Friday, February 21, 2014

Kunci Kebahagiaan Sejati (1)

Ayat bacaan: Lukas 11:28
===================
"Tetapi Ia berkata: "Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya."

Apa yang anda percaya akan mendatangkan kebahagiaan? Dunia terus membombardir kita dengan ajakan untuk berpusat pada harta, kepemilikan barang-barang mahal dan kemewahan. Kita terus melihat deretan gigi putih dibalik senyuman lebar orang-orang yang mampu membeli mobil, apartemen lux atau produk-produk lainnya dalam begitu banyak iklan di televisi. Sebuah iklan apartemen menjanjikan investasi lebih dari 100% dalam waktu singkat apabila dibeli. Dalam sebuah wawancara, salah seorang manajernya mengatakan bahwa investasi itu akan menjamin hari depan dan kebahagiaan pada konsumen. Inilah bentuk kebahagiaan yang diajarkan oleh dunia dan dipegang oleh para penganutnya. Salah seorang teman saya sedang pusing karena ibu dari kekasihnya mengultimatum agar ia memiliki rumah dan mobil mewah terlebih dahulu sebelum menikahi anaknya. "Kalau tidak ada yang dua itu, anak saya sudah pasti tidak akan bahagia." demikian kata si ibu seperti yang diceritakan teman saya itu. Teman lainnya di kota kecil mengalami masalah mirip. Ibu dari kekasihnya tidak menyetujui hubungan mereka hanya karena ia bukan pegawai negeri. Padahal teman saya yang satu ini sudah sukses berwiraswasta. Ukuran kebahagiaan ternyata beda-beda dan kebanyakan diukur dari uang, materi dan kepemilikan barang-barang. Kalau ingin punya senyum sebahagia orang-orang di iklan, ya beli produk-produknya. Kalau tidak punya uang untuk itu, ya usahakan. Tidak peduli caranya bagaimana, yang penting uangnya cukup untuk membeli semuanya. Mau mengorbankan orang lain, mau mengemplang yang bukan hak milik, mau kerja nonstop seperti kuda, yang penting bisa memenuhi semua kebutuhan yang kata dunia sanggup menjamin kebahagiaan.

Saya tidak pernah tertarik melihat apa yang diumbar dunia bisa mendatangkan kebahagiaan. Apa yang saya beli adalah hal-hal yang memang saya perlukan baik untuk bekerja maupun untuk hal-hal lain yang memang saya butuhkan. Mobil mewah biar gaya? Rumah mewah supaya membuat orang berdecak kagum? Tumpukan atau gonta-ganti gadget tanda mengikuti trend dan tehnologi? Baju dan aksesoris bermerek agar terlihat kaya? Deretan panjang kartu kredit ketika buka dompet? Semua itu sama sekali tidak penting bagi saya, karena saya tahu pasti bahwa itu tidak akan pernah bisa menjamin kebahagiaan. Kalau kebahagiaan hanya diukur dari sana, anda akan kecewa karena anda akan terus merasa kurang dan kurang lagi. Berapapun banyaknya harta kekayaan itu tidak akan pernah bisa membuat lubang yang ada di dalam hati mengalami kepenuhan. Lihatlah orang-orang yang secara materi berlimpah tetapi hidupnya jauh dari bahagia dan tidak merasakan damai sejahtera. Hidup saya jauh dari kemewahan. Kartu kredit saja saya tidak pernah tertarik untuk memilikinya karena bagi saya itu sama saja dengan berhutang. Tanpa tumpukan gadget, barang mewah, kendaraan mahal, apakah saya tidak bahagia? Justru sebaliknya, saya merasakan kepenuhan hati yang membawa rasa bahagia dan damai sejahtera, dan itu tidak tergantung dari situasi dan kondisi. Saya menikmati dan bersyukur atas apa yang saya miliki hari ini. I'm thankful for what I have, I'm happy with them and I don't need to ask for more. 

Sejak saya lahir baru saya terus belajar untuk menyerahkan hidup sepenuhnya kepada Tuhan. Itu artinya saya akan berseberangan dengan pola pikir atau bentuk pengajaran dunia yang dianut oleh begitu banyak orang. So be it, tidak masalah. Menyerahkan hidup kepada Tuhan membuat saya tidak perlu takut, kuatir atau ragu dalam menjalani hidup. Faktanya, setiap kali saya membutuhkan sesuatu, Tuhan sendiri yang sediakan. Itu sudah terbukti dalam begitu banyak kesempatan sehingga saya tahu pasti bahwa itu bukan sebuah kebetulan. Jadi apabila Yesus mengingatkan kita "Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu" (Matius 6:33), itu sangatlah benar karena saya sendiri sudah membuktikannya. Mencari Kerajaan Allah, aim at and strive after His Kingdom and His righteousness first of all, itu bicara mengenai komitmen kita untuk menempatkan Tuhan sebagai prirotas utama, menjalankan hidup taat sepenuhnya, mematuhi perintahNya dan menjauhi laranganNya, melaksanakan tugas atau panggilan seperti yang sudah Dia rencanakan atas diri kita sejak semula, mengerti dan melakukan firmanNya.

Yesus sudah menyampaikan langsung mengenai apa yang sebenarnya mendatangkan kebahagiaan sejati. Berulang kali Dia menekankan pentingnya untuk mengerti apa yang menjadi kehendak Tuhan sehingga kita harus paham bahwa artinya itu sangatlah penting. Lihatlah perikop Lukas 11:27-28 yang diberi judul "Siapa yang berbahagia". Disini Yesus secara jelas memberi kunci bagaimana kita bisa memperoleh atau memiliki kebahagiaan yang sejati. Siapa yang berbahagia? Kata Yesus: "Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya." (ay 28). Ternyata kunci kebahagiaan sejati tidak terletak pada hal-hal seperti yang dipercaya dunia melainkan terletak pada sejauh mana kita mau mendengar firman Tuhan dan memeliharanya. Dalam versi Bahasa Indonesia Sehari-hari kata memelihara disebut dengan "menjalankannya", dalam versi Bahasa Inggrisnya dikatakan "obey and practice it", mematuhi dan melakukannya.

Adalah baik jika kita sudah rajin mendengar atau membaca firman Tuhan. Tapi itu tidaklah cukup sebelum kita meningkatkan dengan mengerti atau memahami dan kemudian melakukan. Tanpa itu semua, sia-sialah apa yang kita ketahui. Perhatikan bagaimana Yesus menegur beberapa orang Saduki karena mereka tahu kitab suci, tapi tidak mengerti isinya apalagi kuasa Allah. Hal demikian disebut Yesus dengan sesat. (Matius 22:29).

(bersambung)

No comments:

Menjadi Anggur Yang Baik (1)

 Ayat bacaan: Yohanes 2:9 ===================== "Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu--dan ia tidak t...