Ayat bacaan: Markus 5:19
=====================
"Yesus tidak memperkenankannya, tetapi Ia berkata kepada orang itu: "Pulanglah ke rumahmu, kepada orang-orang sekampungmu, dan beritahukanlah kepada mereka segala sesuatu yang telah diperbuat oleh Tuhan atasmu dan bagaimana Ia telah mengasihani engkau!"
Adegan mengerikan bak film horror terjadi pada masa hadirnya Yesus di dunia. Pada suatu kali ada seseorang yang tengah dirasuk roh jahat. Jumlah roh jahat yang masuk ke dalam orang itu begitu banyaknya, disinyalir jumlahnya mencapai ribuan, hingga disebutkan sebagai sebuah legiun. Pada saat itu tidak ada satupun orang yang sanggup melepaskannya, bahkan belenggu dan rantai sekalipun tidak mampu menahannya. Orang ini berkeliaran di area pekuburan dan dibukit, ia kerap berteriak-teriak dan memukuli dan melukai dirinya sendiri dengan batu.
Kisah ini tertulis dalam perikop berjudul "Yesus mengusir roh jahat dari orang Gerasa" dalam Markus 5:1-20. Yesuslah yang pada akhirnya sanggup melepaskan orang malang dari Gerasa ini. Begitu bersukacitanya si orang malang setelah dilepaskan, maka untuk mengungkapkan rasa syukurnya ia pun kemudian meminta agar ia diperkenankan mengikuti Yesus kemanapun Dia pergi. Menariknya, lihatlah reaksi Yesus menanggapi permintaannya itu. "Yesus tidak memperkenankannya, tetapi Ia berkata kepada orang itu: "Pulanglah ke rumahmu, kepada orang-orang sekampungmu, dan beritahukanlah kepada mereka segala sesuatu yang telah diperbuat oleh Tuhan atasmu dan bagaimana Ia telah mengasihani engkau!" (Markus 5:19).
Mengapa Yesus tidak mengijinkan orang ini untuk mengikutinya, seperti halnya para murid? Lantas apa yang diminta Yesus untuk ia lakukan? Ayat di atas dengan sangat jelas memberikan alasannya.
Yesus meminta orang dari Gerasa yang baru dilepaskan dari kuasa roh jahat itu untuk kembali ke kampungnya lalu memberi kesaksian disana mengenai apa yang telah Tuhan lakukan atas dirinya, dan kemudian menceritakan pula bagaimana Tuhan mengasihaninya. Permintaan Yesus ini dengan jelas menunjukkan betapa pentingnya sebuah kesaksian bagi orang percaya yang telah mengalami langsung jamahan dan belas kasih Tuhan itu untuk dibagikan kepada sesama kita lainnya di mataNya. Begitu pentingnya kesaksian, sehingga Yesus menyuruh si orang yang baru mengalami pelepasan ini untuk lebih baik pulang ke kampungnya dan bersaksi ketimbang terus mengikuti Yesus kemanapun Dia pergi.
Bagaimana reaksinya? Ia ternyata patuh dan menurut. "Orang itupun pergilah dan mulai memberitakan di daerah Dekapolis segala apa yang telah diperbuat Yesus atas dirinya dan mereka semua menjadi heran." (ay 20). Apa yang dialami oleh orang Gerasa tersebut adalah sebuah pengalaman luar biasa mengenai bagaimana Tuhan sanggup melakukan apapun dan betapa besarnya belas kasihan Tuhan. Tentu saja hal seperti itu akan menjadi sebuah kesaksian indah yang akan mampu memberkati orang-orang lain dan bisa mendatangkan pertobatan yang berujung pada keselamatan bagi banyak orang, sesuatu yang menjadi misi utama kedatangan Yesus ke dunia. Karena itulah Yesus kemudian memintanya untuk kembali dan menyampaikan kesaksian tentang apa yang baru saja ia alami. Sebagai informasi, area Dekapolis terdiri dari 10 kota, dan dari ayat 20 kita bisa melihat bahwa orang yang disembuhkan itu ternyata berkeliling ke 10 kota untuk menyampaikan kesaksiannya. Kita tidak tahu berapa orang yang kemudian bertobat setelah kesaksian itu, tapi saya percaya ada banyak yang diberkati dan kemudian memutuskan untuk menerima Yesus dan memperoleh anugerah keselamatan kekal.
Sebuah kesaksian itu sangatlah penting, termasuk di mata Tuhan. Itu tentu tidak mengherankan, karena jelas sebuah kesaksian tentu akan sanggup berbicara jauh lebih banyak ketimbang sesuatu yang sifatnya hanya teoritis saja. Berbagi pengalaman hidup yang dibagikan akan jauh lebih bermanfaat karena itu merupakan kisah nyata dari pengalaman pribadi yang membagikannya. Sebuah kesaksian akan keajaiban perbuatan Tuhan dalam hidup manusia akan mampu berbicara banyak mengenai bukti kebaikan dan besarnya kasih Tuhan secara langsung. Bahkan sebuah kesaksian yang paling sederhana sekalipun akan lebih efektif ketimbang mengkotbahi orang panjang lebar tanpa disertai contoh.
Manusia secara umum akan lebih mudah menangkap ilustrasi dari sebuah kehidupan nyata dan akan lebih mudah mencerna hingga mengaplikasikannya ketimbang hanya disuruh menelan bulat-bulat segala sesuatu yang sifatnya teoritis saja. Ada banyak peneliti yang sudah pernah melakukan observasi mengenai hal ini, dan mereka akhirnya sampai pada kesimpulan bahwa sebuah pengalaman pribadi tentang sesuatu akan memiliki kekuatan tersendiri untuk menggerakkan seseorang. Dalam kerohanian pun sama. Ada waktu-waktu dimana kita butuh mendengar berbagai kesaksian dari orang-orang yang mengalami mukjizat untuk menguatkan kita di saat kita goyah. Ada begitu banyak janji Tuhan yang diberikan dalam Alkitab, dan ketika kita tengah mengalami masalah seringkali kita terasa jauh dari berbagai janji itu. Itulah sebabnya berbagai kesaksian biasanya mampu menguatkan kita dan memulihkan iman kita untuk kembali dipenuhi pengharapan yang kokoh terhadap janji Tuhan.
Lebih lanjut mengenai pentingnya sebuah kesaksian di mata Yesus, Dia juga menyampaikan sebuah pesan terakhir sebelum terangkat naik kembali ke tahtaNya di surga. "Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi." (Kisah Para Rasul 1:8). Bagi kita semua disematkan tugas yang tidak mudah. Kita diminta bertindak menjadi saksi Kristus baik di lingkungan tempat tinggal atau pekerjaan, kemudian meningkat kepada kota-kota atau desa-desa di sekitar kita, menjangkau saudara-saudara kita yang belum mengenal Kristus atau bahkan hingga ke seluruh bumi. Kita tidak harus menjadi pendeta untuk bersaksi, kita tidak harus berkotbah panjang lebar di jalan-jalan untuk menjalankan tugas ini. Kita bisa melakukan itu dengan memberi kesaksian bagaimana campur tangan Tuhan dalam kehidupan kita membuat perbedaan. Pertanyaannya, apabila kita tidak berjalan dalam koridor kebenaran, jika kita tidak menghidupi Firman, bagaimana kita bisa punya kesaksian untuk dibagikan?
Dalam Wahyu kita bisa membaca bahwa kesaksian adalah salah satu alat yang mampu membunuh iblis dan perbuatan-perbuatan jahatnya. "Dan mereka mengalahkan dia oleh darah Anak Domba, dan oleh perkataan kesaksian mereka. Karena mereka tidak mengasihi nyawa mereka sampai ke dalam maut." (Wahyu 12:11). Ayat ini menggambarkan betapa pentingnya sebuah kesaksian untuk menghancurkan tipu muslihat iblis dan kuasa-kuasa kegelapan yang sangat ingin membuat lebih banyak lagi orang untuk dilemparkan ke dalam neraka yang menyala-nyala.
Sebuah kesaksian tidak harus selalu berisikan mukjizat-mukjizat seperti kesembuhan sakit penyakit, pelepasan, pemulihan, berkat-berkat dan sebagainya. Sebuah kesaksian kecil mengenai bagaimana kita bisa tetap hidup dalam pengharapan di kala kesesakan, bagaimana kita bisa tetap teguh dalam iman di saat sulit, sebuah contoh kehidupan harmonis penuh sukacita tanpa tergantung situasi dan kondisi, itupun bisa menjadi berkat yang memberi kekuatan tersendiri bagi orang lain. Tidak ada satu orangpun yang tidak memiliki kesaksian. Masalahnya adalah, maukah kita membagikannya kepada orang lain agar mereka bisa mengenal siapa Yesus sebenarnya? Bukan kemampuan kita berbicara atau ilmu yang kita miliki yang dibutuhkan, tetapi pakailah kuasa Allah yang bekerja di dalam diri kita. Maukah anda untuk menceritakan kabar baik kepada orang lain lewat kesaksian nyata dari yang anda alami?
Kesaksian sekecil apapun akan sanggup memberkati, membawa orang mengenal Kristus dan menerima keselamatan
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Tuesday, March 31, 2015
Monday, March 30, 2015
Gajah Menurut 10 Orang Berbeda (2)
(sambungan)
Perhatikan kembali ayat bacaan hari ini. "Kamu menyusahi TUHAN dengan perkataanmu. Tetapi kamu berkata: "Dengan cara bagaimanakah kami menyusahi Dia?" Dengan cara kamu menyangka: "Setiap orang yang berbuat jahat adalah baik di mata TUHAN; kepada orang-orang yang demikianlah Ia berkenan--atau jika tidak, di manakah Allah yang menghukum?"(Maleakhi 2:17). Disana dikatakan bahwa pemikiran keliru seperti ini bahkan menyusahi Tuhan. Bentuk ilusi tentang Tuhan seperti yang disebutkan dalam ayat dari Maleakhi di atas jelas merupakan sesuatu yang berbahaya.
Hati kita merupakan pintu masuk buat berbagai pengaruh, mulai dari yang baik hingga yang buruk. Dalam Yeremia kita bisa membaca: "Betapa liciknya hati, lebih licik dari pada segala sesuatu, hatinya sudah membatu: siapakah yang dapat mengetahuinya?" (Yeremia 17:9). Hati bisa begitu licik sehingga membuat kita buta dalam menimbang mana yang benar dan mana yang salah. Hati yang tidak terjaga akan mampu mendatangkan berbagai ilusi-ilusi yang salah mengenai pengenalan akan Tuhan. Disaat demikian kita pun terjebak untuk merancang Tuhan kita sendiri, menurut keinginan dan selera kita sendiri.
Karena itulah kita harus selalu menjaga hati kita dengan benar. "Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan." (Amsal 4:23). Selain itu kita harus selalu mengisi hati kita dengan Firman Tuhan setiap hari. Menabur Firman itu di tanah yang gembur sehingga bisa tertanam baik, bertumbuh dan berbuah. "Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran." (2 Timotius 3:16). Jelas bahwa kita tidak akan tahu apa-apa mengenai kebenaran jika kita tidak mengetahui apa saja isi tulisan-tulisan yang diilhamkan Allah itu seperti yang sudah tertulis dalam Alkitab. Dengan kata lain, bagaimana kita bisa terhindar dari penggambaran Tuhan yang salah apabila kita tidak mengetahui apa-apa mengenai Firman yang berkuasa dan hidup?
Bentuk ilusi yang menyimpang ini sangat tidak sehat dan berpotensi menghancurkan rencana masa depan kita seperti yang dicanangkan Tuhan. Oleh karena itu jangan sampai kita tergoda untuk memaksakan Firman Tuhan agar sesuai dengan keinginan pribadi kita, membuatnya sedemikian fleksibel sehingga menghilangkan esensi kebenaran yang terkandung dalam ayat demi ayat. Kita sama sekali tidak punya hak untuk membentuk image tentang Tuhan seenak atau sesuka kita, sesuai selera sendiri. Kita harus memastikan tidak terjebak dengan mengira kita bisa bermain-main bebas dalam dosa. Tuhan telah mengilhamkan sendiri tulisan-tulisan di dalam Alkitab untuk kita sebagai penuntun, penunjuk jalan menuju keselamatan kekal, dan meminta kita untuk menjaga hati dengan segala kewaspadaan. Berhentilah mentolerir dosa sekecil apapun. Berhati-hatilah dan jangan biarkan ilusi-ilusi menyimpang tentang Tuhan membuat segala anugerah Allah luput dari genggaman kita.
Membentuk image Tuhan sesuai keinginan kita bisa berbahaya
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Perhatikan kembali ayat bacaan hari ini. "Kamu menyusahi TUHAN dengan perkataanmu. Tetapi kamu berkata: "Dengan cara bagaimanakah kami menyusahi Dia?" Dengan cara kamu menyangka: "Setiap orang yang berbuat jahat adalah baik di mata TUHAN; kepada orang-orang yang demikianlah Ia berkenan--atau jika tidak, di manakah Allah yang menghukum?"(Maleakhi 2:17). Disana dikatakan bahwa pemikiran keliru seperti ini bahkan menyusahi Tuhan. Bentuk ilusi tentang Tuhan seperti yang disebutkan dalam ayat dari Maleakhi di atas jelas merupakan sesuatu yang berbahaya.
Hati kita merupakan pintu masuk buat berbagai pengaruh, mulai dari yang baik hingga yang buruk. Dalam Yeremia kita bisa membaca: "Betapa liciknya hati, lebih licik dari pada segala sesuatu, hatinya sudah membatu: siapakah yang dapat mengetahuinya?" (Yeremia 17:9). Hati bisa begitu licik sehingga membuat kita buta dalam menimbang mana yang benar dan mana yang salah. Hati yang tidak terjaga akan mampu mendatangkan berbagai ilusi-ilusi yang salah mengenai pengenalan akan Tuhan. Disaat demikian kita pun terjebak untuk merancang Tuhan kita sendiri, menurut keinginan dan selera kita sendiri.
Karena itulah kita harus selalu menjaga hati kita dengan benar. "Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan." (Amsal 4:23). Selain itu kita harus selalu mengisi hati kita dengan Firman Tuhan setiap hari. Menabur Firman itu di tanah yang gembur sehingga bisa tertanam baik, bertumbuh dan berbuah. "Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran." (2 Timotius 3:16). Jelas bahwa kita tidak akan tahu apa-apa mengenai kebenaran jika kita tidak mengetahui apa saja isi tulisan-tulisan yang diilhamkan Allah itu seperti yang sudah tertulis dalam Alkitab. Dengan kata lain, bagaimana kita bisa terhindar dari penggambaran Tuhan yang salah apabila kita tidak mengetahui apa-apa mengenai Firman yang berkuasa dan hidup?
Bentuk ilusi yang menyimpang ini sangat tidak sehat dan berpotensi menghancurkan rencana masa depan kita seperti yang dicanangkan Tuhan. Oleh karena itu jangan sampai kita tergoda untuk memaksakan Firman Tuhan agar sesuai dengan keinginan pribadi kita, membuatnya sedemikian fleksibel sehingga menghilangkan esensi kebenaran yang terkandung dalam ayat demi ayat. Kita sama sekali tidak punya hak untuk membentuk image tentang Tuhan seenak atau sesuka kita, sesuai selera sendiri. Kita harus memastikan tidak terjebak dengan mengira kita bisa bermain-main bebas dalam dosa. Tuhan telah mengilhamkan sendiri tulisan-tulisan di dalam Alkitab untuk kita sebagai penuntun, penunjuk jalan menuju keselamatan kekal, dan meminta kita untuk menjaga hati dengan segala kewaspadaan. Berhentilah mentolerir dosa sekecil apapun. Berhati-hatilah dan jangan biarkan ilusi-ilusi menyimpang tentang Tuhan membuat segala anugerah Allah luput dari genggaman kita.
Membentuk image Tuhan sesuai keinginan kita bisa berbahaya
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Sunday, March 29, 2015
Gajah Menurut 10 Orang Berbeda (1)
Ayat bacaan: Maleakhi 2:17
================
"Kamu menyusahi TUHAN dengan perkataanmu. Tetapi kamu berkata: "Dengan cara bagaimanakah kami menyusahi Dia?" Dengan cara kamu menyangka: "Setiap orang yang berbuat jahat adalah baik di mata TUHAN; kepada orang-orang yang demikianlah Ia berkenan--atau jika tidak, di manakah Allah yang menghukum?"
Ada sebuah anekdot menceritakan tentang 10 orang yang diminta mendeskripsikan gajah dengan mata tertutup dengan cara meraba. Kesepuluh orang ini belum pernah melihat gajah sebelumnya dan berdiri pada sudut-sudut yang berbeda. Saat mereka ditanya, jawaban yang muncul berbeda-beda. Ada yang bilang gajah itu seperti ular, bentuknya panjang karena ia kebetulan berdiri pada posisi belalai. Ada yang bilang gajah itu punya sayap lebar karena berada pada posisi kuping, ada pula yang berkata gajah mirip pohon karena meraba kaki dan seterusnya. Ini menunjukkan bahwa akan sangat sulit bagi kita untuk mendeskripsikan seperti apa bentuk gajah secara utuh kalau hanya terfokus pada satu sisi saja.
Ini bisa menggambarkan cara kita memandang Tuhan. Adalah kecenderungan manusia untuk menempatkan Tuhan tidak pada posisi sesungguhnya melainkan hanya disesuaikan dengan pendapat pribadi tanpa mengenal dengan jelas terlebih dahulu, dibentuk sesuai kebutuhan diri sendiri atau berdasarkan apa yang menjadi selera atau keinginan mereka. Mengambil sepenggal-sepenggal lalu mengartikan sendiri. Menciptakan Tuhan menurut selera masing-masing tanpa peduli gambaran seutuhnya. Tidaklah heran apabila ada yang merasa biasa saja melakukan dosa karena mereka menganggap Tuhan itu Maha Pengampun. Berbuat dosa lantas minta ampun, kemudian ulangi lagi. Bukankah Tuhan itu selalu siap memberi pengampunan, pikir mereka. Jadi tidak apa-apa kalau berbuat dosa sedikit-sedikit, nanti tinggal minta diampuni, beres. Ada juga yang menilai bahwa Tuhan itu kejam dan otoriter sehingga mereka hidup penuh rasa takut dan tidak layak. Ada yang merasa Tuhan ada di bawah mereka sehingga perlu dibela, menganggap Tuhan itu berdarah dingin sehingga mereka boleh menyakiti orang lain bahkan tidak segan-segan membunuh dengan mengatasnamakan Tuhan. Tuhan yang satu dideskripsikan berbeda menurut selera masing-masing, tanpa memandang sosok Tuhan secara utuh.
Dalam kitab Maleakhi ada dikatakan: "Kamu menyusahi TUHAN dengan perkataanmu. Tetapi kamu berkata: "Dengan cara bagaimanakah kami menyusahi Dia?" Dengan cara kamu menyangka: "Setiap orang yang berbuat jahat adalah baik di mata TUHAN; kepada orang-orang yang demikianlah Ia berkenan--atau jika tidak, di manakah Allah yang menghukum?" (Maleakhi 2:17). Ayat ini menunjukkan bagaimana orang bisa dipengaruhi oleh ilusinya sendiri, hingga berani membentuk image baru akan Tuhan. Mereka menyangka bahwa berbuat jahat bisa baik di mata Tuhan, bahkan berani berkata bahwa Tuhan berkenan terhadap kejahatan. Ini adalah sebuah bentuk penggambaran Tuhan menurut pandangan pribadi tanpa mengenal sifat-sifat Tuhan terlebih dahulu secara baik. Penggal satu ayat, kemudian pelintir sendiri sesuai kebutuhan. Ketika ada ayat yang mengatakan bahwa Tuhan selalu siap mengampuni dosa, maka mereka menganggap ada banyak kesempatan berbuat dosa karena nanti tinggal 'lapor' dan langsung beres. Ada yang menganggap bahwa gosip itu tidak apa-apa karena hanya untuk kesenangan saja, berbohong kecil itu boleh dan yang tidak boleh adalah menipu yang bisa menimbulkan kerugian materi besar, korupsi kecil tidak apa-apa asal jangan milyaran, sekali-kali menikmati dosa itu tidak apa-apa karena Tuhan yang baik pasti mengerti, dan sebagainya. Ini adalah kecenderungan dari orang-orang yang tidak mengenal Tuhan secara benar, sehingga mereka berani menempatkan Tuhan pada posisi sesuai keinginan mereka. Jika pemikiran seperti ini terus dipelihara, kita bisa terjebak pada konsep yang salah. Itu sama saja dengan menyalahgunakan kebaikan Tuhan yang tentu saja bisa berakibat fatal. Jika pola pikir sendiri tentang Tuhan terus dipupuk, lama kelamaan orang tidak akan peduli lagi terhadap kebenaran firman Tuhan yang sesungguhnya sudah menjelaskan secara rinci seperti apa sebenarnya Tuhan itu.
Ada banyak pula yang mengira bahwa jika Tuhan memang mau menghukum, itu akan langsung terjadi seketika itu juga. Jadi kalau satu-dua perbuatan dosa sepertinya 'luput' dari hukuman Tuhan, mereka menganggap bahwa itu artinya Tuhan memberi toleransi yang bisa dimanfaatkan sebagai kesempatan untuk melakukan beberapa dosa berikutnya demi memuaskan keinginan daging. Kenyataannya tidak seperti itu. Tuhan tidak pernah berkenan terhadap perbuatan jahat, dan pada saatnya nanti semua harus dipertanggungjawabkan sepenuhnya. "Dan tidak ada suatu makhlukpun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab." (Ibrani 4:13). Itu kebenaran firman Tuhan. Artinya, cepat atau lambat, ganjaran akan datang, dan tidak akan pernah sebuah perbuatan jahat itu berkenan di mata Tuhan. Kalaupun Tuhan memberi kesempatan seharusnya dihargai sebagai sebuah peluang untuk memperbaiki hidup secara utuh dan menyeluruh, bukan malah dimanfaatkan buat melakukan kesalahan lebih lagi.
(bersambung)
================
"Kamu menyusahi TUHAN dengan perkataanmu. Tetapi kamu berkata: "Dengan cara bagaimanakah kami menyusahi Dia?" Dengan cara kamu menyangka: "Setiap orang yang berbuat jahat adalah baik di mata TUHAN; kepada orang-orang yang demikianlah Ia berkenan--atau jika tidak, di manakah Allah yang menghukum?"
Ada sebuah anekdot menceritakan tentang 10 orang yang diminta mendeskripsikan gajah dengan mata tertutup dengan cara meraba. Kesepuluh orang ini belum pernah melihat gajah sebelumnya dan berdiri pada sudut-sudut yang berbeda. Saat mereka ditanya, jawaban yang muncul berbeda-beda. Ada yang bilang gajah itu seperti ular, bentuknya panjang karena ia kebetulan berdiri pada posisi belalai. Ada yang bilang gajah itu punya sayap lebar karena berada pada posisi kuping, ada pula yang berkata gajah mirip pohon karena meraba kaki dan seterusnya. Ini menunjukkan bahwa akan sangat sulit bagi kita untuk mendeskripsikan seperti apa bentuk gajah secara utuh kalau hanya terfokus pada satu sisi saja.
Ini bisa menggambarkan cara kita memandang Tuhan. Adalah kecenderungan manusia untuk menempatkan Tuhan tidak pada posisi sesungguhnya melainkan hanya disesuaikan dengan pendapat pribadi tanpa mengenal dengan jelas terlebih dahulu, dibentuk sesuai kebutuhan diri sendiri atau berdasarkan apa yang menjadi selera atau keinginan mereka. Mengambil sepenggal-sepenggal lalu mengartikan sendiri. Menciptakan Tuhan menurut selera masing-masing tanpa peduli gambaran seutuhnya. Tidaklah heran apabila ada yang merasa biasa saja melakukan dosa karena mereka menganggap Tuhan itu Maha Pengampun. Berbuat dosa lantas minta ampun, kemudian ulangi lagi. Bukankah Tuhan itu selalu siap memberi pengampunan, pikir mereka. Jadi tidak apa-apa kalau berbuat dosa sedikit-sedikit, nanti tinggal minta diampuni, beres. Ada juga yang menilai bahwa Tuhan itu kejam dan otoriter sehingga mereka hidup penuh rasa takut dan tidak layak. Ada yang merasa Tuhan ada di bawah mereka sehingga perlu dibela, menganggap Tuhan itu berdarah dingin sehingga mereka boleh menyakiti orang lain bahkan tidak segan-segan membunuh dengan mengatasnamakan Tuhan. Tuhan yang satu dideskripsikan berbeda menurut selera masing-masing, tanpa memandang sosok Tuhan secara utuh.
Dalam kitab Maleakhi ada dikatakan: "Kamu menyusahi TUHAN dengan perkataanmu. Tetapi kamu berkata: "Dengan cara bagaimanakah kami menyusahi Dia?" Dengan cara kamu menyangka: "Setiap orang yang berbuat jahat adalah baik di mata TUHAN; kepada orang-orang yang demikianlah Ia berkenan--atau jika tidak, di manakah Allah yang menghukum?" (Maleakhi 2:17). Ayat ini menunjukkan bagaimana orang bisa dipengaruhi oleh ilusinya sendiri, hingga berani membentuk image baru akan Tuhan. Mereka menyangka bahwa berbuat jahat bisa baik di mata Tuhan, bahkan berani berkata bahwa Tuhan berkenan terhadap kejahatan. Ini adalah sebuah bentuk penggambaran Tuhan menurut pandangan pribadi tanpa mengenal sifat-sifat Tuhan terlebih dahulu secara baik. Penggal satu ayat, kemudian pelintir sendiri sesuai kebutuhan. Ketika ada ayat yang mengatakan bahwa Tuhan selalu siap mengampuni dosa, maka mereka menganggap ada banyak kesempatan berbuat dosa karena nanti tinggal 'lapor' dan langsung beres. Ada yang menganggap bahwa gosip itu tidak apa-apa karena hanya untuk kesenangan saja, berbohong kecil itu boleh dan yang tidak boleh adalah menipu yang bisa menimbulkan kerugian materi besar, korupsi kecil tidak apa-apa asal jangan milyaran, sekali-kali menikmati dosa itu tidak apa-apa karena Tuhan yang baik pasti mengerti, dan sebagainya. Ini adalah kecenderungan dari orang-orang yang tidak mengenal Tuhan secara benar, sehingga mereka berani menempatkan Tuhan pada posisi sesuai keinginan mereka. Jika pemikiran seperti ini terus dipelihara, kita bisa terjebak pada konsep yang salah. Itu sama saja dengan menyalahgunakan kebaikan Tuhan yang tentu saja bisa berakibat fatal. Jika pola pikir sendiri tentang Tuhan terus dipupuk, lama kelamaan orang tidak akan peduli lagi terhadap kebenaran firman Tuhan yang sesungguhnya sudah menjelaskan secara rinci seperti apa sebenarnya Tuhan itu.
Ada banyak pula yang mengira bahwa jika Tuhan memang mau menghukum, itu akan langsung terjadi seketika itu juga. Jadi kalau satu-dua perbuatan dosa sepertinya 'luput' dari hukuman Tuhan, mereka menganggap bahwa itu artinya Tuhan memberi toleransi yang bisa dimanfaatkan sebagai kesempatan untuk melakukan beberapa dosa berikutnya demi memuaskan keinginan daging. Kenyataannya tidak seperti itu. Tuhan tidak pernah berkenan terhadap perbuatan jahat, dan pada saatnya nanti semua harus dipertanggungjawabkan sepenuhnya. "Dan tidak ada suatu makhlukpun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab." (Ibrani 4:13). Itu kebenaran firman Tuhan. Artinya, cepat atau lambat, ganjaran akan datang, dan tidak akan pernah sebuah perbuatan jahat itu berkenan di mata Tuhan. Kalaupun Tuhan memberi kesempatan seharusnya dihargai sebagai sebuah peluang untuk memperbaiki hidup secara utuh dan menyeluruh, bukan malah dimanfaatkan buat melakukan kesalahan lebih lagi.
(bersambung)
Saturday, March 28, 2015
Tergesa-gesa Itu Berbahaya (2)
(sambungan)
Kita harus arif, penuh hikmat dan tidak bebal atau bodoh dalam memahami kehendak Tuhan atas diri kita, karena itulah yang terbaik. Kita harus ingat bahwa "TUHAN menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya." (Mazmur 37:23). Ini janji Tuhan yang sudah disampaikan pada kita jauh-jauh hari. Kepekaan kita terhadap suara Tuhan akan membuat kita mampu menjaga setiap langkah agar rencana Tuhan tergenapi dalam sekuens demi sekuens hidup kita. Ini tepat seperti yang dilakukan oleh Pemazmur: "Aku memikirkan jalan-jalan hidupku, dan melangkahkan kakiku menuju peringatan-peringatan-Mu." (119:49).
Lebih jauh lagi dalam Amsal dikatakan, "Banyaklah rancangan di hati manusia, tetapi keputusan Tuhanlah yang terlaksana." (Amsal 19:21). Itu artinya penting bagi kita untuk menyelaraskan setiap langkah sesuai rencana Tuhan agar kita tidak membuang-buang waktu secara sia-sia dan terus menerus mengalami kerugian. Kita harus mau mendengar dulu baik-baik apa sebetulnya rencana Tuhan bagi hidup kita, lalu melakukannya tepat seperti itu dengan pertimbangan yang matang dalam setiap langkah perencanaannya. Dan Salomo pun berkata: "Serahkanlah perbuatanmu kepada TUHAN, maka terlaksanalah segala rencanamu." (Amsal 16:3).
Hindarilah bertindak ceroboh dan tergesa-gesa dalam mengambil keputusan, baik yang berhubungan dengan pekerjaan, dalam berinvestasi, yang menyangkut keluarga dan sebagainya. Apakah anda seorang pemimpin di pekerjaan, di lingkungan, di organisasi, lembaga atau cuma dalam keluarga, anda perlu kemampuan untuk mengambil keputusan yang tepat. Keragu-raguan dalam mengambil pertimbangan, bingung dalam menghadapi banyak opsi atau tergesa-gesa/terburu-buru dalam memutuskan sesuatu hanya akan membawa kerugian, penyesalan dan penderitaan, baik terhadap diri sendiri maupun orang lain. Sebelum anda mengambil sebuah keputusan, lakukan pertimbangan menyeluruh terlebih dahulu dengan memikirkan berbagai aspek yang terkait termasuk orang-orang baik yang terlibat secara langsung maupun yang tidak langsung. Pikirkan masak-masak, jangan tergesa-gesa. Ambil waktu untuk tenang dan diam, sabar dan berdoalah. Tanyakan pada Tuhan mengenai langkah yang akan anda ambil, dengarkan baik-baik dan pastikan agar jangan ada keinginan-keinginan pribadi yang menghalangi suara Tuhan untuk bisa anda dengar.
Meski anda rajin dan gigih dalam memperjuangkan sesuatu, tanpa pertimbangan matang, sebuah keputusan yang tergesa-gesa bisa membuat anda salah langkah dan akibatnya menderita kerugian yang tidak sedikit. "Tanpa pengetahuan kerajinanpun tidak baik; orang yang tergesa-gesa akan salah langkah." (Amsal 19:2). Jangan jadi orang yang ceroboh dan bodoh seperti saya beberapa tahun lalu, tetapi jadilah orang bijak, berhikmat yang akan selalu berpikir matang dan berhati-hati dalam melangkah dan patuh menuruti kehendak Tuhan. Kecerobohan akibat tergesa-gesa dalam mengambil keputusan bisa menjadi awal dari datangnya banyak masalah dan bencana. Perhatikan baik-baik setiap langkah, selaraskan dengan rencana Tuhan dan tetap berpegang pada ketetapan-ketetapanNya. Menunda-nunda pengambilan keputusan memang bukan hal yang baik, tetapi tergesa-gesa pun bisa membawa konsekuensi berat untuk kita pikul. Terutama untuk sebuah keputusan besar, ambillah cukup waktu untuk mempertimbangkan dan menyerahkan kepada Tuhan.
Tergesa-gesa mengambil keputusan tanpa pertimbangan cukup bisa mendatangkan kerugian besar
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Kita harus arif, penuh hikmat dan tidak bebal atau bodoh dalam memahami kehendak Tuhan atas diri kita, karena itulah yang terbaik. Kita harus ingat bahwa "TUHAN menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya." (Mazmur 37:23). Ini janji Tuhan yang sudah disampaikan pada kita jauh-jauh hari. Kepekaan kita terhadap suara Tuhan akan membuat kita mampu menjaga setiap langkah agar rencana Tuhan tergenapi dalam sekuens demi sekuens hidup kita. Ini tepat seperti yang dilakukan oleh Pemazmur: "Aku memikirkan jalan-jalan hidupku, dan melangkahkan kakiku menuju peringatan-peringatan-Mu." (119:49).
Lebih jauh lagi dalam Amsal dikatakan, "Banyaklah rancangan di hati manusia, tetapi keputusan Tuhanlah yang terlaksana." (Amsal 19:21). Itu artinya penting bagi kita untuk menyelaraskan setiap langkah sesuai rencana Tuhan agar kita tidak membuang-buang waktu secara sia-sia dan terus menerus mengalami kerugian. Kita harus mau mendengar dulu baik-baik apa sebetulnya rencana Tuhan bagi hidup kita, lalu melakukannya tepat seperti itu dengan pertimbangan yang matang dalam setiap langkah perencanaannya. Dan Salomo pun berkata: "Serahkanlah perbuatanmu kepada TUHAN, maka terlaksanalah segala rencanamu." (Amsal 16:3).
Hindarilah bertindak ceroboh dan tergesa-gesa dalam mengambil keputusan, baik yang berhubungan dengan pekerjaan, dalam berinvestasi, yang menyangkut keluarga dan sebagainya. Apakah anda seorang pemimpin di pekerjaan, di lingkungan, di organisasi, lembaga atau cuma dalam keluarga, anda perlu kemampuan untuk mengambil keputusan yang tepat. Keragu-raguan dalam mengambil pertimbangan, bingung dalam menghadapi banyak opsi atau tergesa-gesa/terburu-buru dalam memutuskan sesuatu hanya akan membawa kerugian, penyesalan dan penderitaan, baik terhadap diri sendiri maupun orang lain. Sebelum anda mengambil sebuah keputusan, lakukan pertimbangan menyeluruh terlebih dahulu dengan memikirkan berbagai aspek yang terkait termasuk orang-orang baik yang terlibat secara langsung maupun yang tidak langsung. Pikirkan masak-masak, jangan tergesa-gesa. Ambil waktu untuk tenang dan diam, sabar dan berdoalah. Tanyakan pada Tuhan mengenai langkah yang akan anda ambil, dengarkan baik-baik dan pastikan agar jangan ada keinginan-keinginan pribadi yang menghalangi suara Tuhan untuk bisa anda dengar.
Meski anda rajin dan gigih dalam memperjuangkan sesuatu, tanpa pertimbangan matang, sebuah keputusan yang tergesa-gesa bisa membuat anda salah langkah dan akibatnya menderita kerugian yang tidak sedikit. "Tanpa pengetahuan kerajinanpun tidak baik; orang yang tergesa-gesa akan salah langkah." (Amsal 19:2). Jangan jadi orang yang ceroboh dan bodoh seperti saya beberapa tahun lalu, tetapi jadilah orang bijak, berhikmat yang akan selalu berpikir matang dan berhati-hati dalam melangkah dan patuh menuruti kehendak Tuhan. Kecerobohan akibat tergesa-gesa dalam mengambil keputusan bisa menjadi awal dari datangnya banyak masalah dan bencana. Perhatikan baik-baik setiap langkah, selaraskan dengan rencana Tuhan dan tetap berpegang pada ketetapan-ketetapanNya. Menunda-nunda pengambilan keputusan memang bukan hal yang baik, tetapi tergesa-gesa pun bisa membawa konsekuensi berat untuk kita pikul. Terutama untuk sebuah keputusan besar, ambillah cukup waktu untuk mempertimbangkan dan menyerahkan kepada Tuhan.
Tergesa-gesa mengambil keputusan tanpa pertimbangan cukup bisa mendatangkan kerugian besar
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Friday, March 27, 2015
Tergesa-gesa Itu Berbahaya (1)
Ayat bacaan: Amsal 21:5
===================
"Rancangan orang rajin semata-mata mendatangkan kelimpahan, tetapi setiap orang yang tergesa-gesa hanya akan mengalami kekurangan."
Beberapa tahun yang lalu saya mengalami kerugian gara-gara terburu-buru dalam mengambil keputusan. Ceritanya begini. Suatu kali saya bertemu dengan seorang event organizer yang menjanjikan bahwa ia bisa mengusahakan sponsor hanya dalam waktu yang sangat singkat. Secara normal, waktu kurang dari sebulan tidak layak untuk menggelar sebuah acara, tetapi karena ia pintar meyakinkan saya, termasuk kepintarannya dalam menyusun timeline, saya pun percaya dan mengambil langkah untuk maju. Perjanjian dengan pihak tempat acara diteken, dan dalam pikiran saya acara ini bisa memberi keuntungan walau tidak banyak. Semakin mendekati hari H, semakin semuanya tidak jelas. Si event organizer mulai susah dihubungi dan mulai terlihat melempar tanggung jawab kesana kemari sambil mencari kambing hitam. Kalau bukan kepada orang, ya kepada keadaan. Hari liburlah, tanggal tualah, sedang di luar kota dan sebagainya, Karena ada MoU yang sudah ditandatangani, mau tidak mau acara harus tetap berlangsung, dan saya pun rugi sekian juta, yang sempat menggoyang kondisi keuangan rumah tangga. Adalah sebuah kesalahan dengan mengambil langkah terlalu berani tanpa perhitungan matang. Saya tetap melibatkan Tuhan, tapi memaksa Tuhan untuk masuk ke dalam time frame saya dan bukan menanyakan dulu kepada Tuhan. Harga untuk sebuah pelajaran penting memang mahal. Saya jadi belajar untuk lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan, terutama keputusan-keputusan yang penting dan yang berdampak pada kemampuan saya maupun terhadap orang lain yang terkait.
Hanya karena terlalu cepat mengambil keputusan, orang bisa mengalami kerugian besar yang mungkin bisa sulit dipulihkan dalam waktu singkat. Masih untung kerugian saya tidak sampai merugikan orang lain dan angkanya relatif tidak terlalu fatal. Bagaimana kalau sampai membahayakan? Konsekuensinya bisa sangat berat. Seorang teman membuat rekan dan saudaranya pun sudah ikut menjadi korban karena menjerumuskan mereka ke dalam sebuah investasi yang pada akhirnya merugi sampai angka milyaran. Ia merupakan tipe orang yang tidak hati-hati. Ia tidak suka berpikir dan merencanakan matang-matang terlebih dahulu sebelum melakukan sesuatu, hanya melihat godaan keuntungan dan terlalu tergesa-gesa dalam mengambil keputusan. Lilitan hutang sampai angka seperti itu sangatlah mengerikan. Dan itu bisa menjadi konsekuensi dari sebuah keputusan yang tidak disertai pertimbangan matang.
Sebuah sikap tergesa-gesa selalu tidak membawa kebaikan atau keuntungan, tapi kerugian dan kemalanganlah yang seringkali menjadi akibatnya. Mengenai kerugian dari orang-orang yang suka tergesa-gesa atau terburu-buru mengambil keputusan sudah diingatkan Salomo. Ia berkata: "Rancangan orang rajin semata-mata mendatangkan kelimpahan, tetapi setiap orang yang tergesa-gesa hanya akan mengalami kekurangan." (Amsal 21:5).
Orang yang tergesa-gesa dalam mengambil keputusan atau melakukan sesuatu tidak akan pernah memperoleh hasil baik, melainkan hanya akan mengalami kerugian. Itulah yang akan menjadi bagian dari orang-orang yang tidak memperhatikan pentingnya perhitungan yang matang sebelum melangkah. Orang yang cenderung tergesa-gesa, bertindak serampangan tanpa hikmat, tanpa pertimbangan, tidak cermat dan sebagainya. Dan akibatnya kerugian atau kejatuhanlah yang menjadi hasilnya. Untuk menutupi kerugian yang timbul bisa jadi jauh lebih mahal ketimbang apabila itu dikerjakan sejak awal dengan pertimbangan matang dan cermat. Bahkan tidak menutup kemungkinan pula bahwa konsekuensinya akhirnya harus ditanggung sepanjang sisa hidup dan tidak bisa lagi diperbaiki.
Salomo mengatakan bahwa rancangan orang rajinlah yang mendatangkan kelimpahan, bukan orang yang tergesa-gesa. Ada kata rancangan disana yang berarti perencanaan, pertimbangan yang matang dan cermat, lalu ada kata 'rajin' disana. Rajin dalam hal apa? Dalam banyak hal, seperti rajin berpikir, rajin memperhitungkan dengan baik, rajin menimbang, rajin belajar, rajin bekerja, rajin mendengar nasihat atau masukan dari orang lain dan sebagainya, dan tentu saja rajin berdoa, meminta hikmat dan petunjuk dari Tuhan sebelum melangkah.
Ada juga ayat yang berkata seperti ini: "Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif...Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan." (Efesus 5:15,17).
(bersambung)
===================
"Rancangan orang rajin semata-mata mendatangkan kelimpahan, tetapi setiap orang yang tergesa-gesa hanya akan mengalami kekurangan."
Beberapa tahun yang lalu saya mengalami kerugian gara-gara terburu-buru dalam mengambil keputusan. Ceritanya begini. Suatu kali saya bertemu dengan seorang event organizer yang menjanjikan bahwa ia bisa mengusahakan sponsor hanya dalam waktu yang sangat singkat. Secara normal, waktu kurang dari sebulan tidak layak untuk menggelar sebuah acara, tetapi karena ia pintar meyakinkan saya, termasuk kepintarannya dalam menyusun timeline, saya pun percaya dan mengambil langkah untuk maju. Perjanjian dengan pihak tempat acara diteken, dan dalam pikiran saya acara ini bisa memberi keuntungan walau tidak banyak. Semakin mendekati hari H, semakin semuanya tidak jelas. Si event organizer mulai susah dihubungi dan mulai terlihat melempar tanggung jawab kesana kemari sambil mencari kambing hitam. Kalau bukan kepada orang, ya kepada keadaan. Hari liburlah, tanggal tualah, sedang di luar kota dan sebagainya, Karena ada MoU yang sudah ditandatangani, mau tidak mau acara harus tetap berlangsung, dan saya pun rugi sekian juta, yang sempat menggoyang kondisi keuangan rumah tangga. Adalah sebuah kesalahan dengan mengambil langkah terlalu berani tanpa perhitungan matang. Saya tetap melibatkan Tuhan, tapi memaksa Tuhan untuk masuk ke dalam time frame saya dan bukan menanyakan dulu kepada Tuhan. Harga untuk sebuah pelajaran penting memang mahal. Saya jadi belajar untuk lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan, terutama keputusan-keputusan yang penting dan yang berdampak pada kemampuan saya maupun terhadap orang lain yang terkait.
Hanya karena terlalu cepat mengambil keputusan, orang bisa mengalami kerugian besar yang mungkin bisa sulit dipulihkan dalam waktu singkat. Masih untung kerugian saya tidak sampai merugikan orang lain dan angkanya relatif tidak terlalu fatal. Bagaimana kalau sampai membahayakan? Konsekuensinya bisa sangat berat. Seorang teman membuat rekan dan saudaranya pun sudah ikut menjadi korban karena menjerumuskan mereka ke dalam sebuah investasi yang pada akhirnya merugi sampai angka milyaran. Ia merupakan tipe orang yang tidak hati-hati. Ia tidak suka berpikir dan merencanakan matang-matang terlebih dahulu sebelum melakukan sesuatu, hanya melihat godaan keuntungan dan terlalu tergesa-gesa dalam mengambil keputusan. Lilitan hutang sampai angka seperti itu sangatlah mengerikan. Dan itu bisa menjadi konsekuensi dari sebuah keputusan yang tidak disertai pertimbangan matang.
Sebuah sikap tergesa-gesa selalu tidak membawa kebaikan atau keuntungan, tapi kerugian dan kemalanganlah yang seringkali menjadi akibatnya. Mengenai kerugian dari orang-orang yang suka tergesa-gesa atau terburu-buru mengambil keputusan sudah diingatkan Salomo. Ia berkata: "Rancangan orang rajin semata-mata mendatangkan kelimpahan, tetapi setiap orang yang tergesa-gesa hanya akan mengalami kekurangan." (Amsal 21:5).
Orang yang tergesa-gesa dalam mengambil keputusan atau melakukan sesuatu tidak akan pernah memperoleh hasil baik, melainkan hanya akan mengalami kerugian. Itulah yang akan menjadi bagian dari orang-orang yang tidak memperhatikan pentingnya perhitungan yang matang sebelum melangkah. Orang yang cenderung tergesa-gesa, bertindak serampangan tanpa hikmat, tanpa pertimbangan, tidak cermat dan sebagainya. Dan akibatnya kerugian atau kejatuhanlah yang menjadi hasilnya. Untuk menutupi kerugian yang timbul bisa jadi jauh lebih mahal ketimbang apabila itu dikerjakan sejak awal dengan pertimbangan matang dan cermat. Bahkan tidak menutup kemungkinan pula bahwa konsekuensinya akhirnya harus ditanggung sepanjang sisa hidup dan tidak bisa lagi diperbaiki.
Salomo mengatakan bahwa rancangan orang rajinlah yang mendatangkan kelimpahan, bukan orang yang tergesa-gesa. Ada kata rancangan disana yang berarti perencanaan, pertimbangan yang matang dan cermat, lalu ada kata 'rajin' disana. Rajin dalam hal apa? Dalam banyak hal, seperti rajin berpikir, rajin memperhitungkan dengan baik, rajin menimbang, rajin belajar, rajin bekerja, rajin mendengar nasihat atau masukan dari orang lain dan sebagainya, dan tentu saja rajin berdoa, meminta hikmat dan petunjuk dari Tuhan sebelum melangkah.
Ada juga ayat yang berkata seperti ini: "Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif...Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan." (Efesus 5:15,17).
(bersambung)
Thursday, March 26, 2015
Surat Cinta dari Tuhan (2)
(sambungan)
Hal tersebut disinggung Paulus pada suatu kali. "Sebab apa yang tidak nampak dari pada-Nya, yaitu kekuatan-Nya yang kekal dan keilahian-Nya, dapat nampak kepada pikiran dari karya-Nya sejak dunia diciptakan, sehingga mereka tidak dapat berdalih." (Roma 1:20). Daud begitu mengagumi apa yang ia lihat, sehingga ia pun berkata "Biarlah kemuliaan TUHAN tetap untuk selama-lamanya, biarlah TUHAN bersukacita karena perbuatan-perbuatan-Nya!" (Mazmur 104:31).
"Biarlah Tuhan bersukacita karena perbuatan-perbuatanNya, lewat ciptaan-ciptaanNya.." kata Daud. Seharusnya surat cinta dari Tuhan membuat kita merasa berharga dan dicintai, dan itu seharusnya membuat Tuhan pun bersukacita. Tapi melihat apa yang terjadi hari-hari ini rasanya tidak akan bisa membuat Tuhan tetap bisa bersukacita lewat ciptaan-ciptaanNya. Lihatlah bagaimana manusia terus saja merusak kelestarian lingkungan. Buang sampah sembarangan, sungai-sungai tercemar limbah industri dan buangan dari rumah-rumah pemukiman penduduk, asap yang keluar dari knalpot kendaraan dan pabrik-pabrik, penebangan liar, semua itu merusak segala keindahan yang Tuhan sediakan bagi kita. Kerusakan lingkungan membuat dunia ini semakin lama semakin rusak.
