====================
"Ya Tuhan, sesuai dengan belas kasihan-Mu, biarlah kiranya murka dan amarah-Mu berlalu dari Yerusalem, kota-Mu, gunung-Mu yang kudus; sebab oleh karena dosa kami dan oleh karena kesalahan nenek moyang kami maka Yerusalem dan umat-Mu telah menjadi cela bagi semua orang yang di sekeliling kami."

Mari kita belajar lewat apa yang pernah dilakukan Daniel pada jamannya. Pada saat itu Daniel menyadari betapa hancurnya moral dan keadaan bangsanya. Daniel bisa saja bersikap apatis, mengingat dia bukanlah termasuk salah satu dari orang yang berbuat kejahatan di mata Tuhan. Tapi dia tidak melakukan hal itu. Lihatlah bahwa Daniel mengambil waktu untuk berdoa bukan difokuskan untuk dirinya sendiri tetapi terutama untuk bangsanya. Bacalah seluruh isi doa Daniel yang tertulis dalam Daniel 9:1-19, maka anda akan menemukan bahwa Daniel menggunakan kata "kami" dan bukan "mereka". "Kami telah berbuat dosa dan salah, kami telah berlaku fasik dan telah memberontak, kami telah menyimpang dari perintah dan peraturan-Mu, dan kami tidak taat kepada hamba-hamba-Mu, para nabi, yang telah berbicara atas nama-Mu kepada raja-raja kami, kepada pemimpin-pemimpin kami, kepada bapa-bapa kami dan kepada segenap rakyat negeri." (Daniel 9:5-6). Ini tentunya menarik. Dengan menggunakan kata "kami", artinya Daniel menempatkan diri di dalam kesesatan bangsanya. Meski Daniel tidak ikut-ikutan melakukan kesalahan, tapi ia sadar betul bahwa ia pun merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari bangsanya sendiri. Jika bangsanya buruk, maka ia pun akan ikut terkena didalamnya.
Daniel memiliki sebuah kerendahan hati untuk tidak bermegah diri meski dia sendiri sudah mengaplikasikan hidup benar dan akrab dengan Tuhan sejak semula. Daniel mengasihi bangsanya. Ia peduli. Jika bangsanya menderita, ia pun akan turut menderita. Sebaliknya apabila bangsanya makmur sejahtera dan penuh berkat, maka ia pun akan menjadi bagian yang bisa menikmati itu. Daniel tahu benar bahwa meskipun ia tidak berbuat kesalahan apa-apa, tapi biar bagaimanapun ia tetap merupakan bagian dari bangsa yang saat itu tengah memberontak, tengah berperilaku fasik, sebuah bangsa yang bergelimang dosa dan penuh dengan perilaku menyimpang.
Disamping itu, Daniel pun tampaknya sadar betul bahwa jika bukan dia, siapa lagi yang harus berdoa agar malapetaka dan murka Tuhan dijauhkan dari bangsanya? Maka lihatlah bagaimana Daniel berdoa. "Ya Tuhan, sesuai dengan belas kasihan-Mu, biarlah kiranya murka dan amarah-Mu berlalu dari Yerusalem, kota-Mu, gunung-Mu yang kudus; sebab oleh karena dosa kami dan oleh karena kesalahan nenek moyang kami maka Yerusalem dan umat-Mu telah menjadi cela bagi semua orang yang di sekeliling kami." (Daniel 9:16). Kemudian, "Oleh sebab itu, dengarkanlah, ya Allah kami, doa hamba-Mu ini dan permohonannya, dan sinarilah tempat kudus-Mu yang telah musnah ini dengan wajah-Mu, demi Tuhan sendiri. Ya Allahku, arahkanlah telinga-Mu dan dengarlah, bukalah mata-Mu dan lihatlah kebinasaan kami dan kota yang disebut dengan nama-Mu, sebab kami menyampaikan doa permohonan kami ke hadapan-Mu bukan berdasarkan jasa-jasa kami, tetapi berdasarkan kasih sayang-Mu yang berlimpah-limpah. Ya Tuhan, dengarlah! Ya, Tuhan, ampunilah! Ya Tuhan, perhatikanlah dan bertindaklah dengan tidak bertangguh, oleh karena Engkau sendiri, Allahku, sebab kota-Mu dan umat-Mu disebut dengan nama-Mu!" (ay 17-19). Ini untaian doa yang menyentuh dan mengharukan, dipanjatkan oleh Daniel bukan untuk mencari keamanan dirinya sendiri tetapi mewakili sebuah bangsa agar diampuni Tuhan.
Seperti Daniel, kita sebagai anak-anak Tuhan pun seharusnya bisa melihat dari sisi yang sama. Kita bisa berdoa demi bangsa, agar kiranya Tuhan memperhatikan dan menjauhkan segala hal buruk atas negara ini lewat doa dari anak-anakNya yang benar. Sebab jika bukan kita, siapa lagi yang bisa berdoa agar Tuhan menjauhkan segala malapetaka dari negara kita, agar Tuhan berkenan memberkati bangsa dan negara kita ini?
(bersambung)
No comments:
Post a Comment