(sambungan)
Contoh lainnya bisa kita pelajari dari apa yang terjadi pada raja Nebukadnezar dalam kitab Daniel. Keangkuhan yang membuat Nebukanedzar meninggikan diri diganjar Tuhan dengan membuat dirinya menjadi seperti lembu hingga tujuh masa. (Daniel 4:1-37).
Keangkuhan sangatlah berlawanan dengan kerendahan hati yang menjadi ciri khas kekristenan sebenarnya. Dalam Amsal dikatakan "Takut akan TUHAN ialah membenci kejahatan; aku benci kepada kesombongan, kecongkakan, tingkah laku yang jahat, dan mulut penuh tipu muslihat." (Amsal 8:13). Takut akan Tuhan sudah seharusnya membuat orang-orang yang menjalankannya membenci segala jenis kejahatan termasuk dosa-dosa kesombongan atau kecongkakan, berbagai perilaku jahat dan kebohongan atau tipu muslihat.
Tuhan sangat menentang keangkuhan. "Tetapi kasih karunia, yang dianugerahkan-Nya kepada kita, lebih besar dari pada itu. Karena itu Ia katakan: "Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati." (Yakobus 4:6) Ketinggian hati akibat keangkuhan membuat orang menolak bergantung pada Allah dan memberikan kepada diri sendiri kehormatan yang seharusnya diberikan pada Tuhan. Seperti halnya keinginan daging dan keinginan mata, perkara keangkuhan pun dapat membuat kita tersandung dalam perjalanan hidup kita untuk menerima keselamatan, sebuah anugerah yang sangat besar yang sudah Dia berikan kepada kita. Ada banyak dosa mengintip dari kesombongan. Seringkali kita lupa menyadari hal ini dan menganggap bahwa sikap sombong itu tidaklah serius. Mungkin kita tidak mencuri, tidak membunuh, tapi sesungguhnya sikap sombong pun sama-sama berbahaya dan bisa berakibat fatal bagi masa depan kita.
Kita harus terus meneladani perilaku Kristus yang melayani siapapun dengan penuh kasih. Dalam kasih tidak akan pernah ada tempat bagi keangkuhan. Lihatlah firman Tuhan berikut: "Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong." (1 korintus 13:4). Ketika kita mendapat limpahan berkat baik dari segi kemakmuran, ketrampilan maupun talenta, bersyukurlah pada Tuhan dan pakailah itu untuk memberkati sesama. Jangan pernah lupa sebuah anjuran penting dalam menyikapi kesuksesan atau segala kebaikan yang tengah ada dalam hidup kita. "Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!" (1 Korintus 10:12). Ingat pula ayat berikut ini: "Kecongkakan mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului kejatuhan." (Amsal 16:18). Lihatlah sudah berapa banyak contoh atau bukti yang kita lihat dari kejatuhan orang-orang sukses di bidangnya masing-masing yang justru diawali dari ketidakmampuan mengendalikan diri. Tentu bukan berarti kita tidak boleh senang atas pencapaian-pencapaian kita hari ini. Disatu sisi rendah diri pun tidaklah baik, tapi jangan pakai kesuksesan, keberhasilan, keahlian dan kebaikan-kebaikan lainnya untuk menyombongkan diri, menghargai diri secara berlebihan melainkan muliakan Tuhan kembali dengan semua itu dengan penuh rasa syukur. Hindari sikap sombong dalam keadaan apapun, apapun alasannya. Awasi baik-baik hati kita, periksa terus secara rutin agar jangan sampai ada benih-benih kesombongan yang tersembunyi hidup di dalamnya.
Seperti ilmu padi, semakin berisi semakin merunduk, demikianlah kita harus tetap rendah diri dan menghindari keangkuhan
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Kreasi (1)
Ayat bacaan: Yesaya 64:8 ====================== "Tetapi sekarang, ya TUHAN, Engkaulah Bapa kami! Kamilah tanah liat dan Engkaulah yan...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24 ===================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan ...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24-25 ====================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih ...
-
Ayat bacaan: Mazmur 23:4 ====================== "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau...
No comments:
Post a Comment