan atau mengalami penderitaan saat ini, ingatlah kepada Yesus. Jangan pernah lupa bahwa Yesus datang untuk menyelamatkan kita, untuk menolong kita dan juga untuk menyembuhkan kita. Jangan pernah merasa bahwa Tuhan menutup mata atas kepedihan dan penderitaan dalam hidup kita. Tidak, Dia tidak akan pernah berlaku demikian. Dia sungguh mengasihi kita. Dia senantiasa ada bersama kita, dan siap mengangkat kita keluar dari penderitaan itu untuk menikmati berkat-berkatNya. Pelangi yang indah muncul setelah hujan lebat dan cuaca buruk, dan seperti itu pula hidup kita di dalam tanganNya. Tuhan tetap menyediakan pelangi yang sangat indah dengan warna warninya melukis langit. Para warga kulit hitam yang tertindas ternyata menemukan genre-genre musik baru yang sangat berpengaruh bagi musik bahkan sampai hari ini di balik penderitaan mereka. dan seperti itu pula bagi kita. Ada sesuatu yang indah menanti pada sebuah titik kelak dimana Tuhan menggantikan segala penderitaan itu dengan sukacita yang besar. Kesedihan dan berbagai luka hati lainnya suatu waktu akan kita alami, tetapi jangan biarkan perasaan itu terus menguasai diri anda. Serahkanlah semua kepada Yesus yang akan segera memberi kelegaan, menyembuhkan luka-luka itu dan menggantikannya dengan sukacita kembali.
Yesus memberi kelegaan, menyembuhkan dan memulihkan luka-luka kita
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
====================
"Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya.."
Dalam bahasa Inggris kata blue bukan semata-mata dipakai sebagai salah satu jenis warna tapi juga dipakai sebagai kata yang mengekspresikan kesedihan. Sangat menarik ketika hari ini saya dihadiahi seorang teman sebuah film seri dokumenter mengenai lahirnya sejarah musik Blues, sebuah genre musik besar yang merupakan akar dari segala jenis musik modern yang ada di dunia hari ini. Musik blues ternyata berasal dari curahan kepedihan para warga berkulit hitam yang dahulu dijadikan budak. Hidup yang penuh penderitaan, kerap mendapat siksaan dan sebagainya. Mereka sempat digeser dari lingkungan pergaulan, tidak boleh bergaul dengan warga kulit putih, bahkan pemisahan itu dilegalkan oleh hukum pada masa itu. Bisa dibayangkan bagaimana tertindasnya mereka hanya karena warna kulit yang berbeda. Ini membuat mereka kemudian mencurahkan perasaan mereka ke dalam sebuah bentuk musik yang tadinya terkesan "asal", dan inilah kemudian yang menjelma sebagai musik blues. Latar belakang musik Blues sangatlah menarik, termasuk perjalanannya tumbuh dari satu kota ke kota lain. Mississippi Blues yang sangat kental dan bersahaja dengan "chord-chord"nya yang unik lalu dikenal sebagai Delta Blues atau D-Blues, lalu ada New Orleans Blues yang masih mirip dengan Delta tapi sudah bercampur dengan African rhythm and melodical pattern, dan terus berkembang hingga Chicago Blues yang lebih "elektrik" dan semakin mendekati rock serta rock n roll, seperti Jimi Hendrix misanya. Musik sebagai sebuah medium ekspresi ternyata mampu menjadi tempat curahan hati dan perasaan kita. Kerap kali lewat lagu kita bisa bergembira, tertawa bahkan menangis mengeluarkan kesedihan yang ada dalam hati kita. "Dalam menanggapi kesedihan kita bisa mengeluh, menangis dan menyalahkan orang atau situasi, tapi kita bisa juga mengekspresikannya lewat nada-nada baik dengan vokal maupun instrumen musik", ujar salah seorang narasumber dalam dokumentasi itu.
Sebuah hidup bukanlah hidup jika tidak ada kesedihan di dalamnya. Ada saat dimana kita memang mengalami kepedihan, kita berduka, murung juga berkabung. Kesepian, rasa perih dalam hati, rasa kehilangan, semua itu bisa membuat kita sulit untuk berbuat apa-apa. Rasa sakit itu bisa menyiksa kita sedemikian rupa sehingga sebagian orang bisa sulit untuk bangkit kembali. Tidak peduli siapapun kita, pada suatu ketika akan merasakan hal seperti ini, bahkan mungkin di kalangan teman-teman pun ada yang sedang merasakannya saat ini. Semua itu wajar kita alami pada suatu waktu, tapi kita tidak boleh sampai lupa bahwa kita tidak sendirian menjalaninya. Ada Tuhan yang begitu peduli akan kesedihan kita yang akan selalu siap menguatkan, memberi kelegaan, memulihkan luka-luka hati kita bahkan menghadirkan pertolongan. Akan halnya bangsa kulit hitam, lihatlah bagaimana mereka diberkati lewat talenta musik mereka. Blues, Marching band, Gospel music, Ragtime, Foxtrott, Dixieland hingga Jazz, semua itu lahir lewat talenta mereka.
Nubuatan yang sangat akurat tentang Yesus tercatat lengkap di dalam alkitab lewat Yesaya. Dikatakan "Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai." (Yesaya 9:5). Itu berbagai gelar yang disematkan kepada Yesus jauh sebelum kedatanganNya turun ke dunia. Dalam bahasa Inggirsnya dikatakan: "We call him "the Wonderful Councelor, Mighty god, Everlasting Father (of Eternity) and Prince of Peace." Semua itu merupakan gelar luar biasa yang disematkan kepada Yesus, dan itu benar, pantas dan sangatlah layak. Tetapi kita juga harus ingat bahwa selain gelar-gelar tersebut Yesus juga disebut sebagai Hamba Tuhan yang menderita atau "A Man of sorrows and acquainted with grief." Demikianlah judul perikop Yesaya 52:13-53:12. "Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kitapun dia tidak masuk hitungan. Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh." (Yesaya 53:3-5). Perhatikan baik bagian terakhir dari ayat tersebut. Yesus rela mengalami semuanya itu untuk menanggung penyakit-penyakit kita. Sakit penyakit, kelemahan, penderitaan dan kepedihan kita, kejahatan kita, semua Dia tanggung karena kasihNya yang begitu besar kepada kita. Oleh bilur-bilurNya kita menjadi sembuh. Yesus tidak pernah dan tidak akan pernah meninggalkan kita sendirian larut ke dalam kesedihan terus menerus. Dia ada, Dia peduli dan Dia siap, bahkan sudah menyembuhkan kita semua.
Tuhan Yesus sudah berjanji untuk memberi kelegaan terhadap kita semua yang berbeban berat. "Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu." (Matius 11:28). Lalu lewat bilur-bilurNya kita menjadi sembuh. (Yesaya 53:5). Dan jangan lupa pula bahwa Pemazmur sudah mengatakan sejak dahulu kala mengenai kepedulian Tuhan untuk menyembuhkan kita yang sedang mengalami kepedihan dan patah hati. "Ia menyembuhkan orang-orang yang patah hati dan membalut luka-luka mereka" (Mazmur 147:3). Semua ini merupakan bukti nyata bahwa kita tidak sendirian dalam mengalami luka-luka hati. Tuhan ada bersama kita, dan Dia akan selalu mau untuk menyembuhkan dan membalut luka-luka kita dengan tanganNya sendiri.
Jika ada di antara anda yang sedang mengalami sesuatu yang menyiksa perasaan atau mengalami penderitaan saat ini, ingatlah kepada Yesus. Jangan pernah lupa bahwa Yesus datang untuk menyelamatkan kita, untuk menolong kita dan juga untuk menyembuhkan kita. Jangan pernah merasa bahwa Tuhan menutup mata atas kepedihan dan penderitaan dalam hidup kita. Tidak, Dia tidak akan pernah berlaku demikian. Dia sungguh mengasihi kita. Dia senantiasa ada bersama kita, dan siap mengangkat kita keluar dari penderitaan itu untuk menikmati berkat-berkatNya. Pelangi yang indah muncul setelah hujan lebat dan cuaca buruk, dan seperti itu pula hidup kita di dalam tanganNya. Tuhan tetap menyediakan pelangi yang sangat indah dengan warna warninya melukis langit. Para warga kulit hitam yang tertindas ternyata menemukan genre-genre musik baru yang sangat berpengaruh bagi musik bahkan sampai hari ini di balik penderitaan mereka. dan seperti itu pula bagi kita. Ada sesuatu yang indah menanti pada sebuah titik kelak dimana Tuhan menggantikan segala penderitaan itu dengan sukacita yang besar. Kesedihan dan berbagai luka hati lainnya suatu waktu akan kita alami, tetapi jangan biarkan perasaan itu terus menguasai diri anda. Serahkanlah semua kepada Yesus yang akan segera memberi kelegaan, menyembuhkan luka-luka itu dan menggantikannya dengan sukacita kembali.
Yesus memberi kelegaan, menyembuhkan dan memulihkan luka-luka kita
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Friday, November 25, 2011
Lemah Lembut
Ayat bacaan: Efesus 4:26-27
==================
"Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis."
Miris rasanya membaca koran setahun terakhir ini. Situasi tidak kunjung membaik malah bisa dikatakan memburuk. Orang bisa bertindak seenaknya tanpa batas. Membunuh, menganiaya menjadi sesuatu yang dianggap biasa hanya karena ingin memaksakan kehendak atau karena memiliki pandangan berbeda. Payung hukum tidak lagi bisa memayungi warganya sendiri. Para pelaku tindak kekerasan leluasa bergerak tanpa kendali, dan aparat berusaha mencari alasan apapun asal tidak menindak mereka. Menyaksikan berita di televisi, surat kabar dan sebagainya saat ini sama seperti menyaksikan luapan kemarahan yang tak terkendali sehingga membunuh pun dianggap pantas dan dibenarkan oleh Tuhan. Setiap hari kita disuguhi berbagai gambaran anarkis dengan wajah-wajah penuh kemarahan, dan itu adalah sebuah gambaran kehidupan di dunia saat ini yang semakin lama semakin menganggap wajar untuk memupuk kemarahan. Semua bertambah parah ketika negara memalingkan muka sejauh-jauhnya. Berbagai alasan pun bisa timbul sebagai dasar mentolerir kemarahan ini. Aspirasi yang tidak kunjung didengar, diperlakukan tidak adil, merasa dirugikan, bahkan ada pula yang menjadi murka karena merasa orang lain tidak sepaham dengan mereka. Alasan-alasan dipakai untuk jadi pembenaran. Kemarahan membuat orang tidak lagi bisa berpikir jernih, dan pada akhirnya bukan saja kemarahan itu bisa merugikan orang lain, tetapi untuk diri sendiri pun kemarahan bisa menimbulkan banyak masalah yang pada suatu ketika kelak akan kita sesali. Jika tidak di dunia, ingatlah kelak kita harus mempertanggungjawabkan perbuatan kita kepada Sang Pencipta segalanya.
Harus diakui bahwa ada saat-saat dimana kita terpaksa harus marah, sebagai ungkapan dari perasaan atau emosi yang terdapat di dalam diri kita. Tetapi sesungguhnya kemarahan tidak dianjurkan sama sekali di dalam Kekristenan. Sedapat mungkin kita harus menghindarinya. Apabila kita harus marah kita harus menjaga jangan sampai kita membiarkan kemarahan itu terus menguasai diri kita secara berkepanjangan sehingga iblis bisa berpesta pora di balik itu. Firman Tuhan berkata: "Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis." (Efesus 4:26-27). Perhatikan baik ayat ini. Seringkali ayat ini diambil hanya ayat 26 saja, padhal ayat 27 menunjukkan sebuah akibat yang fatal dari keputusan kita untuk memupuk kemarahan. Lihatlah bahwa ada dosa mengintip dibalik kemarahan kita. Kita amat sangat tidak dianjurkan untuk berlama-lama marah dan jangan lupa pula bahwa kemarahan yang kita biarkan akan menjadi lahan permainan yang sangat menarik buat iblis. It will be a perfect devil's playground. Alkitab mengingatkan dalam begitu banyak kesempatan agar kita tidak membiarkan amarah menguasai diri kita. "Berhentilah marah dan tinggalkanlah panas hati itu, jangan marah, itu hanya membawa kepada kejahatan." (Mazmur 37:8). Panas hati penuh rasa marah hanya akan mengarahkan kita masuk kepada berbagai kejahatan yang nanti akan menyusahkan kita juga. Sementara dalam Pengkotbah kita bisa melihat ayat lainnya yang berbunyi: "Janganlah lekas-lekas marah dalam hati, karena amarah menetap dalam dada orang bodoh." (Pengkotbah 7:9). Amarah menetap dalam dada orang bodoh. Oleh karena itu jika kita tidak mau dikatakan bodoh, maka berhentilah memupuk amarah.
Yesus tidak mengajarkan kita untuk menjadi pribadi-pribadi yang pemarah. Yesus tidak mengajarkan kita untuk menjadi orang yang memupuk emosi dan tidak akan pernah memberi alasan apapun untuk membenarkan kita merugikan orang lain, apalagi melukai atau membunuh. Sebaliknya dengan sangat jelas kita diharuskan untuk bersikap lemah lembut di muka bumi ini dalam menyatakan kasih. "Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi." (Matius 5:5). Singkat dan jelas bukan? Hanya orang-orang yang lemah lembutlah yang akan memiliki bumi. Orang-orang lemah lembut bukan berarti bersikap loyo atau lembek, melainkan menggambarkan orang yang mau tunduk kepada otoritas Tuhan, mau menyerahkan diri sepenuhnya ke dalam rencana Tuhan dalam segala aspek kehidupan, apakah itu dalam pikiran, perbuatan, perasaan dan perkataan, dan menyerahkan sepenuhnya dalam tuntunan Roh Kudus sembari mengasihi semua orang tanpa terkecuali, meski mereka mungkin berbeda pandangan atau apapun dari kita.
Salah satu contoh orang yang dikatakan lemah lembut adalah Musa, seperti yang tertulis dalam Alkitab: "Musa ialah seorang yang sangat lembut hatinya, lebih dari setiap manusia yang di atas muka bumi." (Bilangan 12:3). Bagaimana Alkitab bisa menulis seperti itu? Tentu saja ada alasannya, bahkan sangat jelas. It's so obvious. Bayangkan pergumulan emosional yang dihadapi Musa dalam memimpin bangsa yang keras kepala, degil, bebal dan tegar tengkuk ini selama 40 tahun. Itu tentu sangat tidak mudah. Disindir, dihina, dilawan, itu sudah menjadi makanannya sehari-hari meski bangsa yang dipimpinnya ini sudah berulang kali menyaksikan langsung bagaimana Tuhan menyertai mereka secara nyata. Tapi Musa ternyata sanggup menahan diri hingga sekian lama. Mudahkah itu? Tentu saja tidak. Tapi Musa menunjukkan bahwa ia bisa. Dan kalau kita melihat bagaimana tingkat kemarahan orang di jaman sekarang, maka Musa terlihat semakin bersinar di dalam kelembutan hatinya.
Menahan diri agar tetap lemah lembut memang tidak mudah. Berbagai situasi dan kondisi bisa dengan cepat membuat amarah kita meluap. Ada begitu banyak orang-orang sulit disekitar kita yang akan terus memprovokasi kita lewat perkataan maupun perbuatan mereka. Tapi apapun alasannya, Tuhan tidak pernah mengijinkan kita untuk merugikan orang lain, apalagi menyiksa, menganiaya atau membunuh. Apapun alasannya, itu tidak akan pernah dibenarkan. Malah Tuhan mengatakan bahwa kita harus mengasihi musuh dan berdoa bagi mereka. (Matius 5:44). Sebagai anak-anak Tuhan hendaklah kita tidak terpancing dan tetap tenang. Miliki hati yang sepenuhnya berpegang pada Tuhan, miliki hati yang lembut yang siap dibentuk, dan cepat atau lambat dunia akan melihat bahwa ajaran kasih dalam Kekristenan sungguh mampu membawa perbedaan ke arah yang lebih baik.
Menjadi pribadi lemah lembut yang penuh kasih adalah gambaran anak-anak Tuhan seperti yang Dia kehendaki
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
==================
"Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis."
Miris rasanya membaca koran setahun terakhir ini. Situasi tidak kunjung membaik malah bisa dikatakan memburuk. Orang bisa bertindak seenaknya tanpa batas. Membunuh, menganiaya menjadi sesuatu yang dianggap biasa hanya karena ingin memaksakan kehendak atau karena memiliki pandangan berbeda. Payung hukum tidak lagi bisa memayungi warganya sendiri. Para pelaku tindak kekerasan leluasa bergerak tanpa kendali, dan aparat berusaha mencari alasan apapun asal tidak menindak mereka. Menyaksikan berita di televisi, surat kabar dan sebagainya saat ini sama seperti menyaksikan luapan kemarahan yang tak terkendali sehingga membunuh pun dianggap pantas dan dibenarkan oleh Tuhan. Setiap hari kita disuguhi berbagai gambaran anarkis dengan wajah-wajah penuh kemarahan, dan itu adalah sebuah gambaran kehidupan di dunia saat ini yang semakin lama semakin menganggap wajar untuk memupuk kemarahan. Semua bertambah parah ketika negara memalingkan muka sejauh-jauhnya. Berbagai alasan pun bisa timbul sebagai dasar mentolerir kemarahan ini. Aspirasi yang tidak kunjung didengar, diperlakukan tidak adil, merasa dirugikan, bahkan ada pula yang menjadi murka karena merasa orang lain tidak sepaham dengan mereka. Alasan-alasan dipakai untuk jadi pembenaran. Kemarahan membuat orang tidak lagi bisa berpikir jernih, dan pada akhirnya bukan saja kemarahan itu bisa merugikan orang lain, tetapi untuk diri sendiri pun kemarahan bisa menimbulkan banyak masalah yang pada suatu ketika kelak akan kita sesali. Jika tidak di dunia, ingatlah kelak kita harus mempertanggungjawabkan perbuatan kita kepada Sang Pencipta segalanya.
Harus diakui bahwa ada saat-saat dimana kita terpaksa harus marah, sebagai ungkapan dari perasaan atau emosi yang terdapat di dalam diri kita. Tetapi sesungguhnya kemarahan tidak dianjurkan sama sekali di dalam Kekristenan. Sedapat mungkin kita harus menghindarinya. Apabila kita harus marah kita harus menjaga jangan sampai kita membiarkan kemarahan itu terus menguasai diri kita secara berkepanjangan sehingga iblis bisa berpesta pora di balik itu. Firman Tuhan berkata: "Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis." (Efesus 4:26-27). Perhatikan baik ayat ini. Seringkali ayat ini diambil hanya ayat 26 saja, padhal ayat 27 menunjukkan sebuah akibat yang fatal dari keputusan kita untuk memupuk kemarahan. Lihatlah bahwa ada dosa mengintip dibalik kemarahan kita. Kita amat sangat tidak dianjurkan untuk berlama-lama marah dan jangan lupa pula bahwa kemarahan yang kita biarkan akan menjadi lahan permainan yang sangat menarik buat iblis. It will be a perfect devil's playground. Alkitab mengingatkan dalam begitu banyak kesempatan agar kita tidak membiarkan amarah menguasai diri kita. "Berhentilah marah dan tinggalkanlah panas hati itu, jangan marah, itu hanya membawa kepada kejahatan." (Mazmur 37:8). Panas hati penuh rasa marah hanya akan mengarahkan kita masuk kepada berbagai kejahatan yang nanti akan menyusahkan kita juga. Sementara dalam Pengkotbah kita bisa melihat ayat lainnya yang berbunyi: "Janganlah lekas-lekas marah dalam hati, karena amarah menetap dalam dada orang bodoh." (Pengkotbah 7:9). Amarah menetap dalam dada orang bodoh. Oleh karena itu jika kita tidak mau dikatakan bodoh, maka berhentilah memupuk amarah.
