Tuesday, June 28, 2016

Tak Pernah Kering dan Melimpah Tanpa Henti (2)

(sambungan)

Tuhan menjanjikan kebahagiaan yang dapat kita peroleh secara melimpah tanpa henti, bagai gelombang laut yang tidak pernah berhenti dan damai sejahtera bagai sungai yang tidak pernah kering seperti yang tertulis dalam Yesaya 48:18. Tapi itu semua bisa menjadi milik kita apabila kita memperhatikan  setiap perintah Tuhan secara serius dan sungguh-sungguh. Ketaatan kita akan membuat Tuhan berada dekat dengan kita, di dalam diri kita, dan hanya dengan cara itulah kita bisa menerima janji Tuhan yang sebesar ini. Disanalah kita bisa merasakan seperti apa sebenarnya kebahagiaan dan damai sejahtera yang berasal dari Tuhan, yang tidak lagi tergantung oleh baik buruknya situasi yang kita alami sehari-hari, bukan pula kebahagiaan semu seperti yang dijanjikan dunia. Jika kita masih ragu akan hal itu, dalam beberapa kesempatan kita bisa menemukan ayat yang menyatakan dengan jelas bahwa Tuhan sendirilah yang merupakan sumber damai sejahtera , misalnya dalam Roma 15:33 dan Roma 16:20.

Kita perlu tahu betul ayat ini karena konsep yang dipercaya dunia sesungguhnya mengajarkan hal yang berbeda. Memenuhi keinginan daging secara sekilas seolah-olah mampu memberikan jawaban untuk mendatangkan kebahagiaan. Banyak orang mati-matian berusaha untuk memuaskan keinginan dagingnya untuk memperoleh rasa bahagia dan damai sejahtera, bahkan untuk itu mereka rela mengorbankan hubungan dengan Tuhan. Mereka mencoba terus lebih dekat lagi kepada hal-hal duniawi yang dianggap mampu menjawab kebutuhan akan kebahagiaan itu. Mengira bahwa kebahagiaan dan damai sejahtera itu bisa dibeli, seperti hal-hal lainnya yang mereka percaya bisa dibeli. Padahal kuncinya bukan disana justru berada di Tuhan. Firman Tuhan berkata "Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera." (Roma 8:6). Dalam Galatia 5:22-23 pun kita bisa melihat bahwa damai sejahtera dan sukacita merupakan dua dari beberapa buah Roh.

Bicara soal mencari damai sejahtera dan kebahagiaan, sangatlah menarik melihat apa yang dikatakan seorang filsuf dan ahli ilmu pengetahuan yang sangat terkenal bernama Pascal (1623-1662). Ia pernah memberi pernyataan yang sangat penting mengenai kepenuhan hati untuk bisa merasakan damai sejahtera dan kebahagiaan. Berikut tulisannya. "What else does this craving, and this helplessness, proclaim but that there was once in man a true happiness, of which all that now remains is the empty print and trace? This he tries in vain to fill with everything around him, seeking in things that are not there the help he cannot find in those that are, though none can help, since this infinite abyss can be filled only with an infinite and immutable object; in other words by God himself".

Pascal mengatakan bahwa sesungguhnya ada kekosongan, kehampaan, ketidakberdayaan di dalam kita yang selalu kita usahakan untuk tambal dengan segala cara lewat apapun yang ada pada kita. Padahal itu cuma bisa ditutupi oleh Tuhan sendiri. Bukankah menarik ketika kita mencermati bahwa ucapan ini berasal dari seorang yang sangat ahli dalam ilmu pengetahuan, orang yang menciptakan begitu banyak teori yang masih dipakai sebagai dasar ilmu pengetahuan sampai hari ini? Setinggi-tingginya kita menguasai ilmu, sehebat-hebatnya dan sekaya-kayanya kita, ternyata ada sebuah rongga atau lubang yang akan selalu ada di dalam diri kita yang tidak akan mampu dipenuhi oleh hal apapun kecuali oleh Tuhan saja.

Itulah sebabnya kita sering melihat bahkan mungkin pernah mengalami bahwa tidak peduli seberapa kerasnya usaha kita untuk menutupi lubang ini lewat hal-hal yang ditawarkan dunia, semua itu hanya sia-sia saja. Manusia cenderung mencari kebahagiaan di tempat yang salah, mengimani apa yang dipercaya dunia bisa mendatangkan kebahagiaan seperti misalnya kekayaan, jabatan, lingkungan kelas atas dalam pertemanan, berbagai bentuk pesta atau bahkan sebagian orang lagi memilih hal yang lebih jauh seperti mabuk-mabukan, obat terlarang dan hubungan bebas. Tapi buktinya, mereka ini hanya akan tersesat lebih dan lebih jauh lagi tanpa pernah menemukan solusi yang mujarab.

Ini merupakan hal yang ironis karena kehampaan dan kekosongan dalam hati biasanya bukannya tertutup tetapi malah bertambah besar. Pengambilan langkah yang salah seperti ini bukan cuma sia-sia tapi bahkan semakin menjauhkan kita dari Tuhan. Itu jelas menimbulkan bahaya besar baik dalam hidup di dunia saat ini maupun untuk fase yang kekal nanti.

(bersambung)

No comments:

Sukacita Kedua (3)

 (sambungan) Saya menyadari adanya sukacita kedua saat saya baru saja dihubungi oleh sahabat saya yang sudah melayani sebagai pendeta selama...