===================
"Maka Daniel ini melebihi para pejabat tinggi dan para wakil raja itu, karena ia mempunyai roh yang luar biasa; dan raja bermaksud untuk menempatkannya atas seluruh kerajaannya."

Selain bahagia melihat keberhasilan orang yang dibimbing, saya merasa pelit ilmu tidak memberikan manfaat apa-apa. Berkat bukan berasal dari kehebatan ilmu kita, bukan juga berasal dari keahlian kita, tapi dari Tuhan. Tuhanlah yang memberkati pekerjaan kita sehingga kita bisa berhasil. Jika demikian, buat apa pelit ilmu? Lagipula, apakah Tuhan senang jika kita setengah-setengah dalam bekerja? Apakah dengan pelit ilmu kita bisa mengasihi orang lain seperti yang diinginkan Tuhan? Lantas, apakah dengan memberikan ilmu secara total itu berarti kita akan berkurang penghasilannya? Itu pikiran yang sangat naif dan sempit. Tuhan tidak pernah menginginkan anak-anakNya untuk punya pikiran seperti itu.
Pertama, mari kita lihat sosok Daniel. Alkitab mencatat dengan jelas mengenai Daniel sebagai sosok yang memiliki roh yang luar biasa dengan kecerdasan di atas rata-rata. Ia diangkat oleh raja Darius sebagai satu dari tiga pejabat tinggi yang membawahi 120 orang wakil raja. Bahkan diantara ketiga sosok ini, pekerjaan Daniel dianggap lebih baik dari dua orang lainnya. "Maka Daniel ini melebihi para pejabat tinggi dan para wakil raja itu, karena ia mempunyai roh yang luar biasa; dan raja bermaksud untuk menempatkannya atas seluruh kerajaannya." (Daniel 6:4). Daniel bukanlah tipe orang yang setengah-setengah dalam bekerja. Ia selalu memberikan segala yang terbaik yang bisa ia lakukan, termasuk dalam imannya yang tidak goyah sedikitpun ketika menghadapi bahaya. Dan tentu saja semua itu berkenan di hadapan Tuhan. Ia sempat menghadapi ancaman besar karena ketaatannya dalam menyembah Allah. Tapi kita tahu bagaimana Daniel selamat dari cengkraman singa-singa lewat pertolongan Tuhan.
Dalam perjanjian baru kita bisa melihat figur Paulus. Dalam melakukan pelayanan, Paulus tidak lalai dalam melakukan proses pemuridan. Ia menunjukkan kebesaran jiwanya dengan mendidik anak-anak muda yang setia mengikutinya dengan sungguh-sungguh, seperti kepada Timotius dan Titus. Kepada mereka, Paulus mengajarkan bagaimana sikap yang harus dimiliki dalam melayani dengan rinci dan jelas. Paulus tidak menyimpan-nyimpan sesuatu agar ia tetap menjadi yang terdepan. Ia ingin maju dan sukses bersama-sama dengan anak-anak didiknya. Timotius melayani di Efesus (1 Timotius 1:2-4) sedangkan Titus di Kreta. (Titus 1:4-6). Kedua anak muda ini tumbuh menjadi pelayan Tuhan yang begitu luar biasa.
Buat saya pribadi, hidup akan jauh lebih bermakna ketika kita bisa membantu orang lain untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Seorang penulis di Amerika bernama McGinnis mengatakan "There is no more noble occupation in the world than to assist another human being - to help someone succeed". Tidak ada pekerjaan yang lebih mulia di dunia ini selain membimbing orang lain-membantu mereka untuk mencapai kesuksesan. Saya sangat setuju dengan perkataannya. Tuhan pun tidak menginginkan kita menjadi pribadi-pribadi yang kikir, hanya mementingkan diri sendiri dan tidak peduli kepada kemajuan orang lain, apalagi jika sampai menghambat mereka. Dalam Korintus dikatakan "Atau tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang yang tidak adil tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah? Janganlah sesat! Orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang pemburit, pencuri, orang kikir, pemabuk, pemfitnah dan penipu tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah." (1 Korintus 6:9-10). Perhatikan bahwa orang kikir digolongkan ke tempat yang sama dengan kesesatan lainnya yang kita tahu termasuk berat. Pelit tidak saja berbicara soal harta, tapi tentu juga termasuk ilmu.
Tuhan memberikan kita talenta untuk dikembangkan, bukan untuk disimpan sendiri. Tuhan melengkapi semua yang kita butuhkan bukan untuk ditimbun. Ketika kita diberkati Tuhan dengan kemampuan akan sesuatu, hendaklah kita mempergunakannya juga demi kemajuan dan kesuksesan sesama kita. Mengapa kita harus iri terhadap kesuksesan orang lain? Mengapak kita harus takut jika melihat orang berhasil, bahkan ketika ada orang yang sukses melebihi kita? Ingatlah bahwa segala berkat datangnya dari Tuhan dan bukan dari kehebatan atau kepintaran kita. Seperti halnya Tuhan memberkati kita dengan segudang kemampuan, hendaklah kita memberkati orang lain lewat apa yang ada dalam diri kita. Apa yang kita miliki bukanlah untuk kita sendiri melainkan juga berguna bagi kemajuan orang lain. Apakah ada diantara teman-teman yang juga sama berada dalam posisi yang berhubungan dengan pengembangan kapasitas bawahan atau murid? Apakah ada di antara anda yang juga berprofesi sama seperti saya sebagai pengajar? Janganlah menjadi sosok yang pelit ilmu. Bantulah mereka dengan sungguh-sungguh agar mereka bisa mencapai sukses. Biarlah nama Tuhan dipermuliakan lewat pekerjaan kita. Sebagai anak-anak Tuhan kita tidak boleh pelit terhadap siapapun. Tuhan akan selalu senang dan memberkati siapapun yang mengasihi dan peduli kepada sesamanya.
Pelit ilmu bukanlah sikap yang seharusnya dimiliki orang percaya
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
No comments:
Post a Comment