Yesus tidak mengajarkan kita untuk menjadi pribadi-pribadi yang pemarah. Yesus tidak mengajarkan kita untuk menjadi orang yang memupuk emosi dan tidak akan pernah memberi alasan apapun untuk membenarkan kita merugikan orang lain, apalagi melukai atau membunuh. Sebaliknya dengan sangat jelas kita diharuskan untuk bersikap lemah lembut di muka bumi ini dalam menyatakan kasih. "Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi." (Matius 5:5). Singkat dan jelas bukan? Hanya orang-orang yang lemah lembutlah yang akan memiliki bumi. Orang-orang lemah lembut bukan berarti bersikap loyo atau lembek, melainkan menggambarkan orang yang mau tunduk kepada otoritas Tuhan, mau menyerahkan diri sepenuhnya ke dalam rencana Tuhan dalam segala aspek kehidupan, apakah itu dalam pikiran, perbuatan, perasaan dan perkataan, dan menyerahkan sepenuhnya dalam tuntunan Roh Kudus sembari mengasihi semua orang tanpa terkecuali, meski mereka mungkin berbeda pandangan atau apapun dari kita.
Salah satu contoh orang yang dikatakan lemah lembut adalah Musa, seperti yang tertulis dalam Alkitab: "Musa ialah seorang yang sangat lembut hatinya, lebih dari setiap manusia yang di atas muka bumi." (Bilangan 12:3). Bagaimana Alkitab bisa menulis seperti itu? Tentu saja ada alasannya, bahkan sangat jelas. It's so obvious. Bayangkan pergumulan emosional yang dihadapi Musa dalam memimpin bangsa yang keras kepala, degil, bebal dan tegar tengkuk ini selama 40 tahun. Itu tentu sangat tidak mudah. Disindir, dihina, dilawan, itu sudah menjadi makanannya sehari-hari meski bangsa yang dipimpinnya ini sudah berulang kali menyaksikan langsung bagaimana Tuhan menyertai mereka secara nyata. Tapi Musa ternyata sanggup menahan diri hingga sekian lama. Mudahkah itu? Tentu saja tidak. Tapi Musa menunjukkan bahwa ia bisa. Dan kalau kita melihat bagaimana tingkat kemarahan orang di jaman sekarang, maka Musa terlihat semakin bersinar di dalam kelembutan hatinya.
Menahan diri agar tetap lemah lembut memang tidak mudah. Berbagai situasi dan kondisi bisa dengan cepat membuat amarah kita meluap. Ada begitu banyak orang-orang sulit disekitar kita yang akan terus memprovokasi kita lewat perkataan maupun perbuatan mereka. Tapi apapun alasannya, Tuhan tidak pernah mengijinkan kita untuk merugikan orang lain, apalagi menyiksa, menganiaya atau membunuh. Apapun alasannya, itu tidak akan pernah dibenarkan. Malah Tuhan mengatakan bahwa kita harus mengasihi musuh dan berdoa bagi mereka. (Matius 5:44). Sebagai anak-anak Tuhan hendaklah kita tidak terpancing dan tetap tenang. Miliki hati yang sepenuhnya berpegang pada Tuhan, miliki hati yang lembut yang siap dibentuk, dan cepat atau lambat dunia akan melihat bahwa ajaran kasih dalam Kekristenan sungguh mampu membawa perbedaan ke arah yang lebih baik.
Menjadi pribadi lemah lembut yang penuh kasih adalah gambaran anak-anak Tuhan seperti yang Dia kehendaki
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Thursday, November 24, 2011
Mempersembahkan Yang Terbaik
Ayat bacaan: Maleakhi 1:8a
=======================
"Apabila kamu membawa seekor binatang buta untuk dipersembahkan, tidakkah itu jahat? Apabila kamu membawa binatang yang timpang dan sakit, tidakkah itu jahat?"
Menjelang hari Natal yang tinggal sebulan lagi, toko-toko akan mulai memajang parcel atau bingkisan dalam berbagai ukuran dan isi dengan harga yang berbeda-beda. Parcel merupakan salah satu cara yang kerap dipakai orang untuk menyampaikan ucapan terima kasih, ucapan selamat dan sebagainya kepada teman, keluarga, atasan, kolega, rekanan bisnis dan orang-orang lain yang kita anggap penting untuk diberikan sesuatu pada perayaan hari besar, termasuk Natal di dalamnya. Parcel itu disusun sedemikian rupa sehingga terlihat indah, berisikan berbagai macam produk atau benda di dalamnya, dan dibungkus dengan rapi dan indah. Bentuk paketnya pun tersedia dalam beragam variasi. Ada yang dikemas dalam produk makanan/minuman, parcel peralatan elektronik, aksesoris, produk kecantikan atau buah-buahan. Ada beberapa toko yang nakal mempergunakan kesempatan ini untuk menghabiskan barang-barang mereka yang sudah kadaluwarsa atau kemasannya rusak. Parcel yang sudah terbungkus rapi dari awal akan membuat pembelinya tidak tahu apakah isinya masih layak dikonsumsi atau tidak. Saya pernah berbisnis parcel bersama beberapa teman saya ketika masih kuliah, dan saya tahu bahwa merangkai produk-produk itu agar terlihat indah tidaklah semudah yang diperkirakan. Satu hal yang pasti, kita akan berusaha memberikan yang terbaik sesuai kemampuan kita untuk mereka yang kita anggap penting untuk diberi bingkisan. Semakin penting orangnya, biasanya paket pun akan semakin mewah pula.
Jika kepada manusia kita berusaha untuk memberikan yang terbaik, bagaimana ketika kita memberi untuk Tuhan? Mari ambil salah satu contoh ketika kita memberi persembahan di Gereja. Seringkali orang tidak memperhatikan kondisi uang yang dimasukkan ke dalam kantong persembahan. Ada begitu banyak uang yang dalam kondisi dilipat-lipat kecil, ada yang kusut, lusuh, bahkan ada yang sobek karena uang tersebut diremas-remas sedemikian rupa terkadang sampai dalam bentuk yang sangat ekstrim. Memang secara nominal uang itu masih utuh dan bisa dipergunakan, namun jelas itu bukanlah dalam kondisi yang baik secara fisik. Jika kita kembali pada parcel di atas, bukankah makanan di dalam parcel itu masih bisa dimakan tanpa disusun rapi? Tapi kita menyusunnya dengan baik, dibungkus indah, karena kita menghormati orang yang diberi dan ingin memberikan yang terbaik buat mereka. Seperti itu pula ketika kita memberi persembahan. Seharusnya kita lebih memperhatikan dengan lebih serius lagi, karena kita memberi persembahan bagi Tuhan. Betul, kita memberikan kepada gereja, dan tidak langsung kepada Tuhan. Tapi bukankah apa yang kita persembahkan itu akan dipergunakan oleh gereja untuk pekerjaan Tuhan, pelebaran kerajaanNya dimana Allah sendiri yang dimuliakan? Bukankah ketika kita memberi persembahan itu sebenarnya kita sedang menunaikan kewajiban kita untuk mengembalikan sesuatu yang menjadi kewajiban kita kepada Allah?
Ayat hari ini diambil dari kitab Maleakhi, dimana Tuhan menunjukkan kekecewaanNya ketika kepadanya dipersembahkan kurban binatang dalam kondisi yang tidak selayaknya Dia terima. Apa yang dipersembahkan orang Israel waktu itu memang keterlaluan. Bukannya memberikan persembahan terbaik, namun mereka malah memberikan binatang yang timpang dan sakit. Yang baik dipakai untuk diri sendiri, sedang yang kondisinya buruk atau sisa diberikan kepada Tuhan. Dan Tuhanpun menganggap itu jahat. "Apabila kamu membawa seekor binatang buta untuk dipersembahkan, tidakkah itu jahat? Apabila kamu membawa binatang yang timpang dan sakit, tidakkah itu jahat?" (Maleakhi 1:8a). Tuhan menganggap hal ini sebagai sebuah bentuk penghinaan bagiNya. Selanjutnya Tuhan pun membandingkan dengan pemberian kepada para pemimpin atau orang-orang yang berpengaruh di dunia. "Cobalah menyampaikannya kepada bupatimu, apakah ia berkenan kepadamu, apalagi menyambut engkau dengan baik? firman TUHAN semesta alam." (ay 8b). Ya, bukankah ironis ketika kita memberi yang terbaik kepada orang-orang yang kita hormati di dunia, tapi di sisi lain kita memberikan asal-asalan kepada Tuhan semesta alam? Katakanlah apabila walikota datang berkunjung ke rumah anda, apakah anda akan asal-asalan menyediakan sesuatu untuk menyambutnya? Rasanya tidak. Jika buat mereka saja kita berusaha memberi yang terbaik, apalagi kepada Tuhan. Ingatlah betapa Tuhan mengasihi kita. Dia selalu memberikan rancangan yang terbaik bagi kita, menyediakan yang terbaik bagi kita, bahkan menganugrahkan Kristus, anakNya sendiri untuk menyelamatkan kita. Betapa keterlaluan jika kita membalasnya dengan sekedar memberikan tanpa ada rasa hormat. Tuhan lebih dari sekedar layak untuk dihormati jauh dari itu. Mari kita lihat ayat sebelumnya. "Seorang anak menghormati bapanya dan seorang hamba menghormati tuannya. Jika Aku ini bapa, di manakah hormat yang kepada-Ku itu? Jika Aku ini tuan, di manakah takut yang kepada-Ku itu? firman TUHAN semesta alam kepada kamu, hai para imam yang menghina nama-Ku. Tetapi kamu berkata: "Dengan cara bagaimanakah kami menghina nama-Mu?" (ay 6). Singkatnya, Tuhan mempertanyakan kepada kita demikian: "Jika benar Aku BapaMu, dimana penghargaan, hormat dan takutmu kepadaKu?"
Ketika memberi, memberilah dengan sopan dan hormat. Kita memberikan persembahan kepada Tuhan yang bukan saja telah menciptakan kita, tapi juga melindungi, menyertai dan mengasihi kita lebih dari segalanya. Tuhan sangat layak menerima pemberian yang terbaik dari anak-anakNya. Ketika kita memberikan dengan sungguh hati atas besarnya kasih kita kepadaNya, kita seharusnya juga memberikan apa yang terbaik dari kita. Di atas segalanya pemberian yang bisa kita lakukan, Yesus mengingatkan kita bahwa mengasihi Tuhan dengan segenap hati dan mengasihi manusia seperti diri sendiri jauh lebih baik daripada semua korban. "Memang mengasihi Dia dengan segenap hati dan dengan segenap pengertian dan dengan segenap kekuatan, dan juga mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri adalah jauh lebih utama dari pada semua korban bakaran dan korban sembelihan." (Markus 12:33). Lebih dari bentuk persembahan apapun, sesungguhnya bentuk persembahan yang terbaik yang bisa kita berikan tidak lain adalah diri kita sendiri. "Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati." (Roma 12:1). Sebegitu seriusnya sehingga dikatakan bahwa persembahan tubuh kita sendiri sebagai persembahan yang hidup, kudus dan berkenan kepada Allah merupakan ibadah yang sejati, yang sesungguhnya. Sebuah bentuk kehidupan yang menjaga kekudusan, tidak terpengaruh oleh berbagai tawaran di dunia, terus berusaha untuk menjadi lebih baik, mampu membedakan kehendak Allah, dan tahu apa yang berkenan dan sempurna untuk diberikan kepada Allah, itulah tubuh kita yang layak dipersembahkan kepada Tuhan.
Dalam bersyukur kepada Tuhan, hendaklah kita memberi yang terbaik kepadaNya dengan penuh hormat dan takut, karena kita mengasihiNya. Kita bisa memberi sesuatu yang terbaik yang bisa kita berikan, tapi ingatlah bahwa lebih dari semua itu, persembahkanlah hidup kita sepenuhnya kepada Tuhan. Bukan hidup yang acak-acakan dan penuh dosa, tapi sebuah hidup yang kudus dan bersih, hidup yang bertumbuh dan berbuah dalam Roh, sebagai sebuah persembahan yang hidup, kudus dan berkenan kepada Allah. Allah sudah memberikan segala yang terbaik untuk kita. Mari kita melakukan giliran kita untuk memberikan segala yang terbaik pula bagi Tuhan.
Give nothing but the best to the Lord
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
=======================
"Apabila kamu membawa seekor binatang buta untuk dipersembahkan, tidakkah itu jahat? Apabila kamu membawa binatang yang timpang dan sakit, tidakkah itu jahat?"
Menjelang hari Natal yang tinggal sebulan lagi, toko-toko akan mulai memajang parcel atau bingkisan dalam berbagai ukuran dan isi dengan harga yang berbeda-beda. Parcel merupakan salah satu cara yang kerap dipakai orang untuk menyampaikan ucapan terima kasih, ucapan selamat dan sebagainya kepada teman, keluarga, atasan, kolega, rekanan bisnis dan orang-orang lain yang kita anggap penting untuk diberikan sesuatu pada perayaan hari besar, termasuk Natal di dalamnya. Parcel itu disusun sedemikian rupa sehingga terlihat indah, berisikan berbagai macam produk atau benda di dalamnya, dan dibungkus dengan rapi dan indah. Bentuk paketnya pun tersedia dalam beragam variasi. Ada yang dikemas dalam produk makanan/minuman, parcel peralatan elektronik, aksesoris, produk kecantikan atau buah-buahan. Ada beberapa toko yang nakal mempergunakan kesempatan ini untuk menghabiskan barang-barang mereka yang sudah kadaluwarsa atau kemasannya rusak. Parcel yang sudah terbungkus rapi dari awal akan membuat pembelinya tidak tahu apakah isinya masih layak dikonsumsi atau tidak. Saya pernah berbisnis parcel bersama beberapa teman saya ketika masih kuliah, dan saya tahu bahwa merangkai produk-produk itu agar terlihat indah tidaklah semudah yang diperkirakan. Satu hal yang pasti, kita akan berusaha memberikan yang terbaik sesuai kemampuan kita untuk mereka yang kita anggap penting untuk diberi bingkisan. Semakin penting orangnya, biasanya paket pun akan semakin mewah pula.
Jika kepada manusia kita berusaha untuk memberikan yang terbaik, bagaimana ketika kita memberi untuk Tuhan? Mari ambil salah satu contoh ketika kita memberi persembahan di Gereja. Seringkali orang tidak memperhatikan kondisi uang yang dimasukkan ke dalam kantong persembahan. Ada begitu banyak uang yang dalam kondisi dilipat-lipat kecil, ada yang kusut, lusuh, bahkan ada yang sobek karena uang tersebut diremas-remas sedemikian rupa terkadang sampai dalam bentuk yang sangat ekstrim. Memang secara nominal uang itu masih utuh dan bisa dipergunakan, namun jelas itu bukanlah dalam kondisi yang baik secara fisik. Jika kita kembali pada parcel di atas, bukankah makanan di dalam parcel itu masih bisa dimakan tanpa disusun rapi? Tapi kita menyusunnya dengan baik, dibungkus indah, karena kita menghormati orang yang diberi dan ingin memberikan yang terbaik buat mereka. Seperti itu pula ketika kita memberi persembahan. Seharusnya kita lebih memperhatikan dengan lebih serius lagi, karena kita memberi persembahan bagi Tuhan. Betul, kita memberikan kepada gereja, dan tidak langsung kepada Tuhan. Tapi bukankah apa yang kita persembahkan itu akan dipergunakan oleh gereja untuk pekerjaan Tuhan, pelebaran kerajaanNya dimana Allah sendiri yang dimuliakan? Bukankah ketika kita memberi persembahan itu sebenarnya kita sedang menunaikan kewajiban kita untuk mengembalikan sesuatu yang menjadi kewajiban kita kepada Allah?
Ayat hari ini diambil dari kitab Maleakhi, dimana Tuhan menunjukkan kekecewaanNya ketika kepadanya dipersembahkan kurban binatang dalam kondisi yang tidak selayaknya Dia terima. Apa yang dipersembahkan orang Israel waktu itu memang keterlaluan. Bukannya memberikan persembahan terbaik, namun mereka malah memberikan binatang yang timpang dan sakit. Yang baik dipakai untuk diri sendiri, sedang yang kondisinya buruk atau sisa diberikan kepada Tuhan. Dan Tuhanpun menganggap itu jahat. "Apabila kamu membawa seekor binatang buta untuk dipersembahkan, tidakkah itu jahat? Apabila kamu membawa binatang yang timpang dan sakit, tidakkah itu jahat?" (Maleakhi 1:8a). Tuhan menganggap hal ini sebagai sebuah bentuk penghinaan bagiNya. Selanjutnya Tuhan pun membandingkan dengan pemberian kepada para pemimpin atau orang-orang yang berpengaruh di dunia. "Cobalah menyampaikannya kepada bupatimu, apakah ia berkenan kepadamu, apalagi menyambut engkau dengan baik? firman TUHAN semesta alam." (ay 8b). Ya, bukankah ironis ketika kita memberi yang terbaik kepada orang-orang yang kita hormati di dunia, tapi di sisi lain kita memberikan asal-asalan kepada Tuhan semesta alam? Katakanlah apabila walikota datang berkunjung ke rumah anda, apakah anda akan asal-asalan menyediakan sesuatu untuk menyambutnya? Rasanya tidak. Jika buat mereka saja kita berusaha memberi yang terbaik, apalagi kepada Tuhan. Ingatlah betapa Tuhan mengasihi kita. Dia selalu memberikan rancangan yang terbaik bagi kita, menyediakan yang terbaik bagi kita, bahkan menganugrahkan Kristus, anakNya sendiri untuk menyelamatkan kita. Betapa keterlaluan jika kita membalasnya dengan sekedar memberikan tanpa ada rasa hormat. Tuhan lebih dari sekedar layak untuk dihormati jauh dari itu. Mari kita lihat ayat sebelumnya. "Seorang anak menghormati bapanya dan seorang hamba menghormati tuannya. Jika Aku ini bapa, di manakah hormat yang kepada-Ku itu? Jika Aku ini tuan, di manakah takut yang kepada-Ku itu? firman TUHAN semesta alam kepada kamu, hai para imam yang menghina nama-Ku. Tetapi kamu berkata: "Dengan cara bagaimanakah kami menghina nama-Mu?" (ay 6). Singkatnya, Tuhan mempertanyakan kepada kita demikian: "Jika benar Aku BapaMu, dimana penghargaan, hormat dan takutmu kepadaKu?"
