Sunday, February 23, 2014

Kemana Seharusnya Mengarahkan Pandangan?

Ayat bacaan: 2 Korintus 4:18
=======================
"Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal."

Susahkah menjadi pengikut Yesus? Anda bisa kecewa jika anda menganggap itu mudah, atau malah menjadi tawar hati ketika mendapati bahwa mengikuti Yesus tidak serta merta membuat hidup menjadi berubah 180 derajat secara instan. Banyak orang yang mengikuti Yesus bukan dengan dasar mengasihiNya tetapi lebih kepada mencari keuntungan dan kemudahan dalam hal-hal yang hanya duniawi saja. Ingin usaha berhasil, ingin hutang-hutang lunas tanpa harus susah payah, ingin bangkit dari kebangkrutan, atau bahkan untuk hal-hal lain yang tidaklah penting-penting amat. Seringkali ketika kita baru saja lahir baru, Tuhan memutuskan untuk membentuk kita terlebih dahulu mulai dari dasar. Dan prosesnya bisa jadi terasa berat bahkan menyakitkan. Pembersihan benalu-benalu dosa yang menempel seringkali makan waktu, dan selama proses itu kita harus rela menderita dan mengorbankan banyak hal. Itu belum lagi ditambah reaksi dunia yang kerap membuat keputusan mengikuti Yesus menjadi semakin sulit, bagai mendaki jalan yang terus bertambah terjal. Yesus sendiri sudah mengingatkan bahwa "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku." (Markus 8:34). Pada akhirnya setelah melewati proses pemurnian, barulah kita sadar bahwa semua itu adalah demi kebaikan sendiri juga, menjadi permata-permata Allah yang bernilai tinggi di dunia, membawa berkat bagi banyak orang, menginspirasi dan mencerahkan. Tapi tidak dipungkiri memang, selama proses pembentukan kita akan mengalami banyak rasa yang tidak enak. Berbagai hal yang terjadi dalam kehidupan dunia yang begitu penuh gejolak ini mampu meruntuhkan kepercayaan kita dan membuat kita kehilangan pengharapan. Banyak orang yang akhirnya berubah meninggalkan Tuhan akibat tekanan bertubi-tubi yang tidak lagi mampu ia hadapi. Penderitaan hidup, kemiskinan, terlilit hutang, penyakit yang tidak sembuh-sembuh, kepahitan, kemarahan, sakit hati, jodoh dan sebagainya. Di sisi lain, limpahan harta kekayaan, jabatan, popularitas, sibuk menimbun uang dan sejenisnya, juga mampu membuat manusia kehilangan arah. Menyimpang ke kanan atau ke kiri, tidak lagi lurus melangkah di jalan Tuhan. Belum lagi berbagai penyesatan dari media hiburan, pola hidup modern yang menyimpang dan sebagainya, termasuk pula kekecewaan mendalam karena memiliki dasar yang salah dalam mengikuti Yesus. Pendeknya, ada 1001 macam kejadian yang bisa membuat kita meninggalkan Tuhan jika tidak hati-hati.Lalu bagaimana cara kita agar bisa mampu bertahan, tetap setia hingga akhir dan tidak terburu-buru meninggalkan Tuhan?

Menjaga diri agar tetap setia sampai akhir dengan tetap memelihara iman itu sangatlah penting. Itulah yang akan membawa kita untuk menerima mahkota kebenaran atas karunia Tuhan. Paulus mengatakan hal itu dalam 2 Timotius 4:7-8. Selain itu, Tuhan mau kita semua bisa menjadi orang-orang yang bergaul karib denganNya, dalam hubungan yang sangat erat bagai seorang ayah yang penuh kasih dengan anak yang mengasihinya. Dengan bergaul karib bersama Tuhan kita akan melihat kekudusan Tuhan dinyatakan atas kita, kemuliaanNya bisa kita saksikan (Imamat 10:3) dan perjanjianNya pun akan kita ketahui dan terima. (Mazmur 25:14).

Caranya dijelaskan oleh Paulus dalam suratnya pada jemaat Korintus. Disana dalam sebuah bagian Paulus menyatakan dengan jelas bahwa ia bukannya hidup nyaman dalam pelayanannya. Setelah bertobat ia justru mengalami begitu banyak penderitaan dalam menyebarkan berita keselamatan. Salah satu 'curhat'nya berbunyi sebagai berikut: "..Aku lebih banyak berjerih lelah; lebih sering di dalam penjara; didera di luar batas; kerap kali dalam bahaya maut. Lima kali aku disesah orang Yahudi, setiap kali empat puluh kurang satu pukulan, tiga kali aku didera, satu kali aku dilempari dengan batu, tiga kali mengalami karam kapal, sehari semalam aku terkatung-katung di tengah laut. Dalam perjalananku aku sering diancam bahaya banjir dan bahaya penyamun, bahaya dari pihak orang-orang Yahudi dan dari pihak orang-orang bukan Yahudi; bahaya di kota, bahaya di padang gurun, bahaya di tengah laut, dan bahaya dari pihak saudara-saudara palsu. Aku banyak berjerih lelah dan bekerja berat; kerap kali aku tidak tidur; aku lapar dan dahaga; kerap kali aku berpuasa, kedinginan dan tanpa pakaian " (2 Korintus 11:23-27). Anda bisa bayangkan, itu sangatlah luar biasa beratnya.

