Ayat bacaan: Mazmur 103:13
====================
"Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian TUHAN sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia."
Malam ini ketika sedang bekerja menulis sebuah artikel, dari mp3 player yang saya set dalam keadaan acak atau shuffle terdengarlah lagu rohani yang sudah cukup lama kita kenal, "Seperti Bapa Sayang Anaknya." Tak terasa kasih Tuhan pun mulai terasa mengalir ke dalam hati saya sampai-sampai saya berhenti sejenak untuk menikmati rasanya. "Seperti bapa sayang anaknya, Demikianlah Engkau mengasihiku.." dan seterusnya. Lagu ini berbicara tentang betapa Tuhan mengasihi kita seperti layaknya seorang ayah mengasihi anaknya. Seorang ayah yang baik adalah ayah yang tidak hanya sibuk mencari nafkah, tetapi tetap mampu meluangkan waktu untuk keluarga terlebih anak-anaknya ditengah kesibukan yang menggunung. Ayah yang baik mampu menjadi imam dalam keluarganya dan mampu mendidik anak-anaknya untuk tumbuh dewasa dengan budi pekerti yang baik. Dalam mendidik anak-anak seorang ayah yang bijaksana tidak akan mungkin menuruti setiap keinginan anaknya setiap saat. Bayangkan jika anak terus meminta permen atau es krim, apakah itu baik jika dituruti meski harganya relatif tidak seberapa? Tentu tidak. Hal tersebut tidak mendidik. Selain bisa membuat anaknya lupa diri dan manja, itu pun tidak baik bagi kesehatan mereka. Jika anak melakukan sesuatu kesalahan, ada kalanya harus dihukum. Mungkin sang ayah merasa perih untuk melakukannya, dan seringkali sang anak merasa sedih kenapa ayahnya berlaku begitu kejam, karena mereka belum bisa melihat bahwa hukuman terkadang harus diberikan bukan karena jahat melainkan demi kebaikan mereka sendiri. Saya rasanya perlu bersyukur karena bentuk hukuman dari ayah saya ketika saya masih kecil terbilang 'ringan' dibanding kebanyakan ayah lainnya. Ada banyak teman saya yang bercerita bahwa mereka kerap berhadapan dengan sebilah rotan atau lidi, tapi ayah saya memilih untuk menepuk telapak tangan saya apabila saya melakukan sesuatu yang salah. Meski terbilang ringan, tetap saja pada saat itu saya merasa sedih luar biasa. Saya masih ingat bagaimana perasaan saya ketika hukuman itu dijatuhkan. Tapi hari ini saya bersyukur bahwa didikan yang diberikan kedua orang tua saya sangatlah saya butuhkan untuk bisa menjadi diri saya saat ini. Tanpa itu semua, niscaya saya akan kehilangan saat-saat dimana saya dididik untuk mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk untuk dilakukan, tentu saja termasuk bentuk hukuman ketika saya bersalah.
