Monday, October 27, 2014

Bersahabat Karib dengan Tuhan

Ayat bacaan: Imamat 10:3
========================
"..Inilah yang difirmankan TUHAN: Kepada orang yang karib kepada-Ku Kunyatakan kekudusan-Ku, dan di muka seluruh bangsa itu akan Kuperlihatkan kemuliaan-Ku..."

Beruntunglah apabila anda memiliki sahabat karib, karena itu artinya anda tidak sendirian ketika harus berhadapan dengan kesulitan. Meski sedekat-dekatnya orang ada kalanya berselisih atau kecewa pada waktu-waktu tertentu, mereka biasanya bisa mengatasi hal tersebut dan tidak menjadikan perselisihan sebagai hal yang merusak persahabatan. Mereka ini biasanya tidak termasuk orang-orang yang tidak peduli, suka mengecewakan dan mementingkan diri sendiri. Kalau sikap seperti itu yang muncul, tentu mereka bukan sahabat karib, setidaknya bukan gambaran benar dari seperti apa sikap seorang sahabat karib seharusnya. Seorang sahabat karib seringkali bisa berperan lebih dari saudara kandung sendiri, itu bahkan dituliskan di dalam kitab Amsal "...ada juga sahabat yang lebih karib dari pada seorang saudara (Amsal 18:24). Mereka biasanya ada bersama kita di saat suka dan duka. Kepada mereka kita bisa nyaman mengadu, mencurahkan isi hati, berkeluh kesah mulai dari hal-hal biasa hingga yang sifatnya pribadi. Mereka bisa memberi nasihat tanpa menghakimi kita karena mereka mengenal kita sangat baik dan karenanya kita nyaman bercerita kepada mereka. Kita tidak perlu merangkai kata ketika berbicara dengan mereka, tidak perlu takut mereka bisa tersinggung karena sahabat karib akan mengenal satu sama lain dengan sangat dalam. Terhadap seorang sahabat karib biasanya kita tidak lagi tertutup. Ketika dunia sudah berseberangan dengan kita dan kita merasa tidak ada lagi yang peduli, sahabat karib akan selalu menjadi tempat dimana kita bisa berteduh dalam duka, dan akan menjadi orang pertama yang ikut bahagia saat kita berada dalam suka. Kepercayaan, pengertian, tempat mencari pertolongan, sosok untuk berbagi, itu tentu menjadi gambaran dari seorang sahabat karib.

Ketika Tuhan menciptakan manusia, apa yang ada dibenaknya? Hubungan seperti apa yang diinginkan Tuhan ketika membentuk karyaNya yang teristimewa yang dibuat berdasarkan image Nya sendiri? Tuhan ternyata tidak membayangkan sosok budak atau boneka ketika membuat kita. Dia tidak membuat kita untuk menjadi bulan-bulanan untuk dipermainkan, Dia juga tidak membuat kita sebagai budak yang dibisa diperlakukan sesuka hati. Tidak, bukan itu yang ada dibayanganNya saat menjadikan kita. Lantas apa? Bagaimana kalau saya bilang bahwa kita diciptakan untuk menjadi sahabat karib dan rekan sekerjaNya? Bagaimana kalau Tuhan ingin menjalin hubungan yang sangat erat dan terbuka dengan kita? Jika Tuhan yang kudus, yang teramat sangat besar dibandingkan kita menyatakan keinginannya untuk bersahabat karib dengan kita, itu tentu sesuatu yang sangat luar biasa. Kalau Tuhan terasa terlalu besar, coba bayangkan jika ada seorang pemimpin negara besar tiba-tiba datang kepada anda dan menawarkan persahabatan yang karib. Anda mungkin kaget dan sulit mempercayainya sebagai kenyataan. Anda tentu merasa sangat senang, bangga dan terhormat. Sekarang arahkan pandangan anda kepada Tuhan yang berada jauh di atasnya. Tuhan selalu ingin menjalin hubungan dengan anda, bukan sekedar hubungan biasa tetapi selayaknya sahabat karib. Layaknya sesama manusia yang menjadi sahabat karib, anda bisa datang kepadanya untuk bercerita, mencurahkan isi hati, mempercayaiNya dengan sepenuh hati, dan Tuhan pun tidak akan segan-segan memberitahukan anda hal-hal yang tertutup bagi dunia dan orang-orang di dalamnya yang tidak mengenalNya. Itu jelas merupakan sebuah kehormatan luar biasa, a very, very special previlege. 

