Thursday, February 27, 2014

Menjaga Kekudusan

Ayat bacaan: 1 Tesalonika 4:1
=======================
"Akhirnya, saudara-saudara, kami minta dan nasihatkan kamu dalam Tuhan Yesus: Kamu telah mendengar dari kami bagaimana kamu harus hidup supaya berkenan kepada Allah. Hal itu memang telah kamu turuti, tetapi baiklah kamu melakukannya lebih bersungguh-sungguh lagi."

Menjalani bentuk hidup yang kudus sepertinya sangat sulit di jaman sekarang ini. Memilih hidup kudus berarti melawan arus dunia yang terus memotivasi orang-orang yang hidup di dalamnya untuk mencari kesenangan dengan mengikuti hawa nafsu sebanyak, sebesar dan sesering mungkin. Anda bisa lihat bagaimana industri musik pop di Amerika meracuni pikiran penggemar musik sejak usia belia. Lirik-lirik yang sangat tidak pantas menyampaikan bahwa sex bebas, hubungan sesama jenis, obat-obat terlarang dan hal-hal cemar lainnya bukanlah sesuatu yang serius melainkan hanya bagian dari lifestyle jaman modern. Kalau mau dibilang gaul ya harus seperti itu, kalau tidak maka anda dianggap kuno, kampungan atau bodoh. "It's our body we can do what we want." demikian penggalan lirik yang digumamkan terus menerus dalam sebuah lagu yang ngetop tahun lalu lewat suara penyanyi yang tadinya menjadi tokoh panutan anak-anak. Videoclip yang menyesatkan, vulgar dan tidak pantas terus datang dari industri. Dan dunia musik di belahan dunia lainnya pun tertarik dengan hal itu. Dunia musik semakin dikuasai kegelapan dan meluas menyentuh negara-negara lain, mulai dari yang punya industri besar seperti Korea dan Jepang sampai kepada Indonesia yang memang sejak dahulu hobi latah meniru apapun yang datang dari luar tanpa disaring terlebih dahulu. Yang aneh bukan lagi kalau orang melakukan pencemaran, tetapi justru yang hidup kudus. Selingkuh dianggap hebat, gonta ganti pasangan itu membanggakan, para pelaku korupsi masih bisa tampil bak megastar di televisi ketika ditangkap atau diperiksa. Dunia semakin parah moralnya, terus terdegradasi, tercemar, lenyap bersama keinginan-keinginannya. Seorang teman bercerita bahwa anaknya mendapat kesulitan dalam pertemanan karena memilih hidup kudus. Anaknya terus ditertawakan teman-temannya karena dianggap bagaikan mahluk aneh, menolak gaya pacaran bebas, hangout di diskotik menikmati segala suguhan disana dan lain-lain. Pendeknya, ia dianggap bodoh karena menolak segala hal yang menyenangkan. Dengan santai ia menjawab, "mudah bagi saya untuk menjadi seperti kalian, tapi pasti bakal sangat sulit bagi kalian untuk bisa menjadi seperti saya." Sebuah jawaban yang sangat baik, tapi mahal harganya. Untuk bisa seperti itu kita harus siap berlawanan dengan arus kebiasaan dunia, mungkin dikucilkan, mungkin ditertawakan, tapi itulah harga yang harus dibayar untuk menjadi orang-orang yang hidup kudus, tepat seperti yang diinginkan Tuhan.

Meski penyesatan semakin intens, kecenderungan manusia untuk tergiur akan keinginan daging bukanlah isu hari ini saja. Itu sudah terjadi sejak jaman dahulu. Paulus menganggap penting penekanan anjuran untuk hidup kudus dalam pemberitaannya kemana-mana, termasuk kepada jemaat Tesalonika. Kita bisa membaca nasihatnya dalam 1 Tesalonika 4:1-12. "Akhirnya, saudara-saudara, kami minta dan nasihatkan kamu dalam Tuhan Yesus: Kamu telah mendengar dari kami bagaimana kamu harus hidup supaya berkenan kepada Allah. Hal itu memang telah kamu turuti, tetapi baiklah kamu melakukannya lebih bersungguh-sungguh lagi." (ay 1). Paulus mengatakan bahwa setelah ia dan rekan-rekan sepelayanannya mengajarkan cara-cara hidup sesuai firman Tuhan, adalah penting bagi jemaat Tesalonika untuk meningkatkan kualitas kehidupan mereka dari sudah baik menjadi lebih baik dan lebih bersungguh-sungguh lagi. Jika anda membaca perikop ini, anda akan menemukan bahwa jemaat Tesalonika sudah menunjukkan kinerja baik dalam hal kasih persaudaraan (ay 9), yang sudah mereka lakukan terhadap saudara-saudari bukan saja di Tesalonika tapi di seluruh wilayah Makedonia. Tapi Paulus mengingatkan mereka agar terus meningkatkan semua yang baik yang sudah mereka lakukan. (ay 10).

