Tuesday, June 21, 2016

Let's Love with Real Action (1)

Ayat bacaan: 1 Yohanes 3:18
=======================
"Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran."

Sudah jatuh, tertimpa tangga, masuk lubang. Itu mungkin sakitnya yang dialami seorang teman pada waktu itu. Dalam kondisi seperti itu, ia harus mencari tempat tinggal saat istrinya tengah hamil tua. Teman saya ini aktif sebagai worship leader di gereja, tapi lucunya pada saat ia terjatuh sedemikian parah, tidak satupun teman dari gereja yang menolongnya. Seorang ibu dari sepupu kita justru yang meminjamkan apartemennya dulu tanpa mematok harga sewa. "Kasihan kamu, yang penting selamat melahirkan dan bayinya sehat..." kata si ibu kepada istrinya. Dan mereka pun menetap disana selama lebih dari setahun dengan harga sewa yang jauh dibawah normal. Cerita lain, ada seorang pemusik yang sudah lama juga melayani di gerejanya. Suatu kali ia diminta oleh salah seorang pengurus untuk menjadi guru piano anaknya. "Kamu ajarin gratis dong... masa saya harus bayar? Kalaupun bayar jangan harga biasa.." ujar si pengurus dengan ringan. Ini yang ngomong adalah orang yang punya banyak pabrik dan rumah bertingkat dengan ukuran seperti istana. Sementara si pemusik hidup utamanya dari mengajar. Sudah minta mengajar, biaya transpor ke rumahnya saja ia tidak mau keluar. Bukannya seharusnya si pengusaha ini memberkati saudaranya sendiri yang memfasilitasi musik baginya untuk memuji dan menyembah setiap minggunya? Harga mengajar per bulan mungkin lebih kecil dari biaya yang ia keluarkan sekali makan di restoran. Tapi itulah potret sikap banyak orang percaya hari-hari ini.

Kedua cerita ini bukan fiksi tapi sebuah kisah nyata. Saya terkadang miris melihat bagaimana sikap banyak orang percaya. Semua tentu sudah tahu bahwa kasih seharusnya memegang peranan terpenting dalam kehidupan. Bilang syalom dan God bless you, semua juga suka, mungkin karena gampang dan gratis. Tapi ketika berhadapan dengan situasi aktual atas kesulitan yang dialami oleh saudara-saudarinya, banyak yang memilih untuk memalingkan muka, tidak peduli atau pura-pura tidak tahu. Teman saya sambil tertawa berkata, kalau ia tengah tergantung di pinggir tebing antara hidup dan mati jatuh ke jurang, orang percaya mungkin hanya bilang "saya doakan ya, God bless you", tapi berlalu dan tidak mengulurkan tangan. Ironis sekali kalau sampai begitu, tapi tampaknya memang ada kekeliruan mengenai kasih dan seperti apa aplikasinya. Apakah cukup dengan bilang "saya doakan", "God bless you", "Syalom", "Tuhan memberkati", tanpa disertai tindakan nyata? Seperti apa sebenarnya kasih itu seharusnya menurut prinsip Kerajaan Allah, menurut hati Tuhan?

Kalau Yesus cuma bilang "ya, Aku nanti tolong kalian supaya selamat. Tenanglah.", tapi Dia tidak pernah datang melakukan karya penebusanNya secara nyata, entah bagaimana nasib kita hari ini. Tapi standar kasih yang Tuhan berikan itu sangat tinggi. Kita bisa lihat bahwa Yesus benar-benar turun, dikorbankan Tuhan demi kita semua, supaya kita semua tidak binasa melainkan bisa beroleh kehidupan yang kekal. Itu bukan cuma wacana, tapi perbuatan nyata. Yesus berkata: "Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi" (Yohanes 13:34). Standar seperti Yesus, seperti itulah seharusnya standar kasih yang seharusnya kita kejar. Kalau ada saudara kesulitan saja masih tutup mata, bagaimana mau sampai kepada standar seperti itu?

Takut rugi, itu alasan utamanya. Banyak orang berpikir bahwa untuk membantu sesama itu harus melalui pemberian-pemberian atau pengeluaran yang besar. Kita lupa bahwa seringkali bantuan sederhana dari keterbatasan kita tetap bisa bermakna besar bagi yang menerimanya. Dari pengalaman saya, keikhlasan kita menolong tidak akan pernah membuat kita kekurangan. Kenapa? Sebab yang mengatur semuanya adalah Tuhan sendiri. Saat kita menolong atau memberi dengan dasar kasih, saya yakin Tuhan tidak akan tutup mata. Yang pasti, kasih seharusnya bukan berhenti hanya sebatas wacana atau cuma sebatas kata-kata, tapi disertai bentuk-bentuk tindakan nyata. Ada banyak orang yang bisa berkata bahwa mereka mencintai atau mengasihi seseorang, namun kenyataan tidak terlihat sama sekali dari tindakan real mereka. Bisa berkata sayang, namun menyakiti di belakang. Mengaku peduli, tapi menghilang ketika dibutuhkan. Memberkati dengan ucapan tapi tidak peduli kesulitan saudaranya. Itu jauh sekali dari standar kasih yang disampaikan Yesus.

Bentuk kasih dalam kekristenan berbicara mengenai sesuatu yang sangat luas. Seperti halnya Yesus sendiri mengajarkan "Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya." (Yohanes 15:13). Yesus tidak saja mengajarkan, tapi telah membuktikannya sendiri secara langsung. Dan itulah kemudian yang diberitakan oleh Yohanes dalam menyampaikan pengajaran tentang kasih. "Demikianlah kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kita; jadi kitapun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita." (1 Yohanes 3:16). Sebab bagaimana mungkin seseorang bisa mengaku memiliki kasih Allah tapi mereka menutup mata terhadap penderitaan saudara-saudaranya sendiri? (ay 17). Karenanya Yohanes berpesan: "Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran." (ay 18). Jangan hanya berhenti dengan perkataan saja, tapi teruskanlah dengan perbuatan nyata, dalam kebenaran. In deed and in truth, in practice and in sincerity.

Akan halnya mengasihi lewat perbuatan nyata, kita bisa melihat contoh dari jemaat di Makedonia yang disebutkan dalam 2 Korintus 8:1-15. "Selagi dicobai dengan berat dalam pelbagai penderitaan, sukacita mereka meluap dan meskipun mereka sangat miskin, namun mereka kaya dalam kemurahan." (ay 2). Jemaat Makedonia bukanlah jemaat kaya. Mereka juga bukannya jemaat yang hidup nyaman tanpa masalah. Jelas dikatakan bahwa mereka itu sangat miskin, dan mengalami banyak penderitaan. Tapi lihatlah bahwa mereka tetap punya sukacita yang meluap dan begitu kaya dalam kemurahan.

(bersambung)

No comments:

Menjadi Anggur Yang Baik (1)

 Ayat bacaan: Yohanes 2:9 ===================== "Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu--dan ia tidak t...