Ayat bacaan: Ulangan 32:30
======================
"Bagaimana mungkin satu orang dapat mengejar seribu orang, dan dua orang dapat membuat lari sepuluh ribu orang, kalau tidak gunung batu mereka telah menjual mereka, dan TUHAN telah menyerahkan mereka!"
Negeri ini sesungguhnya dibangun atas azas gotong royong. Sejak dahulu kala kita dikenal sebagai bangsa yang ramah, sabar dan suka saling bantu. Tidak heran kalau ada pepatah yang mengatakan: bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh. Bayangkan bagaimana kita bisa melawan penjajah dengan hanya bersenjatakan bambu runcing kalau tidak bersatu. Jauh sebelum merdeka, Sumpah Pemuda di tahun 1928 sudah menyuarakan pentingnya persatuan dari barat sampai ke timur agar bisa melawan penjajah. Lantas Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda tapi tetap satu pun pernah menjadi simbol kekuatan bangsa. Seharusnya semua ini bisa membuat kita sadar akan pentingnya bersatu untuk membangun sebuah kekuatan. Sayangnya meski tahu itu, semakin lama manusia semakin lebih tertarik untuk terpecah atau bercerai ketimbang bersatu. Entah dimana salahnya, hari ini bangsa kita terus terkoyak. Dikoyak oleh bangsanya sendiri, dikoyak oleh kepentingan pribadi atau golongan, dikoyak oleh ego, dikoyak oleh ideologi. Dan segudang penyoyak lainnya. Radikalisme semakin jaya dan aparat tampaknya segan untuk masuk lebih jauh. Bangsa yang harusnya kuat dengan jumlah penduduk hampir 300 juta jiwa pun sulit melawan tekanan dari luar. Mau kuat bagaimana kalau bersatu saja masih sulit?
Apa yang bisa didapat dari perpecahan? Sebaliknya, sadarkah kita akan kuatnya sebuah persatuan? Mudah untuk bilang sadar. Namun faktanya virus perpecahan menular kemana-mana. Keluarga hari-hari ini menjadi target serangan iblis. Itu bisa kita lihat dari semakin banyaknya keluarga yang pecah berantakan untuk alasan-alasan yang terkadang tidak jelas awalnya. Dan orang percaya pun tampaknya rentan diserang. Bahkan ini terjadi di kalangan para pemukanya. Seperti yang saya sampaikan dalam renungan terdahulu, lihatlah gereja yang terus terpecah dan berjalan sendiri-sendiri. Saat setiap orang Kristen yang akan memasuki pernikahan terus diingatkan bahwa bercerai itu tidak boleh, kenapa mereka yang punya otoritas malah dengan seenaknya menunjukkan seolah perceraian itu boleh atas alasan-alasan tertentu yang menurut mereka pantas dijadikan dasar untuk melakukannya, bahkan ada yang berani berkata bahwa perceraian itu memang atas perintah Tuhan yang ditanam di hati mereka. Betapa sedihnya Tuhan melihat hal ini.
Ada sebuah contoh sederhana yang sudah tidak asing lagi bagi kita. Jika anda mematahkan sebuah sebatang lidi, itu tentu sangat mudah. Tetapi jika anda diminta untuk mematahkan sapu lidi yang isinya puluhan atau ratusan diikat menjadi satu, itu hampir-hampir tidak mungkin. Firman Tuhan pun berkata: "Berdua lebih baik dari pada seorang diri, karena mereka menerima upah yang baik dalam jerih payah mereka....Dan bilamana seorang dapat dialahkan, dua orang akan dapat bertahan. Tali tiga lembar tak mudah diputuskan." (Pengkotbah 4:9,12).
Ada sebuah ayat menarik lainnya yang ingin saya angkat hari ini. "Bagaimana mungkin satu orang dapat mengejar seribu orang, dan dua orang dapat membuat lari sepuluh ribu orang, kalau tidak gunung batu mereka telah menjual mereka, dan TUHAN telah menyerahkan mereka!" (Ulangan 32:30).
Ada yang aneh dari ayat ini yang saya rasakan waktu pertama kali membacanya. Mari kita berhitung. Seandainya satu orang bisa mengalahkan seribu orang, maka seharusnya dua orang bisa mengalahkan dua ribu orang. Hitungan matematika sederhana. Tapi ayat bacaan hari ini mengatakan hal yang berbeda. Ketika satu orang bisa mengatasi seribu orang, dua orang akan mampu mengatasi sepuluh kali lipat dari kekuatan satu orang, alias sepuluh ribu! Ayat bacaan kita mengatakan bahwa itu tidak akan mungkin kalau bukan atas campur tangan Tuhan. Lantas Yosua mengatakan bahwa kemampuan itu bukanlah karena kehebatan kita, tapi karena hadirnya Tuhan. (Yosua 23:10).
Kalau satu mengalahkan seribu, dua orang yang bersama Tuhan bisa mengalahkan sepuluh ribu. Disini kita bisa melihat bagaimana kuasa Tuhan hadir berlipat ganda lewat sebuah persatuan. Kita melihat bahwa ada pelipatgandaan kuasa, pelipatgandaan berkat, dan pelipatgandaan pertolongan dari Tuhan ketika ada lebih dari satu orang yang bersepakat.
(bersambung)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Sukacita Kedua (3)
(sambungan) Saya menyadari adanya sukacita kedua saat saya baru saja dihubungi oleh sahabat saya yang sudah melayani sebagai pendeta selama...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24 ===================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan ...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24-25 ====================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih ...
-
Ayat bacaan: Mazmur 23:4 ====================== "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau...
No comments:
Post a Comment