Wednesday, January 7, 2015

The Earth Provides Enough to Satisfy Every Man's Need, but... (1)

Ayat bacaan: Ulangan 16:16
====================
"Beginilah perintah TUHAN: Pungutlah itu, tiap-tiap orang menurut keperluannya; masing-masing kamu boleh mengambil untuk seisi kemahnya, segomer seorang, menurut jumlah jiwa."

How much enough is enough? Seberapa cukup yang harus ada pada kita agar kita bisa berkata cukup? Ini sebuah pertanyaan yang mudah-mudah gampang. Kalau mengacu kepada kebutuhan primer menurut pemerintah, jawabannya ada tiga: pangan, sandang dan papan. Tapi pada kenyataannya, kebutuhan manusia untuk sekedar cukup seringkali jauh lebih kompleks dari itu. Anak-anak SD saja sekarang sudah saling memamerkan gadget tercanggih, sehingga anak yang tidak memiliki perangkat sehebat temannya, apalagi kalau tidak punya sama sekali akan disisihkan dari pergaulan. Cukup berbicara mengenai pemenuhan kebutuhan dasar, tidak lebih, tidak kurang. Hanya saja standarnya bisa berbeda menurut masing-masing orang. Uang sejuta bisa jadi cukup buat sebagian orang, mungkin sudah terlihat sangat banyak bagi sebagian lainnya, sementara bagi yang lain masih sangat kurang. Tidak ada batasan pasti untuk itu, tergantung dari diri masing-masing, seperti apa yang cukup bagi mereka.

Suatu kali Mahatma Gandhi berkata “Earth provides enough to satisfy every man's need, but not every man's greed". Dalam versi lain yang pernah saya baca dikatakan "There is enough in this world for everybody's need, but not enough for certain people's greed." Di bumi sebenarnya sudah tersedia segala sesuatu yang cukup untuk memuaskan kebutuhan semua manusia tapi tidak akan pernah cukup untuk satu orang tamak. Renungkanlah kalimat ini baik-baik. Apa yang dikatakan oleh Mahatma Gandhi ini sesungguhnya mengandung makna penting agar kita bisa bersyukur dengan apa yang kita miliki karena sesungguhnya Tuhan telah menyediakan segalanya dengan baik dan cukup untuk memenuhi kebutuhan seluruh manusia di bumi ini. Tapi itu tidak akan pernah puas apabila kita mengukurnya dari pola pikir yang tidak pernah puas alias tamak. Betapa seringnya kita terus merasa tidak puas dengan apa yang kita miliki. Kita terus ingin lebih dan lebih lagi, sering iri melihat apa yang dimiliki oleh orang lain, bahkan tidak sedikit yang berani menuduh Tuhan pilih kasih atau tidak adil, hanya melihat apa yang belum dipunyai tapi mengabaikan apa yang sebenarnya sudah ada pada kita. Mudah bagi kita untuk menginginkan lebih banyak tetapi sulit bagi kita untuk merasa cukup dan bersyukur dengan apa yang kita miliki saat ini.

Sebuah kisah mengenai cukup dan tamak bisa kita pelajari lewat kisah bangsa Israel pada masa pengembaraan mereka dibawah pimpinan Musa menuju tanah yang dijanjikan. Bangsa Israel adalah bangsa bebal yang selalu sulit untuk bersyukur. Meski sudah berkali-kali mereka menyaksikan langsung dengan mata kepala sendiri bagaimana penyertaan dan mukjizat Tuhan turun atas mereka, tetapi mereka tetap saja bersikap bersungut-sungut dan terus menuntut.

Dalam Keluaran 16:1-36 kita bisa melihat sebuah contoh mengenai sifat buruk mereka. Pada bagian ini diceritakan ketika bangsa Israel berangkat dari Elim dan tiba di padang gurun Sin setelah satu setengah bulan berada dalam perjalanan. Karena kelaparan dan mungkin bekal mereka habis, mulailah mereka bersungut-sungut dan mengeluh. "Ah, kalau kami mati tadinya di tanah Mesir oleh tangan TUHAN ketika kami duduk menghadapi kuali berisi daging dan makan roti sampai kenyang! Sebab kamu membawa kami keluar ke padang gurun ini untuk membunuh seluruh jemaah ini dengan kelaparan." (ay 3). Meski sebenarnya mereka tidak pantas mengeluh, Tuhan mengasihi mereka dan menjawab permintaan mereka dengan mengirimkan hujan roti dari langit. "Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Sesungguhnya Aku akan menurunkan dari langit hujan roti bagimu; maka bangsa itu akan keluar dan memungut tiap-tiap hari sebanyak yang perlu untuk sehari, supaya mereka Kucoba, apakah mereka hidup menurut hukum-Ku atau tidak." (ay 4).

Mari kita lihat baik-baik ayat ini. Perhatikan bahwa meskipun Tuhan mengabulkan permintaan mereka, namun ada sebuah pesan penting dari Tuhan agar mereka memungut secukupnya saja. Bukankah roti dari langit yang dikucurkan secara berlimpah itu seharusnya sudah lebih dari cukup? Ternyata mereka merasa itu tetap belum cukup. Lagi-lagi Tuhan berbaik hati menurunkan burung puyuh sampai menutupi perkemahan mereka. (ay 13). Atas pemberian ini, kembali Tuhan memberi pesan: "Pungutlah itu, tiap-tiap orang menurut keperluannya; masing-masing kamu boleh mengambil untuk seisi kemahnya, segomer seorang, menurut jumlah jiwa." (ay 16). Satu gomer itu sekitar 3 setengah liter. Kalau satu orang dapat satu liter setengah, itu tentu sudah sangat baik untuk memenuhi kebutuhan per hari. Orang yang tahu bersyukur akan merasa senang, tapi buat orang tamak itu pasti masih kurang.

(bersambung)

No comments:

Menjadi Anggur Yang Baik (1)

 Ayat bacaan: Yohanes 2:9 ===================== "Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu--dan ia tidak t...