Tuhan sejak semula merindukan manusia bisa menjadi sahabat karibnya. Lihatlah bagaimana istimewanya Adam dan Hawa Dia tempatkan. Sayangnya meski Tuhan ingin membangun hubungan yang erat sejak awal, manusia jatuh dalam dosa sejak awal pula. Tapi meskipun demikian, Tuhan tidak berhenti menunggu kerelaan dari manusia, yang begitu Dia kasihi, untuk datang kepadaNya dan bergaul akrab denganNya. Semua itu bisa kita lihat dalam Alkitab. Disana kita mengenal beberapa tokoh yang secara khusus dicatat memiliki kekerabatan yang karib dengan Tuhan. Salah satunya adalah Henokh. Disebutkan bahwa Henokh berusia 65 tahun ketika mendapatkan seorang anak laki-laki bernama Metusalah. (Kejadian 5:21). Lalu dikatakan: "Dan Henokh hidup bergaul dengan Allah selama tiga ratus tahun lagi.." (ay 22a). Perhatikan bahwa Henokh dikatakan hidup bergaul dengan Allah selama 300 tahun lagi. Betapa luar biasanya sebuah hubungan kekerabatan yang akrab atau karib yang tidak berkurang ditelan waktu hingga mencapai lebih dari 300 tahun. Kita bisa melihat dari ayat ini bagaimana seorang Henokh mampu menjaga hubungannya dengan Sang Pencipta, hidup selaras dengan kehendak Tuhan sampai begitu lama. Kesetiaannya teruji dalam rentang waktu yang begitu panjang.

Mungkin kita bisa berkata bahwa itu mungkin karena tantangan pada jaman Henokh tidaklah sesulit sekarang. Saya tidak tahu seperti apa tepatnya situasi pada masa itu, tapi saya yakin pada masa itu Henokh pasti punya tantangannya sendiri. Saat itu tentu ada cobaan dari berbagai keinginan duniawi yang bisa membuatnya menjauh dari Allah. Setiap jaman pasti punya tantangannya sendiri. Tetapi Henokh tidaklah terpengaruh. Fakta Alkitab menyebutkan bahwa Henokh tetap bergaul dengan Allah hingga 3 abad. Atas hubungan kekerabatan seperti itu, Henokh kemudian tercatat menerima sebuah anugerah luar biasa yaitu tidak mengalami kematian. Henokh diangkat langsung dari dunia yang berlumur dosa ini menuju Surga untuk seterusnya bersama-sama dengan Allah dalam kemuliaanNya yang kekal. "Dan Henokh hidup bergaul dengan Allah, lalu ia tidak ada lagi, sebab ia telah diangkat oleh Allah." (ay 24). Kelak ribuan tahun sesudahnya Penulis Ibrani kemudian menuliskan lagi mengenai Henokh. "Karena iman Henokh terangkat, supaya ia tidak mengalami kematian, dan ia tidak ditemukan, karena Allah telah mengangkatnya. Sebab sebelum ia terangkat, ia memperoleh kesaksian, bahwa ia berkenan kepada Allah." (Ibrani 11:5). Perhatikan bahwa perilaku, kesetiaan dan keakraban Henokh dalam membangun hubungan dengan Sang Pencipta ternyata menyukakan hati Allah sehingga Henokh mendapat perlakuan yang sangat istimewa pada saat akhir hayatnya di dunia. 

