Sunday, February 16, 2014

Korah (2)

(sambungan)

Selain Korah, Alkitab juga mencatat banyak contoh tokoh yang sebenarnya luar biasa, berprestasi atau setidaknya menjanjikan, namun mereka tersandung jatuh hanya karena kelengahan atau kesalahan yang seharusnya bisa mereka hindari. Lihat Musa yang antiklimaks. Setelah dengan luar biasa sabar menuntun bangsa Israel yang degil selama puluhan tahun, ia harus gagal memasuki tanah terjanji karena ia tidak bisa menahan emosi pada suatu ketika. Lihat beberapa raja Israel yang jatuh ketika berada di puncak karir dan popularitas mereka. Daud jatuh akibat dosa perzinaan, Salomo jatuh dalam dosa penyembahan berhala, atau lihatlah Saul yang tadinya begitu cemerlang namun akhirnya binasa akibat serangkaian dosa yang ia perbuat. Kisah menara Babel, jemaat Laodikia dalam kitab Wahyu dan sebagainya, semua menunjukkan bahwa ketika situasi sedang sangat baik, ketika sedang berada di puncak, disanalah ada bahaya mengancam. Itulah titik rawan bagi kita untuk jatuh.

Kepada jemaat Filadelfia dalam kitab Wahyu kita bisa melihat sebuah pesan yang sangat penting untuk kita ingat. "Aku datang segera. Peganglah apa yang ada padamu, supaya tidak seorangpun mengambil mahkotamu." (Wahyu 3:11). Pegang terus mahkota yang sudah ada ditangan, pertahankanlah. Itu sebuah seruan yang sangat penting dalam perjalanan hidup kita, terlebih ketika aroma kesuksesan dan kenyamanan berada di atas sedang memenuhi diri kita. Penulis Ibrani pun mengingatkan hal yang sama. "Karena itu harus lebih teliti kita memperhatikan apa yang telah kita dengar, supaya kita jangan hanyut dibawa arus." (Ibrani 2:1). Ini sebuah pesan agar kita lebih teliti, lebih jeli dan lebih berhati-hati menapak ke depan. Keselamatan kekal yang telah kita peroleh lewat pengorbanan Yesus sebenarnya merupakan anugerah yang tak ternilai harganya. Alangkah sayang apabila anugerah itu kita buang hanya karena tergoda urusan duniawi yang sifatnya sementara. karenanya berhati-hatilah agar jangan apa yang telah kita genggam akhirnya harus luput dari tangan kita. Demikian dikatakan oleh Penulis Ibrani: "Karena kita telah beroleh bagian di dalam Kristus, asal saja kita teguh berpegang sampai kepada akhirnya pada keyakinan iman kita yang semula." (3:14).

Merasa percaya diri itu baik. Mengetahui potensi dan kemampuan pun tentu baik. Menghargai diri sendiri itu pun baik. Tapi jika itu kita nikmati secara berlebihan, kita bisa terjatuh kepada berbagai dosa yang akan membuat apa yang telah susah payah kita bangun menjadi hancur berantakan dalam sekejap mata. Ketika kita sudah berhasil, bersyukurlah kepada Tuhan yang telah memberikan itu semua. Jangan berhenti disitu, tapi pertahankanlah kesuksesan itu dan jauhilah segala hal yang bisa menjatuhkan kita. Selanjutnya pergunakan setiap kesuksesan untuk memuliakan nama Tuhan di atas segalanya. Jangan ikuti contoh buruk dari Korah. Ingatlah bahwa Di luar Tuhan kita bukanlah apa-apa (Yohanes 15:5). Jangan lupa diri dengan merasa paling hebat lantas tergoda untuk merebut kemuliaan yang menjadi hak Tuhan. Ketika kita menjadi sukses, jagalah prestasi itu dengan baik, teruslah bersikap rendah hati, berkati orang lain lebih lagi dan teruslah muliakan Tuhan.  Tetap jaga garis batas yang ditetapkan Tuhan bagi kita, dan waspadalah terhadap dosa kesombongan. Ada banyak jebakan yang siap memerangkap kita dibalik setiap kesuksesan, Kita harus tetap memperhatikan betul setiap langkah agar apa yang telah kita bangun tidak musnah tetapi akan terus mengarah kepada keberhasilan demi keberhasilan yang menanti di depan sana.

Mempertahankan lebih sulit daripada memulai

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

No comments:

Menjadi Anggur Yang Baik (1)

 Ayat bacaan: Yohanes 2:9 ===================== "Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu--dan ia tidak t...