Wednesday, May 1, 2013

Keseimbangan antara Bekerja dan Berdoa

Ayat bacaan: Yoel 2:17
===================
"baiklah para imam, pelayan-pelayan TUHAN, menangis di antara balai depan dan mezbah, dan berkata: "Sayangilah, ya TUHAN, umat-Mu, dan janganlah biarkan milik-Mu sendiri menjadi cela, sehingga bangsa-bangsa menyindir kepada mereka. Mengapa orang berkata di antara bangsa: Di mana Allah mereka?"

Bisakah anda mengendarai sepeda atau sepeda motor sebelum melatih keseimbangan? Bisa dijamin anda akan terjatuh jika tidak tahu bagaimana agar bisa berada seimbang diatasnya. Bagi pemain sirkus terutama para pemain trapeze atau orang yang memegang galah panjang dalam meniti seutas tali jelas keseimbangan merupakan hal yang mutlak pula untuk mereka miliki. Dalam bingkai yang lebih besar, sebuah keseimbangan dalam banyak hal sangat menentukan keberhasilan seseorang dalam hidupnya. Itu tentu termasuk keseimbangan antara bekerja dan berdoa. Dalam bahasa Latin ada semboyan yang bunyinya Ora et Labora, yaitu "berdoa dan bekerja". Bayangkan jika anda hanya berdoa saja tanpa melakukan apa-apa. Ada banyak orang Kristen yang menerjemahkan berkat-berkat yang turun dari Tuhan itu secara sepihak. Mereka kerap mengharapkan berkat turun dicurahkan dari langit lewat serangkaian mukjizat spektakuler setiap saat, dan tidak melakukan apapun untuk mendapatkan berkat itu, selain berdoa siang dan malam. Atau sebaliknya hanya bekerja terus dari pagi sampai larut malam tanpa memperhatikan keadaan rohani anda. Itu tentu tidak baik. Hanya fokus dalam bekerja atau meniti karir tanpa menjaga sisi rohani akan mengarahkan orang ke dalam keangkuhan, cinta harta, popularitas dan berbagai hal buruk lainnya. Sebuah keseimbangan antara bekerja dan berdoa jelas merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan.

Kita tidak bisa melakukan satu hal saja dan melupakan yang lain. Tuhan memang bisa menurunkan berkatNya dalam keadaan apapun. Benar bahwa Yesus berkata "Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya." (Matius 21:22). Kuasa doa memang besarnya bisa sangat luar biasa. Tetapi ingat pula bahwa Tuhan tidak menginginkan anak-anakNya menjadi orang-orang yang malas dan manja, hanya meminta dan terus meminta tanpa mau melakukan apa-apa. Tuhan sudah berulang kali menyatakan ketidaksukaanNya terhadap orang yang malas. Lihatlah bagaimana kerasnya Tuhan menghadapi orang yang malas dalam "perumpamaan tentang talenta" yang tertulis di Matius 25:14-30. Itu bahkan begitu keras, sehingga Alkitab berkata "Dan campakkanlah hamba yang tidak berguna itu ke dalam kegelapan yang paling gelap. Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi." (ay 30).

Lihat pula teguran-teguran yang datang kepada orang malas dalam Amsal 6. Salah satunya berkata: "Hai pemalas, pergilah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak." (ay 6). Semut adalah serangga yang lemah dan berukuran jauh lebih kecil dibanding manusia, tetapi baiklah jika orang malas belajar dari etos kerja semut. Itu adalah teguran yang sebenarnya cukup keras. Orang malas itu tidak bijak. Dan teguran dari Paulus juga menggambarkan hal yang keras pula. "jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan." (2 Tesalonika 3:10). Rajin berdoa memang baik, dan itu sudah menjadi kewajiban kita. Tetapi jangan lupa pula bahwa kita harus bekerja dengan sungguh-sungguh, bahkan dikatakan seperti melakukannya untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. (Kolose 3:23).

