==================
"Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya."
Apabila kita tidak memperhatikan betul setiap kata yang keluar dari mulut kita, sadar atau tidak kata-kata negatif bisa dengan segera mendominasi kata yang keluar, dan bisa jadi pada suatu ketika menyinggung perasaan orang lain. Bukan hanya orang lain, diri kita sendiri pun rugi. Kata-kata negatif yang terus dibiarkan bisa melemahkan kita, membuat iman kita tergerus dan itu akan fatal sekali akibatnya. Selain itu kita harus ingat pula bahwa biar bagaimanapun pada saatnya kelak mau tidak mau kita harus mempertanggungjawabkan setiap kata yang kita ucapkan di hadapan Tuhan. Yesus sendiri sudah berkata "Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggungjawabkannya pada hari penghakiman. Karena menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan, dan menurut ucapanmu pula engkau akan dihukum." (Matius 12:36-37). Kita seringkali lupa akan hal ini. Kita awas terhadap dosa-dosa yang kita anggap besar lalu mengabaikan pentingnya menjaga mulut. Kita tidak membunuh orang, kita tidak mencuri, kita tidak menganiaya orang, dan kita pikir itu cukup. Tentu saja tidak berbuat dosa-dosa seperti itu memang baik, tetapi kita pun harus memperhatikan hal-hal lain terutama yang biasanya luput dari pengawasan kita, termasuk di dalamnya menjaga ucapan-ucapan yang terlontar dari mulut.
Begitu pentinya hal ini, sehingga Alkitab bahkan telah menegaskan bahwa hidup mati kita itu tergantung dari kata-kata yang keluar dari mulut kita. Lihatlah ayat yang saya jadikan ayat bacaan hari ini. "Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya." (Amsal 18:21). Salomo mengingatkan kita bahwa lidah sesungguhnya punya kuasa, apakah untuk menyelamatkan hidup atau merusak/menghancurkannya; Semua orang harus menanggung akibat ucapannya. Ayat ini mengingatkan benar bahwa kita harus berhati-hati menjaga ucapan yang keluar dari mulut kita, karena selain lidah punya power atau kuasa yang bisa baik atau buruk, pada suatu hari nanti kita harus mempertanggungjawabkan semua ucapan kita.
Lebih lanjut lagi ada penekanan lainnya akan hal ini yang bisa kita jumpai pada bagian lain dari kitab Amsal. "Lebih baik seorang miskin yang bersih kelakuannya dari pada seorang yang serong bibirnya lagi bebal." (19:1). Miskin tapi bersih masih jauh lebih baik daripada menjadi orang berbibir serong. Bibir serong, itu berarti lebih dari sekedar berdusta dan mengucapkan kata-kata yang tidak senonoh. Bibir serong? Dalam versi bahasa Inggrisnya bibir serong ini dikatakan dengan "perverse in his speech". Dalam kamus bahasa Inggris kata perverse diartikan sebagai: "directed away from what is right or good", atau "obstinately persisting in an error or fault, wrongly self-willed or stubborn." Keluar dari apa yang benar dan baik, atau suka bersikeras melakukan kesalahan dan keras kepala.
Jika anda berpikir bahwa memaki, menghujat atau mengutuk saja yang buruk, nanti dulu. Pada kenyataannya kita memang sangat kurang memperhatikan ucapan-ucapan kita yang seringkali keluar tanpa kita sadari. Ketika sedang sakit misalnya. Mungkin kita tidak mengutuk atau memaki, tapi keluhan yang negatif bisa keluar dari mulut kita seperti"lebih baik mati saja daripada sakit seperti ini", atau "aku tidak akan bisa sembuh", dan sebagainya. Kata-kata seperti ini pun juga "serong". It's something that directed away from what is good, itu bertentangan dengan pernyataan firman Tuhan.
Yakobus pun mengingatkan akan hal itu. "Dengan lidah kita memuji Tuhan, Bapa kita; dan dengan lidah kita mengutuk manusia yang diciptakan menurut rupa Allah, dari mulut yang satu keluar berkat dan kutuk. Hal ini, saudara-saudaraku, tidak boleh demikian terjadi." (Yakobus 3:9-10). Seperti yang sudah saya sampaikan dalam renungan kemarin, Yakobus bahkan mengumpamakan bagaimana lidah yang kecil bisa menjadi bagaikan api yang menghanguskan ribuan hektar hutan seperti musibah yang terjadi setiap tahunnya di Indonesia. "Demikian juga lidah, walaupun suatu anggota kecil dari tubuh, namun dapat memegahkan perkara-perkara yang besar. Lihatlah, betapapun kecilnya api, ia dapat membakar hutan yang besar. Lidahpun adalah api; ia merupakan suatu dunia kejahatan dan mengambil tempat di antara anggota-anggota tubuh kita sebagai sesuatu yang dapat menodai seluruh tubuh dan menyalakan roda kehidupan kita, sedang ia sendiri dinyalakan oleh api neraka." (ay 5-6). Bahkan kemudian ia juga berkata bahwa lidah itu buas, tidak terkuasai dan penuh racun yang mematikan. (ay 8). Yakobus tidak berlebihan menyitir akan hal ini, karena jika kita sadari, alangkah sulitnya bagi kita untuk bisa mengawasi dan mengawal setiap kata yang terlontar dari mulut kita setiap saat. Dan kalau kita biarkan, suatu ketika lidah yang tak terjaga bisa menimbulkan masalah besar bak api besar yang membakar hutan ribuan hektar.
(bersambung)
No comments:
Post a Comment