Ketika memberi, memberilah dengan sopan dan hormat. Kita memberikan persembahan kepada Tuhan yang bukan saja telah menciptakan kita, tapi juga melindungi, menyertai dan mengasihi kita lebih dari segalanya. Tuhan sangat layak menerima pemberian yang terbaik dari anak-anakNya. Ketika kita memberikan dengan sungguh hati atas besarnya kasih kita kepadaNya, kita seharusnya juga memberikan apa yang terbaik dari kita. Di atas segalanya pemberian yang bisa kita lakukan, Yesus mengingatkan kita bahwa mengasihi Tuhan dengan segenap hati dan mengasihi manusia seperti diri sendiri jauh lebih baik daripada semua korban. "Memang mengasihi Dia dengan segenap hati dan dengan segenap pengertian dan dengan segenap kekuatan, dan juga mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri adalah jauh lebih utama dari pada semua korban bakaran dan korban sembelihan." (Markus 12:33). Lebih dari bentuk persembahan apapun, sesungguhnya bentuk persembahan yang terbaik yang bisa kita berikan tidak lain adalah diri kita sendiri. "Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati." (Roma 12:1). Sebegitu seriusnya sehingga dikatakan bahwa persembahan tubuh kita sendiri sebagai persembahan yang hidup, kudus dan berkenan kepada Allah merupakan ibadah yang sejati, yang sesungguhnya. Sebuah bentuk kehidupan yang menjaga kekudusan, tidak terpengaruh oleh berbagai tawaran di dunia, terus berusaha untuk menjadi lebih baik, mampu membedakan kehendak Allah, dan tahu apa yang berkenan dan sempurna untuk diberikan kepada Allah, itulah tubuh kita yang layak dipersembahkan kepada Tuhan.
Dalam bersyukur kepada Tuhan, hendaklah kita memberi yang terbaik kepadaNya dengan penuh hormat dan takut, karena kita mengasihiNya. Kita bisa memberi sesuatu yang terbaik yang bisa kita berikan, tapi ingatlah bahwa lebih dari semua itu, persembahkanlah hidup kita sepenuhnya kepada Tuhan. Bukan hidup yang acak-acakan dan penuh dosa, tapi sebuah hidup yang kudus dan bersih, hidup yang bertumbuh dan berbuah dalam Roh, sebagai sebuah persembahan yang hidup, kudus dan berkenan kepada Allah. Allah sudah memberikan segala yang terbaik untuk kita. Mari kita melakukan giliran kita untuk memberikan segala yang terbaik pula bagi Tuhan.
Give nothing but the best to the Lord
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Wednesday, November 23, 2011
Relatifnya Waktu
Ayat bacaan: Kejadian 29:20
======================
"Jadi bekerjalah Yakub tujuh tahun lamanya untuk mendapat Rahel itu, tetapi yang tujuh tahun itu dianggapnya seperti beberapa hari saja, karena cintanya kepada Rahel."
Saya pernah menulis bahwa dalam satu hari ada 86.400 detik yang kita lalui. Kecepatan waktu itu berlaku sama bagi setiap orang tanpa terkecuali. Tapi pernahkah anda merasa bahwa waktu itu terkadang sangat relatif? Ada kalanya kita merasa waktu berlalu begitu cepat, tapi sebaliknya kita pun pernah merasa waktu berjalan sangat lambat. Apakah satu jam terasa lama atau singkat biasanya akan sangat tergantung bagaimana perasaan kita terhadap apa yang kita lakukan dalam jangka waktu tersebut. Apabila kita melakukan sesuatu yang menyenangkan maka waktu bisa terasa pendek. Sebaliknya ketika kita sedang bosan atau tidak menyukai kegiatan di dalamnya, maka waktu bisa terasa berjalan sangat lamban, seolah jam bergerak dalam slow motion atau bahkan macet tak bergerak. Bayangkan ketika anda tengah bersama kekasih yang sangat anda cintai pada saat masih pacaran, bukankah anda sering merasa bahwa waktu begitu cepat berlalu? Baru saja anda ketemu, tiba-tiba harus berpisah. Waktu seakan begitu kencang berjalan. Sebaliknya ketika anda tengah menanti antrian, waktu bisa terasa panjang. Ketika anda tengah mengantuk di gereja atau merasa kotbah yang disampaikan membosankan, waktu rasanya begitu lama berlalu. Tapi ketika anda antusias mendengarkannya, apalagi kalau pendetanya pintar menarik perhatian jemaat, maka anda pun akan merasa waktu berjalan dengan sangat cepat.
Adalah menarik melihat sekelumit kisah percintaan antara Yakub dan Rahel di Kejadian 29. Lihatlah ayat bacaan hari ini: "Jadi bekerjalah Yakub tujuh tahun lamanya untuk mendapat Rahel itu, tetapi yang tujuh tahun itu dianggapnya seperti beberapa hari saja, karena cintanya kepada Rahel." (Kejadian 29:20). Bukan tujuh jam, bukan tujuh hari, tapi tujuh tahun lamanya Yakub harus bekerja di rumah Laban, ayah Rahel agar bisa menjadikan pujaannya sebagai istri. Tujuh tahun itu bukanlah waktu yang singkat. Jika kita bisa menggerutu di saat menunggu antrian dua jam saja, bagaimana jika harus bekerja cuma-cuma untuk menanti kesempatan yang kita harapkan tiba? Tapi Yakub melakukan itu dengan senang hati. Apa yang menggerakkannya? Ayat tersebut secara jelas menyebutkan alasannya, yaitu "karena cintanya kepada Rahel". Dan lihatlah betapa relatifnya waktu itu bagi kita. Yakub merasa tujuh tahun itu bagaikan beberapa hari saja, dan adalah dorongan cinta yang bisa membuat waktu itu serasa cepat berlalu. Cinta ternyata dapat memperpendek waktu. Meskipun waktu dalam keadaan riil berjalan sama cepatnya bagi setiap manusia, tapi waktu bisa seolah cepat atau lambat, tergantung perasaan kita. Yang jelas, jatuh cinta bisa membuat waktu terasa sangat pendek. Saya yakin kita semua pun pernah merasakan hal yang sama ketika jatuh cinta.
Dalam hubungan antar manusia hal itu bisa kita rasakan, bagaimana dengan hubungan kita dengan Tuhan? Terasa singkat atau lamakah waktu yang kita gunakan untuk bersekutu dengan Tuhan di saat-saat teduh kita? Misalnya setengah jam saja sehari, terasa cepat atau lambatkah itu bagi kita? Apakah kita memiliki kerinduan terus menerus untuk bersekutu denganNya atau terasa membosankan? Ini adalah pertanyaan yang sesungguhnya sangat penting dan sangat menentukan seperti apa kuatnya kita berjalan dalam hidup ini dan sejauh mana kita berada di jalur yang tepat menuju keselamatan kekal.
Kekuatan dan kesetiaan kasih Tuhan bagi kita sesungguhnya sudah jelas. Tuhan selalu rindu berada dekat dengan kita. Dia sudah berulang-ulang berjanji tidak akan pernah meninggalkan kita, dan Tuhan selalu pegang janjinya. Jika dalam lembah kekelaman sekalipun Tuhan tidak meninggalkan kita, bagaimana mungkin Dia membiarkan kita sendiri menghadapi berbagai kesulitan hidup? Yakobus menyadari hal itu. Karenanya ia pun menyatakan "Mendekatlah kepada Allah, dan Ia akan mendekat kepadamu." (Yakobus 4:8a). Daud sudah membuktikan itu jauh sebelumnya. Kita bisa melihat bagaimana kedekatan atau keintiman yang terbangun antara Daud dengan Tuhan hampir disepanjang kitab Mazmur. Begitu harmonis, begitu dekat, begitu indah. Lihatlah bagaimana Daud menggambarkan kedekatannya dengan Tuhan. "Sebab kasih setia-Mu lebih baik dari pada hidup; bibirku akan memegahkan Engkau." (Mazmur 63:3). Bagi Daud, kasih setia Tuhan lebih besar dari hidup itu sendiri. God's love is actually larger than life. Jika anda mencintai seseorang dengan begitu besar, hingga rela mengorbankan nyawa anda sekalipun demi dia, Tuhan pun mengasihi anda, bahkan lebih besar dari itu. Jika anda merasa waktu berjalan singkat ketika anda tengah berada dekat dengan orang yang anda cintai, seharusnya seperti itu pula yang anda rasakan dalam setiap momen-momen pribadi yang anda ambil untuk bersekutu dengan Tuhan.
Apa yang penting untuk kita pikirkan adalah sejauh mana kita mengasihi Tuhan, yang sudah mengasihi kita sedemikian besar terlebih dahulu justru di saat kita masih berdosa. "Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa." (Roma 5:8). Kita diangkat menjadi anak-anakNya sejak semula oleh Kristus, dan itu merupakan bentuk kasih Tuhan yang nyata bagi kita. "Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya, supaya terpujilah kasih karunia-Nya yang mulia, yang dikaruniakan-Nya kepada kita di dalam Dia, yang dikasihi-Nya." (Efesus 1:5-6). Jika demikian semuanya tergantung kita. Mari kita periksa diri kita apakah kita masih merasakan kasih mula-mula atau sebenarnya tanpa kita sadari kasih kita itu sudah mulai mendingin? Apakah saat ini anda masih merasakan gairah dalam bersaat teduh atau merasa bosan, terpaksa atau bahkan sering tertidur? Apakah anda masih mengisi banyak waktu dengan doa sebagai saluran dialog dengan Tuhan atau merasa bahwa itu bukan lagi hal yang penting dibandingkan aktivitas-aktivitas lainnya sehari-hari? Dari ukuran kecepatan waktu yang kita rasakan ketika bersekutu dengan Tuhan, sebenarnya kita bisa mengetahui dimana posisi kita saat ini. Bila kasih kita kepada Tuhan berkobar-kobar, setengah jam saja akan terasa terlalu singkat. Sedangkan jika kasih itu mulai pudar, maka setengah jam akan terasa sangat lama dan buang-buang waktu. Bagi yang mulai merasa jauh dari Tuhan, mulai kehilangan motivasi, kehilangan semangat untuk bersekutu denganNya, Tuhan masih membuka kesempatan untuk berbenah. "Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat." (Wahyu 4:5). Mari kita pulihkan kembali kasih mula-mula kita. Kembalilah miliki kasih yang begitu besar, menggelora dan berkobar kepada Tuhan, dan rasakan kembali betapa waktu seolah terlalu singkat bagi kita dalam menikmati hadiratNya yang kudus.
Waktu bisa sangat relatif, tergantung dari perasaan kita ketika melakukan sesuatu dalam sebuah rentang waktu
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
======================
"Jadi bekerjalah Yakub tujuh tahun lamanya untuk mendapat Rahel itu, tetapi yang tujuh tahun itu dianggapnya seperti beberapa hari saja, karena cintanya kepada Rahel."
Saya pernah menulis bahwa dalam satu hari ada 86.400 detik yang kita lalui. Kecepatan waktu itu berlaku sama bagi setiap orang tanpa terkecuali. Tapi pernahkah anda merasa bahwa waktu itu terkadang sangat relatif? Ada kalanya kita merasa waktu berlalu begitu cepat, tapi sebaliknya kita pun pernah merasa waktu berjalan sangat lambat. Apakah satu jam terasa lama atau singkat biasanya akan sangat tergantung bagaimana perasaan kita terhadap apa yang kita lakukan dalam jangka waktu tersebut. Apabila kita melakukan sesuatu yang menyenangkan maka waktu bisa terasa pendek. Sebaliknya ketika kita sedang bosan atau tidak menyukai kegiatan di dalamnya, maka waktu bisa terasa berjalan sangat lamban, seolah jam bergerak dalam slow motion atau bahkan macet tak bergerak. Bayangkan ketika anda tengah bersama kekasih yang sangat anda cintai pada saat masih pacaran, bukankah anda sering merasa bahwa waktu begitu cepat berlalu? Baru saja anda ketemu, tiba-tiba harus berpisah. Waktu seakan begitu kencang berjalan. Sebaliknya ketika anda tengah menanti antrian, waktu bisa terasa panjang. Ketika anda tengah mengantuk di gereja atau merasa kotbah yang disampaikan membosankan, waktu rasanya begitu lama berlalu. Tapi ketika anda antusias mendengarkannya, apalagi kalau pendetanya pintar menarik perhatian jemaat, maka anda pun akan merasa waktu berjalan dengan sangat cepat.
Adalah menarik melihat sekelumit kisah percintaan antara Yakub dan Rahel di Kejadian 29. Lihatlah ayat bacaan hari ini: "Jadi bekerjalah Yakub tujuh tahun lamanya untuk mendapat Rahel itu, tetapi yang tujuh tahun itu dianggapnya seperti beberapa hari saja, karena cintanya kepada Rahel." (Kejadian 29:20). Bukan tujuh jam, bukan tujuh hari, tapi tujuh tahun lamanya Yakub harus bekerja di rumah Laban, ayah Rahel agar bisa menjadikan pujaannya sebagai istri. Tujuh tahun itu bukanlah waktu yang singkat. Jika kita bisa menggerutu di saat menunggu antrian dua jam saja, bagaimana jika harus bekerja cuma-cuma untuk menanti kesempatan yang kita harapkan tiba? Tapi Yakub melakukan itu dengan senang hati. Apa yang menggerakkannya? Ayat tersebut secara jelas menyebutkan alasannya, yaitu "karena cintanya kepada Rahel". Dan lihatlah betapa relatifnya waktu itu bagi kita. Yakub merasa tujuh tahun itu bagaikan beberapa hari saja, dan adalah dorongan cinta yang bisa membuat waktu itu serasa cepat berlalu. Cinta ternyata dapat memperpendek waktu. Meskipun waktu dalam keadaan riil berjalan sama cepatnya bagi setiap manusia, tapi waktu bisa seolah cepat atau lambat, tergantung perasaan kita. Yang jelas, jatuh cinta bisa membuat waktu terasa sangat pendek. Saya yakin kita semua pun pernah merasakan hal yang sama ketika jatuh cinta.
Dalam hubungan antar manusia hal itu bisa kita rasakan, bagaimana dengan hubungan kita dengan Tuhan? Terasa singkat atau lamakah waktu yang kita gunakan untuk bersekutu dengan Tuhan di saat-saat teduh kita? Misalnya setengah jam saja sehari, terasa cepat atau lambatkah itu bagi kita? Apakah kita memiliki kerinduan terus menerus untuk bersekutu denganNya atau terasa membosankan? Ini adalah pertanyaan yang sesungguhnya sangat penting dan sangat menentukan seperti apa kuatnya kita berjalan dalam hidup ini dan sejauh mana kita berada di jalur yang tepat menuju keselamatan kekal.
Kekuatan dan kesetiaan kasih Tuhan bagi kita sesungguhnya sudah jelas. Tuhan selalu rindu berada dekat dengan kita. Dia sudah berulang-ulang berjanji tidak akan pernah meninggalkan kita, dan Tuhan selalu pegang janjinya. Jika dalam lembah kekelaman sekalipun Tuhan tidak meninggalkan kita, bagaimana mungkin Dia membiarkan kita sendiri menghadapi berbagai kesulitan hidup? Yakobus menyadari hal itu. Karenanya ia pun menyatakan "Mendekatlah kepada Allah, dan Ia akan mendekat kepadamu." (Yakobus 4:8a). Daud sudah membuktikan itu jauh sebelumnya. Kita bisa melihat bagaimana kedekatan atau keintiman yang terbangun antara Daud dengan Tuhan hampir disepanjang kitab Mazmur. Begitu harmonis, begitu dekat, begitu indah. Lihatlah bagaimana Daud menggambarkan kedekatannya dengan Tuhan. "Sebab kasih setia-Mu lebih baik dari pada hidup; bibirku akan memegahkan Engkau." (Mazmur 63:3). Bagi Daud, kasih setia Tuhan lebih besar dari hidup itu sendiri. God's love is actually larger than life. Jika anda mencintai seseorang dengan begitu besar, hingga rela mengorbankan nyawa anda sekalipun demi dia, Tuhan pun mengasihi anda, bahkan lebih besar dari itu. Jika anda merasa waktu berjalan singkat ketika anda tengah berada dekat dengan orang yang anda cintai, seharusnya seperti itu pula yang anda rasakan dalam setiap momen-momen pribadi yang anda ambil untuk bersekutu dengan Tuhan.
Apa yang penting untuk kita pikirkan adalah sejauh mana kita mengasihi Tuhan, yang sudah mengasihi kita sedemikian besar terlebih dahulu justru di saat kita masih berdosa. "Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa." (Roma 5:8). Kita diangkat menjadi anak-anakNya sejak semula oleh Kristus, dan itu merupakan bentuk kasih Tuhan yang nyata bagi kita. "Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya, supaya terpujilah kasih karunia-Nya yang mulia, yang dikaruniakan-Nya kepada kita di dalam Dia, yang dikasihi-Nya." (Efesus 1:5-6). Jika demikian semuanya tergantung kita. Mari kita periksa diri kita apakah kita masih merasakan kasih mula-mula atau sebenarnya tanpa kita sadari kasih kita itu sudah mulai mendingin? Apakah saat ini anda masih merasakan gairah dalam bersaat teduh atau merasa bosan, terpaksa atau bahkan sering tertidur? Apakah anda masih mengisi banyak waktu dengan doa sebagai saluran dialog dengan Tuhan atau merasa bahwa itu bukan lagi hal yang penting dibandingkan aktivitas-aktivitas lainnya sehari-hari? Dari ukuran kecepatan waktu yang kita rasakan ketika bersekutu dengan Tuhan, sebenarnya kita bisa mengetahui dimana posisi kita saat ini. Bila kasih kita kepada Tuhan berkobar-kobar, setengah jam saja akan terasa terlalu singkat. Sedangkan jika kasih itu mulai pudar, maka setengah jam akan terasa sangat lama dan buang-buang waktu. Bagi yang mulai merasa jauh dari Tuhan, mulai kehilangan motivasi, kehilangan semangat untuk bersekutu denganNya, Tuhan masih membuka kesempatan untuk berbenah. "Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat." (Wahyu 4:5). Mari kita pulihkan kembali kasih mula-mula kita. Kembalilah miliki kasih yang begitu besar, menggelora dan berkobar kepada Tuhan, dan rasakan kembali betapa waktu seolah terlalu singkat bagi kita dalam menikmati hadiratNya yang kudus.
Waktu bisa sangat relatif, tergantung dari perasaan kita ketika melakukan sesuatu dalam sebuah rentang waktu
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Tuesday, November 22, 2011
Musik Merdu tanpa Makna
Ayat bacaan: Yehezkiel 33:32
======================
"Sungguh, engkau bagi mereka seperti seorang yang melagukan syair cinta kasih dengan suara yang merdu, dan yang pandai main kecapi; mereka mendengar apa yang kau ucapkan, tetapi mereka sama sekali tidak melakukannya."