Kasih sayang Tuhan kepada kita hadir dalam bentuk yang begitu intim, begitu dekat, seperti kedekatan seorang ayah dengan anaknya. Lagu Jeffry S Tjandra di atas sepertinya terinspirasi dari apa yang dikatakan oleh Daud yang tertulis dalam kitab Mazmur: "Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian TUHAN sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia." (Mazmur 103:13). Ya, Tuhan sangat mengasihi kita. Agar tidak bingung, maka Tuhan pun memberikan contoh yang tentu mudah kita terima. Seperti ayah yang baik menyayangi kita, seperti itulah Tuhan mengasihi anak-anakNya yang taat dan tidak mau mengecewakanNya.Itu tentu tidak sulit untuk dipahami bukan? Dalam banyak kitab lainnya kita bisa menemukan gambaran yang sama akan Allah yang berperan sebagai Bapa yang penuh kasih kepada kita anak-anakNya. Misalnya dalam kitab Yesaya: "Bukankah Engkau Bapa kami? Sungguh, Abraham tidak tahu apa-apa tentang kami, dan Israel tidak mengenal kami. Ya TUHAN, Engkau sendiri Bapa kami; nama-Mu ialah "Penebus kami" sejak dahulu kala." (Yesaya 63:16), atau dalam Maleakhi dikatakan: "Mereka akan menjadi milik kesayangan-Ku sendiri, firman TUHAN semesta alam, pada hari yang Kusiapkan. Aku akan mengasihani mereka sama seperti seseorang menyayangi anaknya yang melayani dia." (Maleakhi 3:17). Lebih jauh lagi kita tentu bisa melihat bagaimana Yesus selalu mengajarkan kita untuk menyebut Tuhan sebagai Bapa. Seperti halnya ayah kita di dunia menyediakan segalanya bagi kita, melindungi kita, demikian pula Bapa di Surga. Tapi di sisi lain, ketika kita melakukan kesalahan, ayah biologis kita terkadang perlu mendisiplinkan kita, dan salah satunya adalah melalui hukuman. Hal yang sama pula oleh Bapa Surgawi kita. Tuhan terkadang perlu menjatuhkan hukuman untuk mengajarkan dan mendisiplinkan kita, dan itu semua demi kebaikan kita sendiri.
Mengenai bentuk pendisiplinan ini, Penulis Ibrani sudah menyebutkannya dengan sangat jelas. "Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak: "Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya." (Ibrani 12:5). Mengapa begitu? Bukankah diperingatkan atau dihukum itu tidak enak? Tentu saja, tapi itu adalah bentuk perhatian Tuhan kepada kita. Akan jauh lebih baik kita diingatkan sekeras-kerasnya sekarang selagi masih ada kesempatan ketimbang dibiarkan tersesat hingga harus binasa dalam api yang menyala-nyala kelak bukan? Dan ayat selanjutnya pun berkata: "karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak." (ay 6). Kemudian dilanjutkan dengan penjelasan lebih jauh di ayat selanjutnya. "Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya? Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang." (ay 7-8). Jika lewat ayah kita di dunia kita didisplinkan, dan kita menghormati mereka, apalagi terhadap Bapa Surgawi kita, yang tetap mendidik kita demi kebaikan kita sendiri, agar kita layak untuk memperoleh bagian dalam kekudusanNya. (ay 9-10). Pada saat hukuman jatuh atas kita tentu menyakitkan. Tapi lihatlah hasil akhirnya, jika kita mau memperbaiki diri dan menerima hukuman itu dengan ketulusan, hasil dari hukuman itu akan menghasilkan buah kebenaran yang menyelamatkan kita.
Bentuk pendisiplinan yang terkadang hadir dalam bentuk hukuman dari Tuhan bukan terjadi atas keinginan untuk menyakiti dan menyiksa kita, tapi sebaliknya, karena Tuhan begitu mengasihi kita dan tidak ingin satupun dari kita binasa akibat perbuatan-perbuatan bodoh yang kita lakukan. Tuhan selalu menganggap penting untuk mendidik kita seperti layaknya seorang ayah mengajari anaknya. "Maka haruslah engkau insaf, bahwa TUHAN, Allahmu, mengajari engkau seperti seseorang mengajari anaknya." (Ulangan 8:5). Ingatlah bahwa dalam banyak kesempatan, penderitaan yang kita lalui adalah sebuah proses pemurnian dan pendisiplinan untuk mendatangkan kebaikan bagi kita sendiri juga. Jadi ketika kita sedang dididik atau bahkan dihukum Tuhan, itu terkadang bisa sakit sekali rasanya. Tapi daripada terus melawan dan menuduh, bersyukurlah karena itu tandanya Tuhan mengasihi kita seperti bapa yang sayang anaknya.
Tuhan mendisiplinkan kita karena Dia sangat mengasihi kita sebagai anak-anakNya
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Menjadi Anggur Yang Baik (1)
Ayat bacaan: Yohanes 2:9 ===================== "Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu--dan ia tidak t...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24-25 ====================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih ...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24 ===================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan ...
-
Ayat bacaan: Mazmur 23:4 ====================== "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau...
No comments:
Post a Comment