Saturday, August 8, 2015

Perihal Mengampuni dan Diampuni (3)

(sambungan)

Ada korelasi kuat antara diampuni dan mengampuni. Yesus berkata:  "Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu." (Matius 6:14-15). Untuk mendapatkan pengampunan dari Tuhan, syaratnya adalah kita harus pula mengampuni orang yang bersalah kepada kita.

Tidak ada satupun dari kita yang tidak pernah berbuat salah atau dosa. Sebaik-baiknya kita, sebagai manusia yang lemah dan terus diserang atau dipengaruhi si jahat ada kalanya kita terpeleset lagi ke dalam perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan kebenaran Firman. Dan kita tentu ingin diampuni bukan? Kalau dosa-dosa kita yang begitu banyak dan berat saja Tuhan mau ampuni, siapakah kita yang merasa berhak untuk mendendam atau sulit mengampuni?

Seringkali kita berlaku seperti si hamba dalam perumpamaan Yesus di atas. Tuhan tidak menuntut kita membayar hutang dosa yang begitu besar. Dia membebaskan kita, bahkan menganugerahkan AnakNya yang tunggal untuk menggantikan kita di atas kayu salib, menebus dosa-dosa kita agar kita tidak berakhir dalam kebinasaan. Itu sebuah kasih berukuran luar biasa, yang dilakukan saat kita masih penuh dengan dosa dalam hubungan yang terputus dengan Tuhan. Bukan salahnya Tuhan tapi salah kita, namun Tuhan bersikap proaktif, digerakkan oleh kasih dengan memberikan anugerah sebesar itu.

Sayangnya kebanyakan orang tidak menyadari itu. Kita dengan mudah tidak mau mengampuni orang-orang yang bersalah, menyinggung, menyakiti atau menipu kita. Kalau orang minta maaf kita mungkin bilang ya tapi di hati sebenarnya masih tersimpan dendam yang belum beres, atau dalih orangnya tidak minta maaf kita jadikan dasar untuk tidak memaafkan. Apakah orang yang bersalah itu sudah minta maaf atau tidak, itu seharusnya tidak menjadi soal. Ingatlah bagaimana Tuhan menyatakan belas kasihanNya kepada kita. Ingatlah bagaimana Tuhan membebaskan kita, mengampuni kita secara total dan bukan setengah-setengah. Jika Tuhan saja mau berbuat itu mengapa kita tidak?

Lantas perhatikan dalam doa yang diajarkan Yesus sendiri. Salah satu bagiannya adalah "dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami." (Matius 6:12). Tuhan akan mengampuni seperti kita mengampuni orang yang bersalah kepada kita. Mengingat ini bentuk doa yang langsung datangnya dari Yesus, perihal pengampunan sesungguhnya amatlah penting.

Lebih lanjut lagi, lihatlah apa yang dikatakan Yesus saat memberi nasihat mengenai doa. "Dan jika kamu berdiri untuk berdoa, ampunilah dahulu sekiranya ada barang sesuatu dalam hatimu terhadap seseorang, supaya juga Bapamu yang di sorga mengampuni kesalahan-kesalahanmu." (Markus 11:25). Itu wajib untuk kita lakukan agar doa-doa kita jangan sampai terhalang dan sia-sia saja. Selanjutnya dikatakan: "(Tetapi jika kamu tidak mengampuni, maka Bapamu yang di sorga juga tidak akan mengampuni kesalahan-kesalahanmu.)" (ay 26). Kembali kita lihat keterkaitan kuat antara diampuni dan mengampuni. Menahan dendam atau sakit hati bukan saja buruk bagi kesehatan tapi juga sangat merugikan kita dalam membangun hubungan yang bebas hambatan dengan Tuhan.


(bersambung)

No comments:

Sukacita Kedua (3)

 (sambungan) Saya menyadari adanya sukacita kedua saat saya baru saja dihubungi oleh sahabat saya yang sudah melayani sebagai pendeta selama...