Manusia yang diciptakan Allah secara istimewa ternyata tidak menghargai dan mensyukuri surat cinta dari Tuhan. Mereka membuang dan merobek-robek surat cinta itu. Selain merusak lingkungan, menghancurkan ekosistem dan lain-lain, manusia pun masih sanggup saling membinasakan. Padahal semua manusia ini ciptaan Tuhan, yang berharga dimataNya. Tapi di mata sesama manusia, nyawa itu tidaklah penting, letaknya masih sangat jauh di bawah ego dan kepentingan diri sendiri. Dia sudah begitu baik dengan menganugerahkan keselamatan kepada kita lewat Kristus, tapi kita begitu sulit untuk sekedar menghargai kebaikanNya.
Segala yang ada di alam semesta merupakan ciptaan Tuhan yang luar biasa indahnya. Itu adalah anugerah yang amat besar yang telah ia sediakan sebelum Dia menciptakan manusia, agar ketika manusia hadir, keindahan itu bisa dinikmati secara langsung. Tuhan menyatakan bahwa apa yang Dia ciptakan adalah baik. Tanaman, pohon-pohon berbuah, tunas-tunas muda, itu diciptakan dengan baik (Kejadian 1:11-12). Matahari, bulan dan bintang, cakrawala, semua itu diciptakan Tuhan dengan baik. (ay 14-18). Segala jenis hewan, baik burung-burung di udara, ikan-ikan di laut dan hewan-hewan darat, semua Dia ciptakan dengan baik. (ay 20-22). Dikatakan bahwa bumi beserta segala isinya adalah milik Tuhan (Mazmur 24:1), tapi otoritas untuk menguasai diberikan kepada kita. (Kejadian 1:28).
Menguasai bukanlah berarti bahwa kita boleh bertindak semena-mena dan merusak seenaknya tapi justru sebaliknya, kita diminta untuk menjaga dan melestarikan alam dan lingkungan hidup. Tuhan menitipkan itu semua kepada kita. Idealnya kita bersyukur. Idealnya kita bersukacita bersama-sama dengan Tuhan menikmati segala keindahan itu. Tapi apakah kita sudah melakukannya? Apakah Tuhan bisa bersukacita atas segala ciptaanNya hari ini? Apakah surat cinta dari Tuhan itu sudah kita tanggapi dengan sepantasnya?
Surat cinta dari Tuhan ada disekitar kita dan bisa kita saksikan kapan saja. Saya bersyukur jika hari ini masih bisa melihat dan menikmati keindahan alam dan berkat-berkat Tuhan lainnya. Pertanyaannya, apakah anak cucu kita kelak masih bisa menyaksikannya? Tuhan menitipkan milikNya kepada kita untuk dikelola, dijaga, dilestarikan dan dikembangkan. Jika kita mau melakukannya, disanalah Allah akan bersukacita melihat seluruh ciptaanNya di muka bumi ini dapat saling bekerjasama dalam menghormati hasil karyaNya yang agung. Surat cinta dari Tuhan seharusnya bisa membuat kita punya semangat untuk melakukan yang terbaik bagiNya, dan Sang Pengirim surat cinta pun bisa berbangga hati dan berbahagia melihat bagaimana kita meresponnya. Mari kirimkan kembali surat cinta kepada Tuhan lewat cara hidup kita yang menyukakan hatiNya.
Nikmati dan hargai surat cinta dari Tuhan secara benar
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Hal tersebut disinggung Paulus pada suatu kali. "Sebab apa yang tidak nampak dari pada-Nya, yaitu kekuatan-Nya yang kekal dan keilahian-Nya, dapat nampak kepada pikiran dari karya-Nya sejak dunia diciptakan, sehingga mereka tidak dapat berdalih." (Roma 1:20). Daud begitu mengagumi apa yang ia lihat, sehingga ia pun berkata "Biarlah kemuliaan TUHAN tetap untuk selama-lamanya, biarlah TUHAN bersukacita karena perbuatan-perbuatan-Nya!" (Mazmur 104:31).
"Biarlah Tuhan bersukacita karena perbuatan-perbuatanNya, lewat ciptaan-ciptaanNya.." kata Daud. Seharusnya surat cinta dari Tuhan membuat kita merasa berharga dan dicintai, dan itu seharusnya membuat Tuhan pun bersukacita. Tapi melihat apa yang terjadi hari-hari ini rasanya tidak akan bisa membuat Tuhan tetap bisa bersukacita lewat ciptaan-ciptaanNya. Lihatlah bagaimana manusia terus saja merusak kelestarian lingkungan. Buang sampah sembarangan, sungai-sungai tercemar limbah industri dan buangan dari rumah-rumah pemukiman penduduk, asap yang keluar dari knalpot kendaraan dan pabrik-pabrik, penebangan liar, semua itu merusak segala keindahan yang Tuhan sediakan bagi kita. Kerusakan lingkungan membuat dunia ini semakin lama semakin rusak.
Manusia yang diciptakan Allah secara istimewa ternyata tidak menghargai dan mensyukuri surat cinta dari Tuhan. Mereka membuang dan merobek-robek surat cinta itu. Selain merusak lingkungan, menghancurkan ekosistem dan lain-lain, manusia pun masih sanggup saling membinasakan. Padahal semua manusia ini ciptaan Tuhan, yang berharga dimataNya. Tapi di mata sesama manusia, nyawa itu tidaklah penting, letaknya masih sangat jauh di bawah ego dan kepentingan diri sendiri. Dia sudah begitu baik dengan menganugerahkan keselamatan kepada kita lewat Kristus, tapi kita begitu sulit untuk sekedar menghargai kebaikanNya.
Segala yang ada di alam semesta merupakan ciptaan Tuhan yang luar biasa indahnya. Itu adalah anugerah yang amat besar yang telah ia sediakan sebelum Dia menciptakan manusia, agar ketika manusia hadir, keindahan itu bisa dinikmati secara langsung. Tuhan menyatakan bahwa apa yang Dia ciptakan adalah baik. Tanaman, pohon-pohon berbuah, tunas-tunas muda, itu diciptakan dengan baik (Kejadian 1:11-12). Matahari, bulan dan bintang, cakrawala, semua itu diciptakan Tuhan dengan baik. (ay 14-18). Segala jenis hewan, baik burung-burung di udara, ikan-ikan di laut dan hewan-hewan darat, semua Dia ciptakan dengan baik. (ay 20-22). Dikatakan bahwa bumi beserta segala isinya adalah milik Tuhan (Mazmur 24:1), tapi otoritas untuk menguasai diberikan kepada kita. (Kejadian 1:28).
Menguasai bukanlah berarti bahwa kita boleh bertindak semena-mena dan merusak seenaknya tapi justru sebaliknya, kita diminta untuk menjaga dan melestarikan alam dan lingkungan hidup. Tuhan menitipkan itu semua kepada kita. Idealnya kita bersyukur. Idealnya kita bersukacita bersama-sama dengan Tuhan menikmati segala keindahan itu. Tapi apakah kita sudah melakukannya? Apakah Tuhan bisa bersukacita atas segala ciptaanNya hari ini? Apakah surat cinta dari Tuhan itu sudah kita tanggapi dengan sepantasnya?
Surat cinta dari Tuhan ada disekitar kita dan bisa kita saksikan kapan saja. Saya bersyukur jika hari ini masih bisa melihat dan menikmati keindahan alam dan berkat-berkat Tuhan lainnya. Pertanyaannya, apakah anak cucu kita kelak masih bisa menyaksikannya? Tuhan menitipkan milikNya kepada kita untuk dikelola, dijaga, dilestarikan dan dikembangkan. Jika kita mau melakukannya, disanalah Allah akan bersukacita melihat seluruh ciptaanNya di muka bumi ini dapat saling bekerjasama dalam menghormati hasil karyaNya yang agung. Surat cinta dari Tuhan seharusnya bisa membuat kita punya semangat untuk melakukan yang terbaik bagiNya, dan Sang Pengirim surat cinta pun bisa berbangga hati dan berbahagia melihat bagaimana kita meresponnya. Mari kirimkan kembali surat cinta kepada Tuhan lewat cara hidup kita yang menyukakan hatiNya.
Nikmati dan hargai surat cinta dari Tuhan secara benar
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Wednesday, March 25, 2015
Surat Cinta dari Tuhan (1)
Ayat bacaan: Mazmur 8:4-5
===================
"Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang Kautempatkan: apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya?"
Menerima sebuah surat cinta tentu luar biasa rasanya. Hati terasa berbunga-bunga, seperti melayang di angkasa dalam kegembiraan yang sulit dilukiskan dengan kata-kata. Jika anda pernah menerima surat cinta, anda tentu setuju dengan saya. Surat itu kemungkinan besar akan disimpan supaya bisa terus dibaca berulang-ulang. Sebuah surat cinta bisa membuat kita merasa berharga dan dicintai, sehingga kita pun punya semangat untuk berbuat yang terbaik dalam hidup kita.
Kemarin saya baru saja membagikan sebuah pengingat bahwa kita orang percaya seharusnya mampu menjadi surat Kristus bagi dunia. Hari ini saya ingin membagikan renungan yang masih berhubungan dengan surat, tetapi kali ini tentang surat cinta yang berasal dari Allah buat kita anak-anakNya. Apakah ada surat seperti itu? Tentu saja ada, meski tidak melalui surat menyurat baik lewat pos biasa maupun surat elektronik. Tapi surat cinta dari Tuhan sesungguhnya ada di ruang pandang kita yang bisa kita baca dan lihat setiap hari.
Mari kita baca apa yang direnungkan Daud dan ia tuangkan ke dalam salah satu bagian dalam kitab Mazmur. "Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang Kautempatkan: apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya?" (Mazmur 8:4-5). Daud sepertinya sedang memandang keindahan langit di waktu malam. Apa yang ia lihat sangat indah, jauh lebih indah dibanding manusia yang kerap mengecewakan Tuhan. Tapi Tuhan ternyata mengingat manusia, bahkan mengindahkan atau memelihara, mempedulikannya. Bukan itu saja, Daud melanjutkannya seperti ini. "Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat. Engkau membuat dia berkuasa atas buatan tangan-Mu; segala-galanya telah Kauletakkan di bawah kakinya: kambing domba dan lembu sapi sekalian, juga binatang-binatang di padang; burung-burung di udara dan ikan-ikan di laut, dan apa yang melintasi arus lautan. Ya TUHAN, Tuhan kami, betapa mulianya nama-Mu di seluruh bumi!" (ay 6-10).
Keindahan alam semesta beserta isinya bagaikan sebuah surat cinta yang menyapa kita setiap hari. Di tengah berbagai kesulitan dalam hidup, kita sering lupa menyadari bahwa alam semesta ini diciptakan Tuhan begitu indahnya. Bintang-bintang berkelip, bulan purnama, langit biru diselimuti awan putih, rerumputan hijau dengan bunga warna warni mekar dimana-mana dan sebagainya. Awan putih di antara langit biru cerah, gemericik air dan angin sepoi-sepoi, semua itu tentu sangat indah untuk kita nikmati. Tapi semakin jarang saja manusia meluangkan waktu untuk menikmati hasil ciptaan Tuhan yang indah itu. Kita melupakan hal itu dan terus meragukan kepedulian Tuhan, bahkan keberadaanNya. Kita terus mengeluh dan mengira Tuhan berlama-lama untuk melakukan sesuatu, padahal jika kita mau mengambil waktu sebentar untuk melihat sekeliling kita, maka kita akan menyadari bahwa Tuhan sebenarnya telah melakukan begitu banyak hal yang indah bagi kita. Seperti keindahan alam misalnya, bukankah itu juga berkat yang luar biasa dari Tuhan yang seharusnya kita syukuri?
Kembali kepada Daud, pada saat ia menulis Mazmur 104 yang diberi judul "Kebesaran TUHAN dalam segala ciptaan-Nya", kita bisa kembali melihat bagaimana ia sedang mengagumi keindahan alam yang tersaji di depannya. Rasanya itu yang ia alami pada saat itu karena dalam Mazmur ini ia menggambarkan keindahan alam ciptaan Tuhan dengan sangat puitis. Alam yang indah itu jelas merupakan buah tangan Tuhan, sebuah bukti keiahian Tuhan yang bisa kita saksikan dengan amat sangat nyata.
(bersambung)
===================
"Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang Kautempatkan: apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya?"
Menerima sebuah surat cinta tentu luar biasa rasanya. Hati terasa berbunga-bunga, seperti melayang di angkasa dalam kegembiraan yang sulit dilukiskan dengan kata-kata. Jika anda pernah menerima surat cinta, anda tentu setuju dengan saya. Surat itu kemungkinan besar akan disimpan supaya bisa terus dibaca berulang-ulang. Sebuah surat cinta bisa membuat kita merasa berharga dan dicintai, sehingga kita pun punya semangat untuk berbuat yang terbaik dalam hidup kita.
Kemarin saya baru saja membagikan sebuah pengingat bahwa kita orang percaya seharusnya mampu menjadi surat Kristus bagi dunia. Hari ini saya ingin membagikan renungan yang masih berhubungan dengan surat, tetapi kali ini tentang surat cinta yang berasal dari Allah buat kita anak-anakNya. Apakah ada surat seperti itu? Tentu saja ada, meski tidak melalui surat menyurat baik lewat pos biasa maupun surat elektronik. Tapi surat cinta dari Tuhan sesungguhnya ada di ruang pandang kita yang bisa kita baca dan lihat setiap hari.
Mari kita baca apa yang direnungkan Daud dan ia tuangkan ke dalam salah satu bagian dalam kitab Mazmur. "Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang Kautempatkan: apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya?" (Mazmur 8:4-5). Daud sepertinya sedang memandang keindahan langit di waktu malam. Apa yang ia lihat sangat indah, jauh lebih indah dibanding manusia yang kerap mengecewakan Tuhan. Tapi Tuhan ternyata mengingat manusia, bahkan mengindahkan atau memelihara, mempedulikannya. Bukan itu saja, Daud melanjutkannya seperti ini. "Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat. Engkau membuat dia berkuasa atas buatan tangan-Mu; segala-galanya telah Kauletakkan di bawah kakinya: kambing domba dan lembu sapi sekalian, juga binatang-binatang di padang; burung-burung di udara dan ikan-ikan di laut, dan apa yang melintasi arus lautan. Ya TUHAN, Tuhan kami, betapa mulianya nama-Mu di seluruh bumi!" (ay 6-10).
Keindahan alam semesta beserta isinya bagaikan sebuah surat cinta yang menyapa kita setiap hari. Di tengah berbagai kesulitan dalam hidup, kita sering lupa menyadari bahwa alam semesta ini diciptakan Tuhan begitu indahnya. Bintang-bintang berkelip, bulan purnama, langit biru diselimuti awan putih, rerumputan hijau dengan bunga warna warni mekar dimana-mana dan sebagainya. Awan putih di antara langit biru cerah, gemericik air dan angin sepoi-sepoi, semua itu tentu sangat indah untuk kita nikmati. Tapi semakin jarang saja manusia meluangkan waktu untuk menikmati hasil ciptaan Tuhan yang indah itu. Kita melupakan hal itu dan terus meragukan kepedulian Tuhan, bahkan keberadaanNya. Kita terus mengeluh dan mengira Tuhan berlama-lama untuk melakukan sesuatu, padahal jika kita mau mengambil waktu sebentar untuk melihat sekeliling kita, maka kita akan menyadari bahwa Tuhan sebenarnya telah melakukan begitu banyak hal yang indah bagi kita. Seperti keindahan alam misalnya, bukankah itu juga berkat yang luar biasa dari Tuhan yang seharusnya kita syukuri?
Kembali kepada Daud, pada saat ia menulis Mazmur 104 yang diberi judul "Kebesaran TUHAN dalam segala ciptaan-Nya", kita bisa kembali melihat bagaimana ia sedang mengagumi keindahan alam yang tersaji di depannya. Rasanya itu yang ia alami pada saat itu karena dalam Mazmur ini ia menggambarkan keindahan alam ciptaan Tuhan dengan sangat puitis. Alam yang indah itu jelas merupakan buah tangan Tuhan, sebuah bukti keiahian Tuhan yang bisa kita saksikan dengan amat sangat nyata.
(bersambung)
Tuesday, March 24, 2015
Berfungsi Sebagai Surat Kristus (2)
(sambungan)
Pengenalan akan Kristus yang benar akan muncul lewat buah-buah baik yang tumbuh dari hidup kita. Cara termudah bagi kita untuk mengetahui jenis pohon adalah lewat buah yang tumbuh pada ranting-rantingnya. Seperti itu pula orang bisa mengenal Yesus lewat kita, ranting-rantingnya yang menghasilkan buah. Yesus berkata: "Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku. Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar. Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya. Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku." (Yohanes 15:4-8).
Dalam kesempatan lain Yesus berkata: "Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi." (Yohanes 13:35). Jadi seharusnya orang akan tahu bahwa kita adalah murid Yesus dan mengenal PribadiNya secara benar lewat diri kita, yaitu apabila kita menunjukkan sikap saling mengasihi tanpa memandang latar belakang, kenal tidak kenal dan lain-lain dalam hidup kita sehari-hari.
Sebagai surat Kristus kita juga harus mampu membawa terang, seperti halnya Yesus yang merupakan Terang Dunia. Yesus berkata "Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga." (Matius 5:16) Karena itulah kita harus menjaga hati kita dengan segala kewaspadaan, hingga kita bisa mencapai tingkatan seperti yang Tuhan ingin kita capai. "Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna." (Matius 5:48). Hanya dengan demikianlah kita bisa menjadi surat Kristus yang benar untuk dibaca banyak orang. Segala sisi kehidupan kita seharusnya mampu bercerita tentang Yesus. Hidup kita seharusnya mampu menjadi surat cinta Yesus kepada semua orang di dunia tanpa terkecuali. Seperti halnya Yesus mencintai anda, setiap sendi kehidupan kita juga sudah selayaknya menjadi kertas yang dipakai oleh guratan pena Tuhan untuk menyatakan kasihNya yang begitu besar kepada semua orang tanpa terkecuali.
Roh Allah bukan meninggalkan coretan-coretan kasar tanpa makna atau malah yang tidak enak dipandang mata, tetapi sebaliknya memberikan gambaran akan kasih dan perhatian Tuhan yang begitu indah dan besar kepada dunia. Apakah itu yang dibaca orang lewat diri kita hari ini atau malah kita meninggalkan goresan-goresan tajam yang justru mencabik-cabik orang lain? Sosok Yesus seperti apa yang tergambar lewat diri kita? Setiap orang percaya merupakan surat atau buku tersendiri akan Kristus. Suka atau tidak, sadar atau tidak, kita merupakan sebuah surat terbuka yang bisa membuat orang mengenal Yesus lewat cara dan gaya hidup kita. Karenanya, perhatikanlah dengan baik perilaku dan cara hidup kita, agar orang tidak sampai salah melihat figur Yesus lewat cerminan diri kita.
Jika kita merupakan surat Kristus, apakah pembaca akan menemukan pribadi Yesus yang benar di dalam setiap lembarnya?
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Pengenalan akan Kristus yang benar akan muncul lewat buah-buah baik yang tumbuh dari hidup kita. Cara termudah bagi kita untuk mengetahui jenis pohon adalah lewat buah yang tumbuh pada ranting-rantingnya. Seperti itu pula orang bisa mengenal Yesus lewat kita, ranting-rantingnya yang menghasilkan buah. Yesus berkata: "Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku. Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar. Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya. Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku." (Yohanes 15:4-8).
Dalam kesempatan lain Yesus berkata: "Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi." (Yohanes 13:35). Jadi seharusnya orang akan tahu bahwa kita adalah murid Yesus dan mengenal PribadiNya secara benar lewat diri kita, yaitu apabila kita menunjukkan sikap saling mengasihi tanpa memandang latar belakang, kenal tidak kenal dan lain-lain dalam hidup kita sehari-hari.
Sebagai surat Kristus kita juga harus mampu membawa terang, seperti halnya Yesus yang merupakan Terang Dunia. Yesus berkata "Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga." (Matius 5:16) Karena itulah kita harus menjaga hati kita dengan segala kewaspadaan, hingga kita bisa mencapai tingkatan seperti yang Tuhan ingin kita capai. "Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna." (Matius 5:48). Hanya dengan demikianlah kita bisa menjadi surat Kristus yang benar untuk dibaca banyak orang. Segala sisi kehidupan kita seharusnya mampu bercerita tentang Yesus. Hidup kita seharusnya mampu menjadi surat cinta Yesus kepada semua orang di dunia tanpa terkecuali. Seperti halnya Yesus mencintai anda, setiap sendi kehidupan kita juga sudah selayaknya menjadi kertas yang dipakai oleh guratan pena Tuhan untuk menyatakan kasihNya yang begitu besar kepada semua orang tanpa terkecuali.
Roh Allah bukan meninggalkan coretan-coretan kasar tanpa makna atau malah yang tidak enak dipandang mata, tetapi sebaliknya memberikan gambaran akan kasih dan perhatian Tuhan yang begitu indah dan besar kepada dunia. Apakah itu yang dibaca orang lewat diri kita hari ini atau malah kita meninggalkan goresan-goresan tajam yang justru mencabik-cabik orang lain? Sosok Yesus seperti apa yang tergambar lewat diri kita? Setiap orang percaya merupakan surat atau buku tersendiri akan Kristus. Suka atau tidak, sadar atau tidak, kita merupakan sebuah surat terbuka yang bisa membuat orang mengenal Yesus lewat cara dan gaya hidup kita. Karenanya, perhatikanlah dengan baik perilaku dan cara hidup kita, agar orang tidak sampai salah melihat figur Yesus lewat cerminan diri kita.
Jika kita merupakan surat Kristus, apakah pembaca akan menemukan pribadi Yesus yang benar di dalam setiap lembarnya?
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Monday, March 23, 2015
Berfungsi Sebagai Surat Kristus (1)
Ayat bacaan: 2 Korintus 3:3
======================
"Karena telah ternyata, bahwa kamu adalah surat Kristus, yang ditulis oleh pelayanan kami, ditulis bukan dengan tinta, tetapi dengan Roh dari Allah yang hidup, bukan pada loh-loh batu, melainkan pada loh-loh daging, yaitu di dalam hati manusia."
Salah satu yang suka saya baca adalah biografi. Disana saya bisa melihat kisah hidup yang menginspirasi, belajar dari kesuksesan dan kegagalan. Sebuah biografi bisa berfungsi bagai surat yang menggambarkan pribadi yang dikisahkan. Di sisi lain, orang-orang yang terinspirasi terhadap tokoh idola seringkali mirip sikap maupun penampilannya dengan sang tokoh. Baru saja saya bertemu dengan seorang gitaris yang mengidolakan Steve Vai, penampilan maupun gaya bermainnya mirip dengan gitaris legendaris tersebut. Dalam beberapa hal, ia bisa tampil bagai surat Steve Vai, yang merepresentasikan sang tokoh secara tidak langsung.
Sadarkah anda bahwa anda pun sesungguhnya merupakan tulisan atau surat tersendiri akan Kristus? Bukan tulisan di atas kertas atau lewat tuts keyboard komputer, melainkan dari cerminan kehidupan kita, menjadi surat Kristus bagi orang-orang di sekitar kita. Mereka seharusnya bisa mengenal Tuhan yang kita sembah lewat cara hidup kita ditengah masyarakat. Kalau cara hidup kita benar, maka kebenaran Tuhan akan terpancar disana. Tapi sebaliknya jika kita mengaku orang percaya tapi kehidupan kita buruk, maka orang pun akan mencemooh dan mendapat pengenalan yang keliru dari Kristus. Kita seharusnya sadar bahwa kita merupakan surat yang bukan sembarang surat tetapi menjadi surat Kristus yang bisa dibaca orang lain. Dengan kata lain, kita seharusnya bisa menjadi sebuah kesaksian tersendiri mencerminkan figur Kristus yang bisa dilihat oleh orang lain yang bertemu kita dengan jelas.
