Monday, February 24, 2014

Being BFF's with God

Ayat bacaan: Imamat 10:3
========================
"..Inilah yang difirmankan TUHAN: Kepada orang yang karib kepada-Ku Kunyatakan kekudusan-Ku, dan di muka seluruh bangsa itu akan Kuperlihatkan kemuliaan-Ku..."

BFF adalah sebuah slang yang terbilang baru di Amerika yang merupakan singkatan dari Best Friends Forever, biasanya ditujukan kepada sahabat-sahabat yang dianggap sangat dekat, dipercaya alias sahabat karib. Orang yang punya sahabat karib tentu akan mendapatkan banyak keuntungan dibanding orang yang hanya punya teman tanpa ada satupun yang benar-benar dekat. Seorang sahabat karib biasanya akan berada mendampingi kita di saat suka dan duka seperti layaknya anggota keluarga atau bahkan bisa lebih dekat dari saudara. Kepada mereka kita bisa nyaman mengadu, mencurahkan isi hati, berkeluh kesah mulai dari hal-hal biasa hingga yang sifatnya pribadi sekalipun. Mereka bisa memberi nasihat tanpa menghakimi kita karena mereka mengenal kita sangat baik dan karenanya kita nyaman bercerita kepada mereka. Terhadap seorang sahabat karib biasanya kita tidak lagi tertutup. Ketika dunia sudah berseberangan dengan kita dan kita merasa tidak ada lagi yang peduli, sahabat karib akan selalu menjadi tempat dimana kita bisa berteduh dalam duka, dan akan menjadi orang pertama yang ikut bahagia saat kita berada dalam suka. Kepercayaan, pengertian, itu tentu menjadi sebuah harapan besar dari sosok seorang sahabat karib.

Jika Tuhan yang kudus, yang teramat sangat besar dibandingkan kita menyatakan keinginannya untuk bersahabat karib dengan kita, bukankah itu sesuatu yang luar biasa? Kalau Tuhan terasa terlalu besar, coba bayangkan jika ada seorang pemimpin negara besar yang mengatakan itu kepada anda. Misalnya anda diundang ke Gedung Putih untuk bertemu presiden dimana anda bisa berbincang-bincang, bercanda dan membagi cerita tanpa ada pengawalan apa-apa, itu pasti sangat membanggakan. Anda mungkin kaget dan sulit mempercayainya sebagai kenyataan. Lupakan pemimpin negara di dunia, sekarang arahkan pandangan anda kepada Tuhan yang berada jauh di atasnya. Ya, Tuhan selalu ingin menjalin hubungan dengan anda, bukan sekedar hubungan biasa tetapi selayaknya sahabat karib. Anda bisa datang kepadanya untuk bercerita, mencurahkan isi hati, mempercayaiNya dengan sepenuh hati, dan Tuhan pun tidak akan segan-segan memberitahukan anda hal-hal yang tertutup bagi dunia dan orang-orang di dalamnya yang tidak mengenalNya. Ini adalah sebuah kehormatan luar biasa.

Tuhan sejak semula merindukan manusia bisa menjadi sahabat karibnya. Lihatlah bagaimana istimewanya Adam dan Hawa Dia tempatkan. Sayangnya meski Tuhan ingin membangun hubungan yang erat sejak awal, manusia jatuh dalam dosa sejak awal pula. Tapi meskipun demikian, Tuhan tidak berhenti menunggu kerelaan dari manusia, yang begitu Dia kasihi, untuk datang kepadaNya dan bergaul akrab denganNya. Maka dalam Alkitab kita mengenal tokoh bernama Henokh. Disebutkan bahwa Henokh berusia 65 tahun ketika mendapatkan seorang anak laki-laki bernama Metusalah. (Kejadian 5:21). Ayat selanjutnya tertulis sebagai berikut: "Dan Henokh hidup bergaul dengan Allah selama tiga ratus tahun lagi.." (ay 22a). Perhatikan bahwa Henokh dikatakan hidup bergaul dengan Allah selama 300 tahun lagi. Betapa luar biasanya sebuah hubungan kekerabatan yang akrab atau karib yang tidak lekang di makan waktu hingga mencapai lebih dari 300 tahun. Kita bisa melihat dari ayat ini bagaimana seorang Henokh mampu menjaga hubungannya dengan Sang Pencipta, hidup selaras dengan kehendak Tuhan sampai begitu lama. Kesetiaannya teruji dalam rentang waktu yang begitu panjang.