Musik dan lagu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari hidup saya. Bukan hanya karena profesi saya memang berkecimpung di dunia musik tetapi juga karena sejak kecil saya senang mendengar alunan lagu baik dengan vokal maupun instrumental hampir setiap saat. Di mobil, di rumah, ketika bekerja, ketika bersantai, di tengah kesibukan, selalu ada saja lagu yang menemani saya. Ada lagu yang lembut, ada yang cepat. Ada yang enak dipakai santai, ada yang bisa membuat semangat terbakar atau bahkan provokatif. Ada lirik yang menggugah, mendidik ada pula yang menyesatkan. Jumlah nada cuma ada tujuh, tetapi tak terhitung jumlah lagu yang ada di muka bumi ini. Sebagai pendengar atau penikmat lagu, kita pun bisa memilih apakah kita mau memperhatikan lirik-liriknya dan kemudian melakukan apa yang dinyanyikan, atau hanya menyukai musiknya tanpa memperhatikan apa yang dikatakan disana. Bisa menyanyikan luar kepala pun belum tentu membuat kita serta merta menyerap atau mengerti apa yang terkandung didalamnya. Ada banyak lagu yang berisi lirik yang membangun, inspirasional, ada pula yang mengajarkan hal-hal jahat. Apapun bentuknya, kita sendiri yang memutuskan apakah kita memperhatikan isi lagu itu dengan cermat atau tidak. Seyogyanya kita bisa mendapat bahan perenungan, pelajaran dari lagu-lagu yang berisi pesan yang baik atau setidaknya termotivasi lewat pesan tersebut, dan menjaga agar tidak terpengaruh pesan-pesan yang buruk. Tetapi sekali lagi, semua tergantung dari kita, karena kita pun bisa saja hanya menjadi pendengar pasif yang cuma menikmati melodi atau merdunya suara yang bernyanyi tanpa mempedulikan isinya.
Tak terasa kita sudah mendekati bulan terakhir dari tahun 2011. Ada banyak orang yang sebentar lagi akan mulai menyusun daftar "New Year Resolution" mereka, berisi hal-hal yang mereka targetkan untuk dilakukan atau dicapai dalam setahun ke depan. Ada di antara kita yang memasukkan keinginan untuk semakin dekat dan taat lagi kepada Tuhan dalam daftar itu, atau lihatlah seorang teman saya yang mencanangkan tahun depan sebagai tahun "tiada hari tanpa Firman". Resolusi tahun barunya adalah mengisi setiap hari dengan ayat-ayat dalam Alkitab, setidaknya satu dua ayat tiap hari. Itu target yang sangat baik tentu saja, karena itu adalah sarana yang termudah bagi kita untuk berhubungan dengan Tuhan, mendengar suaraNya. Dengan membaca firman Tuhan kita akan lebih mengenal pribadi Tuhan, mengenal kehendakNya dan lebih kuat menghadapi kesulitan-kesulitan yang mungkin menghadang di depan. Tapi akan jauh lebih baik lagi agar kita tidak berhenti sampai di situ saja. Alangkah sia-sianya jika kita hanya membaca dan menganggap firman-firman itu bagaikan "lagu merdu" yang terdengar indah tapi tanpa makna, karena tidak ada iman yang menyertai kita dalam menerima Firman-Firman Tuhan tersebut. Hanya berhenti sampai membaca tapi tidak menjadi pelaku Firman itu akan menjadikan semuanya sia-sia saja. Dan Yakobus sudah mengingatkan hal itu. "Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri." (Yakobus 1:22).
Ada banyak orang yang suka mendengar kotbah tapi tidak mau melakukan. Mereka senang dan tertawa ketika kotbah terdengar lucu tapi tidak berminat menangkap esensi Firman Tuhan yang terkandung di dalam kotbah tersebut. Yehezkiel adalah seorang nabi yang pernah mengalami hal tersebut. Ia berbicara dan terus berbicara pada sekelompok orang yang suka mendengar tapi tidak mau melakukan. Dan Tuhan pun berkata pada Yehezkiel: "Dan mereka datang kepadamu seperti rakyat berkerumun dan duduk di hadapanmu sebagai umat-Ku, mereka mendengar apa yang kauucapkan, tetapi mereka tidak melakukannya; mulutnya penuh dengan kata-kata cinta kasih, tetapi hati mereka mengejar keuntungan yang haram. Sungguh, engkau bagi mereka seperti seorang yang melagukan syair cinta kasih dengan suara yang merdu, dan yang pandai main kecapi; mereka mendengar apa yang kau ucapkan, tetapi mereka sama sekali tidak melakukannya." (Yehezkiel 33:31-32). Kelompok orang-orang Israel ini suka mendengar pesan Tuhan. Mereka duduk berkerumun seperti kita yang tengah mengikuti ibadah hari Minggu di gereja. Mereka familiar dengan suara Tuhan, bahkan mereka bisa mengatakan kata-kata berisikan cinta kasih, tetapi sesungguhnya semua itu hanya berhenti di telinga dan paling jauh di bibir saja. Mereka terus mencari keuntungan dengan hal-hal yang haram, mereka tetap tidak menuruti atau melakukan Firman yang mereka dengar tersebut.
Ingatlah bahwa iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong (Yakobus 2:20), bahkan berarti mati. (ay 26). Adalah baik untuk rajin membaca firman Tuhan, tapi jauh lebih baik lagi jika kita mau melakukannya. Menjadi pelaku firman akan membuat iman kita hidup dan mengalami Tuhan dalam setiap langkah kita. Ini penting. Karena kita tidak tahu bagaimana kondisi yang akan kita hadapi dalam setahun ke depan. Dunia semakin sulit, hidup semakin sulit. Dengarlah pesan Kristus berikut ini: "Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu. Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya." (Matius 7:24-27). Perhatikan bahwa Yesus tidak berhenti pada perkataan "mendengar", tapi melanjutkan kalimat dengan "melakukannya". Inilah yang akan membuat kita kokoh, kuat, tegar dan mampu bertahan menghadapi badai kesulitan yang menghadang di depan. Kita tidak perlu takut akan masa depan, karena bagi orang yang mendengar dan melakukan selalu ada jaminan penyertaan Tuhan. Di dalam Kristus selalu ada pengharapan, pertolongan dan keselamatan. Janji Tuhan ini tidak tergantung dari besar kecilnya masalah yang menimpa anda dan saya, tidak tergantung dari tingkat kesulitan yang di hadapi. Tidak ada hal yang mustahil bagi Tuhan, dan Dia sanggup mengangkat kita tinggi-tinggi melewati kesulitan ekonomi dan kesulitan lainnya yang sedang menimpa dunia. Jangan berhenti hanya pada target untuk lebih rajin lagi membaca Alkitab, tapi miliki tekad untuk melakukan firman Tuhan. Mari kita melangkah memasuki tahun yang baru dengan keyakinan teguh. Berjalanlah dan hiduplah sebagai pelaku firman agar kita semua mampu melewati tahun yang berat dengan penuh sukacita bersama Tuhan.
Jangan biarkan Firman Tuhan berlalu hanya bagai lagu yang merdu tanpa makna, tetapi hidupilah dalam setiap langkah yang kita ambil
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
======================
"Sungguh, engkau bagi mereka seperti seorang yang melagukan syair cinta kasih dengan suara yang merdu, dan yang pandai main kecapi; mereka mendengar apa yang kau ucapkan, tetapi mereka sama sekali tidak melakukannya."
Musik dan lagu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari hidup saya. Bukan hanya karena profesi saya memang berkecimpung di dunia musik tetapi juga karena sejak kecil saya senang mendengar alunan lagu baik dengan vokal maupun instrumental hampir setiap saat. Di mobil, di rumah, ketika bekerja, ketika bersantai, di tengah kesibukan, selalu ada saja lagu yang menemani saya. Ada lagu yang lembut, ada yang cepat. Ada yang enak dipakai santai, ada yang bisa membuat semangat terbakar atau bahkan provokatif. Ada lirik yang menggugah, mendidik ada pula yang menyesatkan. Jumlah nada cuma ada tujuh, tetapi tak terhitung jumlah lagu yang ada di muka bumi ini. Sebagai pendengar atau penikmat lagu, kita pun bisa memilih apakah kita mau memperhatikan lirik-liriknya dan kemudian melakukan apa yang dinyanyikan, atau hanya menyukai musiknya tanpa memperhatikan apa yang dikatakan disana. Bisa menyanyikan luar kepala pun belum tentu membuat kita serta merta menyerap atau mengerti apa yang terkandung didalamnya. Ada banyak lagu yang berisi lirik yang membangun, inspirasional, ada pula yang mengajarkan hal-hal jahat. Apapun bentuknya, kita sendiri yang memutuskan apakah kita memperhatikan isi lagu itu dengan cermat atau tidak. Seyogyanya kita bisa mendapat bahan perenungan, pelajaran dari lagu-lagu yang berisi pesan yang baik atau setidaknya termotivasi lewat pesan tersebut, dan menjaga agar tidak terpengaruh pesan-pesan yang buruk. Tetapi sekali lagi, semua tergantung dari kita, karena kita pun bisa saja hanya menjadi pendengar pasif yang cuma menikmati melodi atau merdunya suara yang bernyanyi tanpa mempedulikan isinya.
Tak terasa kita sudah mendekati bulan terakhir dari tahun 2011. Ada banyak orang yang sebentar lagi akan mulai menyusun daftar "New Year Resolution" mereka, berisi hal-hal yang mereka targetkan untuk dilakukan atau dicapai dalam setahun ke depan. Ada di antara kita yang memasukkan keinginan untuk semakin dekat dan taat lagi kepada Tuhan dalam daftar itu, atau lihatlah seorang teman saya yang mencanangkan tahun depan sebagai tahun "tiada hari tanpa Firman". Resolusi tahun barunya adalah mengisi setiap hari dengan ayat-ayat dalam Alkitab, setidaknya satu dua ayat tiap hari. Itu target yang sangat baik tentu saja, karena itu adalah sarana yang termudah bagi kita untuk berhubungan dengan Tuhan, mendengar suaraNya. Dengan membaca firman Tuhan kita akan lebih mengenal pribadi Tuhan, mengenal kehendakNya dan lebih kuat menghadapi kesulitan-kesulitan yang mungkin menghadang di depan. Tapi akan jauh lebih baik lagi agar kita tidak berhenti sampai di situ saja. Alangkah sia-sianya jika kita hanya membaca dan menganggap firman-firman itu bagaikan "lagu merdu" yang terdengar indah tapi tanpa makna, karena tidak ada iman yang menyertai kita dalam menerima Firman-Firman Tuhan tersebut. Hanya berhenti sampai membaca tapi tidak menjadi pelaku Firman itu akan menjadikan semuanya sia-sia saja. Dan Yakobus sudah mengingatkan hal itu. "Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri." (Yakobus 1:22).
Ada banyak orang yang suka mendengar kotbah tapi tidak mau melakukan. Mereka senang dan tertawa ketika kotbah terdengar lucu tapi tidak berminat menangkap esensi Firman Tuhan yang terkandung di dalam kotbah tersebut. Yehezkiel adalah seorang nabi yang pernah mengalami hal tersebut. Ia berbicara dan terus berbicara pada sekelompok orang yang suka mendengar tapi tidak mau melakukan. Dan Tuhan pun berkata pada Yehezkiel: "Dan mereka datang kepadamu seperti rakyat berkerumun dan duduk di hadapanmu sebagai umat-Ku, mereka mendengar apa yang kauucapkan, tetapi mereka tidak melakukannya; mulutnya penuh dengan kata-kata cinta kasih, tetapi hati mereka mengejar keuntungan yang haram. Sungguh, engkau bagi mereka seperti seorang yang melagukan syair cinta kasih dengan suara yang merdu, dan yang pandai main kecapi; mereka mendengar apa yang kau ucapkan, tetapi mereka sama sekali tidak melakukannya." (Yehezkiel 33:31-32). Kelompok orang-orang Israel ini suka mendengar pesan Tuhan. Mereka duduk berkerumun seperti kita yang tengah mengikuti ibadah hari Minggu di gereja. Mereka familiar dengan suara Tuhan, bahkan mereka bisa mengatakan kata-kata berisikan cinta kasih, tetapi sesungguhnya semua itu hanya berhenti di telinga dan paling jauh di bibir saja. Mereka terus mencari keuntungan dengan hal-hal yang haram, mereka tetap tidak menuruti atau melakukan Firman yang mereka dengar tersebut.
Ingatlah bahwa iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong (Yakobus 2:20), bahkan berarti mati. (ay 26). Adalah baik untuk rajin membaca firman Tuhan, tapi jauh lebih baik lagi jika kita mau melakukannya. Menjadi pelaku firman akan membuat iman kita hidup dan mengalami Tuhan dalam setiap langkah kita. Ini penting. Karena kita tidak tahu bagaimana kondisi yang akan kita hadapi dalam setahun ke depan. Dunia semakin sulit, hidup semakin sulit. Dengarlah pesan Kristus berikut ini: "Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu. Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya." (Matius 7:24-27). Perhatikan bahwa Yesus tidak berhenti pada perkataan "mendengar", tapi melanjutkan kalimat dengan "melakukannya". Inilah yang akan membuat kita kokoh, kuat, tegar dan mampu bertahan menghadapi badai kesulitan yang menghadang di depan. Kita tidak perlu takut akan masa depan, karena bagi orang yang mendengar dan melakukan selalu ada jaminan penyertaan Tuhan. Di dalam Kristus selalu ada pengharapan, pertolongan dan keselamatan. Janji Tuhan ini tidak tergantung dari besar kecilnya masalah yang menimpa anda dan saya, tidak tergantung dari tingkat kesulitan yang di hadapi. Tidak ada hal yang mustahil bagi Tuhan, dan Dia sanggup mengangkat kita tinggi-tinggi melewati kesulitan ekonomi dan kesulitan lainnya yang sedang menimpa dunia. Jangan berhenti hanya pada target untuk lebih rajin lagi membaca Alkitab, tapi miliki tekad untuk melakukan firman Tuhan. Mari kita melangkah memasuki tahun yang baru dengan keyakinan teguh. Berjalanlah dan hiduplah sebagai pelaku firman agar kita semua mampu melewati tahun yang berat dengan penuh sukacita bersama Tuhan.
Jangan biarkan Firman Tuhan berlalu hanya bagai lagu yang merdu tanpa makna, tetapi hidupilah dalam setiap langkah yang kita ambil
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Monday, November 21, 2011
Keadaan Sentosa
Ayat bacaan: Yeremia 22:21
=======================
"Aku telah berbicara kepadamu selagi engkau sentosa, tetapi engkau berkata: "Aku tidak mau mendengarkan!" Itulah tingkah langkahmu dari sejak masa mudamu, sebab engkau tidak mau mendengarkan suara-Ku!"
Kata sentosa adalah salah satu kata yang semakin menghilang dari kosakata kita. Dahulu kata ini sering dipadankan dengan kata sehat. Sentosa diartikan sebagai keadaan yang bebas dari segala kesukaran, masalah, atau bencana. Sentosa berarti suatu situasi yang makmur, sejahtera, aman, damai dan tenteram tanpa masalah. Bukankah ini kondisi yang selalu kita inginkan? Bebas dari masalah, hidup tenang tak berkekurangan. Tuhan ingin kita semua pun bisa mengalami keadaan sentosa seperti itu dalam hidup kita. Daud tahu itu dan berkata seperti ini: "Berdoalah untuk kesejahteraan Yerusalem: "Biarlah orang-orang yang mencintaimu mendapat sentosa." (Mazmur 112:6). Pertanyaannya, apakah ketika kita sedang berada dalam keadaan sentosa kita masih mengingat Tuhan? Sayangnya kecenderungan sebagian orang adalah tidak. Banyak orang yang akan terlena dalam kenyamanan atau keadaan sentosa kemudian malah menjadi sombong dan menganggap bahwa ia tidak butuh siapa-siapa lagi, termasuk Tuhan. Gaji sudah lebih dari sekedar cukup, pekerjaan baik dan mapan, keluarga baik-baik saja, anak-anak sukses dalam studi, karir dan kehidupannya, semua sehat, lalu apa lagi yang harus ditakutkan? Banyak orang yang kemudian melupakan Tuhan dan menyimpan Tuhan hingga nanti ada masalah lagi. Buat apa memberi waktu untuk Tuhan? Toh semua sedang berjalan dengan baik. Posisi Tuhan dijadikan sesuatu yang tidak lebih dari penolong, tempat meminta atau bahkan bodyguard. Tuhan hanya dicari ketika sedang berada dalam pergumulan, kesulitan, bisnis merugi, usaha bangkrut, gagal dalam studi atau karir dan hal-hal buruk lainnya. Ketika hidup menjadi baik kembali, dengan segera Tuhan pun kembali dilupakan.
Ayat yang saya jadikan bahan renungan hari ini berbicara keras mengenai orang-orang yang terlena dalam keadaan sentosa. Kuping sering menjadi tebal, hati mengeras dan menjadi bebal, semua karena hidup tengah berjalan baik-baik saja. Ini keadaan yang berbahaya yang juga dialami oleh penduduk Yerusalem di masa Yeremia. Maka Yeremia pun menegur dengan keras "Aku telah berbicara kepadamu selagi engkau sentosa, tetapi engkau berkata: "Aku tidak mau mendengarkan!" Itulah tingkah langkahmu dari sejak masa mudamu, sebab engkau tidak mau mendengarkan suara-Ku!" (Yeremia 22:21). Pesan ini masih sangat relevan hingga hari ini, karena sepertinya memang sudah menjadi kebiasaan manusia untuk cenderung santai ketika hidup sedang sentosa. Dulu seperti itu, sekarang pun sama. Mencari Tuhan ketika kita sedang mengalami masalah tentu tidak salah. Justru kita harus mengandalkan Tuhan dalam keadaan apapun termasuk ketika masalah tengah melanda kita. Tetapi apakah kita masih mau tetap dekat denganNya ketika hidup kita tengah sentosa? Apakah kita harus menunggu terlebih dahulu hingga musibah menimpa kita, ketika angin ribut atau badai mulai menimbulkan gelombang tinggi dalam lautan kehidupan kita baru kita mau datang kepada Tuhan dan kembali bersungguh-sungguh mengikutiNya? Tidakkah jauh lebih baik apabila kita tetap bersamaNya baik dalam suka maupun duka?
Di dalam kitab Ulangan kita mendapati pesan yang sama agar tidak terlena di dalam keadaan sentosa dan lupa kepada Tuhan. "Maka apabila TUHAN, Allahmu, telah membawa engkau masuk ke negeri yang dijanjikan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu, yakni Abraham, Ishak dan Yakub, untuk memberikannya kepadamu--kota-kota yang besar dan baik, yang tidak kaudirikan; Maka apabila TUHAN, Allahmu, telah membawa engkau masuk ke negeri yang dijanjikan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu, yakni Abraham, Ishak dan Yakub, untuk memberikannya kepadamu--kota-kota yang besar dan baik, yang tidak kaudirikan; maka berhati-hatilah, supaya jangan engkau melupakan TUHAN, yang telah membawa kamu keluar dari tanah Mesir, dari rumah perbudakan." (Ulangan 6:10-12). Ingatlah bahwa segala kenyamanan dan kebaikan berasal dari Tuhan, dan karenanya kita harus tetap bersyukur dan jangan pernah melupakanNya. Lalu ingat pula tugas kita sebagai duta-duta Kerajaan Allah. Bukankah seharusnya kita justru bisa lebih berfungsi lagi menjadi saluran berkat ketika kita sedang dalam keadaan sentosa? Pesan yang sama kembali disampaikan dalam Ulangan pasal 8. Bacalah pasal ini dan kita akan melihat bahwa pesan ini sangat serius sebagai peringatan agar kita tidak terlena seperti kecenderungan kita sebagai manusia untuk melupakan Tuhan ketika hidup sedang makmur, aman, damai dan tentram. "Tetapi haruslah engkau ingat kepada TUHAN, Allahmu, sebab Dialah yang memberikan kepadamu kekuatan untuk memperoleh kekayaan, dengan maksud meneguhkan perjanjian yang diikrarkan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu, seperti sekarang ini." (8:18). Dan pasal ini ditutup dengan peringatan apa yang bisa terjadi apabila kita melupakan Tuhan. "Tetapi jika engkau sama sekali melupakan TUHAN, Allahmu, dan mengikuti allah lain, beribadah kepadanya dan sujud menyembah kepadanya, aku memperingatkan kepadamu hari ini, bahwa kamu pasti binasa; seperti bangsa-bangsa, yang dibinasakan TUHAN di hadapanmu, kamupun akan binasa, sebab kamu tidak mau mendengarkan suara TUHAN, Allahmu." (ay 19-20). Tidak ada satupun dari kita yang ingin hidup bergumul dengan masalah terus menerus. Tetapi berhati-hatilah ketika hidup sedang baik, agar semua itu tidak membuat kita malah hancur dan kehilangan semua janji Tuhan.
