======================
"Tetapi TUHAN berfirman kepadanya: "Siapakah yang membuat lidah manusia, siapakah yang membuat orang bisu atau tuli, membuat orang melihat atau buta; bukankah Aku, yakni TUHAN? Oleh sebab itu, pergilah, Aku akan menyertai lidahmu dan mengajar engkau, apa yang harus kaukatakan."
Melanjutkan renungan terdahulu mengenai making decision atau mengambil keputusan, hari ini mari kita lihat kepada siapa atau bagaimana Tuhan memilih pekerja-pekerjanya. Jika anda membaca Alkitab, maka anda akan mendapati bahwa Tuhan ternyata lebih suka memakai orang-orang yang bagi dunia mungkin dipandang sebelah mata ketimbang orang-orang yang ahli Taurat, menguasai hukum, orang kaya, jenius dan sebagainya. Tentu saja saya tidak bermaksud mengatakan bahwa orang yang pintar dan hebat tidak akan Dia pakai. Tuhan rindu memakai setiap anak-anakNya karena tugas yang diberikan bukanlah tugas yang mudah. Tapi yang ingin saya katakan adalah seberapa kecil pun kemampuan yang anda rasa anda miliki, itu bukan penghalang untuk menjadi pekerja yang berhasil.
Adalah menarik jika melihat reaksi awal Musa ketika mendapat tugas berat dari Tuhan. Kita tahu bahwa Musa adalah nabi besar dan dihormati oleh begitu banyak orang dari kepercayaan yang berbeda, namanya harum dan menginspirasi dari generasi ke generasi hingga hari ini.Tapi lihatlah bahwa untuk menjadi besar seperti itu, Musa terlebih dahulu melewati sebuah proses pengambilan keputusan. Alkitab mencatat bahwa pada awalnya Musa ragu dan sempat berbantah-bantahan dengan Tuhan. Ia terus mencari alasan (bahasa sekarangnya ngeles), berkelit karena merasa tugas yang dibebankan terlalu berat buat dirinya yang tidak lagi muda dan tidak ada apa-apanya.
Mari kita lihat reaksi Musa ketika ia hendak diutus Tuhan. "Lalu sahut Musa: "Bagaimana jika mereka tidak percaya kepadaku dan tidak mendengarkan perkataanku, melainkan berkata: TUHAN tidak menampakkan diri kepadamu?" (Keluaran 4:1). Tuhan pun kemudian menunjukkan beberapa mukjizat dengan mengubah tongkatnya menjadi ular. Patuhkah Musa? Ternyata belum. Ia kembali mengeluarkan alasan. "Lalu kata Musa kepada TUHAN: "Ah, Tuhan, aku ini tidak pandai bicara, dahulupun tidak dan sejak Engkau berfirman kepada hamba-Mupun tidak, sebab aku berat mulut dan berat lidah." (ay 10). Tuhan kemudian mengingatkan Musa bahwa semua yang ada pada Musa itu Dia sendiri yang menciptakan. "Tetapi TUHAN berfirman kepadanya: "Siapakah yang membuat lidah manusia, siapakah yang membuat orang bisu atau tuli, membuat orang melihat atau buta; bukankah Aku, yakni TUHAN? Oleh sebab itu, pergilah, Aku akan menyertai lidahmu dan mengajar engkau, apa yang harus kaukatakan." (ay 11). Ayat ini jelas mengatakan bahwa Tuhan sendiri yang akan menyertai dan mengajar kita dalam melakukan tugas-tugas Kerajaan. Bukan kehebatan dan kekuatan kita yang Tuhan minta, tetapi kepatuhan kita. Tapi Musa masih ragu dan berkelit lagi. "Tetapi Musa berkata: "Ah, Tuhan, utuslah kiranya siapa saja yang patut Kauutus." (ay 13). Ketika Tuhan marah melihat reaksi Musa, Musa kemudian takut, dan memutuskan untuk ikut perintah Tuhan. Dalam ayat 18 kita bisa melihat keputusan Musa untuk taat menjalani apa yang diperintahkan Tuhan. Kita tahu bagaimana Tuhan kemudian memakai Musa secara luar biasa, dimana hasilnya masih tetap dikenang orang hingga hari ini dan menjadi salah satu bagian terpenting dalam sejarah dunia.
Masalah berkelit dan berbantah ini tidak hanya dilakukan Musa. Ada beberapa nabi lainnya yang juga melakukan hal ini. Nabi Yeremia misalnya. Ia berkelit dengan alasan bahwa ia terlalu muda untuk menjalani tugas berat dan belum saatnya untuk tampil di depan. (Yeremia 1:6). Kepada Yeremia Tuhan mengatakan: "Janganlah katakan: Aku ini masih muda, tetapi kepada siapapun engkau Kuutus, haruslah engkau pergi, dan apapun yang Kuperintahkan kepadamu, haruslah kausampaikan." (Yeremia 1:7). Apa dasarnya? "Janganlah takut kepada mereka, sebab Aku menyertai engkau untuk melepaskan engkau, demikianlah firman TUHAN." (ay 8). Atau Yunus yang memilih untuk melarikan diri dari tugas yang disematkan Tuhan kepadanya. Pada akhirnya kita tahu bagaimana mereka dipakai Tuhan secara luar biasa. Dari contoh-contoh ini jelas terlihat bahwa semua itu berawal dari sebuah keputusan. Tuhan boleh mengutus, namun jika orang yang bersangkutan tidak mengambil keputusan maka tidak akan bisa membawa perubahan apa-apa. Keputusan yang kita ambil hari ini akan sangat menentukan di masa depan. Dampaknya seringkali bukan hanya untuk diri sendiri melainkan menyangkut kehidupan banyak orang dalam skala berbeda tapi sangat mungkin untuk meningkat atau bertumbuh.
Kita terbiasa untuk punya seribu satu alasan untuk menghindar dari apa yang diinginkan Tuhan untuk kita perbuat. Jangankan melayani, membantu orang yang susah saja rasanya sudah berat. Padahal Tuhan ingin kita semua menjadi perpanjangan tanganNya untuk mewartakan Injil, menjadi garam dan terang, agar dunia bisa mengenal Kristus dan selamat lewat diri kita masing-masing. Terlalu muda, terlalu tua, tidak pandai bicara, terlalu sibuk, sulit menghadapi orang, kekhawatiran ini dan itu, bagaimana jika begini dan begitu, semua ini selalu menjadi alasan kita untuk melakukan pekerjaan Tuhan. Apa yang menjadi kendala bagi anda untuk masih belum bekerja untuk Tuhan? Percayalah bahwa ketika anda menjalaninya, anda akan melihat sendiri bahwa yang diinginkan Tuhan hanyalah kerelaan kita untuk membagi sedikit waktu. Siapapun bisa dipakai Tuhan secara luar biasa, karena Tuhan tidak butuh ahli-ahli melainkan butuh hati yang rindu untuk mengasihi orang lain, seperti halnya Tuhan telah mengasihi kita. Tuhan tahu persis kekurangan dan kelemahan kita masing-masing. Tapi itu semua tidaklah menjadi penghalang bagi kita untuk mampu bekerja di ladang Tuhan. Bukankah adalah sebuah kehormatan jika Tuhan mau memakai kita?
Tuhan tidak memerlukan kuat dan hebat kita, yang Dia inginkan hanyalah kemauan kita
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho