Friday, January 23, 2015

Cha dan Kesabarannya yang Menginspirasi

Ayat bacaan: 1 Timotius 6:11
======================
"Tetapi engkau hai manusia Allah, jauhilah semuanya itu, kejarlah keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan."

Sekitar beberapa tahun yang lalu ada berita menarik dari negara K-pop, Korea Selatan yang buat saya sangat menginspirasi dan memberkati. Seorang nenek bernama Cha Sa soon dikabarkan telah melakukan hampir 800 kali ujian teori pembuatan SIM (Surat Ijin Mengemudi) tapi tidak kunjung lulus! Sejak 2005 Cha terus menerus datang ke kantor polisi mulai dari setiap hari hingga seminggu sekali dengan satu tujuan: membuat SIM. Hingga 4 tahun setelahnya ia masih tetap tidak lulus karena skornya masih jauh di bawah standar kelayakan. Selama 4 tahun ia sudah menghabiskan sekitar 4 juta Won atau sekitar 45 juta rupiah hanya untuk memperoleh SIM tapi tetap saja gagal. Meski sudah lanjut usia, ia sangat memerlukan SIM sehubungan profesinya berjualan makanan dan kebutuhan rumah tangga. Di kota Jeonju dimana ia tinggal, sementara belum mendapat SIM ia menjalankan pekerjaannya dengan gerobak dorong dari satu pintu ke pintu lain di kompleks perumahan. Para polisi di sana sudah mengenalnya dan terharu, tetapi undang-undang melarang mereka untuk menolong si nenek ini.

Bagaimana seorang nenek bisa terus berjuang dengan sabarnya untuk memperoleh SIM? Tidak ada catatan bahwa ia mengeluh, bersungut-sungut dan patah semangat. Sebaliknya ia tetap sabar dan tidak kehilangan harapan, meski sampai sekian tahun masih saja gagal. Saya tidak tahu apakah sekarang ia sudah berhasil dan bisa lebih mudah berjualan atau belum, tapi yang pasti 4 tahun saja sampai saat diberitakan, Cha sudah menunjukkan kegigihan dan kesabaran yang luar biasa.

Pertanyaan pun hadir di benak saya. Apakah Cha memang kurang kerjaan? Tentu tidak, karena ia bekerja keras mendorong gerobak untuk berjualan di usia senjanya. Apakah Cha punya uang tak terbatas sampai rela menghabiskan puluhan juta hanya untuk selembar SIM? Itu pun tidak karena kita tahu profesinya bukanlah sesuatu yang berpenghasilan tinggi. Atau, bagaimana nenek Cha bisa tidak emosi, kesal, marah atau kecewa? Apakah ia manusia yang tidak punya perasaan? Rasanya nenek Cha pun sama seperti kita manusia lainnya. Ketika di Indonesia kita terbiasa mencari jalur singkat buat urusan birokrasi, lebih tertarik menggunakan calo atau lewat pintu belakang, kisah kesabaran dan kegigihan Cha ini menjadi sangat luar biasa. Artinya, jika Cha bisa, kita pun bisa. Yang membedakan hanyalah sikap dalam memandang persoalan. Orang lain gampang menyerah, orang lain cepat emosi dan akan menuduh sana sini yang bukan-bukan, Cha tetap bertekun dalam kesabaran. Soal berhasil atau tidak itu nomor dua, yang penting teruslah giat berusaha. Ia pun menunjukkan tingkat keyakinan yang berbeda. Meski sudah sekian ratus kali gagal, ia percaya bahwa suatu hari kelak ia pasti berhasil. Itu sangat menginspirasi saya.

Cha bisa jadi teladan buat kita dalam hal kesabaran, keuletan, semangat pantang menyerah dan iman yang percaya. Itu semua merupakan kualitas yang seharusnya dimiliki oleh orang-orang percaya. Paulus pernah mengingatkan mengenai hal ini. "Tetapi engkau hai manusia Allah, jauhilah semuanya itu, kejarlah keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan." (1 Timotius 6:11). Sebagai anak-anak Allah kita harus menjauhi hal-hal yang negatif, semua yang tidak berkenan di hadapan Allah, yang bertentangan dengan Firman-firman-Nya. Apa yang harus kita tuju adalah hal-hal yang berkenan bagi Dia, salah satunya adalah kesabaran. Benar manusia diciptakan mempunyai emosi, yang gampang tersulut ketika berada dalam tekanan, dan punya kecenderungan untuk menyerah pada suatu titik tertentu. Manusia punya batas kesabaran yang bisa putus pada waktunya. Itu memang manusiawi. Tetapi kita selalu dapat melatih diri kita untuk kuat dan terus meningkatkan kesabaran. Berhentilah memusatkan diri pada hal-hal negatif atau kegagalan, karena itu akan melemahkan kita hingga kita berhenti berusaha. Sebaliknya fokuslah pada hal-hal yang baik, dengan memusatkan pandangan kepada Tuhan yang memampukan kita untuk melakukan apapun diluar logika dan batas-batas kesanggupan manusia.

