(sambungan)
Untuk apa sebenarnya Tuhan mengijinkan kita, anak-anakNya untuk masuk ke dalam padang gurun? Apakah karena Tuhan senang menyiksa anak-anakNya? Tentu tidak. Tuhan mengijinkan kita terdampar di padang gurun dengan tujuan agar kita menjadi kuat, teruji dan berkualitas, baik dari segi mental maupun spiritual. Ketahanan, kesabaran, ketegaran dan kekuatan iman kita akan diuji betul disana. Tuhan tidak ingin kita menjadi orang-orang yang penuh kesombongan. Tuhan tidak ingin kita memiliki sikap hati yang salah. Tuhan tidak ingin kita terlena, menjadi manja dan lemah. Ketika Tuhan mengijinkan kita masuk ke dalam padang gurun, disana kita ditempa untuk memiliki otot-otot rohani yang kuat dan belajar untuk berpegang teguh pada Tuhan, belajar bahwa kehebatan kita tidaklah ada apa-apanya, dan nanti ketika kita keluar dari padang gurun, kita akan jauh lebih bisa menghargai kehidupan dan sang Pemilik kehidupan.
Kepada bangsa Israel Tuhan berpesan demikian: "Ingatlah kepada seluruh perjalanan yang kaulakukan atas kehendak TUHAN, Allahmu, di padang gurun selama empat puluh tahun ini dengan maksud merendahkan hatimu dan mencobai engkau untuk mengetahui apa yang ada dalam hatimu, yakni, apakah engkau berpegang pada perintah-Nya atau tidak. Jadi Ia merendahkan hatimu, membiarkan engkau lapar dan memberi engkau makan manna, yang tidak kaukenal dan yang juga tidak dikenal oleh nenek moyangmu, untuk membuat engkau mengerti, bahwa manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi manusia hidup dari segala yang diucapkan TUHAN." (Ulangan 8:2-3). Pesan yang sama berikut alasan mengapa pencobaan padang gurun harus dilalui juga berlaku pada kita. Tanpa melewati berbagai ujian di padang gurun, kita akan menjadi pengikut Kristus yang lemah. Mudah sombong, manja dan lemah otot imannya. Tanpa adanya fase sulit, iman kita belumlah teruji, dan kita bisa lengah dan lupa diri karena kita belum merasakan bagaimana yang namanya penderitaan.
Adalah sangat penting bagi setiap kita untuk dilatih memiliki iman yang teguh, tahu untuk mengandalkan Tuhan dalam setiap kehidupan kita lewat berbagai pengalaman di padang gurun. Jika saya ibaratkan padang gurun sebagai sebuah ujian, maka lulus atau tidak dari padang gurun tergantung dari bagaimana kita menyikapinya. Apakah kita tegar dan taat untuk belajar dari segala penderitaan dan bisa benar-benar menghargai "tanah terjanji" yang disediakan Tuhan di depan, atau kita memilih untuk menyerah dan "kembali ke Mesir", yang berbicara mengenai kembali kepada dosa-dosa lama kita. Apakah kita memilih untuk belajar bergantung pada Tuhan saja, atau kita malah memilih tawaran-tawaran instan yang penuh tipu daya iblis lewat menyembah ilah lain. Semua ini penting untuk disikapi, karena lewat padang gurun inilah Tuhan ingin menguji bagaimana isi hati dan sikap kita sebenarnya.
Tidak mudah, tidak menyenangkan, menyakitkan, itu semua akan dirasakan ketika kita berada di padang gurun. Tapi ingatlah satu hal: meski ditengah penderitaan kita terkadang sulit merasakan keberadaan Tuhan dan mengira Dia diam dan memalingkan muka, sesungguhnya Tuhan selalu ada bersama kita dan tidak akan membiarkan kita menghadapinya sendirian. Tuhan sendiri berjanji bahwa dalam masa padang gurun sekalipun, Dia akan selalu menjaga kita layaknya biji mataNya sendiri! "Didapati-Nya dia di suatu negeri, di padang gurun, di tengah-tengah ketandusan dan auman padang belantara. Dikelilingi-Nya dia dan diawasi-Nya, dijaga-Nya sebagai biji mata-Nya." (Ulangan 32:10).
Seperti halnya Yesus yang tetap dilayani oleh para Malaikat ketika dibawa oleh Roh ke dalam padang gurun (Markus 1:13), demikian pula perjalanan anak-anakNya yang takut akan Dia di dalam kesesakan. Lihat apa kata Daud: "Malaikat TUHAN berkemah di sekeliling orang-orang yang takut akan Dia, lalu meluputkan mereka." (Mazmur 24:8). Yakobus mengingatkan kita juga mengenai akhir indah dari sebuah perjalanan di padang gurun yang penuh pencobaan. "Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia." (Yakobus 1:12).
Oleh sebab itu apabila ada diantara anda yang tengah berjalan dalam fase padang gurun, janganlah menyerah, jangan putus asa, dan jagalah diri anda agar jangan malah terjatuh ke dalam kesesatan ketika berada di padang gurun. Itu adalah sebuah proses menuju kepada kedewasaan rohani, yang menyiapkan kita untuk tidak lupa diri ketika kita mengalami keberhasilan dan berkat-berkat dari Tuhan, fase yang mempersiapkan kita untuk menjadi orang-orang yang kuat otot imannya, lebih tegar, lebih kuat, lebih dewasa, lebih bijaksana dan lebih mengandalkan Tuhan. Jadikan saat-saat di padang gurun sebagai sebuah pengalaman berharga, tetaplah bersyukur dan lakukan yang terbaik disana agar anda memperoleh manfaatnya secara maksimal.
Proses padang gurun adalah sebuah proses pendewasaan rohani agar kita menjadi umatNya yang layak
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Menjadi Anggur Yang Baik (1)
Ayat bacaan: Yohanes 2:9 ===================== "Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu--dan ia tidak t...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24-25 ====================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih ...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24 ===================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan ...
-
Ayat bacaan: Mazmur 23:4 ====================== "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau...
No comments:
Post a Comment