=======================
"Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi."
Bicara soal warna dan fungsi identitasnya dalam hal rohani, seharusnya ada "warna" yang bisa merepresentasikan kita sebagai murid Yesus. Sebuah warna yang bisa jelas terlihat dan membawa rasa damai, benar, jujur dan berintegritas, mencerminkan hati Allah, yang akan membuat orang langsung tahu bahwa kita adalah pengikutNya tanpa kita perlu menyebutkan terlebih dahulu. Warna seperti apakah itu? What's the color that we should have so we can be declared as His disciple?
Untuk menjawab hal itu, mari kita lihat apa yang disebutkan di dalam Alkitab. Menjelang penyalibanNya, Yesus menyatakan seperti apa "warna" kita seharusnya lewat sebuah perintah yang Dia berikan. Jika selama ini yang kita tahu hukum kedua yang paling utama adalah "Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini" (Markus 12:31), maka kali ini ada level baru mengenai mengasihi sesama manusia yang bunyinya seperti ini: "Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi." (Yohanes 13:34). Ini sebuah level yang lebih tinggi dari perintah mengasihi sesama. Bukan saja harus mengasihi sesama kita seperti diri kita sendiri, tapi kita harus pula mengasihi sesama seperti halnya Yesus telah mengasihi kita. Dan itu tidaklah mudah. Kita tentu tahu bagaimana besarnya kasih Kristus kepada kita yang bukan hanya sebatas kata atau perbuatan ringan saja, bukan pula hanya sebatas mukjizat-mukjizat kesembuhan yang Dia lakukan, tetapi lewat pengorbananNya kita beroleh keselamatan. Itu adalah sesuatu yang sebenarnya tidak layak kita peroleh, bukan merupakan upah atas jasa atau kehebatan kita, tetapi murni karena anugerah. Keselamatan dari Yesus adalah sesuatu yang pasti dan kekal sifatnya. Dengan kata lain, bentuk kasih Yesus terhadap kita manusia bukan hanya bentuk kasih lewat ucapan atau sekedar memperhatikan atau menolong, tetapi disertai pula dengan kerelaan untuk berkorban nyawa. Maka Yesus mengatakan: "Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi." (Yohanes 13:35). Sebuah kasih, yang tidak berpusat pada diri sendiri tetapi mendahulukan kepentingan yang lain, dimana kerelaan berkorban menjadi dominan atas sebuah perasaan belas kasih, itulah yang menjadi sebuah warna yang mampu memberi kita identitas warna sehingga akan mudah dibedakan dari orang-orang dunia.
Dalam kesempatan lain Yohanes menegaskan lagi tentang hal ini. "Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi." (1 Yohanes 4:11). Yohanes kemudian melajutkan dengan "Tidak ada seorangpun yang pernah melihat Allah. Jika kita saling mengasihi, Allah tetap di dalam kita, dan kasih-Nya sempurna di dalam kita." (ay 12). Kembali kita diingatkan akan kasih sebagai warna identitas murid Yesus. Jika kita saling mengasihi, maka ada Allah yang bersatu dengan kita, dan kasihNya menjadi sempurna di dalam diri kita. Maka "warna" yang merepresentasikan kita sebagai murid-murid Yesus pun akan nyata terlihat dalam cara hidup, perbuatan, gaya, polah dan tingkah laku kita.
Ketika kasih Allah hidup dalam diri kita, disanalah kita akan mampu menghasilkan buah Roh. "Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu." (Galatia 5:22-23). Orang yang memiliki buah Roh tentu memiliki bentuk kehidupan yang saling mengasihi, karena jelas bahwa kasih termasuk satu dari buah-buah Roh yang dihasilkan oleh anak-anak Tuhan. Apabila kita masih hidup dikuasai oleh hawa nafsu, kepentingan atau kesenangan sesaat, egois, dipenuhi dengki dan berbagai perasaan atau sifat jelek lainnya, maka itu artinya kita belum merepresentasikan diri kita sebagai murid dan sahabat Kristus. Artinya kita belum memiliki warna yang menunjukkan identitas kita sebagai pengikutNya, we still haven't got the right color.
Dalam berinteraksi dan bermasyarakat, dalam setiap aspek kehidupan kita, pastikan bahwa kita sudah menunjukkan "warna" yang tepat. Apa yang dituntut dari kita bukan hanya sekedar peduli atau mengasihi, bukan sekedar "hitam atau putih" saja, tetapi kita harus mampu menunjukkan sebentuk kasih kepada sesama kita pada tingkatan yang tinggi, sebagaimana Kristus telah mengasihi kita. That's the right color. Warna apa yang tampak pada diri kita hari ini? Sudahkah warna kita merepresentasikan Yesus tepat seperti seharusnya atau kita masih menampilkan warna-warna yang bisa membawa persepsi keliru terhadap Yesus di mata dunia?
Paint the world with Christ's love and compassion
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
No comments:
Post a Comment