Pertanyaannya, jika apa yang mereka lakukan sudah baik, mengapa Paulus merasa perlu untuk menasihati jemaat Tesalonika ini? Itu karena Paulus tidak mau mereka lengah dan masuk ke dalam bagian-bagian kehidupan yang berpotensi menjatuhkan mereka, area-area yang harus mereka hindari. Hal yang berpotensi pada waktu itu masih saja sama dengan pergumulan kita hari ini, yaitu pada masalah kecemaran hidup. Paulus mengingatkan mereka agar mereka menjauhi hawa nafsu, percabulan seperti yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak mengenal Allah (ay 3-5), hidup jujur, tidak menipu, merugikan atau berbuat salah pada orang lain (ay 6).  Mereka diminta untuk tetap memiliki kendali penuh atas diri mereka sehingga tetap bisa memuliakan Tuhan dengan tubuh mereka, meneladani langsung cara hidup Yesus, sehingga cara hidup mereka bisa menjadi teladan bagi orang lain. Paulus mengingatkan kembali bahwa Tuhan memanggil kita bukan untuk melakukan hal yang cemar, not to impurity, tetapi kepada apa yang kudus, apa yang menyenangkan hatinya, to concentrate in dedicating ourselves to the most thorough purity (ay 7). Dengan dasar ini, ia juga mengingatkan konsekuensi atas dosa. Ketika kita menolak untuk menguduskan diri dan menjauhkan diri dari segala area hidup yang mencemarkan, itu artinya bukan menolak manusia melainkan Allah sendiri yang telah memberikan RohNya yang kudus. (ay 8).

Semakin anda hidup menyerupai Yesus maka semakin pula anda mencerminkanNya di dunia. Cepat atau lambat anda akan menemukan perbedaan antara mengetahui firman dan menjalaninya. Sekedar mengetahui firman hanya akan membawa kita mengerti mana yang benar dan salah, mana yang baik dan mana yang buruk, tetapi dengan menjalankan atau melakukan firman Tuhan akan mendatangkan sebuah hubungan kekariban dengan Tuhan. Ambil contoh sederhana saja. Anda bisa membaca semua buku tentang membangun hubungan kasih dengan seseorang alias pacaran, mengetahui segala tips dan trik agar tidak ditolak ketika menyatakan cinta, tetapi hanya dengan melakukan secara langsunglah anda bisa membangun hubungan dengan orang yang anda cintai secara nyata. Seperti itu pula halnya dengan membangun hubungan dengan Tuhan. Anda bisa membaca semua buku, membaca Alkitab berulang-ulang, mendengar semua kotbah, tapi hanya dengan melakukan firman lah anda akan memiliki kedekatan hubungan dengan Tuhan secara nyata.

Adalah baik jika kita sudah mulai menjalankan cara hidup Kekristenan, tapi selanjutnya teruslah tingkatkan dengan lebih serius dan bersungguh-sungguh lagi. Jangan beri celah atau ruang apapun bagi segala kecemaran untuk bisa masuk mengkontaminasi kita. Jangan beri toleransi atas dosa sekecil apapun bentuknya. Setiap dosa yang kita perbuat berarti memalingkan muka dari Tuhan menuju kepada iblis. Hidup dengan kekudusan, yang sesuai dengan panggilan Tuhan, harus menjadi bagian hidup sehari-hari. Bukan hanya kapan kita mau, kapan kita berkenan, sepanjang tidak mengganggu kesenangan atau hanya pada saat-saat tertentu saja, tetapi haruslah menjadi sebuah gaya hidup atau lifestyle. And don't forget, a lifestyle will become more natural the more we put it into practice. Kita harus kembali kepada sebuah dasar pemikiran bahwa Tuhan mengasihi kita, Dia sudah mengorbankan AnakNya yang tunggal bagi kita, dan kita mau memuliakanNya dalam setiap aspek kehidupan kita.

"Berusahalah hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan." (Ibrani 12:14)

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

No comments:

Menjadi Anggur Yang Baik (1)

 Ayat bacaan: Yohanes 2:9 ===================== "Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu--dan ia tidak t...