=====================
"Sesudah kedua orang itu menuntun mereka sampai ke luar, berkatalah seorang: "Larilah, selamatkanlah nyawamu; janganlah menoleh ke belakang, dan janganlah berhenti di manapun juga di Lembah Yordan, larilah ke pegunungan, supaya engkau jangan mati lenyap."

Dalam ayat mengenai kisah Sodom dan Gomora kita melihat bahwa istri Lot yang seharusnya ada dalam rencana penyelamatan Tuhan beserta suami dan anak-anaknya. Kedua malaikat yang diutus untuk membawa mereka keluar dari kota Sodom yang akan dimusnahkan sudah mengingatkan mereka. "Larilah, selamatkanlah nyawamu; janganlah menoleh ke belakang, dan janganlah berhenti di manapun juga di Lembah Yordan, larilah ke pegunungan, supaya engkau jangan mati lenyap." (Kejadian 19:17). Perhatikan kata yang saya cetak tebal di atas. Janganlah menoleh ke belakang. Tapi kita tahu bahwa istri Lot ternyata sulit melepaskan segala yang ia miliki di kota Sodom. Kehidupan lamanya, harta bendanya dan sebagainya. Ia melanggar pesan dan menoleh ke belakang. Alkitab mencatatnya demikian: "Tetapi isteri Lot, yang berjalan mengikutnya, menoleh ke belakang, lalu menjadi tiang garam." (ay 26). Karena menoleh ke belakang, apa yang terjadi pada istri Lot? Dia berubah menjadi tiang garam.
Mari kita fokus kepada kata "menoleh ke belakang". Menoleh ke belakang bisa berarti dikuasai masa lalu, dihantui berbagai hal traumatis, kegagalan atau timbunan dosa-dosa di masa lalu. Ada orang yang mengalami kepahitan akibat disakiti orang terdekat, kejadian-kejadian buruk dalam berbagai hal, yang begitu berat, sedemikian rupa sehingga mereka yang mengalami ini menjadi terus terikat dengan bayang-bayang masa lalunya. Mereka menjadi sulit maju, karena mereka terikat dengan hal-hal traumatis yang pernah terjadi. Ada yang jadi statis, tidak bertumbuh, tidak berkembang, jalan di tempat, tidak sedikit pula yang akhirnya malah terperosok semakin dalam. Menoleh ke belakang juga bisa berarti sulit melepaskan kebiasaan-kebiasaan atau hal-hal buruk yang kerap kita lakukan di masa lalu, atau sulit melepaskan segala sesuatu yang merintangi langkah kita untuk menuju kepada keselamatan yang sudah diberikan Tuhan. Istri Lot sebenarnya ada dalam rencana Tuhan untuk diselamatkan, namun ia memilih untuk menoleh ke belakang. Sikapnya mendua, antara ingin selamat tapi disisi lain ia sulit meninggalkan segala kenyamanan dengan harta benda miliknya di belakang sana. Karena terus bimbang, ia pun tidak tahan untuk tidak menoleh ke belakang, setidaknya sekali lagi. Ternyata ini sebuah pilihan yang membawa konsekuensi fatal, ia pun berubah seketika menjadi tiang garam dan gagal untuk selamat.
Jika kita melihat kisah penyelamatan bangsa Israel dari Mesir, kita pun bisa menemukan kejadian yang mirip. Kita bisa melihat bagaimana bangsa Israel pada waktu itu berkali-kali protes kepada Musa karena merasa rugi kehilangan keadaan yang mereka anggap lebih mudah dan nyaman, meski mereka hanyalah berstatus sebagai budak di Mesir. Lihatlah apa kata mereka: "Ah, kalau kami mati tadinya di tanah Mesir oleh tangan TUHAN ketika kami duduk menghadapi kuali berisi daging dan makan roti sampai kenyang! Sebab kamu membawa kami keluar ke padang gurun ini untuk membunuh seluruh jemaah ini dengan kelaparan." (Keluaran 16:3) , "Mengapa pula engkau memimpin kami keluar dari Mesir, untuk membunuh kami, anak-anak kami dan ternak kami dengan kehausan?" (17:3). Mereka terus bersungut-sungut, mengeluh, mengomel dan protes keras terhadap langkah penyelamatan Tuhan. Mereka lebih suka menoleh ke belakang ketimbang mengarahkan pandangan ke depan menuju sebuah tanah terjanji yang berlimpah berkat dari Tuhan. Kita tahu akibatnya generasi awal itu tidak satupun yang berhasil masuk ke tanah terjanji kecuali Yosua dan Kaleb yang memiliki sikap hati berbeda.
(bersambung)
No comments:
Post a Comment