Thursday, September 22, 2016

Taatlah pada Aturan (2)

(sambungan)

Sudah sedemikian besar janji Tuhan, tapi bagaimana respon bangsa Israel? Mereka membandel, dan kebebalan mereka membuat mereka menolak untuk patuh. Firman Tuhan selanjutnya berbunyi: "Tetapi umat-Ku tidak mendengarkan suara-Ku, dan Israel tidak suka kepada-Ku." (ay 12). Seperti yang saya sebutkan dalam beberapa renungan terdahulu, perbuatan bangsa ini sungguh kelewatan. Bayangkan, bangsa Israel sudah merasakan sendiri bagaimana Tuhan menuntun mereka keluar dari tanah perbudakan untuk menuju tanah terjanji yang melimpah susu dan madunya, dan Tuhan pun telah melakukan begitu banyak mukjizat buat mereka sepanjang perjalanan. Tapi agaknya mereka meremehkan, mengabaikan dan melupakan itu semua. Bukannya patuh tapi malah membandel dan mengatakan tidak suka kepada Allah seperti apa yang ditulis dalam ayat 12 tadi. Mereka menganggap Tuhan sebagai Pribadi yang egois, penuntut atau tidak suka melihat mereka senang.

Yang terjadi selanjutnya, Tuhan pun membiarkan mereka dengan pilihannya. "Sebab itu Aku membiarkan dia dalam kedegilan hatinya; biarlah mereka berjalan mengikuti rencananya sendiri!" (ay 13). Seandainya saja mereka mau mendengar, lihatlah apa yang disediakan Tuhan itu. "Sekiranya umat-Ku mendengarkan Aku! Sekiranya Israel hidup menurut jalan yang Kutunjukkan! Seketika itu juga musuh mereka Aku tundukkan, dan terhadap para lawan mereka Aku balikkan tangan-Ku. Orang-orang yang membenci TUHAN akan tunduk menjilat kepada-Nya, dan itulah nasib mereka untuk selama-lamanya. Tetapi umat-Ku akan Kuberi makan gandum yang terbaik dan dengan madu dari gunung batu Aku akan mengenyangkannya." (ay 14-17).

Bukankah semua itu merupakan janji yang sungguh luar biasa? Sayangnya mereka tetap bandel dan memilih sendiri jalan mereka. Dan yang terjadi sangat menyedihkan. Sejarah mencatat bahwa keputusan Israel itu kemudian membawa konsekuensi buruk buat mereka. Perilaku bandel itu membuat mereka terpuruk. Dijajah musuh, hancur berantakan, jauh dari apa yang sebenarnya telah disediakan Tuhan bagi mereka.

Kebandelan tidak akan pernah membawa manfaat sebaliknya justru akan berdampak buruk bagi kita. Resikonya jelas, konsekuensinya nyata, bisa jadi membawa akibat sangat fatal dan sukar untuk diperbaiki lagi. Kita menganggap bahwa sifat tidak suka dilarang, anti peraturan dan cepat tersinggung ketika diingatkan itu adalah manusiawi dan bisa ditoleransi. Tetapi Tuhan sesungguhnya tidak menginginkan kita menjadi pribadi-pribadi yang keras kepala atau degil seperti itu. Tuhan rindu agar kita memiliki hati yang lembut yang siap dibentuk, setia dan taat terhadap peraturan terutama ketetapanNya.

Firman Tuhan berkata: "Maka sekarang, hai orang Israel, apakah yang dimintakan dari padamu oleh TUHAN, Allahmu, selain dari takut akan TUHAN, Allahmu, hidup menurut segala jalan yang ditunjukkan-Nya, mengasihi Dia, beribadah kepada TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu, berpegang pada perintah dan ketetapan TUHAN yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, supaya baik keadaanmu." (Ulangan 10:12-13). Bangsa Israel sudah merasakan sendiri konsekuensi yang harus mereka hadapi akibat kedegilan mereka melawan Tuhan dalam begitu banyak kesempatan. Hanya gara-gara ingin dianggap keren orang-orang yang mengemplang peraturan berlalu lintas tidak sadar bahwa mereka bisa membahayakan jiwa banyak orang. Padahal tidak ada keren-kerennya sama sekali, justru itu menunjukkan sikap yang tidak terdidik dan terpuji.

Sebuah larangan memang bisa terlihat seperti membatasi pergerakan kita dan membuat kita seolah tidak bisa menikmati hal-hal yang tampaknya menarik dan menyenangkan di dunia. Sebuah peraturan bisa terlihat bagaikan menghalangi kita untuk bersenang-senang. Tetapi itu semua bertujuan baik, agar kita bisa terhindar dari masalah dan penderitaan yang dapat berujung pada kebinasaan yang seharusnya tidak perlu terjadi.

Apakah itu langsung dari Tuhan, lewat hati nurani kita, atau lewat orang tua, saudara atau sahabat yang peduli kepada kita, bersyukurlah dan berterima kasihlah jika diingatkan. Jangan keraskan hati apalagi menuduh, sebab larangan atau peringatan yang baik yang kita terima sesungguhnya bisa menghindarkan kita dari kejadian-kejadian yang kelak akan kita sesali sendiri.

Tuhan memberi larangan bukan untuk kepuasanNya melainkan demi kebaikan kita

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

No comments:

Menjadi Anggur Yang Baik (1)

 Ayat bacaan: Yohanes 2:9 ===================== "Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu--dan ia tidak t...