Akan tetapi sangatlah menarik jika melihat bagaimana Paulus memandang itu semua. Paulus ternyata menganggap semua itu bukanlah hal yang bisa mengecewakannya melainkan hanya menganggapnya sebagai penderitaan ringan. Ringan? Bagaimana bisa? Inilah kuncinya. "Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami." (2 Korintus 4:17). Ia menganggapnya ringan, karena apa yang ia alami di dunia ini jika mampu ia jalani dengan benar akan membawanya untuk memperoleh kemuliaan kekal, yang jelas jauh lebih berarti dibanding segala penderitaan yang saat itu ia alami. Inilah sebuah kunci yang mampu membuat kita untuk tetap fokus dan tidak kehilangan pengharapan dalam masa-masa sulit. Selanjutnya ia berkata: "Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal." (ay 18). Memperhatikan yang kelihatan, hal-hal duniawi, segala kesulitan dalam kehidupan di dunia bisa membuat kita menjadi lemah dan kemudian menyerah. Tapi yang tidak kelihatan, mengarahkan pandangan kepada sebuah kehidupan bersama Bapa di Surga kelak, sebuah kemerdekaan tanpa ada ratap tangis dan penderitaan lagi bisa diperoleh bukan hanya sementara melainkan selamanya, kekal menjadi bagian kita. Mata iman sangat diperlukan untuk itu, sebab dikatakan: "Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat." (Ibrani 11:1). Sebuah kemuliaan kekal tentu mengatasi penderitaan seberat apapun yang sifatnya hanya sementara. Paulus menyadari hal ini. Itulah sebabnya ia tidak kecewa, bersungut-sungut atau memilih berhenti menjadi hamba Tuhan meski resiko yang harus ia tanggung tidak main-main.

Jauh sebelumnya Salomo sudah mengingatkan: "Tempuhlah jalan yang rata dan hendaklah tetap segala jalanmu. Janganlah menyimpang ke kanan atau ke kiri, jauhkanlah kakimu dari kejahatan." (Amsal 4:26-27). Berhati-hatilah pada jalan yang disangka lurus, namun ternyata berujung maut. (14:12). Hal-hal seperti ini harus kita cermati secara serius. Dalam keadaan apapun, bagaimanapun, kita harus mampu untuk terus setia pada Tuhan dalam perjalanan kehidupan kita agar kita mampu beroleh mahkota kehidupan yang penuh kemuliaan kelak di akhir perjalanan hidup kita di dunia ini. Alangkah ironisnya jika kita sudah memulai dengan baik, namun di tengah perjalanan kita ternyata menyimpang ke kanan dan ke kiri, keluar dari jalur yang menuju sebuah kehidupan kekal penuh kemenangan. Pastikan motivasi anda dalam mengikut Yesus, dan pergunakan mata iman anda agar mampu melihat sesuatu yang tidak atau belum kelihatan. Kekekalan ada disana, dan seperti apa bentuk kekekalan yang kita terima kelak akan sangat tergantung dari keseriusan kita dalam mendengar, memahami dan melakukan ketetapan-ketetapanNya. Jika anda melaksanakannya, anda tidak perlu cemas dan bisa memegang erat janji Tuhan. "Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia, yang menjanjikannya, setia." (Ibrani 10:23).

Daripada hanya melihat yang kelihatan tapi hanya sementara, lebih baik fokus kepada apa yang tidak kelihatan tapi kekal

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

2 comments:

Unknown said...
This comment has been removed by the author.
Unknown said...

Tuhan Yesus baik, sungguh amat baik, untuk selama-lamanya Tuhan Yesus baik :)

Puji Tuhan saya dapat membaca renungan ini. Setiap yang ditulis benar2 dgn apa yg saya alami minggu lepas. Saya tgh bergumul. Syukur puji Tuhan! Pergumulan itu tidak ada lagi. Terima kasih saudara atas renungan yang memberkati ini. :)

Menjadi Anggur Yang Baik (5)

 (sambungan) Seringkali proses pengubahan ini seringkali tidak menyenangkan. Ada kalanya kita harus mengalami berbagai hal berat dan menyaki...