Wednesday, January 14, 2015

The Most Precious (2)

(sambungan)

Seperti sebuah harta terpendam dan mutiara indah yang bernilai teramat sangat tinggi, demikianlah seharusnya orang memandang Kerajaan Surga. Ketika kita bisa memandang seperti itu, maka seharusnya kita pun akan rela melepaskan segala yang kita miliki demi mendapatkannya, dan tidak akan mau menggadaikan itu dengan apapun.

Paulus dan rekan-rekan sepelayanannya menyadari betul hal itu. Begini katanya: "Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami." (2 Korintus 4: 17) Apa kuncinya? Paulus menjelaskan alasannya, yaitu: "Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal." (ay 18). Kerajaan Surga memang belum saatnya untuk bisa kita lihat, namun yang tidak kelihatan itulah yang sifatnya justru kekal. Bukan segala kenikmatan duniawi, harta, jabatan dan sebagainya, yang suatu saat akan habis dan tidak akan bisa dibawa mati. Semua itu pada satu ketika akan digoncangkan, seperti yang kita alami hari-hari ini lewat krisis global  yang melanda dunia. Namun ada yang tidak tergoncangkan, dan itu adalah Kerajaan Surga. (Ibrani 12:27-28). Kerajaan Surga sifatnya kekal dan tidak tergoncangkan. Bukankah hal tersebut sangat berharga?

Itulah yang tepatnya disampaikan Yesus kepada seorang anak muda yang kaya dalam Injil Matius 19:16-26. Yesus mengatakan kepadanya dan juga kepada kita bahwa untuk memperoleh hidup yang kekal, kita harus taat pada segala perintah Allah (ay 17). Yesus kemudian merinci perintah-perintah Allah tersebut dalam ayat berikutnya. "Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, hormatilah ayahmu dan ibumu dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." (ay 18-19). Semua itu sudah dituruti oleh pemuda kaya tersebut, dan masih relatif bisa kita lakukan. Tapi itu ternyata belum cukup. Apa yang masih kurang? Yang kurang adalah sebagai berikut: "Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku."(ay 21). Itu akan terdengar sangat berat bahkan mustahil bagi kebanyakan orang, termasuk orang yang katanya percaya sekalipun. Pemuda itu menolak, karena dia memiliki banyak harta. Artinya, pemuda itu belum siap untuk mengorbankan segala miliknya, dan belum bisa melihat betapa berharganya kesempatan untuk turut serta dalam sesuatu yang "tidak terlihat", yang kekal sifatnya, yang tidak bisa digoncangkan, yaitu Kerajaan Surga. Ia memilih untuk berlalu dan membuang kesempatan emas meski Yesus sendiri yang mengatakan kepadanya.

Dengarlah pesan Yesus berikut. "Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada." (Matius 6:21, Lukas 12:34). Dimana kita meletakkan hati kita saat ini, itulah artinya yang paling berharga buat kita. Dimana anda letakkan hati anda saat ini? Apakah itu harta kekayaan, karir, jabatan, status, kekasih atau lainnya? Hari ini saya mengajak teman-teman untuk merenungkan bahwa ada yang jauh lebih berharga dari semuanya itu, yaitu Kerajaan Surga, tempat yang kekal yang sudah disediakan Yesus buat kita.  Karena itu lebih berharga dari apapun, kita seharusnya siap melepaskan segala sesuatu dan tidak menggadaikan itu dengan alasan apapun agar jangan sampai kehilangan kekekalan penuh damai sukacita, tanpa ratap tangis dan penderitaan, selama-lamanya. Disitulah seharusnya kita meletakkan hati kita, bukan di tempat yang lain.

Tidak ada yang lebih berharga dari Kerajaan Surga yang kekal, penuh damai sukacita dan tidak tergoncangkan

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

No comments:

Menjadi Anggur Yang Baik (1)

 Ayat bacaan: Yohanes 2:9 ===================== "Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu--dan ia tidak t...