Wednesday, September 14, 2016

Melupakan Tuhan setelah Makmur

Ayat bacaan: Ulangan 32:15
=======================
"Lalu menjadi gemuklah Yesyurun, dan menendang ke belakang, --bertambah gemuk engkau, gendut dan tambun--dan ia meninggalkan Allah yang telah menjadikan dia, ia memandang rendah gunung batu keselamatannya."

Seorang teman geleng-geleng kepala melihat temannya. Dulu waktu sama-sama susah mereka berjuang bareng. Mereka kerap berdoa bersama-sama dan saling topang agar bisa sama-sama maju. Tahun demi tahun berlalu. Saat temannya mulai sukses, sikapnya pun berubah. Ia menjadi tinggi hati dan tidak lagi peduli kepada sahabat-sahabatnya. Kalau dulu ia rajin melayani, sekarang jangankan melayani, ke gereja saja tidak. Kalau ditanya, ia berkata bahwa ia sibuk kerja meski hari Minggu dan tidak punya waktu untuk duduk-duduk di gereja. Baginya itu adalah kegiatan yang buang-buang waktu. Dulu meminta, begitu diberi kemudian melupakan. Ironis sekali, dan sikapnya ini mewakili banyak orang lainnya yang segera melupakan Tuhan saat mereka sudah terbebas dari masalah yang membelenggu mereka.

Ada sebuah peribahasa "bagai kacang lupa kulitnya", mengacu kepada sebuah sikap manusia yang lupa akan asal-usulnya. Selain melupakan jasa orang lain yang pernah membantu, jasa orang tua, guru dan sanak saudara, peribahasa ini juga mengacu kepada orang yang melupakan daerah asal usulnya setelah mereka sukses. Kiasan lainnya yang sering pula dipakai adalah lupa daratan.

Seperti yang bisa kita baca dalam renungan kemarin, sikap melupakan Tuhan  sudah terjadi sejak jaman dahulu. Bangsa Israel di jaman Musa menjadi contoh nyata mengenai kelakuan yang memalukan ini. Dalam Ulangan dikatakan: "Lalu menjadi gemuklah Yesyurun, dan menendang ke belakang, --bertambah gemuk engkau, gendut dan tambun--dan ia meninggalkan Allah yang telah menjadikan dia, ia memandang rendah gunung batu keselamatannya." (Ulangan 32:15). Kalau kita mundur sedikit, kita bisa lihat bagaimana kebaikan Tuhan telah menyertai dan memberkati mereka seperti yang tertulis dalam ayat 10-14. Tapi begitu mereka mendapat kelimpahan berkat, apa yang terjadi? Lihatlah sikap buruk ini. Bukannya bersyukur atas berkat Tuhan, mereka malah berubah sikap setelah menjadi gemuk kekenyangan. Segera mereka melupakan Pribadi yang telah menyediakan itu semua. Betapa kejinya, "Mereka membangkitkan cemburu-Nya dengan allah asing, mereka menimbulkan sakit hati-Nya dengan dewa kekejian, mereka mempersembahkan korban kepada roh-roh jahat yang bukan Allah, kepada allah yang tidak mereka kenal, allah baru yang belum lama timbul, yang kepadanya nenek moyangmu tidak gentar." (ay 16-17). Mereka melupakan Tuhan yang telah begitu baik kepada mereka. "Gunung batu yang memperanakkan engkau, telah kaulalaikan, dan telah kaulupakan Allah yang melahirkan engkau." (ay 18).

Sangatlah wajar jika Tuhan pun kemudian murka menghadapi "angkatan yang bengkok, anak-anak yang tidak mempunyai kesetiaan." (ay 20) ini. Dalam ayat-ayat selanjutnya kita mendapati kemurkaan Tuhan yang begitu mengerikan. Kapok kah mereka? Ternyata tidak. Bukan sekali dua kali bangsa ini melupakan Tuhannya. Kita melihat dalam banyak kesempatan mereka berulang kali menyakiti hati Tuhan yang telah melepaskan mereka dari perbudakan dan memberkati mereka secara dahsyat dalam perjalanan mereka menuju tanah terjanji. Dalam kitab Hakim Hakim kembali kita temukan sikap buruk mereka. "Orang Israel melakukan apa yang jahat di mata TUHAN, mereka melupakan TUHAN, Allah mereka, dan beribadah kepada para Baal dan para Asyera." (Hakim Hakim 3:7). Dan hukuman Tuhan pun kembali jatuh atas mereka. Diberkati, melupakan Tuhan, melakukan kejahatan yang membuat Tuhan marah, lalu dihukum, itu terus terjadi berulang-ulang sepanjang sejarah bangsa Israel pada masa itu.

Apa yang terjadi pada bangsa Israel seharusnya bisa dijadikan peringatan. Manusia mendekat kepada Tuhan ketika sedang mengalami penderitaan. Tapi setelah berada dalam keadaan baik dan berkecukupan, seketika itu pula Tuhan dengan mudahnya dilupakan. Padahal tidakkah semua itu kita dapatkan sebagai berkat dari Tuhan? Bukankah tanpa Tuhan kita bukan apa-apa?

Kalau kita menyadari hal itu, mengapa kita tega melupakan Tuhan dan bahkan menyakiti hatiNya? Mazmur Daud mengingatkan kita untuk selalu mengingat kebaikan Tuhan dalam hidup kita. "Pujilah TUHAN, hai jiwaku! Pujilah nama-Nya yang kudus, hai segenap batinku! Pujilah TUHAN, hai jiwaku, dan janganlah lupakan segala kebaikan-Nya!" (Mazmur 103:1-2). Seperti kasih seorang bapa kepada anaknya, seperti itu pula kasih Tuhan yang tidak berkesudahan selalu menaungi kita. "Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian TUHAN sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia....kasih setia TUHAN dari selama-lamanya sampai selama-lamanya atas orang-orang yang takut akan Dia, dan keadilan-Nya bagi anak cucu, bagi orang-orang yang berpegang pada perjanjian-Nya dan yang ingat untuk melakukan titah-Nya." (ay 13, 17-18).

Apabila hari ini anda diberkati hingga memiliki kehidupan yang makmur tak kurang suatu apapun, dalam segala sisi kehidupan, keluarga dan pekerjaan, jangan lupakan Tuhan. Tetaplah ingat kepada Tuhan yang telah memberikan itu semua. Puji dan sembah Dia, penuhi diri anda dengan ucapan syukur. Ingatlah selalu bahwa apa yang kita raih bukanlah semata-mata karena kerja keras atau hasil jerih payah kita sendiri, tetapi terutama merupakan berkat Tuhan. Tanpa Tuhan semua akan sia-sia. Karenanya jangan pernah lupakan kebaikanNya, jangan menjadi kacang yang lupa kulit, jangan jadi orang yang lupa daratan. Mari kita terus bersyukur, menaati dan melakukan perintahNya, menjauhi laranganNya, dan terus memuji dan menyembah Dia dengan segenap diri kita.

"Tetapi haruslah engkau ingat kepada TUHAN, Allahmu, sebab Dialah yang memberikan kepadamu kekuatan untuk memperoleh kekayaan , dengan maksud meneguhkan perjanjian yang diikrarkan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu, seperti sekarang ini." (Ulangan 8:18)

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

No comments:

Menjadi Anggur Yang Baik (1)

 Ayat bacaan: Yohanes 2:9 ===================== "Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu--dan ia tidak t...