Tuesday, February 9, 2016

Blessed to be a Blessing to Others (2)

(sambungan)

Selain Petrus, Paulus ternyata mengajarkan hal yang sama. "Camkanlah ini: Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga. Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita." (2 Korintus 9:6-7). Paulus tidak berhenti sampai disitu. Ia lebih jauh menjelaskan bahwa Tuhan sanggup melimpahkan segala kasih karuniaNya bahkan hingga berkelebihan, dan ini semua bukan untuk memperkaya diri, menyombongkan diri dan dinikmati sendiri dengan serakah, melainkan untuk beramal, memberkati orang lain. "Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan." (ay 8).

Dalam Alkitab versi BIS ayatnya berbunyi demikian: "Allah berkuasa memberi kepada kalian berkat yang melimpah ruah, supaya kalian selalu mempunyai apa yang kalian butuhkan; bahkan kalian akan berkelebihan untuk berbuat baik dan beramal." Sangat jelas dan sama bukan? Kasih karunia Tuhan lebih dari cukup buat kita. Tuhan berkuasa untuk melimpahi kita dengan berkat, tetapi sangatlah penting bagi kita dalam menyadari mengapa dan untuk tujuan apa Dia memberikan itu. Selain agar kita mampu memiliki apa yang kita butuhkan dalam hidup, tetapi terlebih pula itu ditujukan agar kita punya sesuatu untuk berbuat baik dan beramal.

Ketahuilah bahwa berkat-berkat yang kita peroleh adalah titipan Tuhan yang harus kita sisihkan dan pergunakan untuk memberkati sesama kita. Kita harus berpikir seius untuk menjadi saluran berkat dan cerminan kemuliaan dan kasih Tuhan atas manusia, tanpa terkecuali. Apakah itu berkat kekayaan, berkat kesehatan, talenta-talenta yang kita miliki, semua itu hendaklah kita pergunakan untuk menjadi berkat buat orang lain. Apapun yang kita lakukan buat membantu orang lain akan sangat Dia hargai. Firman Tuhan berkata: "Maka Ia akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku." (Matius 25:45). Kita harus sadar bahwa kekayaan, kemampuan, kepandaian dan kekuatan yang ada pada kita semua merupakan berkat yang berasal dari Tuhan. Karena itu sudah selayaknya kita mempergunakannya untuk sesama kita, siapapun mereka, apapun latar belakangnya.

Dalam prinsip kekristenan, mengasihi dan menolong orang lain tidak boleh pandang bulu dan pilih-pilih. "Dalam segala sesuatu telah kuberikan contoh kepada kamu, bahwa dengan bekerja demikian kita harus membantu orang-orang yang lemah dan harus mengingat perkataan Tuhan Yesus, sebab Ia sendiri telah mengatakan: Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima." (Kisah Para Rasul 20:35). Siapapun yang tengah lemah ditimpa kesulitan,apapun latar belakangnya, wajib kita bantu. Dan semua orang percaya harus bisa sampai kepada sebuah kesimpulan bahwa rasa bahagia akan jauh lebih terasa saat kita memberi ketimbang saat menerima.

Perhatikan, semakin dalam kita masuk ke dalam hadiratNya, semakin dekat kita pada Tuhan, maka cara kita memandang kebahagiaan pun dengan sendirinya berubah. Jika dulu kita berbahagia ketika kita diberi, maka kini kita akan jauh lebih berbahagia ketika bisa memberi kepada orang lain. Kita bisa merasa sangat bahagia ketika berkesempatan menolong meringankan beban orang lain, yang dilakukan bukan karena pamrih apa-apa tapi semata-mata karena belas kasih. Kita memperoleh berkat adalah agar kita bisa memberkati orang lain. Semakin banyak kita mendapat berkat, berarti kesempatan kita memberkati orang lain pun seharusnya makin besar.

(bersambung)

No comments:

Sukacita Kedua (3)

 (sambungan) Saya menyadari adanya sukacita kedua saat saya baru saja dihubungi oleh sahabat saya yang sudah melayani sebagai pendeta selama...