Hal tersebut dituliskan Paulus dalam suratnya kepada jemaat Korintus. Dia mengatakan: "Karena telah ternyata, bahwa kamu adalah surat Kristus, yang ditulis oleh pelayanan kami, ditulis bukan dengan tinta, tetapi dengan Roh dari Allah yang hidup, bukan pada loh-loh batu, melainkan pada loh-loh daging, yaitu di dalam hati manusia." (2 Korintus 3:3). Dikatakan bahwa kita ditulis bukan dengan tinta, melainkan langsung dengan Roh Allah, bukan pada loh batu atau kertas tetapi langsung ke dalam hati kita. Jika kita jelek, maka jeleklah yang dibaca orang. Sebaliknya jika yang tertulis adalah gambaran Kristus yang benar, maka orang pun akan mampu melihat atau membaca siapa sebenarnya Kristus lewat diri kita.
Kita perlu merenungkan dan memeriksa apa yang tertulis dalam hati kita hari ini. Seperti apa pribadi Kristus yang dibaca orang lewat diri kita? Agar suratnya tidak keliru, kita harus menjaga hati kita agar yang tercermin tidak bertentangan dengan pribadi Kristus yang telah ditulis oleh Roh Kudus secara langsung.
Firman Tuhan berkata: "Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan." (Amsal 4:23). Ayat ini dengan tegas dan nyata menggambarkan bahwa apapun kehidupan yang terpancar dari diri kita hari ini, semua itu berasal dari hati. Dan apa yang tertulis dalam hati kita akan sangat menentukan apa yang dibaca orang lewat diri kita. Sebagai anak Tuhan kita telah dianugerahkan Roh Kudus, dan dalam hati kitalah Dia berdiam. "Dan karena kamu adalah anak, maka Allah telah menyuruh Roh Anak-Nya ke dalam hati kita, yang berseru: "ya Abba, ya Bapa!" (Galatia 4:6).
Sebagai surat Kristus, apa yang kita tunjukkan lewat kehidupan kita saat ini? Apakah kita sudah mencerminkan pengenalan yang benar akan Kristus, atau kita bersikap munafik, mengaku sebagai pengikut Kristus tetapi terus menerus menunjukkan perilaku yang jelek? Apakah kita sudah memperkenalkan bagaimana Yesus yang sebenarnya atau malah kita membuat Yesus menjadi bahan ejekan dan tertawaan orang? Apakah orang menjadi tertarik untuk mengenal Kristus lebih jauh atau malah tambah anti pati? Kita harus menyadari bahwa orang bisa mengenal Yesus lewat diri pengikutNya. Ini adalah hal yang sangat penting untuk kita renungkan, karena orang akan terus mengamati siapa diri kita, dan Pribadi seperti apa yang tertulis lewat kita.
(bersambung)
======================
"Karena telah ternyata, bahwa kamu adalah surat Kristus, yang ditulis oleh pelayanan kami, ditulis bukan dengan tinta, tetapi dengan Roh dari Allah yang hidup, bukan pada loh-loh batu, melainkan pada loh-loh daging, yaitu di dalam hati manusia."
Salah satu yang suka saya baca adalah biografi. Disana saya bisa melihat kisah hidup yang menginspirasi, belajar dari kesuksesan dan kegagalan. Sebuah biografi bisa berfungsi bagai surat yang menggambarkan pribadi yang dikisahkan. Di sisi lain, orang-orang yang terinspirasi terhadap tokoh idola seringkali mirip sikap maupun penampilannya dengan sang tokoh. Baru saja saya bertemu dengan seorang gitaris yang mengidolakan Steve Vai, penampilan maupun gaya bermainnya mirip dengan gitaris legendaris tersebut. Dalam beberapa hal, ia bisa tampil bagai surat Steve Vai, yang merepresentasikan sang tokoh secara tidak langsung.
Sadarkah anda bahwa anda pun sesungguhnya merupakan tulisan atau surat tersendiri akan Kristus? Bukan tulisan di atas kertas atau lewat tuts keyboard komputer, melainkan dari cerminan kehidupan kita, menjadi surat Kristus bagi orang-orang di sekitar kita. Mereka seharusnya bisa mengenal Tuhan yang kita sembah lewat cara hidup kita ditengah masyarakat. Kalau cara hidup kita benar, maka kebenaran Tuhan akan terpancar disana. Tapi sebaliknya jika kita mengaku orang percaya tapi kehidupan kita buruk, maka orang pun akan mencemooh dan mendapat pengenalan yang keliru dari Kristus. Kita seharusnya sadar bahwa kita merupakan surat yang bukan sembarang surat tetapi menjadi surat Kristus yang bisa dibaca orang lain. Dengan kata lain, kita seharusnya bisa menjadi sebuah kesaksian tersendiri mencerminkan figur Kristus yang bisa dilihat oleh orang lain yang bertemu kita dengan jelas.
Hal tersebut dituliskan Paulus dalam suratnya kepada jemaat Korintus. Dia mengatakan: "Karena telah ternyata, bahwa kamu adalah surat Kristus, yang ditulis oleh pelayanan kami, ditulis bukan dengan tinta, tetapi dengan Roh dari Allah yang hidup, bukan pada loh-loh batu, melainkan pada loh-loh daging, yaitu di dalam hati manusia." (2 Korintus 3:3). Dikatakan bahwa kita ditulis bukan dengan tinta, melainkan langsung dengan Roh Allah, bukan pada loh batu atau kertas tetapi langsung ke dalam hati kita. Jika kita jelek, maka jeleklah yang dibaca orang. Sebaliknya jika yang tertulis adalah gambaran Kristus yang benar, maka orang pun akan mampu melihat atau membaca siapa sebenarnya Kristus lewat diri kita.
Kita perlu merenungkan dan memeriksa apa yang tertulis dalam hati kita hari ini. Seperti apa pribadi Kristus yang dibaca orang lewat diri kita? Agar suratnya tidak keliru, kita harus menjaga hati kita agar yang tercermin tidak bertentangan dengan pribadi Kristus yang telah ditulis oleh Roh Kudus secara langsung.
Firman Tuhan berkata: "Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan." (Amsal 4:23). Ayat ini dengan tegas dan nyata menggambarkan bahwa apapun kehidupan yang terpancar dari diri kita hari ini, semua itu berasal dari hati. Dan apa yang tertulis dalam hati kita akan sangat menentukan apa yang dibaca orang lewat diri kita. Sebagai anak Tuhan kita telah dianugerahkan Roh Kudus, dan dalam hati kitalah Dia berdiam. "Dan karena kamu adalah anak, maka Allah telah menyuruh Roh Anak-Nya ke dalam hati kita, yang berseru: "ya Abba, ya Bapa!" (Galatia 4:6).
Sebagai surat Kristus, apa yang kita tunjukkan lewat kehidupan kita saat ini? Apakah kita sudah mencerminkan pengenalan yang benar akan Kristus, atau kita bersikap munafik, mengaku sebagai pengikut Kristus tetapi terus menerus menunjukkan perilaku yang jelek? Apakah kita sudah memperkenalkan bagaimana Yesus yang sebenarnya atau malah kita membuat Yesus menjadi bahan ejekan dan tertawaan orang? Apakah orang menjadi tertarik untuk mengenal Kristus lebih jauh atau malah tambah anti pati? Kita harus menyadari bahwa orang bisa mengenal Yesus lewat diri pengikutNya. Ini adalah hal yang sangat penting untuk kita renungkan, karena orang akan terus mengamati siapa diri kita, dan Pribadi seperti apa yang tertulis lewat kita.
(bersambung)
Sunday, March 22, 2015
Buku Manual Kehidupan
Ayat bacaan: Roma 15:4
===================
"Sebab segala sesuatu yang ditulis dahulu, telah ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita, supaya kita teguh berpegang pada pengharapan oleh ketekunan dan penghiburan dari Kitab Suci."
Semakin rumit pengoperasian sebuah alat, semakin besar pula kebutuhan kita akan buku manual. Sebuah buku manual bisa memandu pemilik dalam memahami berbagai fitur, fungsi dan kegunaan dari alat tersebut. Mungkin saja seseorang bisa mempergunakan alat tanpa buku manual, tapi akan ada banyak fungsi yang terlewatkan. Sebuah buku manual yang baik akan memberi petunjuk pemakaian secara lengkap hingga ke detail-detailnya, semua fitur dan fungsi dari alat tersebut dan berbagai kemungkinan kerusakan; apa yang bisa menjadi penyebabnya sehingga harus dihindari dan bagaimana solusi untuk mengatasinya.
Bagaimana dengan hidup kita? Hidup itu tidak mudah bahkan sewaktu-waktu bisa sangat rumit. Ada begitu banyak masalah baik besar dan kecil yang datang dan pergi, ada banyak pertanyaan dan problematika yang membuat kita membutuhkan sebuah 'buku manual' yang bisa menuntun, menasihati, memberi masukan bahkan solusi. Alangkah sangat membantu jika kita memiliki buku manual tentang bagaimana cara menghadapi setiap jenis persoalan, apa yang harus dihindari, apa yang harus dilakukan, apa yang harus diingat dan apa yang harus diwaspadai. Manusia yang lemah sesungguhnya rentan untuk hancur berantakan jika tidak waspada, sama seperti alat yang bisa rusak dalam waktu singkat jika anda tidak tahu bagaimana memakainya. Apakah ada buku panduan atau manual yang bisa memberikan tuntunan dalam menghadapi setiap sisi dalam hidup? Tentu saja. Kita punya Alkitab yang bisa menjawab segala persoalan, apa yang mungkin menjadi penyebabnya sekaligus memberi solusi yang lengkap.
Bagi saya yang pernah puluhan tahun berjalan tanpa tuntunan Firman, perbedaan besar sangatlah terasa setelah saya terus mendalami Firman-Firman yang ada di dalam Alkitab setiap hari. Saya sudah membuktikan betapa besar manfaat yang bisa diperoleh antara berjalan bersama Tuhan atau tidak. Saya tidak mengatakan bahwa anda akan 100% hidup tanpa masalah kalau mendasari hidup dengan Firman. Tapi anda akan tahu betapa tenangnya jika anda berjalan bersamaNya, tanpa peduli lagi terhadap besar kecilnya atau banyak tidaknya masalah.
Dalam surat Korintus dikatakan bahwa yang ia beritakan adalah "hikmat Allah yang tersembunyi dan rahasia, yang sebelum dunia dijadikan, telah disediakan Allah bagi kemuliaan kita". (1 Korintus 2:7). Ada banyak rahasia-rahasia yang tersembunyi di balik setiap ayat dalam Alkitab, yang oleh karunia Roh Kudus disingkapkan untuk membuat kita hidup lebih baik lagi dari hari ke hari sesuai dengan rencanaNya. Anda bisa bayangkan apabila secuil saja rahasia Kerajaan ini dibuka buat kita, kita tentu akan jauh terbantu dalam menjalani hidup. Apalagi jika mendalami seluruhnya. Hidup tentu bisa lebih baik, tidak lagi perlu terombang-ambing tanpa arah bagai layangan putus.
Ayat lainnya berbunyi: "Sebab segala sesuatu yang ditulis dahulu, telah ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita, supaya kita teguh berpegang pada pengharapan oleh ketekunan dan penghiburan dari Kitab Suci." (Roma 15:4). Semua itu telah ditulis bagi kita dengan tujuan agar kita bisa berpegang kuat kepada pengharapan oleh ketekunan dan penghiburan. Tuhan sediakan itu semua bagi kita agar kita bisa mendapat pelajaran mengenai bagaimana mengalami kehidupan yang berkemenangan.
Seperti yang saya katakan di atas, saya sudah merasakan sendiri indahnya berjalan bersama Firman Tuhan setiap harinya. Indah disini bukan berarti bahwa hidup menjadi lebih mudah, tanpa masalah dan berlimpah-limpah. Tentu bukan seperti itu. Saya pun menghadapi masalah-masalah tersendiri. Tetapi keberadaan Tuhan dalam setiap hal yang saya jalani membuat saya lebih kuat dan tenang dalam menghadapinya. Saya tidak perlu kehilangan sukacita dan damai sejahtera meski kondisi mungkin sedang sulit-sulitnya. Dengan berpegang teguh dan percaya sepenuhnya kepada Tuhan, saya tidak harus kehilangan harapan dalam kondisi separah apapun. Saya tahu Dia akan selalu meneguhkan. FirmanNya hidup, dan itu menjadi pegangan yang mampu membuat saya tetap semangat dan tegar dalam segala kondisi. Karena itu saya merasa sangat senang membagikan Firman Tuhan setiap harinya untuk bersama-sama kita renungkan.
Satu kesimpulan penting yang saya dapatkan adalah bahwa segala jawaban dalam kehidupan ini sesungguhnya tertulis di dalam Alkitab. Apapun permasalahan yang ada, apapun pergumulan kita, apapun yang kita butuhkan, pertanyaan apapun yang butuh jawaban, Firman Tuhan dalam Alkitab menjawab dan memberi solusinya. Itulah sebabnya saya terus haus akan Firman Tuhan setiap hari dan selalu rindu membagikannya karena selalu saja ada jawaban disana yang akan sangat berguna bagi kita semua.
Ada ayat yang berkata: "Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran." (2 Timotius 3:16). Lihatlah betapa besar manfaat yang diberikan Firman Tuhan kepada kita. Dalam tiap ayatnya selalu ada bimbingan yang mengarahkan kita dalam kebenaran, dan itu bisa memberi hikmat dan menuntun kepada keselamatan oleh iman akan Kristus (ay 15). Lalu lihat ayat pembuka Mazmur dikatakan: "Berbahagialah orang yang..kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil." (Mazmur 1:1-3). Dari Mazmur ini kita bisa melihat dahsyatnya kuasa yang akan menyertai orang-orang yang gemar membaca, merenungkan dan melakukan firman Tuhan. Kita akan kehilangan itu semua apabila kita menyia-nyiakan atau mengabaikan kesempatan yang ada untuk mengetahui segala tulisan yang diilhamkan Allah kepada kita seperti yang sudah tertulis sejak lama di dalam Kitab Suci.
Alkitab secara komplit telah menyatakan segala hal, pesan, janji dan jawaban serta solusi yang bisa menuntun kita dalam kebenaran menuju keselamatan. Alkitab memberi hikmat kepada kita. Ada kuasa di dalamnya, dan Firman itu hidup. Semua itu akan lepas dari genggaman kita apabila kita tidak juga mau meluangkan waktu untuk membaca, merenungkan, memperkatakan dan melakukannya. Segala tuntunan dalam perjalanan kehidupan, segala jawaban dari pertanyaan dan kesulitan-kesulitan kita hingga selamat sampai di tujuan sudah tesedia dalam Alkitab.
Semua terpulang kepada diri kita, apakah kita mau mulai untuk membacanya dengan serius dan sungguh-sungguh atau hanya membiarkan Alkitab kita tergeletak tanpa disentuh. Kalaupun malas berat menenteng buku, dengan gadget-gadget sekarang seharusnya kita sudah lebih terbantu untuk membaca dan merenungkan firman Tuhan sehingga tidak lagi ada alasan yang bisa menghambat akses kita. Jika saya sudah dan akan terus mendapatkan segala jawaban tentang kehidupan baik yang saat ini maupun yang akan datang lewat Alkitab, saya percaya teman-teman pun pasti demikian. Semakin banyak yang anda ketahui, semakin banyak rahasia Kerajaan Allah yang disingkapkan, maka semakin anda tahu bahwa hidup ini sangatlah indah jika dijalani bersama Tuhan dalam setiap langkahnya.
Alkitab menjawab semua pertanyaan dan permasalahan dalam hidup kita dan memberi solusi
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
===================
"Sebab segala sesuatu yang ditulis dahulu, telah ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita, supaya kita teguh berpegang pada pengharapan oleh ketekunan dan penghiburan dari Kitab Suci."
Semakin rumit pengoperasian sebuah alat, semakin besar pula kebutuhan kita akan buku manual. Sebuah buku manual bisa memandu pemilik dalam memahami berbagai fitur, fungsi dan kegunaan dari alat tersebut. Mungkin saja seseorang bisa mempergunakan alat tanpa buku manual, tapi akan ada banyak fungsi yang terlewatkan. Sebuah buku manual yang baik akan memberi petunjuk pemakaian secara lengkap hingga ke detail-detailnya, semua fitur dan fungsi dari alat tersebut dan berbagai kemungkinan kerusakan; apa yang bisa menjadi penyebabnya sehingga harus dihindari dan bagaimana solusi untuk mengatasinya.
Bagaimana dengan hidup kita? Hidup itu tidak mudah bahkan sewaktu-waktu bisa sangat rumit. Ada begitu banyak masalah baik besar dan kecil yang datang dan pergi, ada banyak pertanyaan dan problematika yang membuat kita membutuhkan sebuah 'buku manual' yang bisa menuntun, menasihati, memberi masukan bahkan solusi. Alangkah sangat membantu jika kita memiliki buku manual tentang bagaimana cara menghadapi setiap jenis persoalan, apa yang harus dihindari, apa yang harus dilakukan, apa yang harus diingat dan apa yang harus diwaspadai. Manusia yang lemah sesungguhnya rentan untuk hancur berantakan jika tidak waspada, sama seperti alat yang bisa rusak dalam waktu singkat jika anda tidak tahu bagaimana memakainya. Apakah ada buku panduan atau manual yang bisa memberikan tuntunan dalam menghadapi setiap sisi dalam hidup? Tentu saja. Kita punya Alkitab yang bisa menjawab segala persoalan, apa yang mungkin menjadi penyebabnya sekaligus memberi solusi yang lengkap.
Bagi saya yang pernah puluhan tahun berjalan tanpa tuntunan Firman, perbedaan besar sangatlah terasa setelah saya terus mendalami Firman-Firman yang ada di dalam Alkitab setiap hari. Saya sudah membuktikan betapa besar manfaat yang bisa diperoleh antara berjalan bersama Tuhan atau tidak. Saya tidak mengatakan bahwa anda akan 100% hidup tanpa masalah kalau mendasari hidup dengan Firman. Tapi anda akan tahu betapa tenangnya jika anda berjalan bersamaNya, tanpa peduli lagi terhadap besar kecilnya atau banyak tidaknya masalah.
Dalam surat Korintus dikatakan bahwa yang ia beritakan adalah "hikmat Allah yang tersembunyi dan rahasia, yang sebelum dunia dijadikan, telah disediakan Allah bagi kemuliaan kita". (1 Korintus 2:7). Ada banyak rahasia-rahasia yang tersembunyi di balik setiap ayat dalam Alkitab, yang oleh karunia Roh Kudus disingkapkan untuk membuat kita hidup lebih baik lagi dari hari ke hari sesuai dengan rencanaNya. Anda bisa bayangkan apabila secuil saja rahasia Kerajaan ini dibuka buat kita, kita tentu akan jauh terbantu dalam menjalani hidup. Apalagi jika mendalami seluruhnya. Hidup tentu bisa lebih baik, tidak lagi perlu terombang-ambing tanpa arah bagai layangan putus.
Ayat lainnya berbunyi: "Sebab segala sesuatu yang ditulis dahulu, telah ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita, supaya kita teguh berpegang pada pengharapan oleh ketekunan dan penghiburan dari Kitab Suci." (Roma 15:4). Semua itu telah ditulis bagi kita dengan tujuan agar kita bisa berpegang kuat kepada pengharapan oleh ketekunan dan penghiburan. Tuhan sediakan itu semua bagi kita agar kita bisa mendapat pelajaran mengenai bagaimana mengalami kehidupan yang berkemenangan.
Seperti yang saya katakan di atas, saya sudah merasakan sendiri indahnya berjalan bersama Firman Tuhan setiap harinya. Indah disini bukan berarti bahwa hidup menjadi lebih mudah, tanpa masalah dan berlimpah-limpah. Tentu bukan seperti itu. Saya pun menghadapi masalah-masalah tersendiri. Tetapi keberadaan Tuhan dalam setiap hal yang saya jalani membuat saya lebih kuat dan tenang dalam menghadapinya. Saya tidak perlu kehilangan sukacita dan damai sejahtera meski kondisi mungkin sedang sulit-sulitnya. Dengan berpegang teguh dan percaya sepenuhnya kepada Tuhan, saya tidak harus kehilangan harapan dalam kondisi separah apapun. Saya tahu Dia akan selalu meneguhkan. FirmanNya hidup, dan itu menjadi pegangan yang mampu membuat saya tetap semangat dan tegar dalam segala kondisi. Karena itu saya merasa sangat senang membagikan Firman Tuhan setiap harinya untuk bersama-sama kita renungkan.
Satu kesimpulan penting yang saya dapatkan adalah bahwa segala jawaban dalam kehidupan ini sesungguhnya tertulis di dalam Alkitab. Apapun permasalahan yang ada, apapun pergumulan kita, apapun yang kita butuhkan, pertanyaan apapun yang butuh jawaban, Firman Tuhan dalam Alkitab menjawab dan memberi solusinya. Itulah sebabnya saya terus haus akan Firman Tuhan setiap hari dan selalu rindu membagikannya karena selalu saja ada jawaban disana yang akan sangat berguna bagi kita semua.
Ada ayat yang berkata: "Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran." (2 Timotius 3:16). Lihatlah betapa besar manfaat yang diberikan Firman Tuhan kepada kita. Dalam tiap ayatnya selalu ada bimbingan yang mengarahkan kita dalam kebenaran, dan itu bisa memberi hikmat dan menuntun kepada keselamatan oleh iman akan Kristus (ay 15). Lalu lihat ayat pembuka Mazmur dikatakan: "Berbahagialah orang yang..kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil." (Mazmur 1:1-3). Dari Mazmur ini kita bisa melihat dahsyatnya kuasa yang akan menyertai orang-orang yang gemar membaca, merenungkan dan melakukan firman Tuhan. Kita akan kehilangan itu semua apabila kita menyia-nyiakan atau mengabaikan kesempatan yang ada untuk mengetahui segala tulisan yang diilhamkan Allah kepada kita seperti yang sudah tertulis sejak lama di dalam Kitab Suci.
Alkitab secara komplit telah menyatakan segala hal, pesan, janji dan jawaban serta solusi yang bisa menuntun kita dalam kebenaran menuju keselamatan. Alkitab memberi hikmat kepada kita. Ada kuasa di dalamnya, dan Firman itu hidup. Semua itu akan lepas dari genggaman kita apabila kita tidak juga mau meluangkan waktu untuk membaca, merenungkan, memperkatakan dan melakukannya. Segala tuntunan dalam perjalanan kehidupan, segala jawaban dari pertanyaan dan kesulitan-kesulitan kita hingga selamat sampai di tujuan sudah tesedia dalam Alkitab.
Semua terpulang kepada diri kita, apakah kita mau mulai untuk membacanya dengan serius dan sungguh-sungguh atau hanya membiarkan Alkitab kita tergeletak tanpa disentuh. Kalaupun malas berat menenteng buku, dengan gadget-gadget sekarang seharusnya kita sudah lebih terbantu untuk membaca dan merenungkan firman Tuhan sehingga tidak lagi ada alasan yang bisa menghambat akses kita. Jika saya sudah dan akan terus mendapatkan segala jawaban tentang kehidupan baik yang saat ini maupun yang akan datang lewat Alkitab, saya percaya teman-teman pun pasti demikian. Semakin banyak yang anda ketahui, semakin banyak rahasia Kerajaan Allah yang disingkapkan, maka semakin anda tahu bahwa hidup ini sangatlah indah jika dijalani bersama Tuhan dalam setiap langkahnya.
