=======================
"Aku melihat bahwa tidak ada yang lebih baik bagi manusia dari pada bergembira dalam pekerjaannya, sebab itu adalah bahagiannya. Karena siapa akan memperlihatkan kepadanya apa yang akan terjadi sesudah dia?"

Adalah menarik ketika kita melihat bahwa Pengkotbah sudah menyatakan hal seperti ini yang didasari oleh perenungan, pengalaman dan kesaksiannya sendiri. "Aku melihat bahwa tidak ada yang lebih baik bagi manusia dari pada bergembira dalam pekerjaannya, sebab itu adalah bahagiannya. Karena siapa akan memperlihatkan kepadanya apa yang akan terjadi sesudah dia?" (Pengkotbah 3:22). Mencintai profesi atau tidak, yang pasti lewat pengalamannya Pengkotbah menyimpulkan bahwa tidak ada yang lebih baik daripada bergembira dalam pekerjaannya. Mengapa? Karena itu adalah bagian kita masing-masing. Jika kita tidak berbahagia dengan pekerjaan, apa yang bisa kita dapatkan dari sana? Mungkin pendapatan kita peroleh, tapi bagaimana dengan berbagai emosi atau rasa keterpaksaan yang akan membuat kita berkeluh kesah sepanjang hari, terus merasa tidak puas dan kehilangan damai sejahtera? Adakah itu membawa manfaat atau malah membuat etos kerja kita menurun, mengganggu orang lain bahkan mendatangkan penyakit bagi diri kita sendiri? Adakah hal positif yang bisa diperoleh jika kita sulit bersyukur dan hanya bersungut-sungut karena tidak kunjung merasa puas?
Bahagia atau tidak bukanlah tergantung dari kondisi atau situasi yang kita hadapi, melainkan tergantung dari seberapa jauh kita mengijinkan Tuhan untuk ambil bagian dalam hidup kita. Kebahagiaan atau kegembiraan sesungguhnya bukan tergantung dari situasi atau kondisi melainkan berasal dari Tuhan. Di dalam Amsal disebutkan: "Hati yang gembira membuat muka berseri-seri, tetapi kepedihan hati mematahkan semangat." (Amsal 15:13). Atau dalam ayat lainnya: "Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang." (Amsal 17:22). Bekerja dengan hati yang lapang, hati yang gembira, itu bagaikan obat yang manjur untuk menjaga kita agar tetap memiliki semangat untuk melakukan yang terbaik sambil terus bersukacita. Mensyukuri anugerah Tuhan akan membuat itu bisa terjadi, salah satunya dengan menghargai berkatNya atas pekerjaan yang kita peroleh saat ini. Apakah kita menikmati pekerjaan dengan penuh rasa syukur sebagai sebuah berkat dari Tuhan atau kita terus merasa kurang puas, semua itu tergantung kita. Tuhan sanggup membuat pekerjaan sekecil apapun menjadi emas. Apakah saya berbicara secara sempit mengenai harta kekayaan secara materi saja? Tentu tidak. Pekerjaan sekecil apapun bisa menjadi berkat luar biasa bagi orang lain dan bisa menjadi potret yang indah dari kemuliaan Tuhan. Sebuah pekerjaan bisa menjadi karya monumental kita yang selain akan menjadi buah yang indah dari jerih payah dan kesungguhan kita, tapi itupun akan menjadi saksi nyata kebesaran Tuhan juga menjadi sarana bagi kita untuk memuliakanNya.
Disaat orang berpendapatan lebih besar masih mengeluh, alangkah indahnya jika kita bisa bersyukur dan hidup gembira dengan menikmati pekerjaan kita hari ini. Tuhan pun akan sangat senang apabila kita mensyukuri pekerjaan yang telah Dia sediakan untuk kita sebagai sebuah berkat, dan memakainya sebagai alat untuk memberkati orang lain sekaligus memuliakan Tuhan. Mungkin ada saat ini di antara kita yang mulai merasa jenuh dengan pekerjaannya, mungkin ada yang merasa bahwa pekerjaan saat ini tidak cukup baik, namun saya ingin mengingatkan bahwa Tuhan tidak akan pernah kekurangan cara untuk memberkati kita. Yang dituntut dari kita adalah bekerja sungguh-sungguh dengan segenap hati seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia (Kolose 3:23). Kita tidak akan bisa bekerja dengan segenap hati jika kita tidak ada kegembiraan atau gairah sedikitpun dalam melakukannya. Sekali lagi, besar kecilnya pendapatan bukanlah alasan untuk bergembira atau tidak, karena kebahagiaan sejati sesungguhnya terletak pada hubungan kita dengan Tuhan. Tidak jarang kita melihat keluarga yang hancur, hidup orang yang jauh dari bahagia, padahal mereka memiliki kekayaan yang besar atau pekerjaan yang mapan. Jika demikian, mengapa kita tidak mencoba memberikan kesempatan pada pekerjaan kita, mulai meneteskan cinta disana, mengucap syukur atas pekerjaan itu kepada Tuhan lalu memberikan yang terbaik dari kita? Jika itu anda lakukan, maka anda akan menyaksikan bagaimana luar biasanya Tuhan bisa memberkati kita lewat apapun yang kita kerjakan.
Tanpa hati yang gembira kita tidak akan pernah bisa memberikan yang terbaik
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
No comments:
Post a Comment