Apabila saat ini anda sedang berada dalam keadaan sentosa, pujilah Tuhan, bersyukurlah untuk itu. Jangan berpaling dari Tuhan, jangan lupakan Dia yang telah memberikan segalanya bagi anda. Lihatlah bahwa disekeliling anda masih banyak orang yang sangat membutuhkan pertolongan dalam banyak hal. Ada banyak orang yang masih sangat merindukan keadaan sentosa. Masih ada banyak yang tengah berlayar di tengah badai kehidupan yang kejam. Dan kita sebagai duta-duta Kerajaan surgawi seharusnya mampu berbuat sesuatu bagi mereka, dalam bentuk apapun sejauh yang kita sanggup. Dan yang tidak kalah penting, janganlah mengeraskan hati dan menebalkan telinga, janganlah menjadi bebal, karena kita sendiri yang akan menyesal ketika situasi tiba-tiba berbalik pada suatu ketika. Sungguh pesan Tuhan sangat jelas lewat firmanNya. "Sebab itu Ia menetapkan pula suatu hari, yaitu "hari ini", ketika Ia setelah sekian lama berfirman dengan perantaraan Daud seperti dikatakan di atas: "Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu!" (Ibrani 4:7). Haruskah kita menunda untuk membangun hubungan yang sangat erat dengan Tuhan sampai masalah keburu hadir menimpa diri atau keluarga kita? Jangan tunggu sampai Tuhan menegur kita. Jika anda saat ini sedang berada dalam keadaan baik, ingatlah selalu kepada Tuhan dan jadilah saluran berkat bagi sesama, muliakan Tuhan dalam segala yang anda lakukan dan tetaplah miliki hati yang lembut untuk mendengar suaraNya, hari ini juga. Letakkan hubungan dengan Tuhan di atas segalanya, karena semua terletak di dalam tanganNya.
Berada dalam keadaan sentosa merupakan saat yang sangat baik untuk bersyukur dan menjadi saluran berkat yang luar biasa
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
=======================
"Aku telah berbicara kepadamu selagi engkau sentosa, tetapi engkau berkata: "Aku tidak mau mendengarkan!" Itulah tingkah langkahmu dari sejak masa mudamu, sebab engkau tidak mau mendengarkan suara-Ku!"
Kata sentosa adalah salah satu kata yang semakin menghilang dari kosakata kita. Dahulu kata ini sering dipadankan dengan kata sehat. Sentosa diartikan sebagai keadaan yang bebas dari segala kesukaran, masalah, atau bencana. Sentosa berarti suatu situasi yang makmur, sejahtera, aman, damai dan tenteram tanpa masalah. Bukankah ini kondisi yang selalu kita inginkan? Bebas dari masalah, hidup tenang tak berkekurangan. Tuhan ingin kita semua pun bisa mengalami keadaan sentosa seperti itu dalam hidup kita. Daud tahu itu dan berkata seperti ini: "Berdoalah untuk kesejahteraan Yerusalem: "Biarlah orang-orang yang mencintaimu mendapat sentosa." (Mazmur 112:6). Pertanyaannya, apakah ketika kita sedang berada dalam keadaan sentosa kita masih mengingat Tuhan? Sayangnya kecenderungan sebagian orang adalah tidak. Banyak orang yang akan terlena dalam kenyamanan atau keadaan sentosa kemudian malah menjadi sombong dan menganggap bahwa ia tidak butuh siapa-siapa lagi, termasuk Tuhan. Gaji sudah lebih dari sekedar cukup, pekerjaan baik dan mapan, keluarga baik-baik saja, anak-anak sukses dalam studi, karir dan kehidupannya, semua sehat, lalu apa lagi yang harus ditakutkan? Banyak orang yang kemudian melupakan Tuhan dan menyimpan Tuhan hingga nanti ada masalah lagi. Buat apa memberi waktu untuk Tuhan? Toh semua sedang berjalan dengan baik. Posisi Tuhan dijadikan sesuatu yang tidak lebih dari penolong, tempat meminta atau bahkan bodyguard. Tuhan hanya dicari ketika sedang berada dalam pergumulan, kesulitan, bisnis merugi, usaha bangkrut, gagal dalam studi atau karir dan hal-hal buruk lainnya. Ketika hidup menjadi baik kembali, dengan segera Tuhan pun kembali dilupakan.
Ayat yang saya jadikan bahan renungan hari ini berbicara keras mengenai orang-orang yang terlena dalam keadaan sentosa. Kuping sering menjadi tebal, hati mengeras dan menjadi bebal, semua karena hidup tengah berjalan baik-baik saja. Ini keadaan yang berbahaya yang juga dialami oleh penduduk Yerusalem di masa Yeremia. Maka Yeremia pun menegur dengan keras "Aku telah berbicara kepadamu selagi engkau sentosa, tetapi engkau berkata: "Aku tidak mau mendengarkan!" Itulah tingkah langkahmu dari sejak masa mudamu, sebab engkau tidak mau mendengarkan suara-Ku!" (Yeremia 22:21). Pesan ini masih sangat relevan hingga hari ini, karena sepertinya memang sudah menjadi kebiasaan manusia untuk cenderung santai ketika hidup sedang sentosa. Dulu seperti itu, sekarang pun sama. Mencari Tuhan ketika kita sedang mengalami masalah tentu tidak salah. Justru kita harus mengandalkan Tuhan dalam keadaan apapun termasuk ketika masalah tengah melanda kita. Tetapi apakah kita masih mau tetap dekat denganNya ketika hidup kita tengah sentosa? Apakah kita harus menunggu terlebih dahulu hingga musibah menimpa kita, ketika angin ribut atau badai mulai menimbulkan gelombang tinggi dalam lautan kehidupan kita baru kita mau datang kepada Tuhan dan kembali bersungguh-sungguh mengikutiNya? Tidakkah jauh lebih baik apabila kita tetap bersamaNya baik dalam suka maupun duka?
Di dalam kitab Ulangan kita mendapati pesan yang sama agar tidak terlena di dalam keadaan sentosa dan lupa kepada Tuhan. "Maka apabila TUHAN, Allahmu, telah membawa engkau masuk ke negeri yang dijanjikan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu, yakni Abraham, Ishak dan Yakub, untuk memberikannya kepadamu--kota-kota yang besar dan baik, yang tidak kaudirikan; Maka apabila TUHAN, Allahmu, telah membawa engkau masuk ke negeri yang dijanjikan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu, yakni Abraham, Ishak dan Yakub, untuk memberikannya kepadamu--kota-kota yang besar dan baik, yang tidak kaudirikan; maka berhati-hatilah, supaya jangan engkau melupakan TUHAN, yang telah membawa kamu keluar dari tanah Mesir, dari rumah perbudakan." (Ulangan 6:10-12). Ingatlah bahwa segala kenyamanan dan kebaikan berasal dari Tuhan, dan karenanya kita harus tetap bersyukur dan jangan pernah melupakanNya. Lalu ingat pula tugas kita sebagai duta-duta Kerajaan Allah. Bukankah seharusnya kita justru bisa lebih berfungsi lagi menjadi saluran berkat ketika kita sedang dalam keadaan sentosa? Pesan yang sama kembali disampaikan dalam Ulangan pasal 8. Bacalah pasal ini dan kita akan melihat bahwa pesan ini sangat serius sebagai peringatan agar kita tidak terlena seperti kecenderungan kita sebagai manusia untuk melupakan Tuhan ketika hidup sedang makmur, aman, damai dan tentram. "Tetapi haruslah engkau ingat kepada TUHAN, Allahmu, sebab Dialah yang memberikan kepadamu kekuatan untuk memperoleh kekayaan, dengan maksud meneguhkan perjanjian yang diikrarkan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu, seperti sekarang ini." (8:18). Dan pasal ini ditutup dengan peringatan apa yang bisa terjadi apabila kita melupakan Tuhan. "Tetapi jika engkau sama sekali melupakan TUHAN, Allahmu, dan mengikuti allah lain, beribadah kepadanya dan sujud menyembah kepadanya, aku memperingatkan kepadamu hari ini, bahwa kamu pasti binasa; seperti bangsa-bangsa, yang dibinasakan TUHAN di hadapanmu, kamupun akan binasa, sebab kamu tidak mau mendengarkan suara TUHAN, Allahmu." (ay 19-20). Tidak ada satupun dari kita yang ingin hidup bergumul dengan masalah terus menerus. Tetapi berhati-hatilah ketika hidup sedang baik, agar semua itu tidak membuat kita malah hancur dan kehilangan semua janji Tuhan.
Apabila saat ini anda sedang berada dalam keadaan sentosa, pujilah Tuhan, bersyukurlah untuk itu. Jangan berpaling dari Tuhan, jangan lupakan Dia yang telah memberikan segalanya bagi anda. Lihatlah bahwa disekeliling anda masih banyak orang yang sangat membutuhkan pertolongan dalam banyak hal. Ada banyak orang yang masih sangat merindukan keadaan sentosa. Masih ada banyak yang tengah berlayar di tengah badai kehidupan yang kejam. Dan kita sebagai duta-duta Kerajaan surgawi seharusnya mampu berbuat sesuatu bagi mereka, dalam bentuk apapun sejauh yang kita sanggup. Dan yang tidak kalah penting, janganlah mengeraskan hati dan menebalkan telinga, janganlah menjadi bebal, karena kita sendiri yang akan menyesal ketika situasi tiba-tiba berbalik pada suatu ketika. Sungguh pesan Tuhan sangat jelas lewat firmanNya. "Sebab itu Ia menetapkan pula suatu hari, yaitu "hari ini", ketika Ia setelah sekian lama berfirman dengan perantaraan Daud seperti dikatakan di atas: "Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu!" (Ibrani 4:7). Haruskah kita menunda untuk membangun hubungan yang sangat erat dengan Tuhan sampai masalah keburu hadir menimpa diri atau keluarga kita? Jangan tunggu sampai Tuhan menegur kita. Jika anda saat ini sedang berada dalam keadaan baik, ingatlah selalu kepada Tuhan dan jadilah saluran berkat bagi sesama, muliakan Tuhan dalam segala yang anda lakukan dan tetaplah miliki hati yang lembut untuk mendengar suaraNya, hari ini juga. Letakkan hubungan dengan Tuhan di atas segalanya, karena semua terletak di dalam tanganNya.
Berada dalam keadaan sentosa merupakan saat yang sangat baik untuk bersyukur dan menjadi saluran berkat yang luar biasa
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Sunday, November 20, 2011
Sombong
Ayat bacaan: 1 Korintus 4:6
=======================
"Saudara-saudara, kata-kata ini aku kenakan pada diriku sendiri dan pada Apolos, karena kamu, supaya dari teladan kami kamu belajar apakah artinya ungkapan: "Jangan melampaui yang ada tertulis", supaya jangan ada di antara kamu yang menyombongkan diri dengan jalan mengutamakan yang satu dari pada yang lain."
Adakah sesuatu yang pantas kita jadikan dasar untuk bersikap sombong? Apakah kita punya alasan untuk menyombongkan diri dengan apa yang kita miliki hari ini? Semua orang berharap Tuhan menurunkan hujan berkatNya. Tetapi ironisnya ada begitu banyak orang yang berubah menjadi sombong ketika mereka diberkati. Suatu kali saya melihat seorang pemuda yang turun dari mobil dan memukul supir angkot sembari berteriak-teriak bahwa ia adalah anak tentara. "Bapak saya jendral, tahu!" sambil memaki-maki di tengah umum, di depan banyak orang. Dari plat mobilnya terlihat bahwa ia memang anak tentara. Ternyata kemarahannya muncul bukan karena tersenggol atau tertabrak, tetapi cuma gara-gara tersinggung ketika merasa disalip di jalan. Memang supir angkot bisa sembrono dan tidak sopan dalam mengemudi, tetapi apakah itu pantas dijadikan alasan bagi kita untuk menyakiti mereka baik secara fisik maupun psikis? Perlukah kita meneriakkan siapa diri kita, mengancam orang lain untuk menunjukkan siapa yang lebih berkuasa? Atau perlukah kita membawa-bawa nama besar keluarga atau pangkat orang tua untuk berlagak hebat di depan orang lain? Ada banyak manusia yang berpikir seperti itu, lalu lupa bahwa setinggi apapun pangkat seseorang mereka tidak akan pernah bisa melebihi Tuhan. Kalaupun kita termasuk beruntung memiliki sesuatu yang lebih dari orang lain pada umumnya, perlukah kita menyombongkan diri karenanya? Bukankah semua itu pun berasal dari Tuhan dan tidak pernah boleh dipakai untuk menjadikan kita pribadi yang sombong, arogan atau angkuh?
Saya ingin melanjutkan sedikit lagi mengenai renungan dua hari sebelumnya mengenai dua sikap yang bertolak belakang, kerendahan hati dan tinggi hati. Hari ini mari kita lihat sikap yang bisa muncul ketika kita terlalu terlena dengan apa yang kita miliki, yaitu kesombongan. Betapa mudahnya sikap sombong dan arogan merasuki diri kita ketika menyadari keistimewaan talenta, kondisi atau keadaan yang lebih dari orang lain secara berlebihan. Dan Tuhan sungguh menentang sikap seperti ini. Untuk contohnya kita bisa melihat sikap buruk dari jemaat Korintus.
Jemaat Korintus tampaknya merupakan gambaran jemaat yang sombong. Ada banyak ayat yang mengindikasikan hal ini seperti yang bisa kita lihat dalam banyak ayat seperti yang bisa kita lihat beberapa kali dalam 1 Korintus 4:6-21, 5:2, 8:1, 13:4 dan sebagainya, dimana kita melihat Paulus memberikan teguran atas kesombongan mereka. Lihatlah misalnya dalam ayat 6 pada 1 Korintus 4. "Saudara-saudara, kata-kata ini aku kenakan pada diriku sendiri dan pada Apolos, karena kamu, supaya dari teladan kami kamu belajar apakah artinya ungkapan: "Jangan melampaui yang ada tertulis", supaya jangan ada di antara kamu yang menyombongkan diri dengan jalan mengutamakan yang satu dari pada yang lain". Mereka lupa akan jati diri mereka dan tenggelam dalam kesombongan, sehingga merasa tidak lagi memerlukan apa-apa, termasuk tidak lagi membutuhkan hamba Tuhan dalam hidup mereka. "Sebab siapakah yang menganggap engkau begitu penting? Dan apakah yang engkau punyai, yang tidak engkau terima? Dan jika engkau memang menerimanya, mengapakah engkau memegahkan diri, seolah-olah engkau tidak menerimanya?" (ay 7) Dalam versi BIS-nya tertulis lebih jelas. "Siapakah yang menjadikan Saudara lebih dari orang lain? Bukankah segala sesuatu Saudara terima dari Allah? Jadi, mengapa mau menyombongkan diri, seolah-olah apa yang ada pada Saudara itu bukan sesuatu yang diberi?" Perilaku mereka seolah-olah mereka tidak lagi memerlukan apa-apa. "As if you are already filled and think you have enough (you are full and content, feeling no need of anything more)!" Itu yang tertulis dalam versi bahasa Inggris untuk ayat 8. Mereka lupa diri dan mengabaikan bahwa semua yang mereka miliki sesungguhnya berasal dari Tuhan, dan untuk itu tidak boleh ada orang yang menyombongkan dirinya. Berulang kali pula Paulus pun mengingatkan dengan tegas bahwa keselamatan itu adalah pemberian Tuhan, (1:18, 15:10). Tuhan yang memilih (1:27-28), mengaruniakan RohNya sendiri untuk menyingkapkan rahasia-rahasia Ilahi (2:10-12), serta memberikan berbagai anugerah atas kasih karuniaNya (1:4-5). Semua berasal dari Tuhan, dan kerenanya tidak seorangpun punya hak untuk menyombongkan diri.
Semua yang kita miliki saat ini, apakah itu biasa atau istimewa, besar atau kecil ukurannya menurut kita, itu semua adalah anugerah luar biasa yang berasal dari Tuhan. Dan Paulus pun berkata "Ada tertulis: "Barangsiapa yang bermegah, hendaklah ia bermegah di dalam Tuhan." (1:31). Sesungguhnya sebuah kasih karunia dikatakan kasih karunia karena bukan berasal dari perbuatan kita melainkan dari Sang Pemberi yaitu Tuhan sendiri. Dan itupun sudah disebutkan di dalam Alkitab. "Tetapi jika hal itu terjadi karena kasih karunia, maka bukan lagi karena perbuatan, sebab jika tidak demikian, maka kasih karunia itu bukan lagi kasih karunia." (Roma 11:6). Kesombongan merupakan penyangkalan dari hal itu, karena artinya mereka berpikiran seolah-olah semua itu adalah hasil pekerjaan mereka atau beranggapan bahwa mereka atau seseorang yang mereka kenal itu sangat hebat melebihi apapun. Menyadari bahwa kasih karunia merupakan pemberian Tuhan, milik Tuhan yang diberikan kepada kita akan membuat kita tetap sadar bahwa tidak ada satupun yang pantas kita sombongkan. Marilah kita menyadari betul anugerah kasih karunia yang telah Tuhan berikan kepada kita. Semua yang ada pada kita hari ini sesungguhnya berasal dari Tuhan. (Ulangan 8:14-18). Ingatlah bahwa semua itu dari Tuhan, oleh Tuhan dan untuk Tuhan. (Roma 11:36). Tidak ada tempat bagi orang sombong di hadapan Tuhan, dan ini bisa kita lihat dalam banyak ayat. Kesombongan akan berakibat pada kehancuran (Amsal 16:18), yang ditentang Tuhan (Yakobus 4:6), dan merupakan kekejian bagi Allah sehingga tidak akan luput dari hukuman (Amsal 16:5). Kita harus mensyukuri semua yang telah diberikan Tuhan, dan syukuri itu dengan sebentuk kerendahan hati bukannya malah dipakai untuk menjadi sombong atau tinggi hati.
Kesombongan berarti mengingkari kasih karunia Tuhan
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
=======================
"Saudara-saudara, kata-kata ini aku kenakan pada diriku sendiri dan pada Apolos, karena kamu, supaya dari teladan kami kamu belajar apakah artinya ungkapan: "Jangan melampaui yang ada tertulis", supaya jangan ada di antara kamu yang menyombongkan diri dengan jalan mengutamakan yang satu dari pada yang lain."