Alkitab menjawab semua pertanyaan dan permasalahan dalam hidup kita dan memberi solusi
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Saturday, March 21, 2015
Murah Hati (3)
(sambungan)
Yakobus menyinggung perihal kemurahan hati yang diikuti dengan perbuatan nyata ini. Mari kita lihat sekali lagi yang ia utarakan. Ia berkata "Jika seorang saudara atau saudari tidak mempunyai pakaian dan kekurangan makanan sehari-hari, dan seorang dari antara kamu berkata: "Selamat jalan, kenakanlah kain panas dan makanlah sampai kenyang!", tetapi ia tidak memberikan kepadanya apa yang perlu bagi tubuhnya, apakah gunanya itu?" (Yakobus 2:15-16). Bukankah banyak diantara kita yang masih saja melakukan ini? Ketika orang butuh bantuan, kita mungkin menunjukkan rasa prihatin, bahkan mungkin mengeluarkan kata-kata nasihat yang panjang, menguliahi atau mengkotbahi mereka, tetapi kita tidak melakukan apapun secara nyata untuk meringankan beban mereka. Yakobus mengingatkan bahwa semua itu tidaklah berguna. Ini sama dengan iman yang hanya kita katakan, kita hanya mengakui kita memiliki iman, tapi kita tidak menyertainya dengan perbuatan. Dan iman seperti ini dikatakan pada hakekatnya adalah mati. (ay 17).
Kemurahan hati seperti halnya iman haruslah diikuti dengan sebuah perbuatan nyata.Contoh orang Samaria yang murah hati di atas bisa menjadi pelajaran yang baik mengenai bentuk yang tepat.
4. Murah Hati tidak mengharapkan imbalan
Jika kita mengaplikasikan kemurahan hati berdasarkan sebab akibat dan untung rugi, itu tidak akan pernah mendapat pembenaran dari Tuhan. Memberi hanya karena membalas pemberian orang, atau berharap diberi kembali, berbuat baik karena orang baik kepada kita, mengasihi orang karena mereka mengasihi kita, itu semua masih terlalu dangkal. Yesus mengatakan "Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allahpun berbuat demikian?" (Matius 5:46-47). Dan inilah yang dituntut dari kita: "Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna." (ay 48). Seperti halnya Bapa di surga mengasihi semua orang dengan sempurna, seperti itu pula kita dituntut untuk berlaku. Membantu, memberi tanpa pamrih, tergerak dan terpanggil untuk melakukan sesuatu secara nyata bukan karena mengharap imbalan atau memiliki tujuan tersembunyi di belakangnya, tapi murni karena belas kasihan, sebuah kemurahan hati yang didasari kasih. Bukan sembarang kasih, tetapi seperti kasih Allah yang tinggal diam di dalam diri kita.
5. Kemurahan hati itu digerakkan oleh kasih
Yesus menyampaikan "Dan perintah ini kita terima dari Dia: Barangsiapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya." (1 yoh 4:21) Yesus juga berkata: "Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi." (Yohanes 13:34). Sesungguhnya kemurahan hati yang digerakkan oleh kasih memiliki posisi yang sangat tinggi dalam kekristenan. Sudahkah kita memilikinya, dan sudahkah kita mewujudkannya lewat perbuatan-perbuatan nyata kita? Sudahkah kita peka terhadap kesulitan orang di sekeliling kita dan bergerak untuk memberikan bantuan nyata? Atau kita masih berhenti pada rasa iba tanpa perbuatan, masih berhitung untung rugi, memikirkan manfaat apa yang bisa kita peroleh dibaliknya, atau malah tidak peduli sama sekali? Simpati atau iba itu baik, tapi tidak akan ada hasilnya jika tidak diikuti dengan perbuatan nyata. Dan itu haruslah berasal dari hati yang mengasihi. Itulah sebuah kemurahan hati yang selayaknya dimiliki oleh kita. Kehidupan secara global semakin berat, itu artinya semakin banyak orang yang butuh uluran tangan saudara-saudaranya.
Satu hal yang pasti, Paulus sudah mengingatkan kita akan hal ini: "Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup." (1 Yohanes 2:6). Kalau begitu, siapkah kita mencerminkan pribadiNya yang murah hati dan penuh kasih dalam kehidupan sehari-hari? Kita harus siap datang kepada sesama kita, tanpa memandang latar belakang ras, suku, agama, golongan atau kepentingan politis dan menunjukkan kemurahan hati lewat tindakan nyata yang:
(1) berasal dari kasih karunia Allah,
(2) merupakan cerminan Allah, dan
(3) berasal dari kasih
Kemurahan hati merupakan karakter yang wajib kita miliki yang akan mampu membuat perbedaan nyata
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Yakobus menyinggung perihal kemurahan hati yang diikuti dengan perbuatan nyata ini. Mari kita lihat sekali lagi yang ia utarakan. Ia berkata "Jika seorang saudara atau saudari tidak mempunyai pakaian dan kekurangan makanan sehari-hari, dan seorang dari antara kamu berkata: "Selamat jalan, kenakanlah kain panas dan makanlah sampai kenyang!", tetapi ia tidak memberikan kepadanya apa yang perlu bagi tubuhnya, apakah gunanya itu?" (Yakobus 2:15-16). Bukankah banyak diantara kita yang masih saja melakukan ini? Ketika orang butuh bantuan, kita mungkin menunjukkan rasa prihatin, bahkan mungkin mengeluarkan kata-kata nasihat yang panjang, menguliahi atau mengkotbahi mereka, tetapi kita tidak melakukan apapun secara nyata untuk meringankan beban mereka. Yakobus mengingatkan bahwa semua itu tidaklah berguna. Ini sama dengan iman yang hanya kita katakan, kita hanya mengakui kita memiliki iman, tapi kita tidak menyertainya dengan perbuatan. Dan iman seperti ini dikatakan pada hakekatnya adalah mati. (ay 17).
Kemurahan hati seperti halnya iman haruslah diikuti dengan sebuah perbuatan nyata.Contoh orang Samaria yang murah hati di atas bisa menjadi pelajaran yang baik mengenai bentuk yang tepat.
4. Murah Hati tidak mengharapkan imbalan
Jika kita mengaplikasikan kemurahan hati berdasarkan sebab akibat dan untung rugi, itu tidak akan pernah mendapat pembenaran dari Tuhan. Memberi hanya karena membalas pemberian orang, atau berharap diberi kembali, berbuat baik karena orang baik kepada kita, mengasihi orang karena mereka mengasihi kita, itu semua masih terlalu dangkal. Yesus mengatakan "Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allahpun berbuat demikian?" (Matius 5:46-47). Dan inilah yang dituntut dari kita: "Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna." (ay 48). Seperti halnya Bapa di surga mengasihi semua orang dengan sempurna, seperti itu pula kita dituntut untuk berlaku. Membantu, memberi tanpa pamrih, tergerak dan terpanggil untuk melakukan sesuatu secara nyata bukan karena mengharap imbalan atau memiliki tujuan tersembunyi di belakangnya, tapi murni karena belas kasihan, sebuah kemurahan hati yang didasari kasih. Bukan sembarang kasih, tetapi seperti kasih Allah yang tinggal diam di dalam diri kita.
5. Kemurahan hati itu digerakkan oleh kasih
Yesus menyampaikan "Dan perintah ini kita terima dari Dia: Barangsiapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya." (1 yoh 4:21) Yesus juga berkata: "Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi." (Yohanes 13:34). Sesungguhnya kemurahan hati yang digerakkan oleh kasih memiliki posisi yang sangat tinggi dalam kekristenan. Sudahkah kita memilikinya, dan sudahkah kita mewujudkannya lewat perbuatan-perbuatan nyata kita? Sudahkah kita peka terhadap kesulitan orang di sekeliling kita dan bergerak untuk memberikan bantuan nyata? Atau kita masih berhenti pada rasa iba tanpa perbuatan, masih berhitung untung rugi, memikirkan manfaat apa yang bisa kita peroleh dibaliknya, atau malah tidak peduli sama sekali? Simpati atau iba itu baik, tapi tidak akan ada hasilnya jika tidak diikuti dengan perbuatan nyata. Dan itu haruslah berasal dari hati yang mengasihi. Itulah sebuah kemurahan hati yang selayaknya dimiliki oleh kita. Kehidupan secara global semakin berat, itu artinya semakin banyak orang yang butuh uluran tangan saudara-saudaranya.
Satu hal yang pasti, Paulus sudah mengingatkan kita akan hal ini: "Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup." (1 Yohanes 2:6). Kalau begitu, siapkah kita mencerminkan pribadiNya yang murah hati dan penuh kasih dalam kehidupan sehari-hari? Kita harus siap datang kepada sesama kita, tanpa memandang latar belakang ras, suku, agama, golongan atau kepentingan politis dan menunjukkan kemurahan hati lewat tindakan nyata yang:
(1) berasal dari kasih karunia Allah,
(2) merupakan cerminan Allah, dan
(3) berasal dari kasih
Kemurahan hati merupakan karakter yang wajib kita miliki yang akan mampu membuat perbedaan nyata
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Friday, March 20, 2015
Murah Hati (2)
(sambungan)
3. Murah hati merupakan salah satu produk kasih
Perhatikan ayat ini: "Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong." (1 Korintus 13:4)
Inti dari keimanan kita akan Kristus adalah kasih. Kasih punya kekuatan begitu besar yang bahkan cukup punya power untuk menggerakkan Tuhan mengorbankan Yesus untuk menyelamatkan kita. Selanjutnya, dalam Galatia disebutkan bahwa kasih adalah salah satu buah Roh, alias buah-buah yang dihasilkan oleh orang yang dipimpin oleh Roh Allah, dan tidak ada satupun hukum yang mampu menentang hal tersebut. (Galatia 5:22-23). Jangan lupa bahwa kasih itu bukan sekedar perasaan hati, tapi merupakan pribadi Allah sendiri. "Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih." (1 Yohanes 4:8). Allah adalah kasih. God is not just full of love, but He is the Love itself. Karena itu kita belumlah mengenal Allah apabila kita masih belum memiliki kasih dalam diri kita. Kasih terhadap Tuhan dan sesama yang ada dalam hati kita akan menghasilkan kualitas hati yang penuh dengan kemurahan dan kebaikan-kebaikan lainnya.
Kita bisa melihat bahwa kemurahan hati memiliki tiga dasar utama. Begitu pentingnya murah hati sebagai produk yang diwarisi langsung dari Bapa Surgawi, sehingga tidaklah mengherankan apabila Dia melimpahi orang-orang yang murah hatinya dengan kemurahanNya yang tak terbatas.
Selajutnya mari kita lihat beberapa hal lain mengenai murah hati.
1. Orang yang murah hati tidak akan berdiam diri saat ada orang yang ditimpa kesusahan dan membutuhkan bantuan tanpa memandang latar belakangnya.
Kita bisa melihat sebuah contoh menarik mengenai orang Samaria yang murah hati dalam Lukas 10:25-37. Disana diceritakan mengenai seseorang yang turun dari Yerusalem menuju Yerikho. Dalam perjalanan ia bertemu dengan para perampok yang bukan saja merebut barang-barang bawaannya tapi juga menyiksanya habis-habisan. Tinggallah ia dalam kondisi sekarat sendirian terkapar di tengah jalan. Ada imam yang lewat tapi sepertinya sedang buru-buru atau mungkin tidak mau terlibat, ia melewati orang yang sekarat itu dari seberangnya. Lalu ada orang Lewi yang juga melakukan hal yang sama. Orang Lewi bicara tentang para pelayan Tuhan, orang-orang yang seharusnya menjadi tombak terdepan dalam penyebaran berita kebenaran. Tapi tetap saja perilakunya sama. Barulah kemudian orang Samaria hadir disana. Untuk diketahui, bangsa Samaria punya sejarah buruk dengan bangsa Yahudi. Seharusnya si Samaria ini tertawa puas melihat ada orang Yahudi yang sekarat disana, atau mungkin bisa menambahkan satu dua penderitaan lagi. Tapi ternyata justru orang Samaria inilah yang menunjukkan kemurahan hati. Ia menolong orang Yahudi ini tanpa memandang latar belakangnya. Inilah bentuk sebuah kemurahan hati yang seharusnya ada pada kita, yang tidak terhenti hanya karena adanya perbedaan-perbedaan seperti suku, ras, agama, golongan dan lain-lain.
2. Murah Hati bukan saja mendatangkan kebaikan bagi sesama tapi juga pada diri sendiri
Jika kita mundur ke belakang, dalam Amsal disebutkan "Orang yang murah hati berbuat baik kepada diri sendiri, tetapi orang yang kejam menyiksa badannya sendiri." (Amsal 11:17). Sebuah sikap murah hati mendatangkan banyak kebaikan kepada diri sendiri, bukan hanya kepada orang-orang yang kita bantu saja. Sebaliknya orang yang tega melihat kesusahan orang lain dan menutup pintu hatinya rapat-rapat, itu tidaklah mendatangkan manfaat tapi malah merugikan bahkan menyiksa diri sendiri. Itu kata firman Tuhan. Bukankah firman Tuhan pun sudah berkata bahwa "Ada yang menyebar harta, tetapi bertambah kaya, ada yang menghemat secara luar biasa, namun selalu berkekurangan." (Amsal 11:24) dan "Siapa memberi kepada orang miskin tak akan berkekurangan, tetapi orang yang menutup matanya akan sangat dikutuki." (28:27). Firman Tuhan sudah mengatakan bahwa kerelaan memberi, membagikan sebagian dari apa yang ada pada kita untuk saudara-saudara kita yang tengah kesusahan tidak akan pernah membuat kita berkekurangan. Ini sejalan dengan bagian dari kotbah Yesus di atas bukit yang kita lihat kemarin, "Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan." (Matius 5:7).
3. Murah Hati harus ditunjukkan lewat perbuatan nyata.
Cukupkah murah hati itu diwakili oleh sebuah perasaan kasihan, ungkapan simpati yang hanya berhenti hingga kata-kata yang keluar dari mulut saja tapi tidak disertai perbuatan nyata? Tentu saja tidak. Firman Tuhan berkata: "Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya?" (1 Yohanes 3:17). Bagaimana mungkin kita mengaku memiliki kasih Allah, mengaku sebagai anak Allah, tetapi kita tidak melakukan apa-apa secara nyata dan hanya bilang kasihan saja? Maka apa yang harus kita lakukan pun hadir dalam ayat berikutnya. "Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran." (ay 18). Bukan hanya dengan perkataan, bukan sebatas di bibir atau lidah saja, tetapi haruslah lewat perbuatan-perbuatan yang dilakukan/diaplikasikan secara nyata dan berakar dalam kebenaran.
(bersambung)
3. Murah hati merupakan salah satu produk kasih
Perhatikan ayat ini: "Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong." (1 Korintus 13:4)
Inti dari keimanan kita akan Kristus adalah kasih. Kasih punya kekuatan begitu besar yang bahkan cukup punya power untuk menggerakkan Tuhan mengorbankan Yesus untuk menyelamatkan kita. Selanjutnya, dalam Galatia disebutkan bahwa kasih adalah salah satu buah Roh, alias buah-buah yang dihasilkan oleh orang yang dipimpin oleh Roh Allah, dan tidak ada satupun hukum yang mampu menentang hal tersebut. (Galatia 5:22-23). Jangan lupa bahwa kasih itu bukan sekedar perasaan hati, tapi merupakan pribadi Allah sendiri. "Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih." (1 Yohanes 4:8). Allah adalah kasih. God is not just full of love, but He is the Love itself. Karena itu kita belumlah mengenal Allah apabila kita masih belum memiliki kasih dalam diri kita. Kasih terhadap Tuhan dan sesama yang ada dalam hati kita akan menghasilkan kualitas hati yang penuh dengan kemurahan dan kebaikan-kebaikan lainnya.
Kita bisa melihat bahwa kemurahan hati memiliki tiga dasar utama. Begitu pentingnya murah hati sebagai produk yang diwarisi langsung dari Bapa Surgawi, sehingga tidaklah mengherankan apabila Dia melimpahi orang-orang yang murah hatinya dengan kemurahanNya yang tak terbatas.
Selajutnya mari kita lihat beberapa hal lain mengenai murah hati.
1. Orang yang murah hati tidak akan berdiam diri saat ada orang yang ditimpa kesusahan dan membutuhkan bantuan tanpa memandang latar belakangnya.
Kita bisa melihat sebuah contoh menarik mengenai orang Samaria yang murah hati dalam Lukas 10:25-37. Disana diceritakan mengenai seseorang yang turun dari Yerusalem menuju Yerikho. Dalam perjalanan ia bertemu dengan para perampok yang bukan saja merebut barang-barang bawaannya tapi juga menyiksanya habis-habisan. Tinggallah ia dalam kondisi sekarat sendirian terkapar di tengah jalan. Ada imam yang lewat tapi sepertinya sedang buru-buru atau mungkin tidak mau terlibat, ia melewati orang yang sekarat itu dari seberangnya. Lalu ada orang Lewi yang juga melakukan hal yang sama. Orang Lewi bicara tentang para pelayan Tuhan, orang-orang yang seharusnya menjadi tombak terdepan dalam penyebaran berita kebenaran. Tapi tetap saja perilakunya sama. Barulah kemudian orang Samaria hadir disana. Untuk diketahui, bangsa Samaria punya sejarah buruk dengan bangsa Yahudi. Seharusnya si Samaria ini tertawa puas melihat ada orang Yahudi yang sekarat disana, atau mungkin bisa menambahkan satu dua penderitaan lagi. Tapi ternyata justru orang Samaria inilah yang menunjukkan kemurahan hati. Ia menolong orang Yahudi ini tanpa memandang latar belakangnya. Inilah bentuk sebuah kemurahan hati yang seharusnya ada pada kita, yang tidak terhenti hanya karena adanya perbedaan-perbedaan seperti suku, ras, agama, golongan dan lain-lain.
2. Murah Hati bukan saja mendatangkan kebaikan bagi sesama tapi juga pada diri sendiri
Jika kita mundur ke belakang, dalam Amsal disebutkan "Orang yang murah hati berbuat baik kepada diri sendiri, tetapi orang yang kejam menyiksa badannya sendiri." (Amsal 11:17). Sebuah sikap murah hati mendatangkan banyak kebaikan kepada diri sendiri, bukan hanya kepada orang-orang yang kita bantu saja. Sebaliknya orang yang tega melihat kesusahan orang lain dan menutup pintu hatinya rapat-rapat, itu tidaklah mendatangkan manfaat tapi malah merugikan bahkan menyiksa diri sendiri. Itu kata firman Tuhan. Bukankah firman Tuhan pun sudah berkata bahwa "Ada yang menyebar harta, tetapi bertambah kaya, ada yang menghemat secara luar biasa, namun selalu berkekurangan." (Amsal 11:24) dan "Siapa memberi kepada orang miskin tak akan berkekurangan, tetapi orang yang menutup matanya akan sangat dikutuki." (28:27). Firman Tuhan sudah mengatakan bahwa kerelaan memberi, membagikan sebagian dari apa yang ada pada kita untuk saudara-saudara kita yang tengah kesusahan tidak akan pernah membuat kita berkekurangan. Ini sejalan dengan bagian dari kotbah Yesus di atas bukit yang kita lihat kemarin, "Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan." (Matius 5:7).
3. Murah Hati harus ditunjukkan lewat perbuatan nyata.
Cukupkah murah hati itu diwakili oleh sebuah perasaan kasihan, ungkapan simpati yang hanya berhenti hingga kata-kata yang keluar dari mulut saja tapi tidak disertai perbuatan nyata? Tentu saja tidak. Firman Tuhan berkata: "Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya?" (1 Yohanes 3:17). Bagaimana mungkin kita mengaku memiliki kasih Allah, mengaku sebagai anak Allah, tetapi kita tidak melakukan apa-apa secara nyata dan hanya bilang kasihan saja? Maka apa yang harus kita lakukan pun hadir dalam ayat berikutnya. "Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran." (ay 18). Bukan hanya dengan perkataan, bukan sebatas di bibir atau lidah saja, tetapi haruslah lewat perbuatan-perbuatan yang dilakukan/diaplikasikan secara nyata dan berakar dalam kebenaran.
(bersambung)
Thursday, March 19, 2015
Murah Hati (1)
Ayat bacaan: Lukas 6:36
=================
"Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati."
Sebagai orang beriman kita sudah tentu harus murah hati. Apa sebenarnya yang dimaksud dengan murah hati? Kebanyakan orang berpikir bahwa murah hati itu sama dengan royal alias suka bersedekah, tidak pelit dalam memberi. Itu memang bentuk dari murah hati, tetapi murah hati tidaklah secara sempit berbicara hanya mengenai memberi dalam bentuk material saja. Kalau kita lihat dalam kamus, murah hati didefenisikan dengan sebuah perilaku yang mudah memberi, tidak pelit, tapi juga penyayang, penuh kasih, suka menolong dan baik hatinya. Artinya sebuah kemurahan hati menyangkut banyak aspek dalam kehidupan dan dalam interaksi antar manusia.
Alkitab menyebutkan begitu banyak kisah tentang kemurahan hati yang lebih dari sekedar keringanan untuk membantu sesama hanya dari sudut finansial saja. Menariknya, kemurahan hati dalam firman-firman Tuhan ini mengacu kepada perbuatan, sikap, perilaku atau bentuk hati dari Tuhan dan manusia, yang sesungguhnya saling terkait satu sama lain. Dalam ayat bacaan hari ini kita bisa melihat sebuah pesan penting yang disampaikan oleh Yesus sendiri pada masa kedatangannya ke bumi: "Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati." (Lukas 6:36). Pesan ini dengan jelas menyatakan bahwa kemurahan hati kita seharusnya mengikuti bentuk kemurahan hati Bapa yang begitu besar kepada anak-anakNya. Dan kemurahan hati seperti ini tidak hanya bicara soal materi tetapi lebih jauh lagi menyangkut banyak hal. Bukankah keselamatan pun diberikan kepada kita sebagai sebuah anugerah cuma-cuma? Yesus yang menanggung semuanya, menebus semuanya dan melayakkan kita yang seharusnya tidak layak untuk bisa menerima anugerah sebesar itu.
Ada beberapa poin yang bisa kita angkat sebagai dasar titik tolak mengenai murah hati. Mari kita lihat satu persatu.
1. Murah hati bukan berasal dari usaha kita melainkan merupakan kasih karunia dari Allah
Ada ayat yang berkata: "Sebab Ia berfirman kepada Musa: "Aku akan menaruh belas kasihan kepada siapa Aku mau menaruh belas kasihan dan Aku akan bermurah hati kepada siapa Aku mau bermurah hati." Jadi hal itu tidak tergantung pada kehendak orang atau usaha orang, tetapi kepada kemurahan hati Allah." (Roma 9:15-16).
Kalau kemurahan hati berasal dari kasih karunia Allah, mengapa masih saja sulit bagi banyak orang untuk bermurah hati? Itu terjadi karena tidak semua orang sadar dan memeriksa apa saja kasih karunia yang telah dianugerahkan Allah dalam hidupnya. Ada yang tahu tapi tidak menggunakannya dalam perbuatan-perbuatan nyatanya, ada yang pura-pura tidak tahu, ada yang tidak sadar sama sekali. Ambil sebuah contoh sederhana. Apabila anda diberikan sebuah baju yang indah, anda bisa memakainya, tapi anda bisa juga hanya menyimpannya, memutuskan untuk tidak dipakai, bisa lupa akan keberadaannya atau bisa pula membuangnya. Seperti itu pula kemurahan hati yang sudah diberikan Allah kepada kita. Alangkah indahnya apabila kita hargai dengan mempergunakannya kepada sesama, tapi betapa sayangnya kalau itu tidak kita pakai atau malah kita abaikan sama sekali.
2. Murah hati adalah cerminan pribadi Allah
Ayatnya sudah saya sampaikan sebelumnya: "Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati." (Lukas 6:36)
Seorang anak biasanya mewarisi sifat-sifat orang tuanya, termasuk ayah. Seorang ayah yang memberi keteladanan baik akan menghasilkan anak-anak berkualitas moral baik pula. Selain orang tua di dunia, kita punya Bapa Surgawi yang sangat mengasihi kita. Dia menginginkan yang terbaik bagi kita. Dia akan senantiasa menjaga, melindungi dan memberkati kita. Dia tidak pernah kekurangan waktu untuk mendengar kita dan mengulurkan bantuan. Dia tidak akan berhenti mengasihi kita dengan kasih setiaNya yang tak terbatas. Oleh karena itu, kalau kita menyadari betapa besar, banyak dan tak terbatasnya kemurahan hati Tuhan atas kita, sudah seharusnya kita pun mencerminkan sikap hati yang sama denganNya. Cerminan itu harus bisa terlihat atau dirasakan oleh sesama kita sehingga mereka bisa mengenal pribadi Allah lewat diri kita anak-anakNya.
(bersambung)
=================
"Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati."
Sebagai orang beriman kita sudah tentu harus murah hati. Apa sebenarnya yang dimaksud dengan murah hati? Kebanyakan orang berpikir bahwa murah hati itu sama dengan royal alias suka bersedekah, tidak pelit dalam memberi. Itu memang bentuk dari murah hati, tetapi murah hati tidaklah secara sempit berbicara hanya mengenai memberi dalam bentuk material saja. Kalau kita lihat dalam kamus, murah hati didefenisikan dengan sebuah perilaku yang mudah memberi, tidak pelit, tapi juga penyayang, penuh kasih, suka menolong dan baik hatinya. Artinya sebuah kemurahan hati menyangkut banyak aspek dalam kehidupan dan dalam interaksi antar manusia.
Alkitab menyebutkan begitu banyak kisah tentang kemurahan hati yang lebih dari sekedar keringanan untuk membantu sesama hanya dari sudut finansial saja. Menariknya, kemurahan hati dalam firman-firman Tuhan ini mengacu kepada perbuatan, sikap, perilaku atau bentuk hati dari Tuhan dan manusia, yang sesungguhnya saling terkait satu sama lain. Dalam ayat bacaan hari ini kita bisa melihat sebuah pesan penting yang disampaikan oleh Yesus sendiri pada masa kedatangannya ke bumi: "Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati." (Lukas 6:36). Pesan ini dengan jelas menyatakan bahwa kemurahan hati kita seharusnya mengikuti bentuk kemurahan hati Bapa yang begitu besar kepada anak-anakNya. Dan kemurahan hati seperti ini tidak hanya bicara soal materi tetapi lebih jauh lagi menyangkut banyak hal. Bukankah keselamatan pun diberikan kepada kita sebagai sebuah anugerah cuma-cuma? Yesus yang menanggung semuanya, menebus semuanya dan melayakkan kita yang seharusnya tidak layak untuk bisa menerima anugerah sebesar itu.
Ada beberapa poin yang bisa kita angkat sebagai dasar titik tolak mengenai murah hati. Mari kita lihat satu persatu.
1. Murah hati bukan berasal dari usaha kita melainkan merupakan kasih karunia dari Allah
Ada ayat yang berkata: "Sebab Ia berfirman kepada Musa: "Aku akan menaruh belas kasihan kepada siapa Aku mau menaruh belas kasihan dan Aku akan bermurah hati kepada siapa Aku mau bermurah hati." Jadi hal itu tidak tergantung pada kehendak orang atau usaha orang, tetapi kepada kemurahan hati Allah." (Roma 9:15-16).
Kalau kemurahan hati berasal dari kasih karunia Allah, mengapa masih saja sulit bagi banyak orang untuk bermurah hati? Itu terjadi karena tidak semua orang sadar dan memeriksa apa saja kasih karunia yang telah dianugerahkan Allah dalam hidupnya. Ada yang tahu tapi tidak menggunakannya dalam perbuatan-perbuatan nyatanya, ada yang pura-pura tidak tahu, ada yang tidak sadar sama sekali. Ambil sebuah contoh sederhana. Apabila anda diberikan sebuah baju yang indah, anda bisa memakainya, tapi anda bisa juga hanya menyimpannya, memutuskan untuk tidak dipakai, bisa lupa akan keberadaannya atau bisa pula membuangnya. Seperti itu pula kemurahan hati yang sudah diberikan Allah kepada kita. Alangkah indahnya apabila kita hargai dengan mempergunakannya kepada sesama, tapi betapa sayangnya kalau itu tidak kita pakai atau malah kita abaikan sama sekali.
2. Murah hati adalah cerminan pribadi Allah
Ayatnya sudah saya sampaikan sebelumnya: "Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati." (Lukas 6:36)
Seorang anak biasanya mewarisi sifat-sifat orang tuanya, termasuk ayah. Seorang ayah yang memberi keteladanan baik akan menghasilkan anak-anak berkualitas moral baik pula. Selain orang tua di dunia, kita punya Bapa Surgawi yang sangat mengasihi kita. Dia menginginkan yang terbaik bagi kita. Dia akan senantiasa menjaga, melindungi dan memberkati kita. Dia tidak pernah kekurangan waktu untuk mendengar kita dan mengulurkan bantuan. Dia tidak akan berhenti mengasihi kita dengan kasih setiaNya yang tak terbatas. Oleh karena itu, kalau kita menyadari betapa besar, banyak dan tak terbatasnya kemurahan hati Tuhan atas kita, sudah seharusnya kita pun mencerminkan sikap hati yang sama denganNya. Cerminan itu harus bisa terlihat atau dirasakan oleh sesama kita sehingga mereka bisa mengenal pribadi Allah lewat diri kita anak-anakNya.
(bersambung)
Wednesday, March 18, 2015
Mengetahui Tugas dan Panggilan (2)
(sambungan)
Bagaimana jika dalam perjalanan kita bertemu dengan kesulitan atau masalah? Berjalan bersama Tuhan bukan berarti bahwa hidup akan sepenuhnya lancar tanpa masalah. Tapi kabar baiknya adalah, bahkan dalam keadaan terjatuh Tuhan tetap ada bersama kita. Secara jelas ayat berikutnya mengatakan: "apabila ia jatuh, tidaklah sampai tergeletak, sebab TUHAN menopang tangannya." (ay 24). Itu artinya kita tidak perlu khawatir dalam melangkah selama Tuhan ada bersama kita. Kesabaran dan ketekunan kita sangat diperlukan terutama pada masa-masa proses pembentukan. Tapi kalau memang kita menjalankan hidup yang seturut firmanNya dan melakukan apa yang menjadi rencana Tuhan (panggilan kita), tidak ada kata gagal yang boleh berada disana.
Pada ayat selanjutnya Daud kemudian memberi kesaksian bagaimana cara Tuhan bekerja dalam hidupnya. "Dahulu aku muda, sekarang telah menjadi tua, tetapi tidak pernah kulihat orang benar ditinggalkan, atau anak cucunya meminta-minta roti; tiap hari ia menaruh belas kasihan dan memberi pinjaman, dan anak cucunya menjadi berkat." (ay 25-26). Kesaksian Daud kembali membawanya menuliskan bahwa sejak masih muda hingga usia lanjut, ia tidak pernah melihat orang benar ditinggalkan Tuhan sendirian. Bahkan berkat dan penyertaan Tuhan itu tidak berhenti hanya pada orang itu saja, melainkan juga menyentuh keturunannya. Bukan saja orang benar yang berbahagia tetapi anak cucunya pun menjadi berkat. Daud menuliskan Mazmur 37 saat ia sudah lanjut usia. Di usia demikian ia sudah banyak belajar dari jatuh bangun hidupnya yang membuat ia menjadi bijaksana. Dan semua ini ia bagikan agar kita yang masih muda bisa belajar langsung dari pengalaman hidupnya. Jika Daud mengetahui kuncinya dan sudah membuktikan, kita pun tentu bisa mengalaminya.
Tuhan memberi hikmat yang memungkinkan kita untuk bisa melihat apa yang menjadi rencana atau rancanganNya bagi kita. Dia telah menyediakan segala yang dibutuhkan untuk itu lewat talenta-talenta yang telah diberikan sejak awal, dan Dia siap untuk menuntun kita dalam menjalaninya secara bertahap. Tapi ingatlah bahwa menjalani hidup yang berkenan di hadapanNya merupakan kunci yang akan membuat kita bisa mengalaminya. Selain itu ketahui pula bahwa Tuhan tidak pernah terlalu sibuk atau senang mengabaikan kita. Firman Tuhan berkata: "Dan apabila kamu berseru dan datang untuk berdoa kepada-Ku, maka Aku akan mendengarkan kamu; apabila kamu mencari Aku, kamu akan menemukan Aku; apabila kamu menanyakan Aku dengan segenap hati." (Yeremia 29:12-13).
Lihatlah bahwa Tuhan sama sekali bukan Sosok yang tertutup. Sebaliknya Dia sangat terbuka kepada kita dan akan selalu dengan senang hati untuk membeberkan rencanaNya atas kita masing-masing. Bisa jadi lewat visi seperti yang Dia tanamkan pada Yusuf muda, bisa pula lewat selangkah demi selangkah, dari satu sekuens ke sekuens berikutnya, dari satu kemenangan kepada kemenangan selanjutnya, seterusnya hingga rencanaNya tergenapi. Rencana Tuhan tentu merupakan yang terbaik bagi kita. Daud pun tahu itu, sebab itu ia berkata: "Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak; Ia akan memunculkan kebenaranmu seperti terang, dan hakmu seperti siang." (Mazmur 37:5-6).
Karenanya penting bagi kita untuk mengetahui apa yang menjadi tugas kita selama masa di dunia ini. Apa yang menjadi panggilan kita, kemana kita harus bergerak, bagaimana caranya kita mengoptimalkan segala talenta yang sudah dititipkan Tuhan kepada kita dan kemana kita harus memakainya. Masing-masing orang punya panggilannya sendiri, masing-masing orang punya tugasnya sendiri. Tanyakan kepada Tuhan, Dia akan dengan senang hati menjawab selama kita punya hidup yang berkenan di hadapanNya. Berjalan sesuai rencanaNya dan mengalami tuntunan Tuhan secara langsung dalam setiap langkah itu akan membuat hidup kita menemukan maknanya, tepat seperti apa yang Tuhan inginkan bagi hidup kita.
Tuhan selalu ingin memberitahukan rencanaNya dan siap menuntun untuk mengalami keberhasilan dan kemenangan dalam setiap langkah
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Bagaimana jika dalam perjalanan kita bertemu dengan kesulitan atau masalah? Berjalan bersama Tuhan bukan berarti bahwa hidup akan sepenuhnya lancar tanpa masalah. Tapi kabar baiknya adalah, bahkan dalam keadaan terjatuh Tuhan tetap ada bersama kita. Secara jelas ayat berikutnya mengatakan: "apabila ia jatuh, tidaklah sampai tergeletak, sebab TUHAN menopang tangannya." (ay 24). Itu artinya kita tidak perlu khawatir dalam melangkah selama Tuhan ada bersama kita. Kesabaran dan ketekunan kita sangat diperlukan terutama pada masa-masa proses pembentukan. Tapi kalau memang kita menjalankan hidup yang seturut firmanNya dan melakukan apa yang menjadi rencana Tuhan (panggilan kita), tidak ada kata gagal yang boleh berada disana.
Pada ayat selanjutnya Daud kemudian memberi kesaksian bagaimana cara Tuhan bekerja dalam hidupnya. "Dahulu aku muda, sekarang telah menjadi tua, tetapi tidak pernah kulihat orang benar ditinggalkan, atau anak cucunya meminta-minta roti; tiap hari ia menaruh belas kasihan dan memberi pinjaman, dan anak cucunya menjadi berkat." (ay 25-26). Kesaksian Daud kembali membawanya menuliskan bahwa sejak masih muda hingga usia lanjut, ia tidak pernah melihat orang benar ditinggalkan Tuhan sendirian. Bahkan berkat dan penyertaan Tuhan itu tidak berhenti hanya pada orang itu saja, melainkan juga menyentuh keturunannya. Bukan saja orang benar yang berbahagia tetapi anak cucunya pun menjadi berkat. Daud menuliskan Mazmur 37 saat ia sudah lanjut usia. Di usia demikian ia sudah banyak belajar dari jatuh bangun hidupnya yang membuat ia menjadi bijaksana. Dan semua ini ia bagikan agar kita yang masih muda bisa belajar langsung dari pengalaman hidupnya. Jika Daud mengetahui kuncinya dan sudah membuktikan, kita pun tentu bisa mengalaminya.
Tuhan memberi hikmat yang memungkinkan kita untuk bisa melihat apa yang menjadi rencana atau rancanganNya bagi kita. Dia telah menyediakan segala yang dibutuhkan untuk itu lewat talenta-talenta yang telah diberikan sejak awal, dan Dia siap untuk menuntun kita dalam menjalaninya secara bertahap. Tapi ingatlah bahwa menjalani hidup yang berkenan di hadapanNya merupakan kunci yang akan membuat kita bisa mengalaminya. Selain itu ketahui pula bahwa Tuhan tidak pernah terlalu sibuk atau senang mengabaikan kita. Firman Tuhan berkata: "Dan apabila kamu berseru dan datang untuk berdoa kepada-Ku, maka Aku akan mendengarkan kamu; apabila kamu mencari Aku, kamu akan menemukan Aku; apabila kamu menanyakan Aku dengan segenap hati." (Yeremia 29:12-13).
Lihatlah bahwa Tuhan sama sekali bukan Sosok yang tertutup. Sebaliknya Dia sangat terbuka kepada kita dan akan selalu dengan senang hati untuk membeberkan rencanaNya atas kita masing-masing. Bisa jadi lewat visi seperti yang Dia tanamkan pada Yusuf muda, bisa pula lewat selangkah demi selangkah, dari satu sekuens ke sekuens berikutnya, dari satu kemenangan kepada kemenangan selanjutnya, seterusnya hingga rencanaNya tergenapi. Rencana Tuhan tentu merupakan yang terbaik bagi kita. Daud pun tahu itu, sebab itu ia berkata: "Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak; Ia akan memunculkan kebenaranmu seperti terang, dan hakmu seperti siang." (Mazmur 37:5-6).
Karenanya penting bagi kita untuk mengetahui apa yang menjadi tugas kita selama masa di dunia ini. Apa yang menjadi panggilan kita, kemana kita harus bergerak, bagaimana caranya kita mengoptimalkan segala talenta yang sudah dititipkan Tuhan kepada kita dan kemana kita harus memakainya. Masing-masing orang punya panggilannya sendiri, masing-masing orang punya tugasnya sendiri. Tanyakan kepada Tuhan, Dia akan dengan senang hati menjawab selama kita punya hidup yang berkenan di hadapanNya. Berjalan sesuai rencanaNya dan mengalami tuntunan Tuhan secara langsung dalam setiap langkah itu akan membuat hidup kita menemukan maknanya, tepat seperti apa yang Tuhan inginkan bagi hidup kita.
Tuhan selalu ingin memberitahukan rencanaNya dan siap menuntun untuk mengalami keberhasilan dan kemenangan dalam setiap langkah
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Tuesday, March 17, 2015
Mengetahui Tugas dan Panggilan (1)
Ayat bacaan: Mazmur 37:23
======================
"TUHAN menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya"
Ada seorang pria yang saya kenal baik terus bermasalah dengan mendapatkan pekerjaan yang cocok. Hampir setiap kali saya bertemu dengannya, pekerjaannya sudah berubah lagi. Ia mengaku bingung mencari tahu pekerjaan apa yang seharusnya ia lakukan, karena terus berubah-ubah seperti itu sama sekali tidak menyenangkan bahkan menyulitkan baginya. Letak permasalahan pun menurutnya bukan soal besar kecilnya upah, karena ia siap bekerja apa saja dengan baik tanpa mementingkan faktor ini. Tapi selalu ada saja hambatan, mulai dari gagal, rugi, tidak sesuai kemampuan dan lain-lain. Ketika saya tanya lebih jauh, ia ternyata tidak tahu apa yang menjadi panggilannya. Ia tidak tahu apa yang sebenarnya menjadi keahliannya dan bidang apa yang seharusnya ia geluti. Ia hanya mencoba sana sini, ini itu, dan itu sudah ia lakukan selama setidaknya 20 tahun. "Kalau saja Tuhan mau memberitahukan apa yang harus saya perbuat, saya tidak harus terus menerus seperti ini." katanya.
Hal ini menimbulkan pertanyaan di benak saya. Apakah benar Tuhan menyembunyikan dalam-dalam rencananya pada sebagian orang dan membuka lebar kepada sebagian kecil lainnya? Apakah begitu sulitnya mengetahui panggilan atas hidup kita sehingga kita harus dilanda kebingungan selama bertahun-tahun bahkan sampai akhir usia kita di dunia? Apakah benar Tuhan bertindak tidak adil, menyuruh kita untuk patuh dan mengikuti rencanaNya tapi keberatan untuk memberitahukan apa yang ada dalam rencana atau rancanganNya atas diri sebagian orang?
Tentu saja Tuhan tidak berpikir seperti itu. Kalau Tuhan ingin kita berjalan sesuai rencanaNya, Dia tentu ingin kita tahu apa yang ada dalam rencanaNYa. Tuhan bukanlah pribadi yang tertutup yang menyimpan rapat-rapat segala kebaikan buat kita. Sebaliknya, Tuhan adalah Bapa yang sangat mengasihi kita, anak-anakNya yang bahkan Dia buat seperti gambar dan rupaNya sendiri. Kalau keselamatan saja Dia anugerahkan, kenapa hal-hal lainnya tidak? Jika demikian kita perlu berpikir lagi. Sudahkah kita bertanya kepadaNya lewat doa-doa kita atau kita malah masih terlalu malas untuk membangun hubungan dengan Dia? Atau mungkin kita sudah berdoa, tapi seberapa besar iman yang menyertai kita untuk bisa percaya dan mendengar? Mungkin kita masih terlalu sering digoda rasa cemas, takut, khawatir atau perasaan-perasaan lain yang menghambat kepekaan kita untuk mendengarNya. Atau mungkin juga kita masih terlalu sering melakukan hal yang buruk sehingga Tuhan tidak berkenan atas perilaku kehidupan kita.
Pertama, ada ayat yang secara eksplisit menyatakan demikian: "TUHAN menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya" (Mazmur 37:23). Secara tegas mengatakan bahwa Tuhan menetapkan langkah-langkah orang. Pertanyaannya, orang yang bagaimana? Dalam ayat ini dikatakan kepada orang yang hidupya berkenan kepadaNya. Jadi apakah kita sudah berkenan kepadaNya atau belum merupakan kunci penting untuk mengalami bimbingan Tuhan atas setiap langkah kita, dalam setiap sekuens kehidupan kita. Dia akan dengan senang hati turut serta membimbing langkah demi langkah. Bukankah luar biasa jika kita mengetahui bahwa bukan saja Tuhan sudah menyiapkan rencana penuh damai sejahtera menyongsong hari depan penuh harapan (Yeremia 29:11) tapi juga turut serta menuntun kita selangkah demi selangkah untuk menggenapinya? Itulah tepatnya yang siap dilakukan Tuhan kepada setiap orang yang punya kehidupan yang berkenan kepadaNya.
(bersambung)
======================
"TUHAN menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya"
Ada seorang pria yang saya kenal baik terus bermasalah dengan mendapatkan pekerjaan yang cocok. Hampir setiap kali saya bertemu dengannya, pekerjaannya sudah berubah lagi. Ia mengaku bingung mencari tahu pekerjaan apa yang seharusnya ia lakukan, karena terus berubah-ubah seperti itu sama sekali tidak menyenangkan bahkan menyulitkan baginya. Letak permasalahan pun menurutnya bukan soal besar kecilnya upah, karena ia siap bekerja apa saja dengan baik tanpa mementingkan faktor ini. Tapi selalu ada saja hambatan, mulai dari gagal, rugi, tidak sesuai kemampuan dan lain-lain. Ketika saya tanya lebih jauh, ia ternyata tidak tahu apa yang menjadi panggilannya. Ia tidak tahu apa yang sebenarnya menjadi keahliannya dan bidang apa yang seharusnya ia geluti. Ia hanya mencoba sana sini, ini itu, dan itu sudah ia lakukan selama setidaknya 20 tahun. "Kalau saja Tuhan mau memberitahukan apa yang harus saya perbuat, saya tidak harus terus menerus seperti ini." katanya.
Hal ini menimbulkan pertanyaan di benak saya. Apakah benar Tuhan menyembunyikan dalam-dalam rencananya pada sebagian orang dan membuka lebar kepada sebagian kecil lainnya? Apakah begitu sulitnya mengetahui panggilan atas hidup kita sehingga kita harus dilanda kebingungan selama bertahun-tahun bahkan sampai akhir usia kita di dunia? Apakah benar Tuhan bertindak tidak adil, menyuruh kita untuk patuh dan mengikuti rencanaNya tapi keberatan untuk memberitahukan apa yang ada dalam rencana atau rancanganNya atas diri sebagian orang?
Tentu saja Tuhan tidak berpikir seperti itu. Kalau Tuhan ingin kita berjalan sesuai rencanaNya, Dia tentu ingin kita tahu apa yang ada dalam rencanaNYa. Tuhan bukanlah pribadi yang tertutup yang menyimpan rapat-rapat segala kebaikan buat kita. Sebaliknya, Tuhan adalah Bapa yang sangat mengasihi kita, anak-anakNya yang bahkan Dia buat seperti gambar dan rupaNya sendiri. Kalau keselamatan saja Dia anugerahkan, kenapa hal-hal lainnya tidak? Jika demikian kita perlu berpikir lagi. Sudahkah kita bertanya kepadaNya lewat doa-doa kita atau kita malah masih terlalu malas untuk membangun hubungan dengan Dia? Atau mungkin kita sudah berdoa, tapi seberapa besar iman yang menyertai kita untuk bisa percaya dan mendengar? Mungkin kita masih terlalu sering digoda rasa cemas, takut, khawatir atau perasaan-perasaan lain yang menghambat kepekaan kita untuk mendengarNya. Atau mungkin juga kita masih terlalu sering melakukan hal yang buruk sehingga Tuhan tidak berkenan atas perilaku kehidupan kita.
Pertama, ada ayat yang secara eksplisit menyatakan demikian: "TUHAN menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya" (Mazmur 37:23). Secara tegas mengatakan bahwa Tuhan menetapkan langkah-langkah orang. Pertanyaannya, orang yang bagaimana? Dalam ayat ini dikatakan kepada orang yang hidupya berkenan kepadaNya. Jadi apakah kita sudah berkenan kepadaNya atau belum merupakan kunci penting untuk mengalami bimbingan Tuhan atas setiap langkah kita, dalam setiap sekuens kehidupan kita. Dia akan dengan senang hati turut serta membimbing langkah demi langkah. Bukankah luar biasa jika kita mengetahui bahwa bukan saja Tuhan sudah menyiapkan rencana penuh damai sejahtera menyongsong hari depan penuh harapan (Yeremia 29:11) tapi juga turut serta menuntun kita selangkah demi selangkah untuk menggenapinya? Itulah tepatnya yang siap dilakukan Tuhan kepada setiap orang yang punya kehidupan yang berkenan kepadaNya.
(bersambung)
Monday, March 16, 2015
Naik Pangkat
Ayat bacaan: Mazmur 75:7-8
==========================
"Sebab bukan dari timur atau dari barat dan bukan dari padang gurun datangnya peninggian itu,tetapi Allah adalah Hakim: direndahkan-Nya yang satu dan ditinggikan-Nya yang lain."
Kalau anda menekuni profesi dengan jenjang karir, anda tentu ingin bisa naik pangkat. Seorang pegawai negeri akan berusaha bisa naik pangkatnya setinggi mungkin yang biasanya akan berbanding lurus dengan tingginya gaji, uang pensiun dan berbagai hal lainnya. Ada yang mengincar posisi-posisi strategis, ada yang mencari posisi 'basah', maksudnya posisi yang memungkinkan seseorang untuk mendapat uang tambahan selain yang resmi, tapi ada banyak pula yang tidak berpikir untuk melakukan kecurangan melainkan semata-mata ingin mewujudkan mimpinya untuk meraih jenjang setinggi mungkin. Nah, kalau ingin naik jabatan atau mendapat promosi, apa yang harus kita lakukan? Di jaman sekarang, bekerja sebaik mungkin dengan menghasilkan prestasi cemerlang saja tidaklah cukup. Ada banyak orang yang harus pakai 'pelicin' agar lajunya mantap meluncur ke arah yang diinginkan. Kalau takut ketahuan dan ketangkap tangan, bisa lewat banyak cara lainnya seperti pemberian diputar lewat banyak tangan perantara misalnya. Kalau bukan lewat uang ya bisa juga lewat rajin memberi bingkisan di hari-hari besar dengan tujuan agar namanya diingat pimpinan. Atau ada juga yang rajin menjilat agar bisa naik. Kalau ada aroma persaingan, maka saling sikut pun dihalalkan. Mau teman, mau lawan, semua sikat saja yang penting menang. Ada pula yang rela menggadaikan hak kesulungannya agar tidak terhambat untuk naik pangkat. Semua itu sudah dianggap sebagai hal yang lumrah untuk dilakukan di jaman sekarang, apalagi di negara kita yang tingkat ketidakjujurannya lumayan 'mantap'.
Ada banyak orang berdalih bahwa itu terpaksa dilakukan, karena itu memang sudah menjadi kebiasaan di mana-mana. Sebab kalau tidak demikian, lupakan saja soal mendapat promosi. Kita seringkali terpaku pada kebiasaan dunia dan cenderung menyerah mengikutinya. Kita malah memilih untuk tidak mematuhi Tuhan dan menuruti cara serong dunia, lantas seolah merasa bahwa soal naik dan turun tidak ada urusannya dengan Tuhan. Kita melupakan sebuah fakta bahwa masalah mengalami peningkatan atau tidak itu sesungguhnya bukanlah tergantung dari dunia, atau dari manusia lain, tapi sesungguhnya berasal dari Tuhan. Tanpa berlaku curang dan berkompromi dengan hal buruk yang sudah dianggap lumrah di dunia ini, kita tetap bisa mengalami peningkatan karir, dan saya bisa katakan itu akan terasa luar biasa indahnya jika itu berasal dari Tuhan.
Apakah ada ayat yang menyatakan hal ini? Tentu saja ada, misalnya dalam kitab Mazmur. Pemazmur mengatakannya seperti ini: "Sebab bukan dari timur atau dari barat dan bukan dari padang gurun datangnya peninggian itu, tetapi Allah adalah Hakim: direndahkan-Nya yang satu dan ditinggikan-Nya yang lain." (Mazmur 75:7-8). Dalam bahasa Inggris Amplifiednya dikatakan "For not from the east nor from the west nor from the south come promotion and lifting up. But God is the Judge! He puts down one and lifts up another." Inilah hal yang sering kita lupakan. Kita sering tergiur dengan jabatan dan mengira bahwa kita perlu mati-matian menghalalkan segala cara untuk memperolehnya. Kita lupa bahwa peningkatan yang sesungguhnya justru berasal dari Tuhan dan bukan dari manusia. Kita seringkali terburu nafsu untuk secepatnya menggapai sebuah jabatan, padahal Tuhan tidak pernah menyarankan kita untuk terburu-buru. Ketekunan, kesabaran, keuletan, kesungguhan, itulah yang akan bernilai di mata Tuhan, dan pada saatnya, sesuai takaran dan waktu Tuhan, kita pasti akan naik walau tanpa melakukan kecurangan-kecurangan yang jahat di mata Tuhan.
Kenapa saya berani berkata demikian? Karena Alkitab jelas-jelas berkata bahwa apa yang diinginkan Tuhan untuk terjadi kepada anak-anakNya sesungguhnya bukanlah sesuatu yang kecil atau pas-pasan saja melainkan telah ditetapkan untuk menjadi kepala dan bukan ekor, terus naik dan bukan turun. Tetapi untuk itu ada syarat yang ditetapkan Tuhan untuk kita lakukan dengan sungguh-sungguh. Itu tertulis dalam kitab Ulangan. "TUHAN akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan menjadi ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun, apabila engkau mendengarkan perintah TUHAN, Allahmu, yang kusampaikan pada hari ini kaulakukan dengan setia, dan apabila engkau tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri dari segala perintah yang kuberikan kepadamu pada hari ini, dengan mengikuti allah lain dan beribadah kepadanya." (Ulangan 28:13-14). Melakukan kecurangan-kecurangan demi kenaikan jabatan mungkin sepintas terlihat menjanjikan solusi cepat, namun ketika itu bukan berasal dari Tuhan, maka cepat atau lambat keruntuhan pun akan membuat semuanya sia-sia bahkan menghancurkan hidup pelaku, keluarganya dan banyak orang. Lihatlah 'parade' banyak koruptor yang kehilangan gaya setelah vonis dijatuhkan. Benar bahwa ada yang masih bisa senyam-senyum tanpa rasa malu karena mereka berpikir bisa tetap menyuap untuk bebas atau setidaknya bisa menjalani hukuman dengan lebih nyaman bak di hotel bintang lima. Tapi meski begitu, kelak di hadapan Tuhan tidak ada penyuapan atau apapun lagi yang bisa dibuat. Disanalah letak pertanggungjawaban sebenarnya. Tidak ada satupun kejahatan di muka bumi ini yang luput dari hukuman Tuhan, dengan alasan apapun. Kalau begitu, buat apa harus melegalkan segala bentuk pelanggaran hanya untuk naik pangkat.
Seperti yang saya katakan kemarin, apa yang dituntut dari kita sebenarnya hanyalah kesungguhan kita dalam bekerja. "Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia." (Kolose 3:23). Itu bagian kita, dan masalah berkat, termasuk di dalamnya kenaikan pangkat atau jabatan, itu adalah bagian Tuhan. Mungkin tidak mudah untuk bisa tetap hidup lurus di tengah dunia yang bengkok, namun bukan berarti kita harus menyerah dan berkompromi. Justru Tuhan menjanjikan begitu banyak berkat jika kita mau mendengarkan firman Tuhan baik-baik dan melakukan dengan setia semua perintahNya tersebut, seperti yang diuraikan panjang lebar dalam Ulangan 28:1-14.
Berhati-hatilah agar jangan sampai masuk ke dalam jebakan dunia dengan segala permainan dan kecurangan yang tersembunyi dibaliknya. Kita bisa memaksakan kenaikan sesuai keinginan kita, tapi tidakkah semua itu akan berakhir sia-sia dan menghancurkan hidup maupun janji keselamatan kita jika itu bukan berasal daripadaNya? Tuhan sudah menjanjikan bahwa kita akan terus meningkat. Tuhan menjanjikan kita sebagai kepala dan bukan ekor, tetap naik dan bukan turun, namun itu hanya berlaku jika kita mendengarkan dan melakukan firmanNya dengan setia, tidak menyimpang dan tidak menghambakan diri kepada hal lain apapun selain kepada Tuhan. Jika anda memberikan kesungguhan secara penuh dalam pekerjaan, sekecil apapun itu, biar bagaimanapun, itu akan memberikan nilai tersendiri bagi tempat di mana anda bekerja. Mau perusahaannya berbasis kolusi mau tidak, perusahaan mana yang mau kehilangan pegawai terbaiknya? Dan tentu saja itu akan sangat dihargai Tuhan juga. Oleh karena itu, tetaplah bekerja dengan baik, tekun dan sepenuh hati, seakan-akan anda melakukannya untuk Tuhan, maka soal peningkatan hanyalah soal waktu saja. Tuhan sudah menetapkan kita untuk berada di posisi tinggi. Lakukan bagian kita, dan Tuhan pasti akan mengerjakan bagianNya.
Peningkatan hanya soal waktu apabila kita melakukan kehendak Tuhan dengan setia
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
==========================
"Sebab bukan dari timur atau dari barat dan bukan dari padang gurun datangnya peninggian itu,tetapi Allah adalah Hakim: direndahkan-Nya yang satu dan ditinggikan-Nya yang lain."
Kalau anda menekuni profesi dengan jenjang karir, anda tentu ingin bisa naik pangkat. Seorang pegawai negeri akan berusaha bisa naik pangkatnya setinggi mungkin yang biasanya akan berbanding lurus dengan tingginya gaji, uang pensiun dan berbagai hal lainnya. Ada yang mengincar posisi-posisi strategis, ada yang mencari posisi 'basah', maksudnya posisi yang memungkinkan seseorang untuk mendapat uang tambahan selain yang resmi, tapi ada banyak pula yang tidak berpikir untuk melakukan kecurangan melainkan semata-mata ingin mewujudkan mimpinya untuk meraih jenjang setinggi mungkin. Nah, kalau ingin naik jabatan atau mendapat promosi, apa yang harus kita lakukan? Di jaman sekarang, bekerja sebaik mungkin dengan menghasilkan prestasi cemerlang saja tidaklah cukup. Ada banyak orang yang harus pakai 'pelicin' agar lajunya mantap meluncur ke arah yang diinginkan. Kalau takut ketahuan dan ketangkap tangan, bisa lewat banyak cara lainnya seperti pemberian diputar lewat banyak tangan perantara misalnya. Kalau bukan lewat uang ya bisa juga lewat rajin memberi bingkisan di hari-hari besar dengan tujuan agar namanya diingat pimpinan. Atau ada juga yang rajin menjilat agar bisa naik. Kalau ada aroma persaingan, maka saling sikut pun dihalalkan. Mau teman, mau lawan, semua sikat saja yang penting menang. Ada pula yang rela menggadaikan hak kesulungannya agar tidak terhambat untuk naik pangkat. Semua itu sudah dianggap sebagai hal yang lumrah untuk dilakukan di jaman sekarang, apalagi di negara kita yang tingkat ketidakjujurannya lumayan 'mantap'.
Ada banyak orang berdalih bahwa itu terpaksa dilakukan, karena itu memang sudah menjadi kebiasaan di mana-mana. Sebab kalau tidak demikian, lupakan saja soal mendapat promosi. Kita seringkali terpaku pada kebiasaan dunia dan cenderung menyerah mengikutinya. Kita malah memilih untuk tidak mematuhi Tuhan dan menuruti cara serong dunia, lantas seolah merasa bahwa soal naik dan turun tidak ada urusannya dengan Tuhan. Kita melupakan sebuah fakta bahwa masalah mengalami peningkatan atau tidak itu sesungguhnya bukanlah tergantung dari dunia, atau dari manusia lain, tapi sesungguhnya berasal dari Tuhan. Tanpa berlaku curang dan berkompromi dengan hal buruk yang sudah dianggap lumrah di dunia ini, kita tetap bisa mengalami peningkatan karir, dan saya bisa katakan itu akan terasa luar biasa indahnya jika itu berasal dari Tuhan.
Apakah ada ayat yang menyatakan hal ini? Tentu saja ada, misalnya dalam kitab Mazmur. Pemazmur mengatakannya seperti ini: "Sebab bukan dari timur atau dari barat dan bukan dari padang gurun datangnya peninggian itu, tetapi Allah adalah Hakim: direndahkan-Nya yang satu dan ditinggikan-Nya yang lain." (Mazmur 75:7-8). Dalam bahasa Inggris Amplifiednya dikatakan "For not from the east nor from the west nor from the south come promotion and lifting up. But God is the Judge! He puts down one and lifts up another." Inilah hal yang sering kita lupakan. Kita sering tergiur dengan jabatan dan mengira bahwa kita perlu mati-matian menghalalkan segala cara untuk memperolehnya. Kita lupa bahwa peningkatan yang sesungguhnya justru berasal dari Tuhan dan bukan dari manusia. Kita seringkali terburu nafsu untuk secepatnya menggapai sebuah jabatan, padahal Tuhan tidak pernah menyarankan kita untuk terburu-buru. Ketekunan, kesabaran, keuletan, kesungguhan, itulah yang akan bernilai di mata Tuhan, dan pada saatnya, sesuai takaran dan waktu Tuhan, kita pasti akan naik walau tanpa melakukan kecurangan-kecurangan yang jahat di mata Tuhan.
Kenapa saya berani berkata demikian? Karena Alkitab jelas-jelas berkata bahwa apa yang diinginkan Tuhan untuk terjadi kepada anak-anakNya sesungguhnya bukanlah sesuatu yang kecil atau pas-pasan saja melainkan telah ditetapkan untuk menjadi kepala dan bukan ekor, terus naik dan bukan turun. Tetapi untuk itu ada syarat yang ditetapkan Tuhan untuk kita lakukan dengan sungguh-sungguh. Itu tertulis dalam kitab Ulangan. "TUHAN akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan menjadi ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun, apabila engkau mendengarkan perintah TUHAN, Allahmu, yang kusampaikan pada hari ini kaulakukan dengan setia, dan apabila engkau tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri dari segala perintah yang kuberikan kepadamu pada hari ini, dengan mengikuti allah lain dan beribadah kepadanya." (Ulangan 28:13-14). Melakukan kecurangan-kecurangan demi kenaikan jabatan mungkin sepintas terlihat menjanjikan solusi cepat, namun ketika itu bukan berasal dari Tuhan, maka cepat atau lambat keruntuhan pun akan membuat semuanya sia-sia bahkan menghancurkan hidup pelaku, keluarganya dan banyak orang. Lihatlah 'parade' banyak koruptor yang kehilangan gaya setelah vonis dijatuhkan. Benar bahwa ada yang masih bisa senyam-senyum tanpa rasa malu karena mereka berpikir bisa tetap menyuap untuk bebas atau setidaknya bisa menjalani hukuman dengan lebih nyaman bak di hotel bintang lima. Tapi meski begitu, kelak di hadapan Tuhan tidak ada penyuapan atau apapun lagi yang bisa dibuat. Disanalah letak pertanggungjawaban sebenarnya. Tidak ada satupun kejahatan di muka bumi ini yang luput dari hukuman Tuhan, dengan alasan apapun. Kalau begitu, buat apa harus melegalkan segala bentuk pelanggaran hanya untuk naik pangkat.
Seperti yang saya katakan kemarin, apa yang dituntut dari kita sebenarnya hanyalah kesungguhan kita dalam bekerja. "Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia." (Kolose 3:23). Itu bagian kita, dan masalah berkat, termasuk di dalamnya kenaikan pangkat atau jabatan, itu adalah bagian Tuhan. Mungkin tidak mudah untuk bisa tetap hidup lurus di tengah dunia yang bengkok, namun bukan berarti kita harus menyerah dan berkompromi. Justru Tuhan menjanjikan begitu banyak berkat jika kita mau mendengarkan firman Tuhan baik-baik dan melakukan dengan setia semua perintahNya tersebut, seperti yang diuraikan panjang lebar dalam Ulangan 28:1-14.
Berhati-hatilah agar jangan sampai masuk ke dalam jebakan dunia dengan segala permainan dan kecurangan yang tersembunyi dibaliknya. Kita bisa memaksakan kenaikan sesuai keinginan kita, tapi tidakkah semua itu akan berakhir sia-sia dan menghancurkan hidup maupun janji keselamatan kita jika itu bukan berasal daripadaNya? Tuhan sudah menjanjikan bahwa kita akan terus meningkat. Tuhan menjanjikan kita sebagai kepala dan bukan ekor, tetap naik dan bukan turun, namun itu hanya berlaku jika kita mendengarkan dan melakukan firmanNya dengan setia, tidak menyimpang dan tidak menghambakan diri kepada hal lain apapun selain kepada Tuhan. Jika anda memberikan kesungguhan secara penuh dalam pekerjaan, sekecil apapun itu, biar bagaimanapun, itu akan memberikan nilai tersendiri bagi tempat di mana anda bekerja. Mau perusahaannya berbasis kolusi mau tidak, perusahaan mana yang mau kehilangan pegawai terbaiknya? Dan tentu saja itu akan sangat dihargai Tuhan juga. Oleh karena itu, tetaplah bekerja dengan baik, tekun dan sepenuh hati, seakan-akan anda melakukannya untuk Tuhan, maka soal peningkatan hanyalah soal waktu saja. Tuhan sudah menetapkan kita untuk berada di posisi tinggi. Lakukan bagian kita, dan Tuhan pasti akan mengerjakan bagianNya.
Peningkatan hanya soal waktu apabila kita melakukan kehendak Tuhan dengan setia
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Sunday, March 15, 2015
Bergembira dalam Pekerjaan
Ayat bacaan: Pengkhotbah 3:22
=======================
"Aku melihat bahwa tidak ada yang lebih baik bagi manusia dari pada bergembira dalam pekerjaannya, sebab itu adalah bahagiannya. Karena siapa akan memperlihatkan kepadanya apa yang akan terjadi sesudah dia?"
Saya mengenal seorang supir angkot yang usianya ada di kisaran 40 an tahun. Ia bergelar sarjana dan sempat bekerja di sebuah perusahaan dengan penghasilan baik. Suatu hari perusahaannya bangkrut dan ia pun kehilangan pekerjaannya. Tidak gampang untuk melamar kerja lagi ke mana-mana sementara anak dan istri harus dicukupi kebutuhannya. Ia kemudian memutuskan untuk menjadi supir angkot, mengambil trayek yang kebetulan sering saya lalui. Satu hal yang menarik adalah perilakunya saat bekerja. Kalau sebagian besar supir angkot ugal-ugalan kejar setoran, tidak banyak bicara dan hanya fokus mencari sewa di pinggir jalan, supir yang satu ini secara kasat mata tampak menikmati betul profesinya. Ia terus bercanda dengan penumpangnya baik yang duduk di sebelahnya maupun yang di belakang. Ia terlihat sangat gembira sehingga siapapun yang naik dalam angkotnya serasa piknik ramai-ramai. Menjadi supir angkot bukanlah pekerjaan yang membanggakan bagi kebanyakan orang. Kita jarang melihat anak-anak yang bercita-cita ingin menjadi supir angkot. Tapi yang satu ini terlihat bangga. Kenapa bangga? Karena setidaknya ia masih bekerja dengan halal di tengah kondisi ekonomi sulit seperti ini. Ia masih bisa menyekolahkan anaknya, membiayai keluarga, itu merupakan sebuah kebanggaan baginya. Punya gelar tapi nyupir? Kenapa tidak, selama itu halal. Toh rejeki ada ditangan Yang Diatas, katanya.
Hari ini ada banyak orang yang bekerja hanya semata karena harus mencukupi hidup. Mereka merasa terpaksa melakukan itu karena tuntutan kebutuhan. Bagaimana mungkin orang bisa bergembira melakukan sesuatu kalau judulnya terpaksa? Dan bagaimana mungkin kita bisa mengharapkan hasil terbaik kalau mindsetnya seperti itu.
Alkitab mengingatkan kita untuk mencintai pekerjaan, yang artinya melakukan bagian dari pekerjaan masing-masing dengan hati yang gembira. Itulah yang diingatkan Pengkotbah yang tampaknya didasari perenungan, pengalaman dan kesaksiannya sendiri. Demikian bunyi ayatnya. "Aku melihat bahwa tidak ada yang lebih baik bagi manusia dari pada bergembira dalam pekerjaannya, sebab itu adalah bahagiannya. Karena siapa akan memperlihatkan kepadanya apa yang akan terjadi sesudah dia?" (Pengkotbah 3:22). Apakah mencintai profesi atau tidak, Pengkotbah menyimpulkan bahwa tidak ada yang lebih baik daripada bergembira dalam melakukan pekerjaan masing-masing. Mengapa? Karena itu adalah bagian atau panggilan kita. Apa yang kita kerjakan hari ini bukan suatu kebetulan. Ada sesuatu yang menanti disana apabila kita melakukannya dengan hati lapang dan dengan sungguh-sungguh. Kalau kita tidak bahagia dalam bekerja, kalau terpaksa atau melakukannya dengan hati yang berat, apa sih keuntungan yang bisa kita dapatkan? Berkeluh kesah sepanjang hari? Mengasihani diri berlebihan, emosi, terus merasa tidak puas dan kehilangan damai sejahtera, adakah itu membawa manfaat? Yang ada malah membuat etos kerja kita menurun, mengganggu orang lain, membuat kita tidak berkembang dan kehilangan kesempatan untuk maju karena hasil pekerjaan yang tidak istimewa, bahkan mendatangkan penyakit bagi diri kita sendiri. Apakah baik apabila kita sulit bersyukur dan hanya bersungut-sungut tidak pernah merasa puas? Akankah itu baik bagi diri kita, keluarga kita, dan apakah itu menyenangkan hati Tuhan? Semua ini penting untuk kita renungkan terlepas dari apapun pekerjaan yang sedang kita geluti saat ini.
Satu hal yang harus kita ingat, soal bahagia atau tidak bukanlah tergantung dari kondisi atau situasi yang kita hadapi melainkan tergantung dari seberapa jauh kita mengijinkan Tuhan untuk ambil bagian dalam hidup kita. Kebahagiaan atau kegembiraan sejati berasal dari Tuhan dan bukan dari keadaan. "Ya, karena Dia hati kita bersukacita, sebab kepada nama-Nya yang kudus kita percaya." (Mazmur 33:21). Selanjutnya Amsal mengatakan bahwa "Hati yang gembira membuat muka berseri-seri, tetapi kepedihan hati mematahkan semangat." (Amsal 15:13). Atau lihatlah ayat lain: "Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang." (Amsal 17:22). Bekerja dengan hati yang lapang, hati yang gembira, itu adalah obat yang manjur dan menjaga kita agar tetap sehat, awet muda dan memiliki semangat untuk melakukan yang terbaik. Dan rasa syukur kita dalam menikmati anugerah Tuhan akan membuat itu bisa terjadi. Apakah kita menikmati pekerjaan dengan penuh rasa syukur sebagai sebuah berkat dari Tuhan atau kita terus merasa kurang puas, itu semua tergantung kita. Tuhan sanggup membuat pekerjaan sekecil apapun menjadi seindah atau seberharga emas. Tidak ada satupun orang yang bisa tahu apa yang akan terjadi di depan bukan? Saya tidak berbicara mengenai kekayaan materi saja karena itu sangatlah sempit, tetapi mengenai hasil atau pencapaian yang bisa kita peroleh lewat hati yang gembira dalam bekerja. Itulah yang akan membuat kita mampu menghasilkan karya-karya yang 'monumental'.
Pekerjaan yang tampaknya rendah atau sepele hari ini bisa menjadi sesuatu yang luar biasa pada suatu hari nanti. Tapi itu tidak akan bisa terjadi kalau kita mengerjakannya secara terpaksa, dengan berat hati dan asal-asalan. Apa yang tampaknya biasa saja kalau dikerjakan dengan baik bisa menjadi sumber melimpahnya berkat Tuhan kepada kita. Kalau Tuhan berkenan dan senang kepada usaha serius kita, kenapa tidak? Itu saya tahu pasti, dan pernah pula mengalaminya sendiri sekian tahun lalu. Bayangkan, dari gaji awal yang hanya 30.000 rupiah sebagai asisten, saya akhirnya bisa mencukupi kebutuhan hidup lebih dari sekedar pas-pasan. Pekerjaan yang kata orang biasa belum tentu sama di mata Tuhan. Tidak ada pekerjaan rendah dan tidak ada pekerjaan yang tidak bisa diberkati Tuhan secara luar biasa.
Mungkin ada saat ini di antara kita yang mulai merasa jenuh dengan pekerjaan, mungkin ada yang merasa bahwa pekerjaan saat ini tidak cukup baik, hanya dikerjakan karena terpaksa untuk mencari nafkah. Tetapi saya ingin mengingatkan bahwa Tuhan tidak akan pernah kekurangan cara untuk memberkati kita. Yang dituntut dari kita adalah bekerja sungguh-sungguh dengan segenap hati seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia (Kolose 3:23). Akan sangat sulit untuk bisa sampai ke tahapan seperti itu apabila kita tidak memiliki hati yang gembira dalam melakukannya.
Tinggi rendah pendapatan bukanlah alasan untuk bergembira atau tidak. Saya sudah beberapa kali bertemu dengan orang-orang yang dalam pandangan dunia dianggap melakukan pekerjaan kasar atau dinilai rendah, tapi mereka tetap saja bisa bersukacita dalam melakukannya dan itu mendatangkan hasil yang baik. Akibatnya merekapun terus meningkat dalam pekerjannya. Sebaliknya, tidak jarang kita melihat keluarga yang hancur, hidup orang yang jauh dari bahagia, padahal mereka memiliki kekayaan yang besar. Kalau begitu, kenapa kita tidak mencoba meneteskan setitik cinta pada pekerjaan kita? Apapun itu pekerjaannya, selama itu halal, mengucap syukurlah atas pekerjaan tersebut kepada Tuhan dan lakukanlah dengan hati gembira segala yang menjadi bagian kita masing-masing. Kalau itu sudah dilakukan, lihatlah nanti bagaimana luar biasanya Tuhan bisa memberkati kita lewat apapun yang kita kerjakan. Mari belajar untuk bersyukur dan menikmati pekerjaan kita bersama Tuhan dengan hati yang gembira.
Syukuri pekerjaan yang diberikan Tuhan, lakukan dengan gembira
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
=======================
"Aku melihat bahwa tidak ada yang lebih baik bagi manusia dari pada bergembira dalam pekerjaannya, sebab itu adalah bahagiannya. Karena siapa akan memperlihatkan kepadanya apa yang akan terjadi sesudah dia?"
Saya mengenal seorang supir angkot yang usianya ada di kisaran 40 an tahun. Ia bergelar sarjana dan sempat bekerja di sebuah perusahaan dengan penghasilan baik. Suatu hari perusahaannya bangkrut dan ia pun kehilangan pekerjaannya. Tidak gampang untuk melamar kerja lagi ke mana-mana sementara anak dan istri harus dicukupi kebutuhannya. Ia kemudian memutuskan untuk menjadi supir angkot, mengambil trayek yang kebetulan sering saya lalui. Satu hal yang menarik adalah perilakunya saat bekerja. Kalau sebagian besar supir angkot ugal-ugalan kejar setoran, tidak banyak bicara dan hanya fokus mencari sewa di pinggir jalan, supir yang satu ini secara kasat mata tampak menikmati betul profesinya. Ia terus bercanda dengan penumpangnya baik yang duduk di sebelahnya maupun yang di belakang. Ia terlihat sangat gembira sehingga siapapun yang naik dalam angkotnya serasa piknik ramai-ramai. Menjadi supir angkot bukanlah pekerjaan yang membanggakan bagi kebanyakan orang. Kita jarang melihat anak-anak yang bercita-cita ingin menjadi supir angkot. Tapi yang satu ini terlihat bangga. Kenapa bangga? Karena setidaknya ia masih bekerja dengan halal di tengah kondisi ekonomi sulit seperti ini. Ia masih bisa menyekolahkan anaknya, membiayai keluarga, itu merupakan sebuah kebanggaan baginya. Punya gelar tapi nyupir? Kenapa tidak, selama itu halal. Toh rejeki ada ditangan Yang Diatas, katanya.
Hari ini ada banyak orang yang bekerja hanya semata karena harus mencukupi hidup. Mereka merasa terpaksa melakukan itu karena tuntutan kebutuhan. Bagaimana mungkin orang bisa bergembira melakukan sesuatu kalau judulnya terpaksa? Dan bagaimana mungkin kita bisa mengharapkan hasil terbaik kalau mindsetnya seperti itu.
Alkitab mengingatkan kita untuk mencintai pekerjaan, yang artinya melakukan bagian dari pekerjaan masing-masing dengan hati yang gembira. Itulah yang diingatkan Pengkotbah yang tampaknya didasari perenungan, pengalaman dan kesaksiannya sendiri. Demikian bunyi ayatnya. "Aku melihat bahwa tidak ada yang lebih baik bagi manusia dari pada bergembira dalam pekerjaannya, sebab itu adalah bahagiannya. Karena siapa akan memperlihatkan kepadanya apa yang akan terjadi sesudah dia?" (Pengkotbah 3:22). Apakah mencintai profesi atau tidak, Pengkotbah menyimpulkan bahwa tidak ada yang lebih baik daripada bergembira dalam melakukan pekerjaan masing-masing. Mengapa? Karena itu adalah bagian atau panggilan kita. Apa yang kita kerjakan hari ini bukan suatu kebetulan. Ada sesuatu yang menanti disana apabila kita melakukannya dengan hati lapang dan dengan sungguh-sungguh. Kalau kita tidak bahagia dalam bekerja, kalau terpaksa atau melakukannya dengan hati yang berat, apa sih keuntungan yang bisa kita dapatkan? Berkeluh kesah sepanjang hari? Mengasihani diri berlebihan, emosi, terus merasa tidak puas dan kehilangan damai sejahtera, adakah itu membawa manfaat? Yang ada malah membuat etos kerja kita menurun, mengganggu orang lain, membuat kita tidak berkembang dan kehilangan kesempatan untuk maju karena hasil pekerjaan yang tidak istimewa, bahkan mendatangkan penyakit bagi diri kita sendiri. Apakah baik apabila kita sulit bersyukur dan hanya bersungut-sungut tidak pernah merasa puas? Akankah itu baik bagi diri kita, keluarga kita, dan apakah itu menyenangkan hati Tuhan? Semua ini penting untuk kita renungkan terlepas dari apapun pekerjaan yang sedang kita geluti saat ini.
Satu hal yang harus kita ingat, soal bahagia atau tidak bukanlah tergantung dari kondisi atau situasi yang kita hadapi melainkan tergantung dari seberapa jauh kita mengijinkan Tuhan untuk ambil bagian dalam hidup kita. Kebahagiaan atau kegembiraan sejati berasal dari Tuhan dan bukan dari keadaan. "Ya, karena Dia hati kita bersukacita, sebab kepada nama-Nya yang kudus kita percaya." (Mazmur 33:21). Selanjutnya Amsal mengatakan bahwa "Hati yang gembira membuat muka berseri-seri, tetapi kepedihan hati mematahkan semangat." (Amsal 15:13). Atau lihatlah ayat lain: "Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang." (Amsal 17:22). Bekerja dengan hati yang lapang, hati yang gembira, itu adalah obat yang manjur dan menjaga kita agar tetap sehat, awet muda dan memiliki semangat untuk melakukan yang terbaik. Dan rasa syukur kita dalam menikmati anugerah Tuhan akan membuat itu bisa terjadi. Apakah kita menikmati pekerjaan dengan penuh rasa syukur sebagai sebuah berkat dari Tuhan atau kita terus merasa kurang puas, itu semua tergantung kita. Tuhan sanggup membuat pekerjaan sekecil apapun menjadi seindah atau seberharga emas. Tidak ada satupun orang yang bisa tahu apa yang akan terjadi di depan bukan? Saya tidak berbicara mengenai kekayaan materi saja karena itu sangatlah sempit, tetapi mengenai hasil atau pencapaian yang bisa kita peroleh lewat hati yang gembira dalam bekerja. Itulah yang akan membuat kita mampu menghasilkan karya-karya yang 'monumental'.
Pekerjaan yang tampaknya rendah atau sepele hari ini bisa menjadi sesuatu yang luar biasa pada suatu hari nanti. Tapi itu tidak akan bisa terjadi kalau kita mengerjakannya secara terpaksa, dengan berat hati dan asal-asalan. Apa yang tampaknya biasa saja kalau dikerjakan dengan baik bisa menjadi sumber melimpahnya berkat Tuhan kepada kita. Kalau Tuhan berkenan dan senang kepada usaha serius kita, kenapa tidak? Itu saya tahu pasti, dan pernah pula mengalaminya sendiri sekian tahun lalu. Bayangkan, dari gaji awal yang hanya 30.000 rupiah sebagai asisten, saya akhirnya bisa mencukupi kebutuhan hidup lebih dari sekedar pas-pasan. Pekerjaan yang kata orang biasa belum tentu sama di mata Tuhan. Tidak ada pekerjaan rendah dan tidak ada pekerjaan yang tidak bisa diberkati Tuhan secara luar biasa.
Mungkin ada saat ini di antara kita yang mulai merasa jenuh dengan pekerjaan, mungkin ada yang merasa bahwa pekerjaan saat ini tidak cukup baik, hanya dikerjakan karena terpaksa untuk mencari nafkah. Tetapi saya ingin mengingatkan bahwa Tuhan tidak akan pernah kekurangan cara untuk memberkati kita. Yang dituntut dari kita adalah bekerja sungguh-sungguh dengan segenap hati seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia (Kolose 3:23). Akan sangat sulit untuk bisa sampai ke tahapan seperti itu apabila kita tidak memiliki hati yang gembira dalam melakukannya.
Tinggi rendah pendapatan bukanlah alasan untuk bergembira atau tidak. Saya sudah beberapa kali bertemu dengan orang-orang yang dalam pandangan dunia dianggap melakukan pekerjaan kasar atau dinilai rendah, tapi mereka tetap saja bisa bersukacita dalam melakukannya dan itu mendatangkan hasil yang baik. Akibatnya merekapun terus meningkat dalam pekerjannya. Sebaliknya, tidak jarang kita melihat keluarga yang hancur, hidup orang yang jauh dari bahagia, padahal mereka memiliki kekayaan yang besar. Kalau begitu, kenapa kita tidak mencoba meneteskan setitik cinta pada pekerjaan kita? Apapun itu pekerjaannya, selama itu halal, mengucap syukurlah atas pekerjaan tersebut kepada Tuhan dan lakukanlah dengan hati gembira segala yang menjadi bagian kita masing-masing. Kalau itu sudah dilakukan, lihatlah nanti bagaimana luar biasanya Tuhan bisa memberkati kita lewat apapun yang kita kerjakan. Mari belajar untuk bersyukur dan menikmati pekerjaan kita bersama Tuhan dengan hati yang gembira.
Syukuri pekerjaan yang diberikan Tuhan, lakukan dengan gembira
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Saturday, March 14, 2015
Kuasa Menikmati
Ayat bacaan: Pengkhotbah 6:1-2
=========================
"Ada suatu kemalangan yang telah kulihat di bawah matahari, yang sangat menekan manusia:orang yang dikaruniai Allah kekayaan, harta benda dan kemuliaan, sehingga ia tak kekurangan suatupun yang diingininya, tetapi orang itu tidak dikaruniai kuasa oleh Allah untuk menikmatinya, melainkan orang lain yang menikmatinya! Inilah kesia-siaan dan penderitaan yang pahit."
Apakah uang menjamin kebahagiaan? Banyak yang berpikir seperti itu. Mereka terus berlomba mengeruk uang sebanyak mungkin dengan cara apapun, dan kita lihat betapa banyaknya yang pada akhirnya kandas di balik jeruji besi dan mendatangkan penderitaan bagi keluarganya. Di sisi lain, mau korupsi atau tidak, apa benar uang membuat kita hidup terjamin bahagia? Mungkin mudah bagi kita untuk berkata, kenapa tidak? Bukankah mau beli apa-apa itu butuh uang? Kalau uang banyak, berarti masalah hidup pun selesai. Faktanya ternyata tidak seperti itu. Ambil contoh sederhana saja, salah satu tetangga saya. Mereka sama sekali tidak punya masalah secara finansial. Beberapa kali mereka membeli tanah hanya bagai membeli kacang goreng saja mudahnya. Tanpa perencanaan, tanpa harus mengumpul uang terlebih dahulu, tapi begitu kepikiran kepingin tanah, maka saat itu juga langsung beli secara tunai.
Apakah hidup mereka bahagia? Nyatanya tidak. Berkali-kali mereka bertengkar hebat hingga kedengaran tetangga dan sang suami sendiri sering curhat pada saya. Ia berkata tidak habis pikir mengapa mereka tidak kunjung bisa menikmati hidup, padahal secara ekonomi mereka lebih dari cukup. Kenapa setiap mereka beli sesuatu yang besar ujung-ujungnya ribut? Kenapa mereka kemudian berkali-kali mengalami kerugian, seperti beberapa tanah yang akhirnya tidak bisa diapa-apakan karena bersengketa dengan penduduk setempat? Dan menurutnya, ia pun heran melihat saya dan istri yang meski secara kemampuan finansial jauh dibawah mereka tapi bisa hidup harmonis dan bahagia. Ia bingung, karena selama ini apa yang ia tahu adalah uang merupakan sumber jaminan keamanan, ketentraman, kenyamanan dan kebahagiaan.
Ada ayat yang secara khusus menyebutkan hal ini di Alkitab yang jarang diketahui orang. "Ada suatu kemalangan yang telah kulihat di bawah matahari, yang sangat menekan manusia:orang yang dikaruniai Allah kekayaan, harta benda dan kemuliaan, sehingga ia tak kekurangan suatupun yang diingininya, tetapi orang itu tidak dikaruniai kuasa oleh Allah untuk menikmatinya, melainkan orang lain yang menikmatinya! Inilah kesia-siaan dan penderitaan yang pahit." (Pengkhotbah 6:1-2). Ayat ini secara jelas menyatakan bahwa ada satu kuasa yang berasal dari anugerah Tuhan yang jarang diketahui orang, yaitu kuasa untuk menikmati. Ternyata berkat bukan hanya bicara soal harta dan benda-benda berbentuk fisik saja, tetapi kuasa untuk menikmati semua itu pun merupakan berkat tersendiri yang kita butuhkan. Kita bisa bergelimang harta, tapi tanpa adanya kuasa untuk menikmati, maka semua itu tidaklah berguna, sia-sia dan tidak akan pernah bisa membuat kita bahagia. Pengkotbah bahkan menggambarkan hal itu sebagai sebuah kemalangan, kesia-siaan bahkan penderitaan yang pahit.
Ayat ini ada dalam sebuah kitab yang ditulis oleh Salomo, anak Daud, raja di Yerusalem. Sangatlah menarik jika melihat bahwa peringatan akan kesia-siaan kekayaan tanpa adanya kuasa menikmati justru berasal dari Salomo yang notabene merupakan orang terkaya yang pernah ada di muka bumi. Kalau kita baca ayat tersebut dalam Bahasa Indonesia Sehari-hari, dikatakan bahwa "Ada kalanya Allah memberi kekayaan, kehormatan dan harta benda kepada seseorang, sehingga tak ada lagi yang diinginkannya. Tetapi Allah tidak mengizinkan dia menikmati semua pemberian itu. Sebaliknya, orang yang tidak dikenal-Nya akan menikmati kekayaan itu. Jadi, semua itu sia-sia dan menyedihkan." Tuhan memang menyediakan berkat melimpah termasuk pula kelimpahan termasuk dalam hal finansial, tapi kita harus mengetahui betul bahwa kita pun butuh kuasa untuk menikmati agar bisa memperoleh manfaat yang baik dari semua itu.
Di dalam Pengkotbah pasal 3 kita bisa kembali menemukan pesan Salomo yang berhubungan. "Dan bahwa setiap orang dapat makan, minum dan menikmati kesenangan dalam segala jerih payahnya, itu juga adalah pemberian Allah." (Pengkotbah 3:13). Jika kita bisa menikmati makan, minum serta menikmati hasil kerja kita, itu pun merupakan pemberian atau anugerah dari Tuhan dan bukan atas usaha kita. Lantas dalam pasal 5 kembali kita diingatkan bahwa "Setiap orang yang dikaruniai Allah kekayaan dan harta benda dan kuasa untuk menikmatinya, untuk menerima bahagiannya, dan untuk bersukacita dalam jerih payahnya--juga itupun karunia Allah." (Pengkotbah 5:19)
Kekayaan, harta benda atau berkat-berkat jasmani merupakan karunia Allah yang tentunya patut disyukuri. Tapi jangan lupa bahwa kita pun memerlukan kuasa (the power, capacity) untuk menikmatinya. Agar bisa menikmati hasil jerih payah dan berbahagia lewat perolehan kita, itu pun juga merupakan karunia Tuhan. Rangkaian ayat hari ini berbicara jelas akan kuasa untuk menikmati sebagai karunia dari Tuhan yang harus tetap kita perhatikan.
Jika Pengkotbah merasa perlu mengingatkan pesan ini berulang-ulang, tentu itu artinya ini adalah hal yang sangat penting. Kita hendaknya bisa belajar dari apa yang telah dialami Pengkotbah, karena ia menuliskan itu agar menjadi sebuah pelajaran bagi kita untuk tidak melupakan bahwa ada yang namanya kuasa untuk menikmati yang berasal dari Tuhan sendiri. Itulah kunci yang memampukan kita untuk bisa menikmati setiap hasil jerih payah kita dengan penuh sukacita. Kita memang harus mencari nafkah, tapi kebahagiaan bukan tergantung dari besaran harta yang kita miliki. Sejauh mana kedekatan, kesetiaan dan ketaatan kita kepada Tuhan, itulah yang akan menentukan, apakah kita bisa menerima berkat yang lengkap dari Sang Pemberi, baik berkat-berkat jasmani, kesehatan, kecukupan, kelengkapan maupun sebuah kesempatan bagi kita untuk menikmati itu semua.
Berkat jasmani bukan segalanya, tapi kuasa untuk menikmati juga merupakan karunia yang berasal dari Tuhan
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
=========================
"Ada suatu kemalangan yang telah kulihat di bawah matahari, yang sangat menekan manusia:orang yang dikaruniai Allah kekayaan, harta benda dan kemuliaan, sehingga ia tak kekurangan suatupun yang diingininya, tetapi orang itu tidak dikaruniai kuasa oleh Allah untuk menikmatinya, melainkan orang lain yang menikmatinya! Inilah kesia-siaan dan penderitaan yang pahit."
Apakah uang menjamin kebahagiaan? Banyak yang berpikir seperti itu. Mereka terus berlomba mengeruk uang sebanyak mungkin dengan cara apapun, dan kita lihat betapa banyaknya yang pada akhirnya kandas di balik jeruji besi dan mendatangkan penderitaan bagi keluarganya. Di sisi lain, mau korupsi atau tidak, apa benar uang membuat kita hidup terjamin bahagia? Mungkin mudah bagi kita untuk berkata, kenapa tidak? Bukankah mau beli apa-apa itu butuh uang? Kalau uang banyak, berarti masalah hidup pun selesai. Faktanya ternyata tidak seperti itu. Ambil contoh sederhana saja, salah satu tetangga saya. Mereka sama sekali tidak punya masalah secara finansial. Beberapa kali mereka membeli tanah hanya bagai membeli kacang goreng saja mudahnya. Tanpa perencanaan, tanpa harus mengumpul uang terlebih dahulu, tapi begitu kepikiran kepingin tanah, maka saat itu juga langsung beli secara tunai.
Apakah hidup mereka bahagia? Nyatanya tidak. Berkali-kali mereka bertengkar hebat hingga kedengaran tetangga dan sang suami sendiri sering curhat pada saya. Ia berkata tidak habis pikir mengapa mereka tidak kunjung bisa menikmati hidup, padahal secara ekonomi mereka lebih dari cukup. Kenapa setiap mereka beli sesuatu yang besar ujung-ujungnya ribut? Kenapa mereka kemudian berkali-kali mengalami kerugian, seperti beberapa tanah yang akhirnya tidak bisa diapa-apakan karena bersengketa dengan penduduk setempat? Dan menurutnya, ia pun heran melihat saya dan istri yang meski secara kemampuan finansial jauh dibawah mereka tapi bisa hidup harmonis dan bahagia. Ia bingung, karena selama ini apa yang ia tahu adalah uang merupakan sumber jaminan keamanan, ketentraman, kenyamanan dan kebahagiaan.
Ada ayat yang secara khusus menyebutkan hal ini di Alkitab yang jarang diketahui orang. "Ada suatu kemalangan yang telah kulihat di bawah matahari, yang sangat menekan manusia:orang yang dikaruniai Allah kekayaan, harta benda dan kemuliaan, sehingga ia tak kekurangan suatupun yang diingininya, tetapi orang itu tidak dikaruniai kuasa oleh Allah untuk menikmatinya, melainkan orang lain yang menikmatinya! Inilah kesia-siaan dan penderitaan yang pahit." (Pengkhotbah 6:1-2). Ayat ini secara jelas menyatakan bahwa ada satu kuasa yang berasal dari anugerah Tuhan yang jarang diketahui orang, yaitu kuasa untuk menikmati. Ternyata berkat bukan hanya bicara soal harta dan benda-benda berbentuk fisik saja, tetapi kuasa untuk menikmati semua itu pun merupakan berkat tersendiri yang kita butuhkan. Kita bisa bergelimang harta, tapi tanpa adanya kuasa untuk menikmati, maka semua itu tidaklah berguna, sia-sia dan tidak akan pernah bisa membuat kita bahagia. Pengkotbah bahkan menggambarkan hal itu sebagai sebuah kemalangan, kesia-siaan bahkan penderitaan yang pahit.
Ayat ini ada dalam sebuah kitab yang ditulis oleh Salomo, anak Daud, raja di Yerusalem. Sangatlah menarik jika melihat bahwa peringatan akan kesia-siaan kekayaan tanpa adanya kuasa menikmati justru berasal dari Salomo yang notabene merupakan orang terkaya yang pernah ada di muka bumi. Kalau kita baca ayat tersebut dalam Bahasa Indonesia Sehari-hari, dikatakan bahwa "Ada kalanya Allah memberi kekayaan, kehormatan dan harta benda kepada seseorang, sehingga tak ada lagi yang diinginkannya. Tetapi Allah tidak mengizinkan dia menikmati semua pemberian itu. Sebaliknya, orang yang tidak dikenal-Nya akan menikmati kekayaan itu. Jadi, semua itu sia-sia dan menyedihkan." Tuhan memang menyediakan berkat melimpah termasuk pula kelimpahan termasuk dalam hal finansial, tapi kita harus mengetahui betul bahwa kita pun butuh kuasa untuk menikmati agar bisa memperoleh manfaat yang baik dari semua itu.
Di dalam Pengkotbah pasal 3 kita bisa kembali menemukan pesan Salomo yang berhubungan. "Dan bahwa setiap orang dapat makan, minum dan menikmati kesenangan dalam segala jerih payahnya, itu juga adalah pemberian Allah." (Pengkotbah 3:13). Jika kita bisa menikmati makan, minum serta menikmati hasil kerja kita, itu pun merupakan pemberian atau anugerah dari Tuhan dan bukan atas usaha kita. Lantas dalam pasal 5 kembali kita diingatkan bahwa "Setiap orang yang dikaruniai Allah kekayaan dan harta benda dan kuasa untuk menikmatinya, untuk menerima bahagiannya, dan untuk bersukacita dalam jerih payahnya--juga itupun karunia Allah." (Pengkotbah 5:19)
Kekayaan, harta benda atau berkat-berkat jasmani merupakan karunia Allah yang tentunya patut disyukuri. Tapi jangan lupa bahwa kita pun memerlukan kuasa (the power, capacity) untuk menikmatinya. Agar bisa menikmati hasil jerih payah dan berbahagia lewat perolehan kita, itu pun juga merupakan karunia Tuhan. Rangkaian ayat hari ini berbicara jelas akan kuasa untuk menikmati sebagai karunia dari Tuhan yang harus tetap kita perhatikan.
Jika Pengkotbah merasa perlu mengingatkan pesan ini berulang-ulang, tentu itu artinya ini adalah hal yang sangat penting. Kita hendaknya bisa belajar dari apa yang telah dialami Pengkotbah, karena ia menuliskan itu agar menjadi sebuah pelajaran bagi kita untuk tidak melupakan bahwa ada yang namanya kuasa untuk menikmati yang berasal dari Tuhan sendiri. Itulah kunci yang memampukan kita untuk bisa menikmati setiap hasil jerih payah kita dengan penuh sukacita. Kita memang harus mencari nafkah, tapi kebahagiaan bukan tergantung dari besaran harta yang kita miliki. Sejauh mana kedekatan, kesetiaan dan ketaatan kita kepada Tuhan, itulah yang akan menentukan, apakah kita bisa menerima berkat yang lengkap dari Sang Pemberi, baik berkat-berkat jasmani, kesehatan, kecukupan, kelengkapan maupun sebuah kesempatan bagi kita untuk menikmati itu semua.
Berkat jasmani bukan segalanya, tapi kuasa untuk menikmati juga merupakan karunia yang berasal dari Tuhan
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Subscribe to:
Posts (Atom)
Menjadi Anggur Yang Baik (1)
Ayat bacaan: Yohanes 2:9 ===================== "Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu--dan ia tidak t...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24-25 ====================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih ...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24 ===================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan ...
-
Ayat bacaan: Mazmur 23:4 ====================== "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau...