Saturday, November 22, 2014

Menantikan Saat Menyatakan Kasih

Ayat bacaan: Yesaya 30:18
====================
"Sebab itu TUHAN menanti-nantikan saatnya hendak menunjukkan kasih-Nya kepada kamu; sebab itu Ia bangkit hendak menyayangi kamu. Sebab TUHAN adalah Allah yang adil; berbahagialah semua orang yang menanti-nantikan Dia!"

Ketika hendak merayakan ulang tahun pernikahan saya beberapa bulan yang lalu, saya memutuskan untuk membeli hadiah untuk istri saya kira-kira seminggu sebelumnya guna mengantisipasi kesibukan yang harus saya hadapi menjelang hari H. Hadiah sudah ditangan, maka semuanya aman. Saya bisa kembali fokus kepada aktivitas dan tidak harus takut lagi kurang waktu untuk mencari hadiah baginya. Sebelum tanggalnya tiba, saya menyembunyikan hadiah tersebut terlebih dahulu di garasi agar tidak ketahuan sebelum waktunya. Lucunya, saat hadiah sudah ada, saya malah merasa tidak sabar untuk memberikan kepadanya. Waktu seolah berjalan lambat, seminggu bagai setahun saja rasanya. Beberapa kali saya hampir tergoda untuk memberikan saja segera meski tanggalnya belum tiba, tapi untunglah itu tidak saya lakukan sehingga momen istimewa itu tidak harus kehilangan unsur kejutan atau surprisenya.

Malam ini saya tersenyum sendiri mengingat waktu itu. Begitulah saat orang dilanda cinta, rasa tidak sabar untuk berbuat yang terbaik bagi orang yang dicintainya menjadi sesuatu yang sering terjadi. Menunjukkan perhatian, kepedulian, dorongan, bantuan, dan sebagainya akan terasa sebagai sebuah kewajiban dan bukan keterpaksaan. Kita cenderung mengesampingkan logika dan menuruti perasaan ketika sedang mengalami sebuah perasaan cinta yang mendalam. Saling tidak sabar untuk menunjukkan kasih dan perhatian, itu akan menjadi warna indah tersendiri kepada pasangan yang saling mencintai.

Kata orang cinta itu bagai sebuah reaksi kimia yang sulit dimengerti, dimana reaksi tersebut mampu menggerakkan 'korban'nya untuk melakukan hal-hal besar demi kebaikan dan kebahagiaan orang yang dicintai. Sebuah hubungan yang terjalin mesra dan manis antara Tuhan dan manusia pun bisa menghasilkan reaksi seperti itu. Kasih bisa menggerakkan Tuhan untuk menumpahkan kasihNya kepada kita lewat banyak hal, bahkan keselamatan yang Dia berikan dengan mengorbankan Yesus, AnakNya yang tunggal pun sanggup Dia lakukan. (Yohanes 3:16). Itu jelas merupakan bukti nyata akan betapa besar kekuatan kasih yang sebenarnya. Kasih pun ternyata sanggup membuat Tuhan yang panjang sabar menjadi tidak sabar. Bukan tidak sabar terhadap kekurangan kita, tapi justru tidak sabar menanti kapan Dia bisa menunjukkan kasihNya kepada kita. Tidak percaya? Mari lihat ayat berikut ini: "Sebab itu TUHAN menanti-nantikan saatnya hendak menunjukkan kasih-Nya kepada kamu; sebab itu Ia bangkit hendak menyayangi kamu. Sebab TUHAN adalah Allah yang adil; berbahagialah semua orang yang menanti-nantikan Dia!" (Yesaya 30:18). Saat sebuah hubungan antara manusia dan Tuhan terjalin mesra, kasih yang berbalas-balasan antar keduanya pun terjalin. Tuhan mengatakan bahwa Dia tidak sabar menanti-nantikan saat untuk menyatakan kasihNya kepada kita. Dalam bahasa Inggrisnya dikatakan "earnestly waits (expecting, looking and longing) to be gracious to you." 