Seorang sahabat karib tentu bukanlah sosok teman yang hanya mencari keuntungan dan kesenangan saja bersama kita. Mereka akan tetap setia bersama kita ketika kita mendapat musibah atau berbagai bentuk kesusahan. Mereka akan dengan senang hati membantu kita sebesar dan seluas kemampuan mereka ketika kita mencari pertolongan. Itu sosok sahabat karib dan seperti itu pulalah seharusnya hubungan kita dengan Tuhan. Apakah kita hanya berdoa siang dan malam hanya saat berhadapan dengan masalah, dan setelah itu kita melupakannya? Apakah kita menuduh Tuhan tidak adil atau tidak peduli ketika kita terus bergumul dalam masalah? Apakah kita menempatkan segala kegiatan, kepentingan atau kebutuhan di dunia di atas kebutuhan kita untuk bersekutu dengan Tuhan? Apakah kita tidak merasa bahwa mendengar suara Tuhan dan membangun hubungan lewat doa sebagai sebuah hal penting? Atau, sadarkah kita bahwa sesungguhnya Tuhan itu ada dan sedang menanti kita untuk menyambut uluran persahabatan dariNya? Kalau itu yang masih terjadi, artinya kita belum menempatkan Tuhan pada posisi sebagai sahabat karib. Padahal Tuhan menjanjikan banyak hal istimewa kepada orang-orang yang bergaul akrab dengannya.

Seperti apa keistimewaan yang diberikan Tuhan kepada mereka yang Ayat bacaan hari ini mengatakan hal itu dengan jelas. "..Inilah yang difirmankan TUHAN: Kepada orang yang karib kepada-Ku Kunyatakan kekudusan-Ku, dan di muka seluruh bangsa itu akan Kuperlihatkan kemuliaan-Ku..." (Imamat 10:3). Tuhan menyatakan kekudusanNya dan memperlihatkan kemuliaanNya kepada orang-orang Dia anggap bersahabat karib denganNya. Daud tahu benar akan hal ini, seperti yang bisa kita lihat dari ayat berikut: "TUHAN bergaul karib dengan orang yang takut akan Dia, dan perjanjian-Nya diberitahukan-Nya kepada mereka." (Mazmur 25:14). Takut akan Tuhan akan membawa kita untuk terus membangun hubungan dengan Tuhan hingga mencapai tingkat kekariban dengan kualitas kedekatan yang tinggi, dan hal itu akan membuat Tuhan tidak segan-segan untuk terbuka dalam memberitahukan rencana dan rancanganNya pada kita. Seperti itulah janji Tuhan. Ada penyertaan dan kebersamaan dalam sebuah persahabatan yang terbina akrab, dan itu pun akan terjadi antara kita dengan Tuhan ketika kita bergaul karib denganNya.

Godaan dan jebakan dari berbagai arah akan selalu ada dalam kehidupan kita yang bisa melemahkan kualitas hubungan kita dengan Tuhan bahkan mematikannya. Kita harus mewaspadai semuanya dan memastikan bahwa hubungan kita dengan Tuhan akan tetap terbina dengan baik. Anda tentu tahu betapa sakit rasanya saat kita dikhianati teman sendiri, saat kita sudah mengulurkan persahabatan dengan tulus tetapi mereka malah mempergunakan semua yang baik dari kita untuk kepentingan sendiri kemudian malah tega menyakiti hati kita. Seperti halnya kita merasakan sakit yang luar biasa jika sahabat karib kita menghianati kita, seperti itulah yang dirasakan Tuhan apabila kita menghianatiNya tapi disaat yang sama menginginkan semua yang terbaik dariNya. Mulailah menjalin hubungan yang karib dengan Tuhan dengan melibatkanNya dalam setiap aspek kehidupan kita. Rajinlah berdoa, membangun hubungan yang intim denganNya dengan rutin, muliakan Dia selalu dengan tubuh, jiwa, roh, dengan perbuatan dan perkataan kita. Tuhan mengulurkan tangan untuk bersahabat dengan kita, maukah kita menyambut dengan hati bersukacita? 

He'll open everything to those who are close to Him

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

No comments:

Menjadi Anggur Yang Baik (1)

 Ayat bacaan: Yohanes 2:9 ===================== "Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu--dan ia tidak t...