Sunday, June 5, 2016

Tidak boleh Bertengkar tapi Harus Ramah (1)

Ayat bacaan: 2 Timotius 2:24
=======================
"sedangkan seorang hamba Tuhan tidak boleh bertengkar, tetapi harus ramah terhadap semua orang.."

Kita sulit mengharapkan semua orang akan berlaku baik. Akan selalu ada orang-orang  yang bersikap negatif, sinis atau bahkan provokatif. Dalam menjalani profesi, pendidikan dan hubungan kemasyarakatan kita bersinggungan dengan begitu banyak karakter berbeda, termasuk tipe yang saya sebut barusan. Namanya bersinggungan itu bisa menimbulkan gesekan, dan kalau kita hanya mengalir mengikuti perasaan tanpa menjaga hati, sewaktu-waktu kita bisa berselisih paham dengan seseorang lalu bertengkar. Bisa jadi karena konflik kepentingan, bisa jadi karena ketidakcocokan sifat atau karakter, atau karena salah satunya punya sumbu kesabaran yang pendek. Cuma orang dunia? Sayangnya tidak. Mereka yang mengikuti Yesus, bahkan para hamba Tuhan sekalipun masih saja gagal mengatasi hal ini. Kita melihat sesama orang percaya yang bertengkar, termasuk hamba Tuhan. Dari gereja berbeda? Ya, tapi juga yang di gereja yang sama. Mereka lalu pecah, dan masing-masing bilang bahwa Tuhan meminta mereka untuk berpisah.

"Saya tidak memusuhi, tapi memang kita tidak bisa lagi bekerja sama. Lagipula Tuhan bilang saya harus keluar dan bikin yang baru" ujar seorang pendeta dengan ringan pada suatu kali. Tuhan menginginkan perpecahan? Apa iya? Kalaupun memang ada panggilan untuk membangun sesuatu yang baru, saya pikir alasannya bukan seperti itu. Bukan atas nama perpecahan, apalagi bawa-bawa Tuhan. Bukankah Yesus sudah bilang itu dalam doanya? "supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku. Dan Aku telah memberikan kepada mereka kemuliaan, yang Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu, sama seperti Kita adalah satu :Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi satu, agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku." (Yohanes 17:21-23).

Sebuah persatuan akan membawa dunia tahu dan percaya kepadaNya, percaya bahwa Tuhan sendirilah yang mengutus Yesus untuk menyelamatkan manusia dari jerat dosa dan membawa kita semua masuk ke dalam keselamatan kekal. Tapi apa yang dipertontonkan banyak orang percaya hari ini bertolak belakang dengan itu. Kalau terus-terusan seperti itu, bagaimana dunia mau mengenal Kristus secara benar? Peran yang dijalankan salah akan membawa pengenalan yang salah pula. Dan itu artinya kita tidak lagi menjalankan Amanat Agung, bukan lagi jadi berkat dan jendela bagi orang untuk mengenal lalu datang kepada Kristus tapi menjadi batu sandungan. Bukannya percaya, orang akan mencemooh dan semakin anti.

Dalam suratnya kepada Timotius, Paulus mengingatkan bahwa sebagai seorang hamba Tuhan, kita tidak boleh mudah terpancing emosi, tetapi haruslah ramah kepada semua orang. Lebih dari itu, orang percaya juga dituntut untuk cakap dalam mengajar, sabar dan dengan lemah lembut menuntun orang dalam pelayanannya. Paulus bilang: "sedangkan seorang hamba Tuhan tidak boleh bertengkar, tetapi harus ramah terhadap semua orang.." (2 Timotius 2:24). Paulus tidak bilang: kalau bisa janganlah bertengkar, kecuali terpaksa banget. Tidak. Paulus bilang: hamba Tuhan tidak boleh bertengkar. Tidak boleh, under any condition, tapi harus ramah. Kenapa harus ramah? Kata Paulus, "sebab mungkin Tuhan memberikan kesempatan kepada mereka untuk bertobat dan memimpin mereka sehingga mereka mengenal kebenaran, dan dengan demikian mereka menjadi sadar kembali, karena terlepas dari jerat Iblis yang telah mengikat mereka pada kehendaknya." (masih pada ayat 24).

Lihatlah betapa pentingnya untuk bersikap ramah, bukan kasar, dan mengedepankan kesabaran dalam menghadapi orang, bukan sedikit-sedikit bertengkar. Itu bisa membuka kesempatan bagi orang untuk kembali sadar akan kebenaran. Sebaliknya, apa yang bisa didapat dari sikap kasar dan mudah tersinggung? Hasilnya pun akan sangat bertolak belakang. Saat dunia mempertontonkan sikap pemaksaan yang justru cenderung mengarah kepada kekerasan termasuk mereka yang merasa berhak mengatasnamakan Tuhan, sebagai orang percaya kita justru diingatkan untuk bersikap sebaliknya. Bahkan saat menghadapi orang yang keras melawan dan menentang kebenaran sekalipun, kita haruslah memperbaikinya dengan ramah, sabar dan lemah lembut, karena Tuhan selalu bersikap adil dalam memberikan kesempatan bagi siapapun untuk bertobat, tanpa terkecuali, tanpa pandang bulu.

(bersambung)


No comments:

Sukacita Kedua (3)

 (sambungan) Saya menyadari adanya sukacita kedua saat saya baru saja dihubungi oleh sahabat saya yang sudah melayani sebagai pendeta selama...