Kita tentu sudah tahu dengan ayat ini: "tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah." (Yesaya 40:31). Kita tahu ayatnya, tapi seringkali merasa bahwa itu sulit dipercaya. Kita sering menganggap bahwa Tuhan suka berlama-lama dalam mengulurkan tanganNya. Ketidaksabaran bisa membuat orang hilang pengharapan dan segera pergi meninggalkan Tuhan lalu mencari berbagai alternatif-alternatif lainnya yang seolah sanggup memberi jawaban padahal akan mengarahkan kita ke dalam bahaya. Apakah Tuhan memilih-milih siapa yang mau Dia kasihi dan siapa yang tidak? Apakah Tuhan memang suka berlama-lama atau sering terlambat? Tentu saja tidak. Janji Tuhan berbunyi seperti ini: "..sebab TUHAN, Allahmu, Dialah yang berjalan menyertai engkau; Ia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau." (Ulangan 31:6b). Tuhan sudah berjanji akan selalu berjalan menyertai kita, tidak akan membiarkan apalagi meninggalkan. Ayat bacaan hari ini pun menegaskan bahwa Tuhan menanti-nantikan waktu dimana Dia bisa menyatakan kasihNya sepenuhnya kepada kita. Lalu dimana letak masalahnya?

Kita biasanya cepat menyalahkan Tuhan dan merasa kecewa, tetapi sebenarnya yang sering terjadi justru masalahnya ada di kita. Kita hanya menuntut tanpa melakukan bagian kita. Kita menuntut hak tapi mengabaikan kewajiban. Kita menuntut Tuhan melimpahi kita dengan berkatNya tapi kita tidak mau menurutiNya, bahkan menjalin hubungan yang serius dengan Tuhan pun kita malas. Ketika kita berharap Tuhan menumpahkan kasihNya kepada kita, sudahkah kita melakukan bagian kita pula untuk mengasihi dan memberikan yang terbaik kepadaNya? Bisakah hubungan mesra terjalin jika hanya satu pihak yang peduli? "Berjalankah dua orang bersama-sama, jika mereka belum berjanji?" (Amos 3:3).

Selain itu ada kalanya masalah terletak dalam perbedaan antara waktu yang terbaik menurut kita dan menurut Tuhan, seperti yang bisa kita baca dalam Pengkotbah. "Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir." (Pengkotbah 3:11). Masalahnya bisa pula kendala muncul dari diri kita sendiri yang masih berdosa. Dosa punya kemampuan untuk menghambat hubungan kita dengan Tuhan. "Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaran-Nya tidak kurang tajam untuk mendengar; tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu." (Yesaya 59:2-3). Dosa merupakan penghambat keselamatan, yang bisa membuat kelancaran hubungan kita dengan Tuhan terganggu.

Sangatlah penting bagi kita untuk memastikan bahwa kita sudah berjalan sesuai dengan firmanNya, tetap berada dalam koridor atau rel yang tepat, menjauhkan diri kita dari berbagai bentuk dosa dan memperhatikan pentingnya membangun hubungan yang karib dengan Tuhan. Penting bagi kita untuk melakukan bagian kita sebelum kita menuntut atau mempersalahkan Tuhan dengan cepat. Kalau kita sudah melakukan hal ini dan kita terus menanti-nantikan Tuhan lebih dari segalanya, maka Tuhan pun tidak akan sabar untuk menunggu lama untuk mencurahkan kasihNya kepada kita. Jika semua bagian kita sudah kita lakukan, kita akan melihat sendiri bagaimana tidak sabarnya Tuhan untuk melimpahkan kasih dan berbagai berkat-berkatNya bagi kita. Sebuah hubungan harmonis yang indah hanya akan muncul apabila kedua belah pihak sama-sama saling peduli dan saling mengasihi. Yang pasti, Tuhan sedang tidak sabar menanti-nantikan saat untuk mencurahkan kasihNya kepada kita. Bagaimana dengan kita? Apakah kita juga merasakan hal yang sama, tidak sabar untuk menyatakan betapa besar kita mengasihiNya?

Rasa cinta bisa menggerakkan siapapun untuk memberi yang terbaik, termasuk Tuhan sendiri

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

No comments:

Sukacita Kedua (3)

 (sambungan) Saya menyadari adanya sukacita kedua saat saya baru saja dihubungi oleh sahabat saya yang sudah melayani sebagai pendeta selama...