Mungkin kita bisa berdalih bahwa tantangan pada jaman Henokh tidak separah sekarang. Tapi saya yakin pada masa itu Henokh bukannya tidak mendapat cobaan dari berbagai keinginan duniawi yang bisa menariknya menjauh dari Allah. Setiap masa punya tantangannya sendiri, itu pasti. Tetapi Henokh tidaklah terpengaruh dengan itu. Fakta Alkitab menyebutkan bahwa Henokh tetap bergaul dengan Allah hingga 3 abad. Atas hubungan kekerabatan seperti itu, Henokh kemudian tercatat menerima sebuah anugerah luar biasa. Ia tidak sampai mengalami kematian. Henokh diangkat langsung dari dunia yang berlumur dosa ini menuju Surga untuk seterusnya bersama-sama dengan Allah dalam kemuliaanNya yang kekal. "Dan Henokh hidup bergaul dengan Allah, lalu ia tidak ada lagi, sebab ia telah diangkat oleh Allah." (ay 24). Kelak ribuan tahun sesudahnya Penulis Ibrani kemudian menuliskan lagi mengenai Henokh. "Karena iman Henokh terangkat, supaya ia tidak mengalami kematian, dan ia tidak ditemukan, karena Allah telah mengangkatnya. Sebab sebelum ia terangkat, ia memperoleh kesaksian, bahwa ia berkenan kepada Allah." (Ibrani 11:5). Perhatikan bahwa perilaku, kesetiaan dan keakraban Henokh dalam membangun hubungan dengan Sang Pencipta ternyata berkenan di hatiNya.

Seorang sahabat karib tentu bukanlah sosok teman yang hanya mencari keuntungan dan kesenangan saja bersama kita. Mereka akan tetap setia bersama kita ketika kita mendapat musibah atau berbagai bentuk kesusahan. Mereka akan dengan senang hati membantu kita sebesar dan seluas kemampuan mereka ketika kita mencari pertolongan. Itu sosok sahabat karib dan seperti itu pulalah seharusnya hubungan kita dengan Tuhan. Apakah kita hanya berdoa siang dan malam untuk ditolong Tuhan dari kesusahan, dan setelah itu kita melupakannya? Apakah kita menuduh Tuhan tidak adil atau tidak peduli ketika kita terus bergumul dalam masalah? Apakah kita menempatkan segala kegiatan, kepentingan atau kebutuhan di dunia di atas kebutuhan kita untuk bersekutu dengan Tuhan? Kalau itu yang masih terjadi, artinya kita belum menempatkan Tuhan pada posisi sebagai sahabat karib. Padahal Tuhan menjanjikan banyak hal istimewa kepada orang-orang yang bergaul akrab dengannya.

Ayat bacaan hari ini mengatakan hal itu dengan jelas. "..Inilah yang difirmankan TUHAN: Kepada orang yang karib kepada-Ku Kunyatakan kekudusan-Ku, dan di muka seluruh bangsa itu akan Kuperlihatkan kemuliaan-Ku..." (Imamat 10:3). Tuhan menyatakan kekudusanNya dan memperlihatkan kemuliaanNya kepada orang-orang Dia anggap bersahabat karib denganNya. Daud juga mengerti akan hal ini yang bisa terlihat lewat ayat berikut: "TUHAN bergaul karib dengan orang yang takut akan Dia, dan perjanjian-Nya diberitahukan-Nya kepada mereka." (Mazmur 25:14). Takut akan Tuhan akan membawa kita untuk terus membangun hubungan dengan Tuhan hingga mencapai tingkat kekariban dengan kualitas kedekatan yang tinggi, dan hal itu akan membuat Tuhan tidak segan-segan untuk terbuka dalam memberitahukan rencana dan rancanganNya pada kita. Seperti itulah janji Tuhan. Ada penyertaan dan kebersamaan dalam sebuah persahabatan yang terbina akrab, dan itu pun akan terjadi antara kita dengan Tuhan ketika kita bergaul karib denganNya.

Ada begitu banyak godaan dari berbagai arah dalam kehidupan kita yang bisa melemahkan kualitas hubungan kita dengan Tuhan. Kita harus mewaspadai semuanya dan memastikan bahwa hubungan kita dengan Tuhan akan tetap terbina dengan baik. Seperti halnya kita merasakan sakit yang luar biasa jika sahabat karib kita menghianati kita, tentu Tuhan pun akan merasa kecewa apabila kita menghianatiNya, apalagi kalau hanya untuk kepentingan atau kepuasaan sesaat di dunia yang hanya sementara ini. Bergaullah karib dengan Tuhan dengan melibatkanNya dalam setiap aspek kehidupan kita. Rajinlah berdoa, membangun hubungan yang intim denganNya dengan rutin, muliakan Dia selalu dengan tubuh, jiwa, roh, dengan perbuatan dan perkataan kita. Tuhan menanti anda untuk menjadi sahabat karibNya, maukah anda menyambut uluran tanganNya hari ini dengan semangat kasih?

Be a BFF with God and He'll open everything to you

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

No comments:

Menjadi Anggur Yang Baik (1)

 Ayat bacaan: Yohanes 2:9 ===================== "Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu--dan ia tidak t...