Adakah sesuatu yang pantas kita jadikan dasar untuk bersikap sombong? Apakah kita punya alasan untuk menyombongkan diri dengan apa yang kita miliki hari ini? Semua orang berharap Tuhan menurunkan hujan berkatNya. Tetapi ironisnya ada begitu banyak orang yang berubah menjadi sombong ketika mereka diberkati. Suatu kali saya melihat seorang pemuda yang turun dari mobil dan memukul supir angkot sembari berteriak-teriak bahwa ia adalah anak tentara. "Bapak saya jendral, tahu!" sambil memaki-maki di tengah umum, di depan banyak orang. Dari plat mobilnya terlihat bahwa ia memang anak tentara. Ternyata kemarahannya muncul bukan karena tersenggol atau tertabrak, tetapi cuma gara-gara tersinggung ketika merasa disalip di jalan. Memang supir angkot bisa sembrono dan tidak sopan dalam mengemudi, tetapi apakah itu pantas dijadikan alasan bagi kita untuk menyakiti mereka baik secara fisik maupun psikis? Perlukah kita meneriakkan siapa diri kita, mengancam orang lain untuk menunjukkan siapa yang lebih berkuasa? Atau perlukah kita membawa-bawa nama besar keluarga atau pangkat orang tua untuk berlagak hebat di depan orang lain? Ada banyak manusia yang berpikir seperti itu, lalu lupa bahwa setinggi apapun pangkat seseorang mereka tidak akan pernah bisa melebihi Tuhan. Kalaupun kita termasuk beruntung memiliki sesuatu yang lebih dari orang lain pada umumnya, perlukah kita menyombongkan diri karenanya? Bukankah semua itu pun berasal dari Tuhan dan tidak pernah boleh dipakai untuk menjadikan kita pribadi yang sombong, arogan atau angkuh?
Saya ingin melanjutkan sedikit lagi mengenai renungan dua hari sebelumnya mengenai dua sikap yang bertolak belakang, kerendahan hati dan tinggi hati. Hari ini mari kita lihat sikap yang bisa muncul ketika kita terlalu terlena dengan apa yang kita miliki, yaitu kesombongan. Betapa mudahnya sikap sombong dan arogan merasuki diri kita ketika menyadari keistimewaan talenta, kondisi atau keadaan yang lebih dari orang lain secara berlebihan. Dan Tuhan sungguh menentang sikap seperti ini. Untuk contohnya kita bisa melihat sikap buruk dari jemaat Korintus.
Jemaat Korintus tampaknya merupakan gambaran jemaat yang sombong. Ada banyak ayat yang mengindikasikan hal ini seperti yang bisa kita lihat dalam banyak ayat seperti yang bisa kita lihat beberapa kali dalam 1 Korintus 4:6-21, 5:2, 8:1, 13:4 dan sebagainya, dimana kita melihat Paulus memberikan teguran atas kesombongan mereka. Lihatlah misalnya dalam ayat 6 pada 1 Korintus 4. "Saudara-saudara, kata-kata ini aku kenakan pada diriku sendiri dan pada Apolos, karena kamu, supaya dari teladan kami kamu belajar apakah artinya ungkapan: "Jangan melampaui yang ada tertulis", supaya jangan ada di antara kamu yang menyombongkan diri dengan jalan mengutamakan yang satu dari pada yang lain". Mereka lupa akan jati diri mereka dan tenggelam dalam kesombongan, sehingga merasa tidak lagi memerlukan apa-apa, termasuk tidak lagi membutuhkan hamba Tuhan dalam hidup mereka. "Sebab siapakah yang menganggap engkau begitu penting? Dan apakah yang engkau punyai, yang tidak engkau terima? Dan jika engkau memang menerimanya, mengapakah engkau memegahkan diri, seolah-olah engkau tidak menerimanya?" (ay 7) Dalam versi BIS-nya tertulis lebih jelas. "Siapakah yang menjadikan Saudara lebih dari orang lain? Bukankah segala sesuatu Saudara terima dari Allah? Jadi, mengapa mau menyombongkan diri, seolah-olah apa yang ada pada Saudara itu bukan sesuatu yang diberi?" Perilaku mereka seolah-olah mereka tidak lagi memerlukan apa-apa. "As if you are already filled and think you have enough (you are full and content, feeling no need of anything more)!" Itu yang tertulis dalam versi bahasa Inggris untuk ayat 8. Mereka lupa diri dan mengabaikan bahwa semua yang mereka miliki sesungguhnya berasal dari Tuhan, dan untuk itu tidak boleh ada orang yang menyombongkan dirinya. Berulang kali pula Paulus pun mengingatkan dengan tegas bahwa keselamatan itu adalah pemberian Tuhan, (1:18, 15:10). Tuhan yang memilih (1:27-28), mengaruniakan RohNya sendiri untuk menyingkapkan rahasia-rahasia Ilahi (2:10-12), serta memberikan berbagai anugerah atas kasih karuniaNya (1:4-5). Semua berasal dari Tuhan, dan kerenanya tidak seorangpun punya hak untuk menyombongkan diri.
Semua yang kita miliki saat ini, apakah itu biasa atau istimewa, besar atau kecil ukurannya menurut kita, itu semua adalah anugerah luar biasa yang berasal dari Tuhan. Dan Paulus pun berkata "Ada tertulis: "Barangsiapa yang bermegah, hendaklah ia bermegah di dalam Tuhan." (1:31). Sesungguhnya sebuah kasih karunia dikatakan kasih karunia karena bukan berasal dari perbuatan kita melainkan dari Sang Pemberi yaitu Tuhan sendiri. Dan itupun sudah disebutkan di dalam Alkitab. "Tetapi jika hal itu terjadi karena kasih karunia, maka bukan lagi karena perbuatan, sebab jika tidak demikian, maka kasih karunia itu bukan lagi kasih karunia." (Roma 11:6). Kesombongan merupakan penyangkalan dari hal itu, karena artinya mereka berpikiran seolah-olah semua itu adalah hasil pekerjaan mereka atau beranggapan bahwa mereka atau seseorang yang mereka kenal itu sangat hebat melebihi apapun. Menyadari bahwa kasih karunia merupakan pemberian Tuhan, milik Tuhan yang diberikan kepada kita akan membuat kita tetap sadar bahwa tidak ada satupun yang pantas kita sombongkan. Marilah kita menyadari betul anugerah kasih karunia yang telah Tuhan berikan kepada kita. Semua yang ada pada kita hari ini sesungguhnya berasal dari Tuhan. (Ulangan 8:14-18). Ingatlah bahwa semua itu dari Tuhan, oleh Tuhan dan untuk Tuhan. (Roma 11:36). Tidak ada tempat bagi orang sombong di hadapan Tuhan, dan ini bisa kita lihat dalam banyak ayat. Kesombongan akan berakibat pada kehancuran (Amsal 16:18), yang ditentang Tuhan (Yakobus 4:6), dan merupakan kekejian bagi Allah sehingga tidak akan luput dari hukuman (Amsal 16:5). Kita harus mensyukuri semua yang telah diberikan Tuhan, dan syukuri itu dengan sebentuk kerendahan hati bukannya malah dipakai untuk menjadi sombong atau tinggi hati.
Kesombongan berarti mengingkari kasih karunia Tuhan
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Saturday, November 19, 2011
Rendah Hati (2)
(sambungan)
Kemarin kita sudah melihat bagaimana pentingnya sebuah sikap kerendahan hati untuk dimiliki orang percaya. Bukan saja itu akan sangat baik dalam kehidupan bermasyarakat, tetapi juga sangat menentukan keselamatan kita kelak. Tuhan menyukai anak-anakNya yang rendah hati, dan sebaliknya akan sedih bahkan marah melihat orang yang menjadi tinggi hati ketika mereka Dia berkati. Tuhan sama sekali tidak menginginkan kita menjadi orang-orang yang tinggi hati. Itu bukan tujuanNya dalam memberkati kita. Tuhan ingin berkat-berkat yang Dia berikan disalurkan kepada sesama. Tuhan ingin kita menjadi saluran berkatNya, dan apabila itu kita lakukan, Dia siap memberi berkat lebih banyak lagi. Jadi bukan untuk dipakai sendiri, untuk ditimbun, atau malah menjadikan kita menjadi sombong, angkuh atau tinggi hati.
Adalah mudah untuk mengaku sudah rendah hati, tetapi pada kenyataannya kita ternyata masih jauh dari harapan. Bisakah kita mengetahui bagaimana bentuk murah hati yang sebenarnya? Adakah kriteria-kriteria yang bisa kita pakai untuk mengetahui apakah kita sudah murah hati atau belum? Alkitab sudah memberikan beberapa pedoman yang bisa kita jadikan standar dalam memeriksa apakah kita sudah rendah hati atau tidak. Setidaknya ada 4 hal yang bisa kita lihat sebagai gambaran apa yang disebut dengan rendah hati menurut firman Tuhan. Mari kita lihat satu persatu.
1. Orang yang rendah hati tidak sombong.
Sombong, arogan, angkuh, tinggi hati dan sejenisnya merupakan lawan kata dari rendah hati. Ini berarti bahwa orang yang rendah hati tidak akan bersikap sombong, dan begitu juga sebaliknya. Dengan bersikap sombong bukan saja kita dijauhi orang lain, tapi Tuhan pun akan menjauhi kita, bahkan menentang kita. Bacalah ayat berikut ini. "Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati." (Yakobus 4:6b). Dalam bahasa Indonesianya dikatakan bahwa Allah "mengasihani", sementara dalam bahasa Inggrisnya sebenarnya dikatakan secara lebih rinci: "gives grace, continually". Kata grace artinya "the exercise of love, kindness, mercy, favor." Itu akan diberikan Tuhan bukan hanya sekali, tetapi secara terus menerus. Lihatlah bagaimana penghargaan Tuhan atas sikap rendah hati. Sebaliknya Tuhan sendiri akan menjadi lawan kita apabila kesombongan atau kecongkakan terus kita pertahankan dalam diri kita. "Setiap orang yang tinggi hati adalah kekejian bagi TUHAN; sungguh, ia tidak akan luput dari hukuman." (Amsal 16:5)
2. Orang yang rendah hati mau membuka diri untuk belajar dan diajar
Sebuah Firman Tuhan berbunyi: "Ia membimbing orang-orang yang rendah hati menurut hukum, dan Ia mengajarkan jalan-Nya kepada orang-orang yang rendah hati." (Mazmur 25:9). Dari ayat ini kita bisa melihat bahwa orang-orang yang rendah hati itu memiliki kemauan untuk terus belajar dan lembut hatinya untuk diajar. Jalan Tuhan tertulis lengkap sepanjang Alkitab. Siapapun bisa membacanya, tapi hanya orang yang rendah hatilah yang mau terus membenahi diri untuk menjadi lebih baik dari hari ke hari sesuai jalan-jalan yang sudah Tuhan sebutkan. Tuhan siap membimbing orang-orang yang mau mengakui kekurangannya dan terus belajar, membaca, meneliti, merenungkan, memperkatakan dan melakukan firman Tuhan. Tuhan tidak akan mau mengajar orang yang merasa dirinya hebat, bahkan lebih pintar dari Tuhan. Anda pun sama bukan? Maukah anda terus mengorbankan waktu dan tenaga anda kepada orang-orang yang tidak menghargai dan merasa lebih hebat dari anda? Lalu pikirkanlah, bagaimana Firman Tuhan bisa tertanam dan bertumbuh apabila Firman itu jatuh di atas tanah yang keras berbatu? "Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itupun segera tumbuh, karena tanahnya tipis. Tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar." (Matius 13:5-6). Dengan memiliki kerendahan hati berarti kita pun memiliki kesempatan untuk dibimbing secara langsung oleh Tuhan, karena kita memang selalu siap untuk terus belajar dan belajar lagi.
3. Orang yang rendah hati tidak egois atau selalu mementingkan diri sendiri.
Ini juga merupakan gambaran dari orang yang rendah hati. Bagaimana sebuah ikatan, organisasi, perkumpulan, perserikatan, komunitas atau bentuk-bentuk lainnya bisa tetap kokoh apabila anggotanya terus menerus hanya mementingkan diri sendiri saja? Kesombongan bisa membuat orang besar kepala dan lupa diri, sehingga menganggap diri mereka yang paling penting. Keutuhan keluarga bisa runtuh, sebuah perusahaan bisa hancur, apapun akan tumbang jika egoisme masih menguasai diri anggota-anggota di dalamnya. Orang yang rendah hati tidak akan bersikap demikian karena mereka akan memikirkan orang lain terlebih dahulu ketimbang kepentingan dirinya sendiri. Firman Tuhan berkata: "..Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga." (Filipi 2:3-4). Sifat rendah hati akan membawa kita untuk mementingkan kepentingan orang lain di atas kepentingan kita sendiri. Bayangkan jika para rasul tidak mau mengorbankan nyawanya demi memberitakan Injil keselamatan, bagaimana nasib kita hari ini? Sebuah kerendahan hati akan membawa kita mau berbuat sesuatu demi kepentingan orang lain dengan disertai rasa sukacita meski kita mungkin harus berkorban karenanya.
4. Orang yang rendah hati rela atau berani mengaku salah.
Ini merupakan hal yang sungguh berat untuk dilakukan oleh banyak orang. Rasa gengsi yang terlalu tinggi, takut kehilangan harga diri, takut disepelekan, rasa malu dan sebagainya sering membuat kita sulit untuk berani mengakui kesalahan secara terbuka dan meminta maaf. Padahal masalah kerelaan untuk meminta maaf merupakan hal yang amat sangat penting di mata Tuhan. Bagaimana mungkin kita bisa diampuni Tuhan apabila kita tidak mengakui dosa-dosa kita secara terbuka di hadapanNya? Firman Tuhan pun berkata: "Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan." (1 Yohanes 1:9). Perhatikan bahwa Tuhan siap mengampuni dan menyucikan kita sesegera mungkin, tetapi diperlukan kerendahan hati kita untuk mau mengakui dosa-dosa kita. Tidak saja di hadapan Tuhan, kita pun diminta untuk mau merendahkan hati agar mau mengakui kesalahan di depan sesama kita. Itulah yang merupakan cerminan dari anak-anak Tuhan yang rendah hati.
Dari 4 kriteria di atas kita bisa melihat sebuah kualitas tinggi dari orang-orang yang hidup dalam sikap kerendahan hati. Karena itu tidaklah heran jika Tuhan pun meninggikan orang-orang yang memiliki sifat rendah hati, bahkan siap memahkotai dengan keselamatan, seperti bunyi ayat yang sudah saya sampaikan kemarin: "Sebab TUHAN berkenan kepada umat-Nya, Ia memahkotai orang-orang yang rendah hati dengan keselamatan." (Mazmur 149:4). Bukan hanya keselamatan dari bahaya, sakit penyakit, krisis finansial dan sebagainya di dunia ini, tetapi keselamatan jiwa yang kekal sifatnya, atau dalam bahasa Inggrisnya disebut dengan salvation. Itulah yang dimahkotai Tuhan kepada orang-orang yang rendah hati seperti yang bisa kita baca dalam Mazmur 149:4 di atas. Tidak ada alasan apapun bagi kita untuk bersikap sombong. Kita harus ingat bahwa kita hanyalah berasal dari debu (Mazmur 103:14), dan semua yang kita miliki sesungguhnya berasal dari Tuhan. (Ulangan 8:14-18). Oleh karena itu teruslah ingatkan diri kita agar tetap rendah hati dalam keadaan apapun, karena itulah yang akan menyenangkan hati Tuhan.
Tuhan siap memberkati secara kontinu anak-anakNya yang rendah hati, sebaliknya akan menentang dan menghukum mereka yang tiggi hati
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Kemarin kita sudah melihat bagaimana pentingnya sebuah sikap kerendahan hati untuk dimiliki orang percaya. Bukan saja itu akan sangat baik dalam kehidupan bermasyarakat, tetapi juga sangat menentukan keselamatan kita kelak. Tuhan menyukai anak-anakNya yang rendah hati, dan sebaliknya akan sedih bahkan marah melihat orang yang menjadi tinggi hati ketika mereka Dia berkati. Tuhan sama sekali tidak menginginkan kita menjadi orang-orang yang tinggi hati. Itu bukan tujuanNya dalam memberkati kita. Tuhan ingin berkat-berkat yang Dia berikan disalurkan kepada sesama. Tuhan ingin kita menjadi saluran berkatNya, dan apabila itu kita lakukan, Dia siap memberi berkat lebih banyak lagi. Jadi bukan untuk dipakai sendiri, untuk ditimbun, atau malah menjadikan kita menjadi sombong, angkuh atau tinggi hati.
Adalah mudah untuk mengaku sudah rendah hati, tetapi pada kenyataannya kita ternyata masih jauh dari harapan. Bisakah kita mengetahui bagaimana bentuk murah hati yang sebenarnya? Adakah kriteria-kriteria yang bisa kita pakai untuk mengetahui apakah kita sudah murah hati atau belum? Alkitab sudah memberikan beberapa pedoman yang bisa kita jadikan standar dalam memeriksa apakah kita sudah rendah hati atau tidak. Setidaknya ada 4 hal yang bisa kita lihat sebagai gambaran apa yang disebut dengan rendah hati menurut firman Tuhan. Mari kita lihat satu persatu.
1. Orang yang rendah hati tidak sombong.
Sombong, arogan, angkuh, tinggi hati dan sejenisnya merupakan lawan kata dari rendah hati. Ini berarti bahwa orang yang rendah hati tidak akan bersikap sombong, dan begitu juga sebaliknya. Dengan bersikap sombong bukan saja kita dijauhi orang lain, tapi Tuhan pun akan menjauhi kita, bahkan menentang kita. Bacalah ayat berikut ini. "Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati." (Yakobus 4:6b). Dalam bahasa Indonesianya dikatakan bahwa Allah "mengasihani", sementara dalam bahasa Inggrisnya sebenarnya dikatakan secara lebih rinci: "gives grace, continually". Kata grace artinya "the exercise of love, kindness, mercy, favor." Itu akan diberikan Tuhan bukan hanya sekali, tetapi secara terus menerus. Lihatlah bagaimana penghargaan Tuhan atas sikap rendah hati. Sebaliknya Tuhan sendiri akan menjadi lawan kita apabila kesombongan atau kecongkakan terus kita pertahankan dalam diri kita. "Setiap orang yang tinggi hati adalah kekejian bagi TUHAN; sungguh, ia tidak akan luput dari hukuman." (Amsal 16:5)
2. Orang yang rendah hati mau membuka diri untuk belajar dan diajar
Sebuah Firman Tuhan berbunyi: "Ia membimbing orang-orang yang rendah hati menurut hukum, dan Ia mengajarkan jalan-Nya kepada orang-orang yang rendah hati." (Mazmur 25:9). Dari ayat ini kita bisa melihat bahwa orang-orang yang rendah hati itu memiliki kemauan untuk terus belajar dan lembut hatinya untuk diajar. Jalan Tuhan tertulis lengkap sepanjang Alkitab. Siapapun bisa membacanya, tapi hanya orang yang rendah hatilah yang mau terus membenahi diri untuk menjadi lebih baik dari hari ke hari sesuai jalan-jalan yang sudah Tuhan sebutkan. Tuhan siap membimbing orang-orang yang mau mengakui kekurangannya dan terus belajar, membaca, meneliti, merenungkan, memperkatakan dan melakukan firman Tuhan. Tuhan tidak akan mau mengajar orang yang merasa dirinya hebat, bahkan lebih pintar dari Tuhan. Anda pun sama bukan? Maukah anda terus mengorbankan waktu dan tenaga anda kepada orang-orang yang tidak menghargai dan merasa lebih hebat dari anda? Lalu pikirkanlah, bagaimana Firman Tuhan bisa tertanam dan bertumbuh apabila Firman itu jatuh di atas tanah yang keras berbatu? "Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itupun segera tumbuh, karena tanahnya tipis. Tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar." (Matius 13:5-6). Dengan memiliki kerendahan hati berarti kita pun memiliki kesempatan untuk dibimbing secara langsung oleh Tuhan, karena kita memang selalu siap untuk terus belajar dan belajar lagi.
