Wednesday, June 15, 2016

Memposisikan Uang dengan Benar (1)

Ayat bacaan: Matius 6:24
======================
"Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon."

Seandainya anda berhadapan dengan perampok yang menodong anda dengan pistol lalu mengancam: "pilih harta atau nyawa", apa jawaban anda? Ya jelas pilih nyawa dong.. itu pertanyaan apaan? Mungkin reaksi banyak orang akan begitu. Harta masih bisa dicari, tapi nyawa tidak ada cadangannya. Itu pasti jadi alasan. Jadi kalau ditodong, kita pasti memberikan apa yang ada pada kita asal jangan ditembak. Siapa yang mau mati karena harta yang fana? Tapi sebenarnya justru banyak orang yang memilih sebaliknya, yaitu lebih memilih harta. Ada banyak orang yang masih berusaha mempertahankan hartanya meski nyawanya sedang terancam di ujung tanduk. Lihat pula ada berapa banyak koruptor yang ditangkap, kemudian harus menghabiskan begitu banyak tahun dalam sisa hidupnya di balik jeruji penjara. Karir yang sudah dibangun habis, tidak lagi bisa menikmati waktu bersama keluarga dan teman-teman. Masih untung bukan dihukum mati seperti di beberapa negara lain, tapi tetap saja semua yang dirintis selama puluhan tahun menjadi sia-sia. Orang yang berani merampok tanpa takut ditembak, atau orang-orang yang rela menjual jiwanya kepada iblis hanya untuk menjadi kaya. Bukankah mereka ini jelas-jelas memilih harta ketimbang nyawa?

Uang memang memegang peran yang luar biasa penting di dunia. Dengan uang kita seakan bisa melakukan segalanya. Kita bisa membeli apapun yang kita mau, kemewahan, kenyamanan, status, termasuk pula membeli hukum dan keadilan. Dengan uang kita bisa menguasai, dengan uang kita bisa menundukkan. Itu memang yang terjadi menurut hukum dunia. Money talks louder than words. Tampaknya begitu. Tapi sadarkah kita bahwa ada begitu banyak jebakan dibalik itu yang bisa menjerumuskan kita ke dalam kebinasaan? Adakah gunanya uang pada saat kesempatan kita di dunia ini habis?

Ada banyak yang mengira bahwa antara mengikuti Tuhan dan mengejar harta bisa berjalan beriringan alias sekaligus. Beda pos, katanya. Tapi itu adalah sebuah pemikiran yang keliru. Yesus sudah mengingatkan hal ini dengan sangat jelas. "Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon." (Matius 6:24). Tidak bisa dua-duanya, harus pilih satu. Mau pilih mengabdi pada Allah atau mamon (dewa uang)? Mau cinta Tuhan atau cinta harta? Pikirkanlah dampaknya secara luas, bukan cuma selama hidup di dunia ini tapi juga untuk kehidupan yang kekal kelak.

Banyak orang menyalah artikan ayat dalam Matius 6:24 sebagai sebuah perintah untuk hidup miskin, tetapi tentu bukan demikian, karena Tuhan berulang kali menyatakan bahwa Dia sanggup menjaga kita dan melimpahi kita dengan segala sesuatu yang kita butuhkan. Jika kita membaca perikop selanjutnya mengenai Hal Kekuatiran (Matius 6:25-34), disana jelas bahwa Tuhan sanggup menyediakan segala kebutuhan kita. Bukan hanya sedikit atau sebagian, tapi firman Tuhan jelas berkata "semuanya", "all these things taken together will be given". Itu akan kita peroleh jika kita mementingkan terlebih dahulu untuk mendapatkan Kerajaan Allah dan kebenarannya lebih dari apapun. (ay 33). Atau lihat janji Tuhan lainnya "Tetapi seperti ada tertulis: "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia." (1 Korintus 2:9).

 Mencari uang itu tidak salah, uangnya tidak salah, tetapi menjadi "HAMBA" uang, itulah yang salah.

(bersambung)

No comments:

Menjadi Anggur Yang Baik (1)

 Ayat bacaan: Yohanes 2:9 ===================== "Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu--dan ia tidak t...