Sunday, December 1, 2013

Investasi Ala Kerajaan Surga (2)

(sambungan)

Pada suatu kali Yakobus menegur dengan keras orang-orang kaya yang kikir dan hanya berpikir untuk terus menimbun hartanya tanpa mempedulikan nasib orang lain seperti yang tertulis dalam Yakobus 5:1-6. "Jadi sekarang hai kamu orang-orang kaya, menangislah dan merataplah atas sengsara yang akan menimpa kamu! Kekayaanmu sudah busuk, dan pakaianmu telah dimakan ngengat! Emas dan perakmu sudah berkarat, dan karatnya akan menjadi kesaksian terhadap kamu dan akan memakan dagingmu seperti api. Kamu telah mengumpulkan harta pada hari-hari yang sedang berakhir." (Yakobus 5:1-3). Sungguh mengenaskan. Selanjutnya dikatakan: "Dalam kemewahan kamu telah hidup dan berfoya-foya di bumi, kamu telah memuaskan hatimu sama seperti pada hari penyembelihan" (ay 5). Orang yang berfokus pada menimbun harta dan mengejar kekayaan dikatakan seolah-olah sedang menggemukkan diri untuk hari penyembelihan kelak. Peringatan ini sungguh keras dan karenanya wajib kita perhatikan dengan seksama.

Jika dunia terus mengajarkan kita bahwa dengan mengumpulkan sebanyak-banyaknya hidup akan aman dan terjamin kebahagiaannya, kita tidak perlu ikut-ikutan berpikir seperti itu. Kita tidak perlu merasa khawatir akan kecukupan atau pemenuhan kebutuhan, karena semua itu sesungguhnya bukan terletak di tangan kita melainkan di tangan Tuhan. Yesus sendiri sudah mengingatkan kita agar jangan khawatir terhadap apapun. "Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai?" (Matius 6:31) Bukankah ini yang menjadi ketakutan orang-orang dunia yang tidak atau belum mengenal Allah? "Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu." (ay 32). Firman Tuhan dengan tegas mengingatkan kita untuk tidak ikut-ikutan dengan kecenderungan pola pikir dunia. "Sebab itu kukatakan dan kutegaskan ini kepadamu di dalam Tuhan: Jangan hidup lagi sama seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah dengan pikirannya yang sia-sia" (Efesus 4:17). Apa yang harus kita lakukan jelas. Kita harus mulai fokus memikirkan untuk mengumpulkan harta di surga. Dan Yesus pun telah menyatakan sebuah kesimpulan yang harus selalu kita camkan sungguh-sungguh: "Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu." (Matius 6:33).

Investasi yang kita pilih biasanya adalah sesuatu yang paling menguntungkan. Oleh karena itu, mari kita belajar melihat apa sebenarnya yang paling menguntungkan buat kita, bukan saja buat perjalanan kehidupan kita saat ini, tetapi yang lebih penting lagi buat kehidupan selanjutnya yang kekal. Menimbun harta di surga berbicara mengenai:
- menempatkan Tuhan diatas segalanya dalam urutan prioritas yang benar (God's all in all)
- melakukan kehendakNya di muka bumi sesuai panggilan kita masing-masing
- kerinduan untuk memberkati orang lain dengan segala berkat yang telah dicurahkan Tuhan buat kita
- mengembalikan apa yang menjadi hak Tuhan
- mempersembahkan hidup dan segala yang kita miliki sepenuhnya buat Tuhan.
Itulah bentuk investasi di surga, dimana tidak ada satupun hal yang bisa merusak atau menghilangkannya, baik ngengat, karat maupun pencuri. Berinvestasi lewat penanaman modal usaha, menabung dalam berbagai bentuk, lewat aset-aset kepemilikan dan sebagainya tentu saja boleh dan baik sepanjang tidak melanggar ketetapan Tuhan, sudah dibawa dalam doa dan berasal dari pertimbangan matang serta tidak merugikan orang lain. Tapi perhatikanlah prioritas kemana kita seharusnya berinvestasi yang akan menjamin kehidupan anda saat ini juga kehidupan kekal di surga nanti. Kemana dan untuk apa anda pergunakan modal baik harta, kemampuan, talenta dan lain-lain akan sangat menentukan bagaimana masa depan anda nanti.

Berinvestasi di surga akan memberi jaminan keselamatan yang pasti dan aman bagi masa depan kita

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

No comments:

Sukacita Kedua (3)

 (sambungan) Saya menyadari adanya sukacita kedua saat saya baru saja dihubungi oleh sahabat saya yang sudah melayani sebagai pendeta selama...