3. Orang yang rendah hati tidak egois atau selalu mementingkan diri sendiri.
Ini juga merupakan gambaran dari orang yang rendah hati. Bagaimana sebuah ikatan, organisasi, perkumpulan, perserikatan, komunitas atau bentuk-bentuk lainnya bisa tetap kokoh apabila anggotanya terus menerus hanya mementingkan diri sendiri saja? Kesombongan bisa membuat orang besar kepala dan lupa diri, sehingga menganggap diri mereka yang paling penting. Keutuhan keluarga bisa runtuh, sebuah perusahaan bisa hancur, apapun akan tumbang jika egoisme masih menguasai diri anggota-anggota di dalamnya. Orang yang rendah hati tidak akan bersikap demikian karena mereka akan memikirkan orang lain terlebih dahulu ketimbang kepentingan dirinya sendiri. Firman Tuhan berkata: "..Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga." (Filipi 2:3-4). Sifat rendah hati akan membawa kita untuk mementingkan kepentingan orang lain di atas kepentingan kita sendiri. Bayangkan jika para rasul tidak mau mengorbankan nyawanya demi memberitakan Injil keselamatan, bagaimana nasib kita hari ini? Sebuah kerendahan hati akan membawa kita mau berbuat sesuatu demi kepentingan orang lain dengan disertai rasa sukacita meski kita mungkin harus berkorban karenanya.
4. Orang yang rendah hati rela atau berani mengaku salah.
Ini merupakan hal yang sungguh berat untuk dilakukan oleh banyak orang. Rasa gengsi yang terlalu tinggi, takut kehilangan harga diri, takut disepelekan, rasa malu dan sebagainya sering membuat kita sulit untuk berani mengakui kesalahan secara terbuka dan meminta maaf. Padahal masalah kerelaan untuk meminta maaf merupakan hal yang amat sangat penting di mata Tuhan. Bagaimana mungkin kita bisa diampuni Tuhan apabila kita tidak mengakui dosa-dosa kita secara terbuka di hadapanNya? Firman Tuhan pun berkata: "Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan." (1 Yohanes 1:9). Perhatikan bahwa Tuhan siap mengampuni dan menyucikan kita sesegera mungkin, tetapi diperlukan kerendahan hati kita untuk mau mengakui dosa-dosa kita. Tidak saja di hadapan Tuhan, kita pun diminta untuk mau merendahkan hati agar mau mengakui kesalahan di depan sesama kita. Itulah yang merupakan cerminan dari anak-anak Tuhan yang rendah hati.
Dari 4 kriteria di atas kita bisa melihat sebuah kualitas tinggi dari orang-orang yang hidup dalam sikap kerendahan hati. Karena itu tidaklah heran jika Tuhan pun meninggikan orang-orang yang memiliki sifat rendah hati, bahkan siap memahkotai dengan keselamatan, seperti bunyi ayat yang sudah saya sampaikan kemarin: "Sebab TUHAN berkenan kepada umat-Nya, Ia memahkotai orang-orang yang rendah hati dengan keselamatan." (Mazmur 149:4). Bukan hanya keselamatan dari bahaya, sakit penyakit, krisis finansial dan sebagainya di dunia ini, tetapi keselamatan jiwa yang kekal sifatnya, atau dalam bahasa Inggrisnya disebut dengan salvation. Itulah yang dimahkotai Tuhan kepada orang-orang yang rendah hati seperti yang bisa kita baca dalam Mazmur 149:4 di atas. Tidak ada alasan apapun bagi kita untuk bersikap sombong. Kita harus ingat bahwa kita hanyalah berasal dari debu (Mazmur 103:14), dan semua yang kita miliki sesungguhnya berasal dari Tuhan. (Ulangan 8:14-18). Oleh karena itu teruslah ingatkan diri kita agar tetap rendah hati dalam keadaan apapun, karena itulah yang akan menyenangkan hati Tuhan.
Tuhan siap memberkati secara kontinu anak-anakNya yang rendah hati, sebaliknya akan menentang dan menghukum mereka yang tiggi hati
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Rendah Hati (1)
Ayat bacaan: Mazmur 149:4
====================
"Sebab TUHAN berkenan kepada umat-Nya, Ia memahkotai orang-orang yang rendah hati dengan keselamatan."
Saya selalu terkagum-kagum melihat beberapa musisi terkenal yang ternyata masih mampu tampil ramah dan rendah hati. Banyak diantara mereka bahkan menampilkan pribadi yang bersahaja, murah senyum dan dekat dengan penggemarnya. Mengapa saya kagum? Karena saya pun telah bertemu dengan para artis yang bersikap sebaliknya. Artis-artis yang angkuh dan sombong ini justru lebih banyak jumlahnya dibanding yang rendah hati. Baru kemarin ngetop, hari ini mereka sudah menunjukkan sikap yang sangat sombong, bukan saja kepada fansnya, tetapi juga terhadap musisi-musisi yang jauh lebih senior dari mereka. Hal ini pernah diungkapkan oleh beberapa musisi legendaris kepada saya, dan mereka amat menyayangkan hal itu. Tidak jarang para senior ini harus menunggu kapan mereka berkenan datang ke lokasi acara untuk bermain bersama, dan ketika mereka terlambat, tidak sepatah kata maaf keluar dari mereka. Ada beberapa band yang begitu mulai tenar ternyata meninggalkan kesan buruk di kalangan penyelenggara musik, dan sebagai akibatnya mereka pun langsung tenggelam. Alangkah sayangnya jika kesuksesan menjadi lenyap ditelan angin hanya karena sikap tinggi hati ini. Ketika sikap seperti ini yang menguasai kita, maka sadar atau tidak, akan ada begitu banyak hal yang baik akan sirna dari diri kita. Bukan hanya manusia saja, tetapi Tuhan pun sangat menekankan sikap rendah hati ini, dan itu merupakan sebuah kunci yang mutlak untuk dimiliki karena kita harus sadar bahwa semua berkat, keberhasilan atau kesuksesan itu sesungguhnya berasal dari Tuhan.
Rendah hati merupakan hal yang gampang untuk diucapkan tetapi seringkali sulit untuk dilakukan. Rendah hati sudah ditekankan dalam banyak kesempatan sepanjang isi Alkitab, mulai dari Perjanjian Lama hingga Perjanjian Baru. Terdapat begitu banyak pesan Tuhan mengenai soal kerendahan hati ini. Sepertinya tendensi orang mudah menjadi sombong ketika kehidupannya mulai menapak sukses menjadi perhatian tersendiri di mata Tuhan. Jangankan Tuhan, kita sendiri saja mungkin merasakan hal itu dari orang-orang di sekitar kita, atau jangan-jangan kita sendiri juga tanpa sadar bersikap seperti itu. Perhatikanlah di sekeliling kita. Bukankah kita sering melihat orang berubah sikap ketika mereka sedang meningkat? Ada pula sebagian orang yang mengira mereka akan terlihat berwibawa dan berpengaruh jika mereka tampil angkuh penuh kesombongan. Jika hal ini kita lakukan, tidak saja kita akan dijauhi orang lain, tetapi sesungguhnya kita pun akan bermasalah dengan Tuhan, karena biar bagaimanapun, sikap rendah hati merupakan sebuah keharusan untuk dimiliki oleh orang-orang percaya.
Lihatlah salah satu dari sekian banyak janji Tuhan terhadap orang yang rendah hati. "Sebab TUHAN berkenan kepada umat-Nya, Ia memahkotai orang-orang yang rendah hati dengan keselamatan." (Mazmur 149:4). Keselamatan adalah anugerah yang terbesar yang bisa kita peroleh. Dan sesuai firman Tuhan ini, keselamatan siap dimahkotakan kepada kita apabila kita memiliki sebuah sikap rendah hati. Dalam beberapa kesempatan lain para rasul pun berulang kali mengingatkan para jemaat akan pentingnya menjadi pribadi yang rendah hati ini, misalnya:
Semua ini menunjukkan bahwa sikap rendah hati merupakan sebuah sikap yang sangat penting untuk menjadi gaya hidup kita yang mengaku sebagai anak-anak Tuhan. Dalam keadaan sederhana kita harus rendah hati, terlebih ketika kita mulai mencicipi kesuksesan dalam hidup, sikap rendah hati harus semakin pula kita perhatikan agar tetap ada dalam hidup kita. Mungkin kita beranggapan bahwa bersikap tinggi hati akan menunjukkan bahwa kita berkuasa dan berpengaruh, atau mungkin dalam pemikiran kita itu wajar kita lakukan jika kita berada di atas. Tapi itu sesungguhnya salah besar. Perhatikan Firman Tuhan yang sangat keras berikut yang ditunjukkan kepada orang-orang yang tinggi hati. "Setiap orang yang tinggi hati adalah kekejian bagi TUHAN; sungguh, ia tidak akan luput dari hukuman." (Amsal 16:5).
Mengaku rendah hati itu mudah, tetapi kita harus memeriksa diri terlebih dahulu apakah benar kita sudah bersikap rendah hati atau tidak. Adakah kriteria-kriteria yang bisa dipakai untuk menunjukkan hal ini? Tentu saja ada, dan hal-hal tersebut sudah dinyatakan lewat Firman Tuhan. Besok kita akan melihat beberapa kriteria yang bisa kita pakai untuk memeriksa apakah kita sudah berada dalam jalur yang benar atau belum.
(bersambung)
====================
"Sebab TUHAN berkenan kepada umat-Nya, Ia memahkotai orang-orang yang rendah hati dengan keselamatan."
Saya selalu terkagum-kagum melihat beberapa musisi terkenal yang ternyata masih mampu tampil ramah dan rendah hati. Banyak diantara mereka bahkan menampilkan pribadi yang bersahaja, murah senyum dan dekat dengan penggemarnya. Mengapa saya kagum? Karena saya pun telah bertemu dengan para artis yang bersikap sebaliknya. Artis-artis yang angkuh dan sombong ini justru lebih banyak jumlahnya dibanding yang rendah hati. Baru kemarin ngetop, hari ini mereka sudah menunjukkan sikap yang sangat sombong, bukan saja kepada fansnya, tetapi juga terhadap musisi-musisi yang jauh lebih senior dari mereka. Hal ini pernah diungkapkan oleh beberapa musisi legendaris kepada saya, dan mereka amat menyayangkan hal itu. Tidak jarang para senior ini harus menunggu kapan mereka berkenan datang ke lokasi acara untuk bermain bersama, dan ketika mereka terlambat, tidak sepatah kata maaf keluar dari mereka. Ada beberapa band yang begitu mulai tenar ternyata meninggalkan kesan buruk di kalangan penyelenggara musik, dan sebagai akibatnya mereka pun langsung tenggelam. Alangkah sayangnya jika kesuksesan menjadi lenyap ditelan angin hanya karena sikap tinggi hati ini. Ketika sikap seperti ini yang menguasai kita, maka sadar atau tidak, akan ada begitu banyak hal yang baik akan sirna dari diri kita. Bukan hanya manusia saja, tetapi Tuhan pun sangat menekankan sikap rendah hati ini, dan itu merupakan sebuah kunci yang mutlak untuk dimiliki karena kita harus sadar bahwa semua berkat, keberhasilan atau kesuksesan itu sesungguhnya berasal dari Tuhan.
Rendah hati merupakan hal yang gampang untuk diucapkan tetapi seringkali sulit untuk dilakukan. Rendah hati sudah ditekankan dalam banyak kesempatan sepanjang isi Alkitab, mulai dari Perjanjian Lama hingga Perjanjian Baru. Terdapat begitu banyak pesan Tuhan mengenai soal kerendahan hati ini. Sepertinya tendensi orang mudah menjadi sombong ketika kehidupannya mulai menapak sukses menjadi perhatian tersendiri di mata Tuhan. Jangankan Tuhan, kita sendiri saja mungkin merasakan hal itu dari orang-orang di sekitar kita, atau jangan-jangan kita sendiri juga tanpa sadar bersikap seperti itu. Perhatikanlah di sekeliling kita. Bukankah kita sering melihat orang berubah sikap ketika mereka sedang meningkat? Ada pula sebagian orang yang mengira mereka akan terlihat berwibawa dan berpengaruh jika mereka tampil angkuh penuh kesombongan. Jika hal ini kita lakukan, tidak saja kita akan dijauhi orang lain, tetapi sesungguhnya kita pun akan bermasalah dengan Tuhan, karena biar bagaimanapun, sikap rendah hati merupakan sebuah keharusan untuk dimiliki oleh orang-orang percaya.
Lihatlah salah satu dari sekian banyak janji Tuhan terhadap orang yang rendah hati. "Sebab TUHAN berkenan kepada umat-Nya, Ia memahkotai orang-orang yang rendah hati dengan keselamatan." (Mazmur 149:4). Keselamatan adalah anugerah yang terbesar yang bisa kita peroleh. Dan sesuai firman Tuhan ini, keselamatan siap dimahkotakan kepada kita apabila kita memiliki sebuah sikap rendah hati. Dalam beberapa kesempatan lain para rasul pun berulang kali mengingatkan para jemaat akan pentingnya menjadi pribadi yang rendah hati ini, misalnya:
- "Hendaklah kamu selalu rendah hati, lembah lembut dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu." (Efesus 4:2).
- "karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri" (Filipi 2:2-3)
- "Dan akhirnya, hendaklah kamu semua seia sekata, seperasaan, mengasihi saudara-saudara, penyayang dan rendah hati.." (1 Petrus 3:8)
Semua ini menunjukkan bahwa sikap rendah hati merupakan sebuah sikap yang sangat penting untuk menjadi gaya hidup kita yang mengaku sebagai anak-anak Tuhan. Dalam keadaan sederhana kita harus rendah hati, terlebih ketika kita mulai mencicipi kesuksesan dalam hidup, sikap rendah hati harus semakin pula kita perhatikan agar tetap ada dalam hidup kita. Mungkin kita beranggapan bahwa bersikap tinggi hati akan menunjukkan bahwa kita berkuasa dan berpengaruh, atau mungkin dalam pemikiran kita itu wajar kita lakukan jika kita berada di atas. Tapi itu sesungguhnya salah besar. Perhatikan Firman Tuhan yang sangat keras berikut yang ditunjukkan kepada orang-orang yang tinggi hati. "Setiap orang yang tinggi hati adalah kekejian bagi TUHAN; sungguh, ia tidak akan luput dari hukuman." (Amsal 16:5).
Mengaku rendah hati itu mudah, tetapi kita harus memeriksa diri terlebih dahulu apakah benar kita sudah bersikap rendah hati atau tidak. Adakah kriteria-kriteria yang bisa dipakai untuk menunjukkan hal ini? Tentu saja ada, dan hal-hal tersebut sudah dinyatakan lewat Firman Tuhan. Besok kita akan melihat beberapa kriteria yang bisa kita pakai untuk memeriksa apakah kita sudah berada dalam jalur yang benar atau belum.
(bersambung)
Friday, November 18, 2011
Peduli Terhadap Hewan
Ayat bacaan: Kejadian 1:28
======================
"Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi."
Salah satu channel tv yang saya sukai adalah Animal Planet. Di sana saya bisa melihat banyak acara tentang orang-orang yang menjalani panggilan hidupnya untuk menjaga kelestarian hewan. Ada acara tentang dokter hewan yang sampai pergi ke Afrika untuk mengobati hewan-hewan disana, ada yang tugasnya menangkap ular yang masuk ke rumah warga untuk dikembalikan ke alamnya, ada polisi satwa yang menangkap orang-orang yang menyiksa atau memperlakukan hewan piaraannya secara buruk dan lain sebagainya. Sementara manusia cenderung bertambah egois atau bahkan kejam terhadap sesamanya, di saluran ini saya melihat sosok-sosok manusia yang menunjukkan kasihnya kepada hewan. Pada kenyataannya di Indonesia saja kita sering melihat orang memperlakukan hewan piaraannya dengan kejam. Ada anjing yang diikat diluar sepanjang hidupnya, terkena panas terik dan hujan begitu saja, ada yang tidak diberi makan, dibiarkan ketika diserang kutu dan sebagainya. Tuhan mengasihi manusia secara istimewa, itu benar. Tetapi bukan berarti bahwa Tuhan tidak mengasihi hewan dan tumbuhan yang notabene merupakan ciptaanNya juga. Manusia merusak lingkungan, menebang pohon sembarangan, merusak habitat hewan bahkan memburu mereka termasuk hewan-hewan langka di dalamnya tanpa merasa bersalah. Padahal ini pun sebenarnya sudah melanggar Firman Tuhan, karena sejak semula Tuhan sudah mengingatkan tugas kita dalam menjaga kelestarian alam beserta isinya.
Sejak di awal penciptaan, Tuhan telah berpesan langsung kepada kita akan hal ini. Lihatlah ayat dalam kitab Kejadian berikut. "Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi." (Kejadian 1:28). Menaklukkan dan berkuasa disini bukan dimaksudkan bahwa kita bisa seenaknya mengeksploitasi isi bumi tanpa memikirkan kelangsungan hidup atau kelestariannya, tapi justru sebaliknya, kepada kita disematkan sebuah tanggung jawab secara penuh untuk mengurus dan melestarikan segala yang ada di muka bumi ini, termasuk pula di dalamnya berbagai spesies atau jenis hewan yang hidup di bumi terutama yang langka. Mengapa demikian? Sebab Tuhan telah menciptakan segalanya itu bukan sekedar baik saja, tetapi dikatakan "sungguh amat baik." "Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik." (ay 31). Jika Tuhan telah menciptakan segala sesuatu dengan amat sangat baik, dan Dia sudah berpesan agar kita menjaganya dengan baik, bagaimana kita bisa tega memperlakukan alam beserta tumbuhan dan hewan di dalamnya dengan buruk?
Mari kita lihat ayat berikut ini. "Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu?" (Matius 6:26) lalu ayat ini: "Bukankah burung pipit dijual dua ekor seduit? Namun seekorpun dari padanya tidak akan jatuh ke bumi di luar kehendak Bapamu." (10:29). Kedua ayat ini memang berbicara untuk mengingatkan kita bahwa kita tidak perlu takut karena kita semua berada dalam pemeliharaan Tuhan yang penuh kasih. Tetapi perhatikanlah kembali kedua ayat tadi dengan baik, maka kita akan mendapatkan bagaimana Tuhan pun masih meluangkan waktu untuk menjaga kelangsungan hidup burung-burung kecil yang harganya tentu jauh di bawah kita. Ini menunjukkan betapa besarnya perhatian Tuhan bagi hewan-hewan yang bagi manusia mungkin dianggap tidak berguna, atau bahkan hanya dijadikan sasaran tembak demi kesenangan sendiri.
