Friday, March 20, 2015

Murah Hati (2)

(sambungan)

3. Murah hati merupakan salah satu produk kasih
Perhatikan ayat ini: "Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong." (1 Korintus 13:4)
Inti dari keimanan kita akan Kristus adalah kasih. Kasih punya kekuatan begitu besar yang bahkan cukup punya power untuk menggerakkan Tuhan mengorbankan Yesus untuk menyelamatkan kita. Selanjutnya, dalam Galatia disebutkan bahwa kasih adalah salah satu buah Roh, alias buah-buah yang dihasilkan oleh orang yang dipimpin oleh Roh Allah, dan tidak ada satupun hukum yang mampu menentang hal tersebut. (Galatia 5:22-23). Jangan lupa bahwa kasih itu bukan sekedar perasaan hati, tapi merupakan pribadi Allah sendiri. "Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih." (1 Yohanes 4:8). Allah adalah kasih. God is not just full of love, but He is the Love itself. Karena itu kita belumlah mengenal Allah apabila kita masih belum memiliki kasih dalam diri kita. Kasih terhadap Tuhan dan sesama yang ada dalam hati kita akan menghasilkan kualitas hati yang penuh dengan kemurahan dan kebaikan-kebaikan lainnya.

Kita bisa melihat bahwa kemurahan hati memiliki tiga dasar utama. Begitu pentingnya murah hati sebagai produk yang diwarisi langsung dari Bapa Surgawi,  sehingga tidaklah mengherankan apabila Dia melimpahi orang-orang yang murah hatinya dengan kemurahanNya yang tak terbatas.

Selajutnya mari kita lihat beberapa hal lain mengenai murah hati.

1. Orang yang murah hati tidak akan berdiam diri saat ada orang yang ditimpa kesusahan dan membutuhkan bantuan tanpa memandang latar belakangnya.
Kita bisa melihat sebuah contoh menarik mengenai orang Samaria yang murah hati dalam Lukas 10:25-37. Disana diceritakan mengenai seseorang yang turun dari Yerusalem menuju Yerikho. Dalam perjalanan ia bertemu dengan para perampok yang bukan saja merebut barang-barang bawaannya tapi juga menyiksanya habis-habisan. Tinggallah ia dalam kondisi sekarat sendirian terkapar di tengah jalan. Ada imam yang lewat tapi sepertinya sedang buru-buru atau mungkin tidak mau terlibat, ia melewati orang yang sekarat itu dari seberangnya. Lalu ada orang Lewi yang juga melakukan hal yang sama. Orang Lewi bicara tentang para pelayan Tuhan, orang-orang yang seharusnya menjadi tombak terdepan dalam penyebaran berita kebenaran. Tapi tetap saja perilakunya sama. Barulah kemudian orang Samaria hadir disana. Untuk diketahui, bangsa Samaria punya sejarah buruk dengan bangsa Yahudi. Seharusnya si Samaria ini tertawa puas melihat ada orang Yahudi yang sekarat disana, atau mungkin bisa menambahkan satu dua penderitaan lagi. Tapi ternyata justru orang Samaria inilah yang menunjukkan kemurahan hati. Ia menolong orang Yahudi ini tanpa memandang latar belakangnya. Inilah bentuk sebuah kemurahan hati yang seharusnya ada pada kita, yang tidak terhenti hanya karena adanya perbedaan-perbedaan seperti suku, ras, agama, golongan dan lain-lain.

2. Murah Hati bukan saja mendatangkan kebaikan bagi sesama tapi juga pada diri sendiri
Jika kita mundur ke belakang, dalam Amsal disebutkan "Orang yang murah hati berbuat baik kepada diri sendiri, tetapi orang yang kejam menyiksa badannya sendiri." (Amsal 11:17). Sebuah sikap murah hati mendatangkan banyak kebaikan kepada diri sendiri, bukan hanya kepada orang-orang yang kita bantu saja. Sebaliknya orang yang tega melihat kesusahan orang lain dan menutup pintu hatinya rapat-rapat, itu tidaklah mendatangkan manfaat tapi malah merugikan bahkan menyiksa diri sendiri. Itu kata firman Tuhan. Bukankah firman Tuhan pun sudah berkata bahwa "Ada yang menyebar harta, tetapi bertambah kaya, ada yang menghemat secara luar biasa, namun selalu berkekurangan." (Amsal 11:24) dan "Siapa memberi kepada orang miskin tak akan berkekurangan, tetapi orang yang menutup matanya akan sangat dikutuki." (28:27). Firman Tuhan sudah mengatakan bahwa kerelaan memberi, membagikan sebagian dari apa yang ada pada kita untuk saudara-saudara kita yang tengah kesusahan tidak akan pernah membuat kita berkekurangan. Ini sejalan dengan bagian dari kotbah Yesus di atas bukit yang kita lihat kemarin, "Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan." (Matius 5:7).

3. Murah Hati harus ditunjukkan lewat perbuatan nyata.
Cukupkah murah hati itu diwakili oleh sebuah perasaan kasihan, ungkapan simpati yang hanya berhenti hingga kata-kata yang keluar dari mulut saja tapi tidak disertai perbuatan nyata? Tentu saja tidak. Firman Tuhan berkata: "Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya?" (1 Yohanes 3:17). Bagaimana mungkin kita mengaku memiliki kasih Allah, mengaku sebagai anak Allah, tetapi kita tidak melakukan apa-apa secara nyata dan hanya bilang kasihan saja? Maka apa yang harus kita lakukan pun hadir dalam ayat berikutnya. "Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran." (ay 18). Bukan hanya dengan perkataan, bukan sebatas di bibir atau lidah saja, tetapi haruslah lewat perbuatan-perbuatan yang dilakukan/diaplikasikan secara nyata dan berakar dalam kebenaran.

(bersambung)

No comments:

Menjadi Anggur Yang Baik (1)

 Ayat bacaan: Yohanes 2:9 ===================== "Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu--dan ia tidak t...