Paulus melanjutkan nasihat di atas dengan kalimat berikut: "Bertandinglah dalam pertandingan iman yang benar dan rebutlah hidup yang kekal. Untuk itulah engkau telah dipanggil dan telah engkau ikrarkan ikrar yang benar di depan banyak saksi." (ay 12). Ketika kita mengaku percaya Kristus, itu tentu baik. Namun ketika kita menunjukkan sebuah perubahan pola pikir, perubahan gaya hidup, perubahan sikap dan tingkah laku, menjadi semakin seperti pribadi Kristus, hanya di saat itulah kita menunjukkan bahwa ada iman yang tumbuh dalam diri kita sebagai hasil nyata dari menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat. Mengucapkan percaya itu mudah, namun membuktikannya sama sekali tidak mudah. Ketika orang duniawi penuh emosi, kita sabar. Ketika dunia penuh kebencian, kita mengasihi. Ketika orang mencari jalan pintas, kita tekun menjalani proses. Ketika orang bersungut-sungut dan penuh keluhan, kita dipenuhi ucapan syukur. Ketika dunia memandang harta duniawi, kita memandang harta surgawi. Ketika orang cari jalan pintas dengan macam-macam kecurangan, kita tetap jujur apapun resikonya. Dengan memandang segalanya dari kacamata iman, kita tidak akan mudah jatuh pada kehidupan yang penuh keluhan, komplain dan sebagainya. Iman yang terpusat pada Kristus akan membuat kita selalu mampu melihat sudut positif dari hal sulit sekalipun, dan kita pun akan senantiasa penuh dengan ucapan syukur. "Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu." (1 Tesalonika5:18). Itulah yang Tuhan mau.

Tidak satupun tokoh Alkitab  yang hidupnya mulus-mulus saja sepenuhnya. Masing-masing punya pergumulannya sendiri. Ada yang gagal, tapi banyak pula yang berhasil menunjukkan ketaatan mereka pada Tuhan. Mereka melalui segala proses dengan tetap fokus pada Tuhan, dan bukan pada masalah. Ada saat dimana mereka terkadang jatuh, namun mereka selalu mampu bangkit kembali dan memperoleh hasil akhir yang gemilang pada akhirnya. Ada yang harus menanti selama bertahun-tahun agar janji Tuhan dalam hidupnya digenapi. Bahkan banyak diantara mereka yang harus membayar dengan nyawa, tapi iman mereka tetap tidak tergoyahkan. Imannya yang teguh membuat mereka tetap percaya sepenuhnya kepada Tuhan, tetap bersabar dan tidak kehilangan sukacita. Pengharapan mereka tetap utuh sampai pada akhirnya. Apa yang dijalani tokoh-tokoh Alkitab ini hendaknya bisa menjadi teladan bagi kita semua. Itu pula yang diingatkan Yakobus. "Saudara-saudara, turutilah teladan penderitaan dan kesabaran para nabi yang telah berbicara demi nama Tuhan. Sesungguhnya kami menyebut mereka berbahagia, yaitu mereka yang telah bertekun; kamu telah mendengar tentang ketekunan Ayub dan kamu telah tahu apa yang pada akhirnya disediakan Tuhan baginya, karena Tuhan maha penyayang dan penuh belas kasihan." (Yakobus 5:11).

Tuhan itu maha penyayang dan penuh belas kasihan. Dalam sebuah proses perjuangan hidup anda yang mungkin saat ini masih belum menunjukkan keberhasilan. Jika ya, ingatlah kepada Cha dan bersabarlah. Teruslah bertekun dan jangan berhenti bersyukur. "Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!" (Roma 12:12). Ketiga hal ini seharusnya bisa menguatkan anda untuk terus berjuang dengan sabar sambil terus memegang pengharapan kepada Tuhan.

Ada banyak hikmah yang bisa anda peroleh dari setiap kesulitan yang anda lalui saat ini. Bersabarlah menghadapi segala sesuatu, dan pada suatu hari nanti, percayalah bahwa anda akan memetik buah dari kesabaran anda. Kalau Cha sanggup melakukannya, kitapun pasti bisa.

Sebuah ketekunan dan kesabaran tidak akan pernah sia-sia

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

No comments:

Menjadi Anggur Yang Baik (1)

 Ayat bacaan: Yohanes 2:9 ===================== "Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu--dan ia tidak t...