Sangatlah menarik jika kita melihat sebuah ayat dalam Yoel yang menyiratkan mengenai keseimbangan ini ketika Yoel memberikan seruan untuk bertobat. Mari kita lihat ayatnya. "Baiklah para imam, pelayan-pelayan TUHAN, menangis di antara balai depan dan mezbah, dan berkata: "Sayangilah, ya TUHAN, umat-Mu, dan janganlah biarkan milik-Mu sendiri menjadi cela, sehingga bangsa-bangsa menyindir kepada mereka. Mengapa orang berkata di antara bangsa: Di mana Allah mereka?" (Yoel 2:17). Perhatikan, mengapa para imam dan hamba Tuhan harus menangis di antara balai depan dan mezbah? Tuhan secara spesifik mewahyukan hal ini. Dari ayat tersebut kita bisa melihat perlunya keseimbangan antara mezbah dan balai depan. Bukan hanya di mezbah, dan bukan hanya di balai depan, tapi ditengah-tengah, yang artinya mencakup keduanya secara rata. Bukan hanya berdoa, dan bukan juga hanya bekerja saja. Keduanya haruslah dilakukan secara seimbang. Dari ayat ini kita bisa menangkap sebuah pesan penting, bahwa apapun yang kita lakukan perlu disertai dengan doa. Dan doa-doa juga harus disertai dengan perbuatan nyata. Keduanya harus berjalan beriringan, bersama-sama. Benar bahwa Tuhan mengharuskan kita bekerja, dan Tuhan memberkati pekerjaan kita. Tapi bagaimana Tuhan mau memberkati pekerjaan kita jika kita tidak melibatkanNya dalam pekerjaan kita? Atau lebih luas lagi, bagaimana Tuhan mau memberkati hidup kita jika kita tidak melibatkanNya dalam kehidupan kita? Oleh sebab itu seruan pertobatan yang disampaikan Yoel menyiratkan bahwa antara berdoa dan bekerja, ora et labora, keduanya haruslah dilakukan secara seimbang, beriringan dan berkesinambungan.

Menyambung bahasan dalam beberapa renungan terdahulu, dalam berkontribusi untuk kesejahteraan dan keselamatan bangsa, kita pun juga harus melakukan hal yang seimbang. Dalam Yeremia itu sudah disebutkan dengan jelas. "Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu." (Yeremia 29:7). "Usahakanlah kesejahteraan kota", itu berbicara mengenai peran serta secara aktif dengan melakukan sesuatu yang nyata. Lalu selanjutnya: "dan berdoalah untuk kota itu kepada Tuhan.." itu menunjukkan bahwa peran para orang percaya lewat doa-doa pun merupakan hal yang penting pula untuk dilakukan. Lihatlah bahwa keduanya harus dilakukan serentak, bersamaan, dalam sebuah hubungan saling mengisi dan seimbang.

Dalam Efesus 6:18 kita bisa melihat sebuah ayat yang mengingatkan kita agar tidak melupakan atau meniadakan doa dalam langkah kita. Bukan hanya sekedar berdoa sekali-kali, tetapi disana kita diingatkan untuk berdoa setiap waktu. Dalam bahasa Inggrisnya dikatakan "Pray at all times (on every occasion, in every season) in the Spirit, with all [manner of] prayer and entreaty." Pray at all times, on every occasion, in every season. Berdoalah dalam setiap waktu, dalam hal apapun, dalam situasi apapun. Doakan apapun yang kita kerjakan agar Tuhan memberkati usaha kita secara penuh, pada saat yang sama lakukanlah pekerjaan dengan sebaik-baiknya. Keseimbangan seperti inilah yang akan mendatangkan keberhasilan dalam segala sesuatu yang kita lakukan.

Perlu bagi kita untuk melatih dan mendisplinkan diri agar bisa menyeimbangkan keduanya dan terbiasa untuk mengkombinasikan keduanya dalam hubungan yang harmonis. Itu jelas perlu proses dan butuh waktu. Bukan saja dalam pekerjaan atau profesi kita, tetapi pelayanan kita pun butuh terus didukung doa agar bisa berhasil dengan maksimal. Disanalah kita bisa melihat bagaimana luar biasanya hasil yang kita tuai lewat usaha kita yang terus didukung dalam doa. Begitu pula kontribusi kita dalam kesejahteraan, kemakmuran dan keselamatan kota dimana kita ditempatkan saat ini, dan tentu saja dalam skala yang lebih besar itu akan berdampak positif bagi bangsa kita. Jangan korbankan jam-jam doa karena kesibukan pekerjaan, jangan pula memakai waktu doa sebagai alasan untuk bermalas-malasan dan tidak bekerja. Keduanya harus dilakukan secara seimbang dan saling terkait satu dengan lainnya. Sudahkah anda melibatkan Tuhan dalam pekerjaan anda? Atau sudahkah anda berusaha serius seperti apa yang anda minta dalam doa anda?

Jadilah pengikut Kristus yang rajin bekerja dan tekun dalam doa

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

No comments:

Menjadi Anggur Yang Baik (1)

 Ayat bacaan: Yohanes 2:9 ===================== "Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu--dan ia tidak t...