Orang-orang yang menghabiskan waktunya demi kehidupan satwa di saluran televisi tadi menunjukkan dedikasi tinggi dengan kasih yang tinggi pula. Ini pun sejalan dengan Firman Tuhan yang berkata dengan tegas: "Lakukanlah segala pekerjaanmu dalam kasih!" (1 Korintus 16:14). Disamping itu, ingatlah selalu bahwa "Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia." (Kolose 3:23). Apa yang mereka lakukan sejalan dengan ayat-ayat di atas. Jika kita melakukan segala sesuatu dalam kasih dan dengan segenap hati seperti untuk Tuhan maka kita tidak akan tergoda untuk mengeksploitasi sumber-sumber alam, tumbuhan dan hewan seenaknya. Kasih yang ada dalam hati kita dan komitmen untuk berbuat yang terbaik untuk Tuhan akan membuat kita mendedikasikan pekerjaan kita untuk kebaikan. Ingatlah bahwa kelestarian dan kelangsungan hidup satwa menjadi tanggungjawab kita. Ada banyak spesies yang terancam punah, ada begitu banyak hewan yang saat ini terancam kelangsungan hidupnya. Hendaknya kita menjadi pribadi-pribadi yang peduli, karena Tuhan telah menugaskan kita semua untuk melestarikan ciptaan-ciptaanNya di muka bumi ini.
Tuhan menugaskan kita untuk menjaga kelestarian alam beserta tumbuhan dan hewan di dalamnya. Kepada mereka pun kita bisa menunjukkan kasih juga
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
======================
"Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi."
Salah satu channel tv yang saya sukai adalah Animal Planet. Di sana saya bisa melihat banyak acara tentang orang-orang yang menjalani panggilan hidupnya untuk menjaga kelestarian hewan. Ada acara tentang dokter hewan yang sampai pergi ke Afrika untuk mengobati hewan-hewan disana, ada yang tugasnya menangkap ular yang masuk ke rumah warga untuk dikembalikan ke alamnya, ada polisi satwa yang menangkap orang-orang yang menyiksa atau memperlakukan hewan piaraannya secara buruk dan lain sebagainya. Sementara manusia cenderung bertambah egois atau bahkan kejam terhadap sesamanya, di saluran ini saya melihat sosok-sosok manusia yang menunjukkan kasihnya kepada hewan. Pada kenyataannya di Indonesia saja kita sering melihat orang memperlakukan hewan piaraannya dengan kejam. Ada anjing yang diikat diluar sepanjang hidupnya, terkena panas terik dan hujan begitu saja, ada yang tidak diberi makan, dibiarkan ketika diserang kutu dan sebagainya. Tuhan mengasihi manusia secara istimewa, itu benar. Tetapi bukan berarti bahwa Tuhan tidak mengasihi hewan dan tumbuhan yang notabene merupakan ciptaanNya juga. Manusia merusak lingkungan, menebang pohon sembarangan, merusak habitat hewan bahkan memburu mereka termasuk hewan-hewan langka di dalamnya tanpa merasa bersalah. Padahal ini pun sebenarnya sudah melanggar Firman Tuhan, karena sejak semula Tuhan sudah mengingatkan tugas kita dalam menjaga kelestarian alam beserta isinya.
Sejak di awal penciptaan, Tuhan telah berpesan langsung kepada kita akan hal ini. Lihatlah ayat dalam kitab Kejadian berikut. "Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi." (Kejadian 1:28). Menaklukkan dan berkuasa disini bukan dimaksudkan bahwa kita bisa seenaknya mengeksploitasi isi bumi tanpa memikirkan kelangsungan hidup atau kelestariannya, tapi justru sebaliknya, kepada kita disematkan sebuah tanggung jawab secara penuh untuk mengurus dan melestarikan segala yang ada di muka bumi ini, termasuk pula di dalamnya berbagai spesies atau jenis hewan yang hidup di bumi terutama yang langka. Mengapa demikian? Sebab Tuhan telah menciptakan segalanya itu bukan sekedar baik saja, tetapi dikatakan "sungguh amat baik." "Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik." (ay 31). Jika Tuhan telah menciptakan segala sesuatu dengan amat sangat baik, dan Dia sudah berpesan agar kita menjaganya dengan baik, bagaimana kita bisa tega memperlakukan alam beserta tumbuhan dan hewan di dalamnya dengan buruk?
Mari kita lihat ayat berikut ini. "Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu?" (Matius 6:26) lalu ayat ini: "Bukankah burung pipit dijual dua ekor seduit? Namun seekorpun dari padanya tidak akan jatuh ke bumi di luar kehendak Bapamu." (10:29). Kedua ayat ini memang berbicara untuk mengingatkan kita bahwa kita tidak perlu takut karena kita semua berada dalam pemeliharaan Tuhan yang penuh kasih. Tetapi perhatikanlah kembali kedua ayat tadi dengan baik, maka kita akan mendapatkan bagaimana Tuhan pun masih meluangkan waktu untuk menjaga kelangsungan hidup burung-burung kecil yang harganya tentu jauh di bawah kita. Ini menunjukkan betapa besarnya perhatian Tuhan bagi hewan-hewan yang bagi manusia mungkin dianggap tidak berguna, atau bahkan hanya dijadikan sasaran tembak demi kesenangan sendiri.
Orang-orang yang menghabiskan waktunya demi kehidupan satwa di saluran televisi tadi menunjukkan dedikasi tinggi dengan kasih yang tinggi pula. Ini pun sejalan dengan Firman Tuhan yang berkata dengan tegas: "Lakukanlah segala pekerjaanmu dalam kasih!" (1 Korintus 16:14). Disamping itu, ingatlah selalu bahwa "Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia." (Kolose 3:23). Apa yang mereka lakukan sejalan dengan ayat-ayat di atas. Jika kita melakukan segala sesuatu dalam kasih dan dengan segenap hati seperti untuk Tuhan maka kita tidak akan tergoda untuk mengeksploitasi sumber-sumber alam, tumbuhan dan hewan seenaknya. Kasih yang ada dalam hati kita dan komitmen untuk berbuat yang terbaik untuk Tuhan akan membuat kita mendedikasikan pekerjaan kita untuk kebaikan. Ingatlah bahwa kelestarian dan kelangsungan hidup satwa menjadi tanggungjawab kita. Ada banyak spesies yang terancam punah, ada begitu banyak hewan yang saat ini terancam kelangsungan hidupnya. Hendaknya kita menjadi pribadi-pribadi yang peduli, karena Tuhan telah menugaskan kita semua untuk melestarikan ciptaan-ciptaanNya di muka bumi ini.
Tuhan menugaskan kita untuk menjaga kelestarian alam beserta tumbuhan dan hewan di dalamnya. Kepada mereka pun kita bisa menunjukkan kasih juga
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Thursday, November 17, 2011
Belajar dan Berlatih
Ayat bacaan: Titus 3:14
================
"Dan biarlah orang-orang kita juga belajar melakukan pekerjaan yang baik untuk dapat memenuhi keperluan hidup yang pokok, supaya hidup mereka jangan tidak berbuah."
Saya yakin semua setuju kalau hidup ini merupakan proses belajar. Mulai dari bayi kita sudah mengalami proses pembelajaran. Belajar merangkak, belajar duduk, kemudian belajar bicara. Lalu masuk playground, taman kanak-kanak, SD, SMP, SMA, kuliah. Setelah lulus S1 ada yang melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi lagi. Ditengah-tengah proses pendidikan formal kita pun belajar banyak hal lagi, seperti tata krama, sopan santun atau belajar mengenal Tuhan dan FirmanNya. Ada yang mengambil kursus-kursus atau kejuruan, seperti kursus bahasa Inggris, kursus komputer, memasak dan lain-lain. Apapun itu, yang pasti kita akan terus berusaha menambah ilmu selagi bisa dan punya kesempatan. Semakin banyak ilmu yang kita miliki, semakin besar pula kesempatan kita untuk sukses, tentu saja apabila kita memakainya dengan baik dan tidak menyia-nyiakannya.
Adalah menarik jika melihat ayat yang saya ambil sebagai bahan renungan hari ini. Dalam suratnya kepada Titus, Paulus mengatakan: "Dan biarlah orang-orang kita juga belajar melakukan pekerjaan yang baik untuk dapat memenuhi keperluan hidup yang pokok, supaya hidup mereka jangan tidak berbuah." (Titus 3:14). Ayat ini mengingatkan kita untuk belajar melakukan pekerjaan yang baik. Apakah untuk berbuat baik pun diperlukan proses pembelajaran? Tentu saja. Seperti layaknya segala sesuatu dalam hidup butuh proses, kita pun perlu melatih diri kita agar bisa semakin terbiasa untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang baik. We have to learn to apply ourselves to good deeds. Itu adalah sesuatu yang butuh dilatih dan dipelajari. Dan Titus mengatakan bahwa itulah yang membuat kita bisa berbuah. Sebaliknya unculvitated and unfruitful lives pun menjadi bagian dari orang-orang yang tidak merasa perlu untuk itu.
Bahkan dalam beribadah pun diperlukan latihan. Kita tidak bisa berharap Tuhan langsung menyulap roh kita untuk menjadi roh yang taat dalam sekejap mata dengan instan. Tuhan memang bisa, tapi itu tidak mendidik, sehingga cara demikian bukanlah cara yang disukai Tuhan. Melalui serangkaian peristiwa, kejadian dan sebagainya, baik yang indah maupun lewat penderitaan dan kesulitan, Tuhan siap memberi pelajaran bagi kita untuk lebih dekat lagi kepadaNya. Inilah yang dikatakan Paulus lewat suratnya kepada Timotius. "Latihlah dirimu beribadah." (1 Timotius 4:7b). Train yourself toward godliness. keep yourself spiritually fit. Bunyinya seperti melatih kebugaran alias berolah raga bukan? Seperti itulah adanya. Jika sebuah latihan fisik alias olahraga saja penting untuk menjaga kebugaran kita, dan itupun lewat sebuah proses yang tidak singkat, apalagi sebuah ibadah yang akan berguna jauh lebih banyak. Seperti itulah kata Paulus selanjutnya. "Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang." (ay 8). Kemudian perhatikan juga bagaimana Tuhan memerintahkan bangsa Israel untuk mengajarkan firman Tuhan kepada keturunan mereka secara terus menerus dan berkesinambungan. "Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun." (Ulangan 6:6-7). Jika bagi kita yang sudah dewasa saja belajar masih merupakan hal yang sangat penting, apalagi buat anak-anak kita di masa pertumbuhan mereka. Dunia yang mereka huni sekarang bukanlah sebuah dunia yang mudah dan selalu bersahabat. Ada kalanya dunia ini kejam dan ada kalanya pula terdapat banyak jebakan di dalamnya. Jika mereka tidak tahu apa-apa mengenai kebenaran, setiap saat mereka bisa terjerumus ke dalam kebinasaan bahkan sejak masa kecilnya. Oleh karena itulah kita harus mampu terus menanamkan firman Tuhan secara terus-menerus kepada mereka, baik lewat pengajaran maupun contoh keteladanan. Semua ini akan menjadi bekal yang sangat berharga buat mereka. Tapi itu tidak bisa kita lakukan hanya dalam sekejap saja. Dan jangan lupa, semuanya harus melalui serangkaian proses yang dilakukan secara kontinu.
Bagi saya pribadi belajar merupakan sebuah proses yang membuat hidup menjadi menarik.Menjalani proses memang seringkali tidak mudah. Ada kalanya kita mengalami kesulitan dalam prosesnya, bahkan ada saat-saat dimana kita harus rela mengalami penderitaan. Tapi itulah bagian dari kehidupan yang harus kita sikapi dengan proses. Tetaplah berpegang teguh kepada Tuhan, tetaplah berusaha, tetaplah belajar dan jangan lupa tetaplah penuhi diri kita dengan ucapan syukur. Firman Tuhan berkata "Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur." (Filipi 4:6). Di balik kelemahan dan keterbatasan kita sebagi manusia, Tuhan akan selalu memberi kelegaan dan kekuatan atas kita. Apa yang harus kita lakukan adalah terus bertekun melatih diri dan terus belajar untuk semakin mengenal, mengerti dan melakukan Firman Tuhan secara lebih mendalam lagi. Tuhan selalu mendorong semua anak-anakNya untuk terus belajar mengenai hal-hal yang bisa meningkatkan kualitas hidup di dunia, tapi juga terutama belajar untuk mengenalNya lebih lagi dan mengetahui apa yang menjadi rencana dan kehendakNya dalam kehidupan kita. Yesus mengingatkan kita untuk terus menyempurnakan diri hingga bisa menyerupai kesempurnaan Bapa. "Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna." (Matius 5:48). Dan hal ini tidak akan bisa kita capai hanya dalam sekejap mata saja. Karenanya marilah kita terus tekun dalam belajar. Berbuat baik pun merupakan sesuatu yang harus dilatih. Masih ada banyak yang belum kita ketahui, masih banyak yang harus kita benahi dalam diri kita, masih banyak yang harus kita latih dan pelajari.
Berbuat baik pun merupakan hal yang penting untuk dilatih dan dipelajari
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
================
"Dan biarlah orang-orang kita juga belajar melakukan pekerjaan yang baik untuk dapat memenuhi keperluan hidup yang pokok, supaya hidup mereka jangan tidak berbuah."
Saya yakin semua setuju kalau hidup ini merupakan proses belajar. Mulai dari bayi kita sudah mengalami proses pembelajaran. Belajar merangkak, belajar duduk, kemudian belajar bicara. Lalu masuk playground, taman kanak-kanak, SD, SMP, SMA, kuliah. Setelah lulus S1 ada yang melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi lagi. Ditengah-tengah proses pendidikan formal kita pun belajar banyak hal lagi, seperti tata krama, sopan santun atau belajar mengenal Tuhan dan FirmanNya. Ada yang mengambil kursus-kursus atau kejuruan, seperti kursus bahasa Inggris, kursus komputer, memasak dan lain-lain. Apapun itu, yang pasti kita akan terus berusaha menambah ilmu selagi bisa dan punya kesempatan. Semakin banyak ilmu yang kita miliki, semakin besar pula kesempatan kita untuk sukses, tentu saja apabila kita memakainya dengan baik dan tidak menyia-nyiakannya.
Adalah menarik jika melihat ayat yang saya ambil sebagai bahan renungan hari ini. Dalam suratnya kepada Titus, Paulus mengatakan: "Dan biarlah orang-orang kita juga belajar melakukan pekerjaan yang baik untuk dapat memenuhi keperluan hidup yang pokok, supaya hidup mereka jangan tidak berbuah." (Titus 3:14). Ayat ini mengingatkan kita untuk belajar melakukan pekerjaan yang baik. Apakah untuk berbuat baik pun diperlukan proses pembelajaran? Tentu saja. Seperti layaknya segala sesuatu dalam hidup butuh proses, kita pun perlu melatih diri kita agar bisa semakin terbiasa untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang baik. We have to learn to apply ourselves to good deeds. Itu adalah sesuatu yang butuh dilatih dan dipelajari. Dan Titus mengatakan bahwa itulah yang membuat kita bisa berbuah. Sebaliknya unculvitated and unfruitful lives pun menjadi bagian dari orang-orang yang tidak merasa perlu untuk itu.
Bahkan dalam beribadah pun diperlukan latihan. Kita tidak bisa berharap Tuhan langsung menyulap roh kita untuk menjadi roh yang taat dalam sekejap mata dengan instan. Tuhan memang bisa, tapi itu tidak mendidik, sehingga cara demikian bukanlah cara yang disukai Tuhan. Melalui serangkaian peristiwa, kejadian dan sebagainya, baik yang indah maupun lewat penderitaan dan kesulitan, Tuhan siap memberi pelajaran bagi kita untuk lebih dekat lagi kepadaNya. Inilah yang dikatakan Paulus lewat suratnya kepada Timotius. "Latihlah dirimu beribadah." (1 Timotius 4:7b). Train yourself toward godliness. keep yourself spiritually fit. Bunyinya seperti melatih kebugaran alias berolah raga bukan? Seperti itulah adanya. Jika sebuah latihan fisik alias olahraga saja penting untuk menjaga kebugaran kita, dan itupun lewat sebuah proses yang tidak singkat, apalagi sebuah ibadah yang akan berguna jauh lebih banyak. Seperti itulah kata Paulus selanjutnya. "Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang." (ay 8). Kemudian perhatikan juga bagaimana Tuhan memerintahkan bangsa Israel untuk mengajarkan firman Tuhan kepada keturunan mereka secara terus menerus dan berkesinambungan. "Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun." (Ulangan 6:6-7). Jika bagi kita yang sudah dewasa saja belajar masih merupakan hal yang sangat penting, apalagi buat anak-anak kita di masa pertumbuhan mereka. Dunia yang mereka huni sekarang bukanlah sebuah dunia yang mudah dan selalu bersahabat. Ada kalanya dunia ini kejam dan ada kalanya pula terdapat banyak jebakan di dalamnya. Jika mereka tidak tahu apa-apa mengenai kebenaran, setiap saat mereka bisa terjerumus ke dalam kebinasaan bahkan sejak masa kecilnya. Oleh karena itulah kita harus mampu terus menanamkan firman Tuhan secara terus-menerus kepada mereka, baik lewat pengajaran maupun contoh keteladanan. Semua ini akan menjadi bekal yang sangat berharga buat mereka. Tapi itu tidak bisa kita lakukan hanya dalam sekejap saja. Dan jangan lupa, semuanya harus melalui serangkaian proses yang dilakukan secara kontinu.
Bagi saya pribadi belajar merupakan sebuah proses yang membuat hidup menjadi menarik.Menjalani proses memang seringkali tidak mudah. Ada kalanya kita mengalami kesulitan dalam prosesnya, bahkan ada saat-saat dimana kita harus rela mengalami penderitaan. Tapi itulah bagian dari kehidupan yang harus kita sikapi dengan proses. Tetaplah berpegang teguh kepada Tuhan, tetaplah berusaha, tetaplah belajar dan jangan lupa tetaplah penuhi diri kita dengan ucapan syukur. Firman Tuhan berkata "Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur." (Filipi 4:6). Di balik kelemahan dan keterbatasan kita sebagi manusia, Tuhan akan selalu memberi kelegaan dan kekuatan atas kita. Apa yang harus kita lakukan adalah terus bertekun melatih diri dan terus belajar untuk semakin mengenal, mengerti dan melakukan Firman Tuhan secara lebih mendalam lagi. Tuhan selalu mendorong semua anak-anakNya untuk terus belajar mengenai hal-hal yang bisa meningkatkan kualitas hidup di dunia, tapi juga terutama belajar untuk mengenalNya lebih lagi dan mengetahui apa yang menjadi rencana dan kehendakNya dalam kehidupan kita. Yesus mengingatkan kita untuk terus menyempurnakan diri hingga bisa menyerupai kesempurnaan Bapa. "Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna." (Matius 5:48). Dan hal ini tidak akan bisa kita capai hanya dalam sekejap mata saja. Karenanya marilah kita terus tekun dalam belajar. Berbuat baik pun merupakan sesuatu yang harus dilatih. Masih ada banyak yang belum kita ketahui, masih banyak yang harus kita benahi dalam diri kita, masih banyak yang harus kita latih dan pelajari.
Berbuat baik pun merupakan hal yang penting untuk dilatih dan dipelajari
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Subscribe to:
Posts (Atom)
Menjadi Anggur Yang Baik (1)
Ayat bacaan: Yohanes 2:9 ===================== "Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu--dan ia tidak t...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24-25 ====================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih ...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24 ===================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan ...
-
Ayat bacaan: Mazmur 23:4 ====================== "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau...