Ayat bacaan: Pengkhotbah 6:1-2
=========================
"Ada suatu kemalangan yang telah kulihat di bawah matahari, yang sangat menekan manusia:orang yang dikaruniai Allah kekayaan, harta benda dan kemuliaan, sehingga ia tak kekurangan suatupun yang diingininya, tetapi orang itu tidak dikaruniai kuasa oleh Allah untuk menikmatinya, melainkan orang lain yang menikmatinya! Inilah kesia-siaan dan penderitaan yang pahit."
Apakah uang menjamin kebahagiaan? Banyak yang berpikir seperti itu. Mereka terus berlomba mengeruk uang sebanyak mungkin dengan cara apapun, dan kita lihat betapa banyaknya yang pada akhirnya kandas di balik jeruji besi dan mendatangkan penderitaan bagi keluarganya. Di sisi lain, mau korupsi atau tidak, apa benar uang membuat kita hidup terjamin bahagia? Mungkin mudah bagi kita untuk berkata, kenapa tidak? Bukankah mau beli apa-apa itu butuh uang? Kalau uang banyak, berarti masalah hidup pun selesai. Faktanya ternyata tidak seperti itu. Ambil contoh sederhana saja, salah satu tetangga saya. Mereka sama sekali tidak punya masalah secara finansial. Beberapa kali mereka membeli tanah hanya bagai membeli kacang goreng saja mudahnya. Tanpa perencanaan, tanpa harus mengumpul uang terlebih dahulu, tapi begitu kepikiran kepingin tanah, maka saat itu juga langsung beli secara tunai.
Apakah hidup mereka bahagia? Nyatanya tidak. Berkali-kali mereka bertengkar hebat hingga kedengaran tetangga dan sang suami sendiri sering curhat pada saya. Ia berkata tidak habis pikir mengapa mereka tidak kunjung bisa menikmati hidup, padahal secara ekonomi mereka lebih dari cukup. Kenapa setiap mereka beli sesuatu yang besar ujung-ujungnya ribut? Kenapa mereka kemudian berkali-kali mengalami kerugian, seperti beberapa tanah yang akhirnya tidak bisa diapa-apakan karena bersengketa dengan penduduk setempat? Dan menurutnya, ia pun heran melihat saya dan istri yang meski secara kemampuan finansial jauh dibawah mereka tapi bisa hidup harmonis dan bahagia. Ia bingung, karena selama ini apa yang ia tahu adalah uang merupakan sumber jaminan keamanan, ketentraman, kenyamanan dan kebahagiaan.
Ada ayat yang secara khusus menyebutkan hal ini di Alkitab yang jarang diketahui orang. "Ada suatu kemalangan yang telah kulihat di bawah matahari, yang sangat menekan manusia:orang yang dikaruniai Allah kekayaan, harta benda dan kemuliaan, sehingga ia tak kekurangan suatupun yang diingininya, tetapi orang itu tidak dikaruniai kuasa oleh Allah untuk menikmatinya, melainkan orang lain yang menikmatinya! Inilah kesia-siaan dan penderitaan yang pahit." (Pengkhotbah 6:1-2). Ayat ini secara jelas menyatakan bahwa ada satu kuasa yang berasal dari anugerah Tuhan yang jarang diketahui orang, yaitu kuasa untuk menikmati. Ternyata berkat bukan hanya bicara soal harta dan benda-benda berbentuk fisik saja, tetapi kuasa untuk menikmati semua itu pun merupakan berkat tersendiri yang kita butuhkan. Kita bisa bergelimang harta, tapi tanpa adanya kuasa untuk menikmati, maka semua itu tidaklah berguna, sia-sia dan tidak akan pernah bisa membuat kita bahagia. Pengkotbah bahkan menggambarkan hal itu sebagai sebuah kemalangan, kesia-siaan bahkan penderitaan yang pahit.
Ayat ini ada dalam sebuah kitab yang ditulis oleh Salomo, anak Daud, raja di Yerusalem. Sangatlah menarik jika melihat bahwa peringatan akan kesia-siaan kekayaan tanpa adanya kuasa menikmati justru berasal dari Salomo yang notabene merupakan orang terkaya yang pernah ada di muka bumi. Kalau kita baca ayat tersebut dalam Bahasa Indonesia Sehari-hari, dikatakan bahwa "Ada kalanya Allah memberi kekayaan, kehormatan dan harta benda kepada seseorang, sehingga tak ada lagi yang diinginkannya. Tetapi Allah tidak mengizinkan dia menikmati semua pemberian itu. Sebaliknya, orang yang tidak dikenal-Nya akan menikmati kekayaan itu. Jadi, semua itu sia-sia dan menyedihkan." Tuhan memang menyediakan berkat melimpah termasuk pula kelimpahan termasuk dalam hal finansial, tapi kita harus mengetahui betul bahwa kita pun butuh kuasa untuk menikmati agar bisa memperoleh manfaat yang baik dari semua itu.
Di dalam Pengkotbah pasal 3 kita bisa kembali menemukan pesan Salomo yang berhubungan. "Dan bahwa setiap orang dapat makan, minum dan menikmati kesenangan dalam segala jerih payahnya, itu juga adalah pemberian Allah." (Pengkotbah 3:13). Jika kita bisa menikmati makan, minum serta menikmati hasil kerja kita, itu pun merupakan pemberian atau anugerah dari Tuhan dan bukan atas usaha kita. Lantas dalam pasal 5 kembali kita diingatkan bahwa "Setiap orang yang dikaruniai Allah kekayaan dan harta benda dan kuasa untuk menikmatinya, untuk menerima bahagiannya, dan untuk bersukacita dalam jerih payahnya--juga itupun karunia Allah." (Pengkotbah 5:19)
Kekayaan, harta benda atau berkat-berkat jasmani merupakan karunia Allah yang tentunya patut disyukuri. Tapi jangan lupa bahwa kita pun memerlukan kuasa (the power, capacity) untuk menikmatinya. Agar bisa menikmati hasil jerih payah dan berbahagia lewat perolehan kita, itu pun juga merupakan karunia Tuhan. Rangkaian ayat hari ini berbicara jelas akan kuasa untuk menikmati sebagai karunia dari Tuhan yang harus tetap kita perhatikan.
Jika Pengkotbah merasa perlu mengingatkan pesan ini berulang-ulang, tentu itu artinya ini adalah hal yang sangat penting. Kita hendaknya bisa belajar dari apa yang telah dialami Pengkotbah, karena ia menuliskan itu agar menjadi sebuah pelajaran bagi kita untuk tidak melupakan bahwa ada yang namanya kuasa untuk menikmati yang berasal dari Tuhan sendiri. Itulah kunci yang memampukan kita untuk bisa menikmati setiap hasil jerih payah kita dengan penuh sukacita. Kita memang harus mencari nafkah, tapi kebahagiaan bukan tergantung dari besaran harta yang kita miliki. Sejauh mana kedekatan, kesetiaan dan ketaatan kita kepada Tuhan, itulah yang akan menentukan, apakah kita bisa menerima berkat yang lengkap dari Sang Pemberi, baik berkat-berkat jasmani, kesehatan, kecukupan, kelengkapan maupun sebuah kesempatan bagi kita untuk menikmati itu semua.
Berkat jasmani bukan segalanya, tapi kuasa untuk menikmati juga merupakan karunia yang berasal dari Tuhan
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Saturday, March 14, 2015
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Menjadi Anggur Yang Baik (1)
Ayat bacaan: Yohanes 2:9 ===================== "Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu--dan ia tidak t...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24-25 ====================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih ...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24 ===================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan ...
-
Ayat bacaan: Mazmur 23:4 ====================== "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau...
No comments:
Post a Comment