(sambungan)
Jika di dunia kita terus diarahkan untuk menimbun, menurut Kerajaan Allah justru sebaliknya, yaitu terus memberi. "Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu." (Lukas 6:38). Kita diberkati bukan untuk ditimbun. Kita diberkati untuk memberkati. Itulah aturan mainnya. Terus memberi sehingga pada akhirnya kita bisa merasakan "Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima." (Kisah Para Rasul 20:35).
Jika demikian bagaimana dengan kehidupan kita saat ini? Bukankah kita perlu uang untuk makan, untuk mencukupi keluarga, untuk hidup? Tentu saja. Kita memang harus terus bekerja untuk menyambung hidup, dan untuk itu kita butuh uang. Benar. Tapi kita harus berhati-hati agar tidak terjerumus menjadi hamba uang, berfokus mengejar harta tanpa pernah bersyukur dan merasa cukup. Orang yang demikian sudah berpindah cintanya kepada mamon. Sebagai seorang hamba kita harus memilih kepada siapa kita mengabdi. Bekerjalah dengan sebaik-baiknya, bahkan kita diminta untuk bekerja dengan segenap hati seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia (Kolose 3:23). Lalu Tuhan akan memberkati kita dengan segala sesuatu. Bukan untuk ditimbun melainkan untuk dipakai memberkati orang lain. Dan itupun bukan untuk popularitas kita, tapi untuk kemuliaan Tuhan. Lakukan itu, maka itu artinya kita sedang mengumpulkan harta di surga, dimana tidak ada satupun yang mampu merusak atau mencurinya.
Bukan soal uangnya, tetapi soal dimana hati kita berada. Apakah kita yang memegang kendali atas harta atau sebaliknya kita diperbudak oleh gemerincing uang. Ingatlah bahwa harta duniawi hanyalah mampu berfungsi sebagai alat tukar yang tidak akan pernah kekal sifatnya. Tidak ada perlindungan, kebahagiaan apalagi keselamatan di dalamnya. Apalagi Tuhan sendiri sudah berjanji untuk memberikan semua itu kepada kita, dan jelas Dia lebih dari sekedar sanggup untuk itu. Jika demikian buat apa lagi kita mengorbankan nyawa kita sia-sia? Alangkah ironis jika kita malah memilih harta duniawi yang tidak kekal lalu mengorbankan nyawa kita ke dalam kebinasaan kekal.
Sekali lagi, Tuhan tidak melarang kita untuk mencari nafkah, memiliki pakaian, makanan atau kebutuhan-kebutuhan lainnya, tapi jangan menghamba kepadanya lantas meninggalkan Tuhan. Berhati-hatilah terhadap jebakan-jebakan yang bisa membuat kita terjatuh ke dalamnya. Kita tidak akan bisa mengabdi kepada Tuhan dan harta sekaligus. Jadi jika pilihan "harta atau nyawa" itu diberikan saat ini, meski tanpa kehadiran perampok dengan pistol, pastikanlah bahwa anda mengerti dan memberi jawaban yang benar.
Hamba tidak boleh punya dua tuan. Siapa tuan kita sekarang?
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Sukacita Kedua (3)
(sambungan) Saya menyadari adanya sukacita kedua saat saya baru saja dihubungi oleh sahabat saya yang sudah melayani sebagai pendeta selama...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24 ===================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan ...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24-25 ====================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih ...
-
Ayat bacaan: Mazmur 23:4 ====================== "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau...
No comments:
Post a Comment